Anda di halaman 1dari 11

JUDUL

Aprilia Putri Mandira


Desy Wulansari
Harum Putri Lestari
Nadya Rofaidah
Zaro’ul Mufida
Universitas Negeri Malang
Zmufida7@gmail.com

Abstrak
Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian utama dari kebijakan pemerintah untuk
mengatasi permasalahan kependudukan secara menyeluruh. Tujuan program KB secara garis
besar adalah untuk pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana dengan cepat. Akan tetapi didalam pelaksanaan program KB terdapat beberapa
permasalahan seperti kurangnya sosialisasi program KB kepada masyarakat, alasan ekonomi,
alasan budaya, tingginya laju pertumbuhan penduduk, rendahnya kesadaran masyarakat
tentang hak-hak reproduksi, dan masalah moral dan Agama yang terkait kelurga berencana.
Pada small reseach lebih ditekankan pada masalah moral dan agama yang meliputi banyak
anak banyak rezeki, anak adalah rezeki dari Allah, dan KB haram hukumnya. Dari
permasalahan yang telah didapat, dapat diberikan solusi yaitu memberikan kasadaran kepada
masyarakat akan pentingnya program KB untuk meningkatkan kesejahteraan mayarakat.

Kata kunci : keluarga berencana (KB), kebijakan, kependudukan.

I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan tingkat kepadatan penduduk nomor 4 terpadat di
dunia, dan nomor 122 termiskin di dunia dari 182 negara di dunia. Indonesia dikenal
dengan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, namun memiliki populasi
yang cukup besar dan berdampak pada perekonomian yang ada. Oleh karena itu,
pemerintah Indonesia mencanangkan program keluarga berencana. Program KB adalah
suatu inovasi sosial dalam bidang kependudukan. Program ini merupakan usaha
pemerintah dalam rangka membangun sumber daya masyarakat Indonesia yang
berkualitas. Pemerintah ingin membuat perubahan suatu kondisi tertentu ke arah yang
lebih baik. Dengan menjadikan manusia itu sebagai objek pembangunan sekaligus subjek
pembangunan. Sebagai subjek pembangunan manusia memiliki peran aktiv dalam proses
pembangunan secara berkelanjutan. Pengertian program Keluarga Berencana menurut
UU No 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan
keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial
budaya penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan
kemampuan produksi nasional. Karena program Keluarga Berencana (KB) merupakan
suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan
jumlah penduduk, maka dari itu program Keluarga Berencana ini diharapkan menerima
Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada
pertumbuhan yang seimbang. Perlu diketahui, bahwa Gerakan Keluarga Berencana
Nasional Indonesia telah dianggap masyarakat dunia sebagai program yang berhasil
menurunkan angka kelahiran yang bermakna. Perencanaan jumlah keluarga dengan
pembatasan yang bisa dilakukan yaitu dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau
penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya. Sebelum
pemerintah melakukan usaha-usaha pemasyarakatan program keluarga berencana, perlu
memahami nilai-nilai dan norma-norma yang masih sangat erat di lingkungan
masyarakat Indonesia. Anggapan bahwa anak merupakan jaminan tua, banyak anak
banyak rejeki. Dan diberbagai daerah kepercayaan religius dapat menjadi faktor utama,
masyarakat masih enggan melakukan program keluarga berencana.

II. METODOLOGI
Metodologi yang digunakan olek kami dalam small research ini yaitu menggunakan
data-data dari sumber-sumber yang terpercaya. Sumber yang digunakan dalam small
research ini adalah hasil penelitian pengamat program KB yang telah di olah sedemikian
rupa.
Sedangkan metodologi yang pengamat/peneliti gunakan adalah sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu cara menghimpun data atau keterangan yang dilakukan dengan
cara mengadakan pengumpulan data secara sistematis terhadap fenomena-
fenomena yang terjadi dilapangan yang dilakukan secara langsung kelapangan
untuk melihat kondisi kehidupan orang-orang yang akan di observasi dengan cara
terjun langsung mewawancarai responden. Dalam menggunakan metode ini,
peneliti langsung berinterkasi dengan para responden dan melakukan observasi
secera langsung untuk melihat bagaimana kondisi keluarga subjek penelitan.
2. Wawancara mendalam, yaitu melakukan wawancara dengan responden yang
mana sebelum wawancara dimulai, terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan
yang digunakan sebagai pedoman wawancara. Peneliti langsung memberikan
beberapa pertanyaan kepada responden yang mana daftar pertanyaannya telah
disiapkan terlebih dahulu.
Teknik Analisis Data:
Metode yang digunakan dalam penulisan adalah deskriptif kuantitatif dimana data
yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dilakukan tabulasi yang kemudian di
analisis dengan analisis deskriptif, data dari instansi-instansi, pengamatan atau sumber
lainnya masing-masing data tersebut di olah dalam bentuk tabel.
Distribusi Alasan Responden Tidak Mengikuti Program KB
Warga Desa Tanjung Belit Kecamatan Siak Kecil Kabupaten Bengakalis

