SKRIPSI
OLEH:
SKRIPSI
OLEH:
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
iv
Universitas Sumatera Utara
Abstract
v
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 23 Juni 1996 anak kedua dari 4
Tahun 2014 penulis lulus dari SMA Swasta Dharma Pancasila Medan dan
pada tahun 2014 masuk ke Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui
Agroteknologi.
vi
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
dan Ibunda yang telah memberikan dukungan finansial dan spiritual. Penulis juga
menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Ir. Yaya Hasanah, M.Si, selaku ketua
komisi pembimbing dan kepada Bapak Prof. Ir. Edison Purba, Ph.D. selaku
selama penulisan skripsi ini, serta kepada teman-teman yang telah membantu
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ........................................................................................................... i
ABSTRAC ........................................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3
Kegunaan Penelitian .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ........................................................................................ 4
Syarat Tumbuh ......................................................................................... 6
Iklim .............................................................................................. 6
Tanah ............................................................................................. 6
Teknologi Pada Lahan Kering .................................................................. 7
Varietas ..................................................................................................... 9
viii
Universitas Sumatera Utara
Panen ................................................................................. 18
Peubah Amatan ............................................................................ 18
Tinggi Tanaman (cm)........................................................ 18
Jumlah Cabang Produktif (buah) ..................................... 18
Bobot Kering Tajuk (g) ..................................................... 18
Bobot Kering Akar (g) ..................................................... 19
Jumlah Polong per Tanaman Sampel (polong) ................. 19
Bobot Kering Biji / Plot (g) ............................................... 19
Bobot Biji Kering per Tanaman Sampel (g) .................... 19
Bobot Kering 100 Biji (g) ................................................ 19
LAMPIRAN ......................................................................................................... 40
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
No. Hal.
8. Bobot kering biji per plot beberapa varietas kedelai dengan perlakuan
beberapa paket teknologi budidaya kedelai di lahan kering ..................... 28
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal
1. Bagan penanaman pada plot ....................................................................... 40
xi
Universitas Sumatera Utara
24. Data jumlah daun 3 MST ............................................................................ 58
41. Sidik ragam jumlah polong berisi per tanaman sampel .............................. 66
43. Sidik ragam jumlah polong hampa per tanaman sampel ............................ 67
xii
Universitas Sumatera Utara
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
ketiga setelah padi dan jagung. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati
yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi
kesehatan dan murah harganya. Kedelai dapat diolah sebagai bahan industri
olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack dan
Produksi kedelai di Sumatera Utara pada tahun 2016 sebanyak 5.062. Pada
tahun 2017 produksi kedelai mengalami peningkatan hingga 8.419 ribu ton biji
kering, sedangkan luas panen untuk tanaman kedelai di Sumatera Utara pada
tahun 2016 yaitu 3.955 ribu ha dan tahun 2017 luas panen mengalami peningkatan
Indonesia memiliki lahan kering yang cukup luas dibandingkan dengan lahan
(Sofia, 2012).
Utara pada tahun 2009 memiliki luas lahan 480.133 Ha, dan terus mengalami
peningkatan hingga 1.215.840 ha pada tahun 2016. Hal ini menunjukkan bahwa
lahan kering yang terdapat di Sumatera Utara memiliki areal yang sangat potensial
adalah rendahnya tingkat kesuburan tanah dan tanah bereaksi masam. Pemecahan
masalah ini dapat ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu menyediakan varietas
kedelai karena untuk mencapai produktivitas yang tinggi sangat ditentukan oleh
potensi daya hasil dari varietas unggul yang ditanam. Potensi hasil biji di
lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik varietas dengan
tidak dilakukan dengan baik, potensi daya hasil biji yang tinggi dari varietas
dilakukan dengan menghasilkan varietas kedelai yang memiliki hasil panen yang
tinggi, tahan terhadap penyakit, dan toleran terhadap kekeringan atau keasaman
aplikasi pembenah tanah (soil ameliorant) pada lahan kering untuk menjamin
ketersediaan unsur hara. Karena pengelolaan unsur hara merupakan salah satu
faktor penting untuk pertumbuhan tanaman kedelai yang secara kumulatif akan
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Kegunaan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
Batang kedelai berasal dari poros janin sedangkan bagian atas poros
berakhir dengan epikotil yang amat pendek dan hypokotil merupakan bagian
epicotyl. Titik tumbuh epikotyl akan membentuk daun dan kuncup ketiak. Batang
dapat membentuk 3–6 cabang, berbentuk semak dengan tinggi 30–100 cm.
