Menurut WHO 2007, Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau aspirasi
jarum halus adalah pemeriksaan langsung pada benjolan penderita tumor
menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23 sampai dengan 27 tergantung pada
ukuran, lokasi serta sifat tumor. Syarat dari pemeriksaan FNAB ini adalah tumor
harus teraba dan dapat dijangkau jarum. Apabila tumor terlalu dalam atau tidak
terlihat dari luar, sebagai contoh tumor paru, maka dapat dilakukan FNAB dengan
tuntunan CT scan atau USG. Khusus untuk tumor kulit atau berupa ulkus, maka akan
dilakukan scrapping atau kerokan.
Jarum yang digunakan pada pemeriksaan FNAB, jarum halus dengan panjang yang
berbeda tergantung pada lokasi dan sifat tumor
Kelebihan dari pemeriksaan FNAB adalah cepat (selesai dalam 1 hari), tidak perlu
puasa sehingga bisa dilakukan kapan saja, tidak terlalu sakit, dan bisa memberikan
diagnosa yang akurat untuk penanganan lanjutan. Penderita dengan benjolan di leher,
baik struma ataupun limfadenopati tercatat paling banyak dikirim ke laboratorium
Patologi Anatomi (PA) untuk dilakukan FNAB, disusul benjolan payudara. Usia
pasien beragam, mulai dari bayi sampai dewasa. Jenis kelamin didominasi oleh
wanita.
Hasil pemeriksaan FNAB dapat membantu klinisi dalam menegakkan diagnosa untuk
kelanjutan terapi. Karena itulah bisa disebut sebagai triple diagnosis, berdasar
diagnosa klinik dari klinisi, pemeriksaan modalitas lain seperti radiologi, dan
akhirnya ditegakkan dengan diagnosa PA (FNAB), walaupun golden standard tetap
adalah dengan pemeriksaan histopatologi jaringan.
Hasil pengecatan sampel FNAB dan contoh sel yang akan terlihat di mikroskop
Efek samping dari FNAB hampir tidak ada, kemungkinan nyeri pasca
pemeriksaan terkadang ditemukan. Akan tetapi FNAB tidak membuat tumor makin
menyebar seperti yang dikuatirkan penderita, dikarenakan jarumnya yang sangat
kecil.