No Alasan Responden Frekuensi Presentase


1 Ekonomi:
- Tidak ada biaya 43 71,67 %
- Tidak memberi alasan 17 28,33 %
2 Pengetahuan:
- Tahu 33 55 %
- Tidak tahu 27 45 %
3 Umur:
- Alasan umur 40 66,67 %
- Umur anak sudah besar 16 26,67 %
- Kesehatan ibu 4 6,66 %
4 Budaya dan Agama:
- Banyak anak banyak rezeki 42 70,00 %
- Anak rezeki dari Allah 14 23,33 %
- BerKB hukumnya haram (islam) 4 6,67 %
III. PEMBAHASAN
Sebagai negara berkembang, pertumbuhan penduduk yang tinggi dan penyebaran
penduduk yang kurang seimbang merupakan salah satu masalah pokok kependudukan
yang dihadapi oleh Indonesia dalam bidang pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang
relaatif tinggi telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan pokok diberbagai bidang
seperti pangan, perumahan, pendidikan, dan kesehatan. Meningkatnya kebutuhan pokok
sebagai akibat pertumbuhan penduduk mempersulit usaha mempercepat peningkatan
kesejahteraan rakyat.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari tetap tingginya tingkat
kelahiran dan semakin menurunnya tingkat kematian juga telah menyebabkan kurang
seimbangnya struktur umur penduduk, sehingga dapat menimbulkan berbagai masalah
lain kependudukan. Selain itu, tingginya tingkat pertumbuhan penduduk juga
mempertajam masalah-masalah yang diakibatkan oleh adanya ketidakseimbangan dalam
penyebaran penduduk di berbagai wilayah. Dengan demikian pemecahan masalah-
masalah kependudukan semakin bertambah berat.
Dalam rangka mengatasi masalah-masalah kependudukan maka telah dilaksanakan
kebijaksanaan kependudukan yang menyeluruh. Arah kebijaksanaan yang ditempuh
salah satunya adalah untuk menurunkan tingkat kelahiran sehingga terdapat imbangan
yang lebih wajar di antara pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan produksi barang dan
jasa. Kebijaksanaan tersebut adalah berupa sebuah program dari pemerintah yaitu
program keluarga berencana (KB). Keluarga berencana (KB) merupakan bagian utama
dari kebijaksanaan kependudukan secara menyeluruh. KB adalah suatu program yang
dibuat untuk menekan angka kelahiran penduduk yang dapat menyebabkan kepadatan
penduduk dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Program keluarga berencana dicanangkan dalam rangka usaha pemerintah untuk
membangun masyarakat Indonesia yang berkualitas. Pada dasarnya pemerintah
berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu kondisi tertentu kearah yang lebih
bernilai. Program keluarga berencana merupakan buah dari terciptanya program Repelita
II yang memiliki tujuan-tujuan pokok sebagai berikut :
1. Tersedianya sarana dan tenaga pelayanan kesehatan yang sejauh mungkin
memenuhi kebutuhan masyarakat.
2. Pengurangan jumlah penderita penyakit dan menekan timbulnya wabah sampai
serendah mungkin.
3. Peningkatan perbaikan gizi.
4. Tersedianya sarana sanitasi dan perkembangan kesadaran masyarakat untuk hidup
sehat.
5. Pengembangan keluarga sejahtera.
Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa agar pembangunan
ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat terlaksana dengan cepat,
diperlukan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk melalui Program Keluarga
Berencana, yang harus dilaksanakan dengan berhasil karena kegagalan pelaksanaan
keluarga berencana akan mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak
berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan datang.
Ada beberapa kemungkinan kurang berhasilnya program KB diantaranya
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan faktor pendukung lainnya. Untuk
mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik,
demikian sebaliknya bila pengetuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB
berkurang. (Notoatmojo, 2007)
Perundang-undangan tentang KB
Undang-undang yang mengatur tentang KB yaitu Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2009 :
Pasal 20
Untuk mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dankeluarga berkualitas, Pemerintah
menetapkan kebijakan keluarga berencana melalui penyelenggaraan programkeluarga
berencana.