(Hasanah, 2016).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu: (1) kotiledon atau daun
biji, (2) dua helai daun primer sederhana, (3) daun bertiga, dan 4) profila. Daun
primer berbentuk oval dengan tangkai daun sepanjang 1-2 cm, terletak
berseberangan pada buku pertama diatas kotiledon. Bentuk daun kedelai adalah
lancip, bulat dan lonjong serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya antara
lonjong dan lancip. Sebagian besar bentuk daun kedelai yang ada di Indonesia
adalah berbentuk lonjong dan hanya terdapat satu varietas (Argopuro) berdaun
terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga
berwarna ungu atau putih. Di Indonesia tanaman kedelai mulai berbunga pada
umur 30–50 hari. Bunga kedelai berada dalam berkas atau tandan. Berkas duduk
bertangkai panjangnya 3 cm. Bagian yang mendukung bunga 0,5-2 cm, anak
tangkai bunga sangat pendek. Tinggi kelopak 5-7 mm, berambut panjang, taju
sempit dan runcing. Mahkota berwarna putih atau lila, dan panjang bendera 6-7
mm. Benang sari bendera lepas atau mudah lepas, yang lainnya melekat, dan
Jumlah polong bervariasi mulai 2-20 dalam satu pembungaan dan lebih
dari 400 dalam satu tanaman. Satu polong berisi 1-5 biji, namun pada umumnya
berisi 2-3 biji per polong. Polong berlekuk lurus atau ramping dengan panjang
kurang dari 2-7 cm. Polong masak berwarna kuning muda sampai kuning kelabu,
coklat, atau hitam. Warna polong tergantung pada keberadaan pigmen karoten dan
Warna biji kedelai berbeda-beda, perbedaan warna biji dapat dilihat pada
belahan biji ataupun pada selaput biji, biasanya kuning atau hijau transparan
(tembus cahaya). Selain itu, ada pula biji yang berwarna gelap kecoklat-coklatan
ada yang bisa mencapai berat 50-500 gram per 100 butir biji. (Sitinjak, 2012).
Syarat Tumbuh
Iklim
Kedelai dapat tumbuh baik sampai ketinggian 1.500 m dpl. Suhu yang
itu penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10 jam/hari dan curah hujan
yang paling optimal antara 100-200 mm/bulan (Andrianto dan Indarto, 2004).
atas permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik, jika ditanam di
apabila penyinaran terlalu lama melebihi 12 jam, tanaman tidak akan berbunga.
Hampir semua varietas tanaman kedelai berbunga dari umur 30–60 hari
(Hasanah, 2016).
hasil produksi menurun. Pertumbuhan kedelai juga sangat dipengaruhi oleh lama
penyinaran. Kedelai dapat tumbuh dengan baik pada tempat yang mendapatkan
Tanah
menghendaki tanah yang subur, gembur, dan kaya akan humus atau bahan
organik. Nilai pH ideal bagi pertumbuhan kedelai dan bakteri Rhizobium adalah
6,0-6,8. Apabila pH diatas 7,0 tanaman kedelai akan mengalami klorosis sehingga
tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan kurang subur dan agak masam pun kedelai
syarat tumbuh antara 4,5–7 namun pada tanah asam perlu dilakukan pengapuran
Tanah yang dapat ditanam kedelai harus memiliki air dan hara tanaman
yang cukup untuk pertumbuhannya. Tanah yang mengandung liat tinggi perlu
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada jenis tanah alluvial, regosol, gumosol,latosol
bahkan teknologi harus terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik
usaha tani kedelai, maka sulit diharapkan akan terjadi peningkatan produksi
Jenis pupuk yang tepat dapat menjadi solusi untuk budidaya tanaman
kedelai di lahan marginal. Pupuk organik merupakan solusi yang tepat untuk
pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan dan manusia seperti pupuk
Masalah pada lahan kering beriklim basah adalah (1) pencucian hara dan
keracunan Al, (2) kadar bahan organik tanah rendah, (3) efisiensi pemupukan
rendah, (4) kepekaan erosi tinggi dan (5) degradasi produktivitas. Strategi
pengelolaan lahan kering beriklim basah dapat melalui pilihan masukan tinggi
permanent farming dengan penambahan bahan organik sisa panen, rotasi tanaman
ketersediaan P lahan kering masam adalah pemberian kapur kalsit atau dolomit.
