Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
CEDERA KEPALA
1. Definisi
Cedera adalah : suatu gangguan trauma fungsi yang disertai / tanpa disertai
perdarahan intersisial dalam substansi otak tanpa diikutinya kontinuitas otak CR.
2. Etiologi
3. Patofisiologi
(aselerasi) terjadi jika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam
seperti trauma akibat pukulan benda tumpul, atau karena kena lemparan benda
tumpul. Cedera periambatan (deselerasi) adalah bila kepala membentur objek yang
secara relatif tidak bergerak, seperti badan mobil atau tanah. Kedua kekuatan ini
mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba – tiba tanpa
kontak langsung seperti yang terjadi bila posisi badan berubah secara kasar adan
cepat. Kekuatan ini bisa dikombinasi dengan pengubahan posisi rotasi pada kepala
yang menyebabkan trauma regangan dan robekan pada substansi alaba dan batang
orak.
Cedera primer yang terjadi pada waktu benturan pada waktu benturan,
mungkin karena memar pada permukaan otak. Landasan substansi alba, cerdera
robekan atau hemoragi sebagai akibat, cedera sekunder dapat terjadi sebagai
kemampuan autoregulasi dikurangi atau tidak ada pada area cedera. Konsekwensinya
kronial dan akhirnya peningkatan tekanan intra kranial (TIK). Beberapa kondisi yang
“menyebar” sebagai katergori cedera kepala berat pada upaya untuk menggunakan
hasil dengan lebih khusus. Cedera fokal diakibatkan dari kerusakan lokal yang
meliputi kontusio serebral dan hematom intra serebral serta kerusakan otak sekunder
yang disebabkan oleh perluasan massa lesi, pergeseran otak atau hernia. Cedera otak
menyebar dikaitkan dengan kerusakan yang menyebar secara luas dan terjadi dalam
4 bentuk yaitu : cedera akson menyebar hemoragi kecil multiple pada seluruh otak.
Jenis cedera ini menyebabkan koma bukan karena kompresi pada batang otak tetapi
karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau dua – duanya,
situasi yang terjadi pada hampir 50 % pasien yang mengalami cedera kepala berat
1. Kekuatan benturan
Makin besar kekuatan makin parah kerusakan, bila kekautan itu diteruskan pada
substansi otak, maka akan terjadi kerusakan sepanjang jalan yang dilewati karena
Keduanya mungkin terjadi secara bersamaan bila terdapat gerakan kepala tiba –
tiba tanpa kontak langsung. Kekuatan ini menyebabkan isi dalam tengkorak yang
keras bergerak dan otak akan membentur permukaan dalam tengkorak pada otak
yang berlawanan.
yang terbentur, sedangkan kerusakan cedera “kontra cup” berlawanan pada sisi
desakan benturan.
4. Lokasi benturan
Bagian otak yang paling besar kemungkinannya menderita cedera kepala terbesar
adalah bagian anterior dari lobus frantalis dan temporalis, bagian posterior lobus
5. Rotasi
6. Fractur impresi
Fractur impresi sebabkan oleh suatu keluaran yang mendorong fragmen tentang
turun menekan otak yang lebih dalam ketebalan tulang otak itu sendiri, akibat
fraktur ini dapat menimbulkan kontak cairan serebraspimal (CSS) dalam ruang
b. Cedera kepala tertutup : dapat disamakan pada pasien dengan geger otak
GCS 13-15
GCS 9 – 12
dari 24 jam
GCS 3 – 8
b. Contusio serebri
Tidak sadar lebih dari 10 menir, bila area yang terkena luas, dapat
Menyebabkan suatu akumulasi darah pada ruang antara durameter dan tulang
temporal akibatnya :
penurunan TTU.
dilatasi pupil
3. Hematom subdural
Akumulasi bekuan darah antara durameter dan arachnoid yang disebabkan oleh
4. Hematoma subarachnoid
Perdarahan yang terjadi pada ruang arachnoid yaitu antara lapisan arahnoid
piamter seringkali terjadi karena adanya robekan vena yang ada didaerah
tersebut.
karena adanya impresi fractur, gerakan aselarasi dan deselerasi yang tiba – tiba.
6. Fractur tengkorak
jaringan otak
5. Pemeriksaan Diagnostik
yang cukup.
b. EEG untuk melihat adanya aktivitas gelombang listrik diotak yang pacologis
6. Komplikasi
Meningitis
Kejang
Atelektasis
Kontraktur
Pneumonia
7. Penatalaksanaan Medis
a. Umum
jugularis
mulut
saturasi oksigen
b. Khusus
steroid
Pemberian diet/nutrisi
Rehabilitasi, fisioterapi
Prioritas Keperawatan
2. Mencegah/meminimalkan komplikasi
5. Memberikan informasi
a. Pengkajian
1. Identitas klien
agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah sakit, nomor MR, dan
diagnosa medis.
2. Alasan masuk
Data subjektif yang sering muncul, selain itu dapat diperkuat dengan data
objektif.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : berisi tentang status kesadaran pasien, dinilai dari GCS
pasien
16. Genitalia : apakah terpasang kateter atau tidak, apakah ada keluhan
nutrisinya.
3. Pola eliminasi
Pasien akan mengalami perubahan dalam cara eliminasi yang semula bisa
kekamar mandi, karena lemah dan nyeri, dan adanya toleransi aktivitas.
4. Pola aktivitas
Sejak sakit dan masuk rumah sakit pasien mengalami perubahan peran
atau tidak mampu menjalani peran sebagai mana mestinya, baik itu peran
hubungan interpersonal.
ibadah, maka semasa dia sakit ia akan menjalankan ibadah pula sesuai
dengan kemampuannya. Dalam hal ini ibadah bagi mereka di jalanka pula
d. Pemeriksaan penunjang
e. Pengobatan
Diagnosis Keperawatan
sistemik/hipoksia
neurologis
kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3.
Jakarta: EGC
Mosby Elsevier.