Pasal 21
 Kebijakan keluarga berencana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 20
dilaksanakan untukmembantu calon atau pasangan suami istri
dalammengambil keputusan dan mewujudkan hakreproduksi secara
bertanggung jawab tentang:
1. usia ideal perkawinan;
2. usia ideal untuk melahirkan;
3. jumlah ideal anak;
4. jarak ideal kelahiran anak; dan
5. penyuluhan kesehatan reproduksi.
 Kebijakan keluarga berencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan
untuk:
1. mengatur kehamilan yang diinginkan;
2. menjaga kesehatan dan menurunkan angkakematian ibu, bayi dan anak;
3. meningkatkan akses dan kualitas informasi,pendidikan, konseling, dan
pelayanan keluargaberencana dan kesehatan reproduksi;
4. meningkatkan partisipasi dan kesertaan priadalam praktek keluarga
berencana; dan
5. mempromosikan penyusuan bayi sebagai upayauntuk menjarangkan
jarak kehamilan.
 Kebijakan keluarga berencana sebagaimanadimaksud pada ayat (1)
mengandung pengertianbahwa dengan alasan apapun promosi aborsisebagai
pengaturan kehamilan dilarang.

Pasal 22

 Kebijakan keluarga berencana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 21


dilakukan melalui upaya:

1. peningkatan keterpaduan dan peran sertamasyarakat;


2. pembinaan keluarga; dan
3. pengaturan kehamilan dengan memperhatikanagama, kondisi
perkembangan sosial ekonomidan budaya, serta tata nilai yang hidup
dalammasyarakat.

 Upaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan komunikasi,


informasi dan edukasi.
 Kebijakan keluarga berencana sebagaimanadimaksud pada ayat (1) diatur
dengan PeraturanPemerintah.

Pasal 23

 Pemerintah dan pemerintah daerah wajibmeningkatkan akses dan kualitas


informasi,pendidikan, konseling, dan pelayanan kontrasepsidengan cara:
1. menyediakan metode kontrasepsi sesuai denganpilihan pasangan suami
istri denganmempertimbangkan usia, paritas, jumlah anak,kondisi
kesehatan, dan norma agama;
2. menyeimbangkan kebutuhan laki-laki danperempuan;
3. menyediakan informasi yang lengkap, akurat,dan mudah diperoleh
tentang efek samping,komplikasi, dan kegagalan kontrasepsi,termasuk
manfaatnya dalam pencegahanpenyebaran virus penyebab penyakit
penurunandaya tahan tubuh dan infeksi menular karenahubungan
seksual;
4. meningkatkan keamanan, keterjangkauan,jaminan kerahasiaan, serta
ketersediaan alat,obat dan cara kontrasepsi yang bermutu tinggi;
5. meningkatkan kualitas sumber daya manusiapetugas keluarga berencana;
6. menyediakan pelayanan ulang dan penangananefek samping dan
komplikasi pemakaian alatkontrasepsi;
7. menyediakan pelayanan kesehatan reproduksiesensial di tingkat primer
dan komprehensifpada tingkat rujukan;
8. melakukan promosi pentingnya air susu ibuserta menyusui secara
ekslusif untuk mencegah kehamilan 6 (enam) bulan pasca
kelahiran,meningkatkan derajat kesehatan ibu, bayi dananak; danmelalui
pemberian informasi tentangpencegahan terjadinya
ketidakmampuanpasangan untuk mempunyai anak setelah12 (dua belas)
bulan tanpa menggunakan alatpengaturan kehamilan bagi pasangan
suamiisteri.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai akses, kualitas,informasi, pendidikan,
konseling dan pelayanan alatkontrasepsi sebagaimana diatur pada ayat (1)
diaturdengan peraturan menteri yang bertanggung jawabdi bidang kesehatan.

Pasal 24

1) Pelayanan kontrasepsi diselenggarakan dengan tatacara yang berdaya guna dan


berhasil guna sertaditerima dan dilaksanakan secara bertanggungjawab oleh pasangan
suami isteri sesuai denganpilihan dan mempertimbangkan kondisi kesehatansuami
atau isteri.
2) Pelayanan kontrasepsi secara paksa kepada siapapun dan dalam bentuk apa pun
bertentangandengan hak asasi manusia dan pelakunya akandikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.
3) Penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi dilakukandengan cara yang dapat
dipertanggungjawabkan darisegi agama, norma budaya, etika, serta segikesehatan.

Pasal 25

 Suami dan/atau isteri mempunyai kedudukan, hak,dan kewajiban yang sama


dalam melaksanakankeluarga berencana.
 Dalam menentukan cara keluarga berencanasebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Pemerintahwajib menyediakan bantuan pelayanan kontrasepsibagi suami
dan isteri.

Pasal 26

1) Penggunaan alat, obat, dan cara kontrasepsi yangmenimbulkan risiko terhadap


kesehatan dilakukanatas persetujuan suami dan istri setelahmendapatkan
informasi dari tenaga kesehatan yangmemiliki keahlian dan kewenangan untuk
itu.
2) Tata cara penggunaan alat, obat, dan carakontrasepsi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1)dilakukan menurut standar profesi kesehatan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata carapenggunaan alat, obat, dan cara
kontrasepsisebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2)diatur dengan
peraturan menteri yangbertanggungjawab di bidang kesehatan.
Pasal 27
Setiap orang dilarang memalsukan danmenyalahgunakan alat, obat, dan cara
kontrasepsi di luartujuan dan prosedur yang ditetapkan.
Pasal 28
Penyampaian informasi dan/atau peragaan alat, obat,dan cara kontrasepsi hanya dapat
dilakukan oleh tenagakesehatan dan tenaga lain yang terlatih sertadilaksanakan di
tempat dan dengan cara yang layak.
Pasal 29
1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengaturpengadaan dan penyebaran alat dan
obatkontrasepsi berdasarkan keseimbangan antarakebutuhan, penyediaan, dan
pemerataan pelayanansesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajibmenyediakan alat dan obat kontrasepsi
bagipenduduk miskin.
3) Penelitian dan pengembangan teknologi alat, obat,dan cara kontrasepsi dilakukan oleh
Pemerintah danpemerintah daerah dan/atau masyarakat.

Meskipun peraturan perkara program KB ini telah diatur dengan jelas di dalam
perundang-undangan, namun dewasa ini masih saja ditemukan golongan masyarakat
yang enggan untuk mengikuti program kelurga berencana (KB).Ada berbagai alasan
yang menyebabkan seseorang untuk tidak mengikuti program keluarga berencana
(KB), yaitu :
Alasan Ekonomi
Persoalan ekonomi merupakan faktor yang sangat dominan dalam rumah
tangga sehingga banyaknya Ibu rumah tangga yang tidak mengikuti program KB yang
di sebabkan oleh faktor ekonomi keluarganya, padahal yang di selenggarakan oleh
pemerintah agar mengatur jarak anak dan mengatasi kehamilan yang tidak diinginkan.
Dengan adanya program Pemerintah ini dapat meringankan perekonomian dalam
keluarga.Sementara tanggapan mereka tentang program KB tersubut justru menambah
beban keuangan atau beban kebutuhan kehidupan keluarga, sehingga untuk mengikuti
program KB yang di usulkan oleh pemerintah mereka memiliki banyak pertimbangan
dengan pendapatan ekonomi keluarga mereka yang tidak tinggi. Dapat dilihat pada
tabel diatas bahwa responden yang beralasan tidak memiliki biaya untuk memiliki KB
yang berjumlah 43 orang atau 71,67%.
Alasan Pengetahuan
Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui
pengamatan panca inderanya. Rendahnya pendidikan juga mempengaruhi
pengetahuan seseorang untuk mengetahui program-program yang telah di adakan oleh
pemerintah, seperti halnya program KB yang sudah lama di adakan Pemerintah,akan
tetapi masih banyak juga masyarakat yang masih belum mengetahui program KB
tersebut. Ini semua di pengaruhi oleh faktor pendidikan yang rendah.Adapun alasan
dari responden yang tidak mengikuti KB dimana responden yang mengetahui
sebanyak 33 orang dan yang tidak mengetahui sebanyak 27 responden.
Alasan Umur
Umur merupakan salah satu hal penting yang menjadi alasan seseorang dalam
menerima sesuatu hal atau dalam merespon suatu permasalahan.Begitu juga dalam
ber-KB.Umur sangat berpengaruh dalam mengikuti program pemerintah, karena
dengan umur yang lanjut sangat rentan dengan kesehatan ibu untuk menggunakan alat
kontrasepsi dan beresiko tinggi terhadap kesehatan kandungan juga.Maka dari itu
umur menjadi alasan tersendiri dalam mengikuti KB.
Alasan Budaya
Masyarakat tidak terlepas dari budaya yang terdapat atau melekat pada dirinya,
sehingga kepercayaan yang lama susah untuk dirubah. Sampai-sampai tidak
dihiraukan dengan kemajuan teknologi dan zaman, seperti halnya program KB ini
sudah lama pemerintah terapkan tetapi masyarakat tidak menghiraukannya.
Berdasarkan temuan dan hasil analisis data dalam penelitian menjelaskan bahwa data
responden berdasarkan agama menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah
beragama Islam sebanyak 56 orang (93,80%). Sedangkan responden lainnya adalah
beragama Budha yaitu berjumlah 4 orang (6,20%).
Berdasarkan kelompok usia menunjukkan bahwa usia responden adalah dapat
dilihat bahwa usia responden berada antara 20 sampai 49 tahun (masa usia subur),
dimana proporsi umur terbesar terletak di antara umur 30 sampai 39 tahun yaitu
sebanyak 45 orang (45,91%) kemudian diikuti oleh umur 20 sampai 29 tahun yaitu
sebanyak 28 orang (28,57%) serta yang terakhir pada proporsi umur 40 sampai 49
tahun yaitu sebanyak 25 orang (25,52%). Maka dapat disimpulkan bahwa mayoritas
responden berada dalam usia reproduksi yang baik.
Alasan Agama
Di berbagai daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi klien dalam memilih
metode.Sebagai contoh penganut katolik yang taat membatasi pemilihan kontrasepsi
mereka pada KB alami. Sebagai pemimpin islam pengklaim bahwa sterilisasi dilarang
sedangkan sebagian lainnya mengijinkan. Walaupun agama islam tidak melarang
metode kontrasepsi secara umum, para akseptor wanita mungkin berpendapat bahwa
pola perdarahan yang tidak teratur yang disebabkan sebagian metode hormonal akan
sangat menyulitkan mereka selama haid mereka dilarang bersembahyang. Di
sebagaian masyarakat, wanita hindu dilarang mempersiapkan makanan selama haid
sehingga pola haid yang tidak teratur dapat menjadi masalah.
Solusi satu-satunya yang dapat dilakukan untuk permasalahan ini adalah menimbulkan
kasadaran kepada masyarakat akan pentingnya program KB untuk meningkatkan
kesejahteraan mayarakat melalui kegiatan penyuluhan berkelanjutan.

IV. PENUTUP
Keluarga berencana (KB) merupakan bagian utama dari kebijaksanaan kependudukan
secara menyeluruh. KB adalah suatu program yang dibuat untuk menekan angka
kelahiran penduduk yang dapat menyebabkan kepadatan penduduk dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara
dinyatakan bahwa agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat
dapat terlaksana dengan cepat, diperlukan pengaturan pertumbuhan jumlah penduduk
melalui Program Keluarga Berencana, yang harus dilaksanakan dengan berhasil karena
kegagalan pelaksanaan keluarga berencana akan mengakibatkan hasil usaha
pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat membahayakan generasi yang akan
datang. namun dewasa ini masih saja ditemukan golongan masyarakat yang enggan
untuk mengikuti program kelurga berencana (KB). Ada berbagai alasan yang
menyebabkan seseorang untuk tidak mengikuti program keluarga berencana (KB), yaitu
alasan ekonomi, alasan pengetahuan, alasan umur, alasan budaya, dan alasan agama.
Dari permasalahan yang telah dipaparkan tersebut dapat diberikan solusi yaitu
memberikan kasadaran kepada masyarakat akan pentingnya program KB untuk
meningkatkan kesejahteraan mayarakat.

V. DAFTAR PUSTAKA
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.Perkembangan Pencapaian PesertaKB
baruMenurut Alat Kontrasepsi. Disitasi dari
:http://www.bkkbn.go.ig/ditfor/download/Data-DESEMBER.2007/. Last Update :
Desember 2007.

Notoatmojo, Sukidjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku,Jakarta : Rineka


Cipta

Anda mungkin juga menyukai