pengembangan kedelai pada lahan kering masam. Penelitian untuk tujuan itu telah
lahan tegalan (tipe penggunaan lahan kering yang umum ditanami dengan
tanaman semusim) terdiri atas Urea 25 kg/ha untuk potensi lahan tinggi, sedang
dan rendah. SP-36 100 kg/ha untuk potensi lahan tinggi, 150 kg/ha untuk potensi
lahan sedang dan 250 kg/ha untuk potensi lahan rendah. KCl 50 kg/ha untuk
potensi lahan tinggi, 100 kg/ha untuk potensi lahan sedang dan 150 kg/ha untuk
potensi lahan rendah. Inokulum rhizobium 200 kg/ha untuk potensi lahan tinggi,
sedang dan rendah. Kapur 500 g/ha untuk potensi lahan tinggi, 1000 g/ha untuk
potensi lahan sedang dan 2000 g/ha untuk potensi lahan rendah. Bahan organik
2 ton/ha untuk potensi lahan tinggi, 2 ton/ha untuk potensi lahan sedang dan
memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 2, 6 dan 8
MST, jumlah cabang produktif, dan bobot 100 butir. Hasil terbaik diperoleh
hingga kosentrasi 200 ppm dan terjadi penurunan pada kosentrasi 400 dan 600
askorbat 500 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering biji per tanaman
dan bobot 100 biji kering tanaman kedelai varietas Wilis pada kondisi cekaman
kekeringan.
Varietas
menjadi banyak pilihan bagi petani baik untuk pergiliran varietas antar musim,
serangan hama dan penyakit, dan menjadi pilihan petani sesuai kondisi lahan.
menentukan apakah yang dihadapi tersebut adalah benar varietas unggul yang
Varietas unggul memberikan manfaat teknis dan ekomis yang banyak bagi
seragam sehingga panen menjadi serempak, mutu hasil lebih tinggi dan sesuai
dengan selerea konsumen, dan tanaman akan mempunyai ketahanan yang tinggi
terhadap gangguan hama dan penyakit serta mempunyai daya adaptasi yang tinggi
tertentu, misalnya umur panen, produksi per hektar, daya tahan terhadap hama dan
varietas ini diharapkan sesuai dengan keadaan tempat yang akan ditanami.
Anjasmoro 92 hari, tinggi batang 64-68 cm, batang kokoh, bercabang dan tidak
mudah rebah, dan umur berbunga 35 hari, dan daya hasil dari varietas anjasmoro
yaitu 2,25 ton/ha. Kedelai varietas Dering-1 dilepas pada tahun 2012. Umur
matang Dering-1 81 hari, tinggi batang 57 cm, batang kokoh dan tidak mudah
rebah, dan umur berbunga 35 hari dan potensi hasil dari varietas Dering-1 yaitu
2,8 ton/ha. Kedelai varietas Demas-1 dilepas pada tahun 2014. Umur matang
Demas-1 84 hari, tinggi batang 66 cm, batang kokoh dan tidak mudah rebah, dan
umur berbunga 37 hari, dan potensi hasil dari varietas Demas-1 yaitu 2,5 ton/ha.
Kedelai varietas Devon-1 dilepas pada tahun 2015. Umur matang Devon-1 83
hari, tinggi batang 58 cm, batang agak tahan rebah, dan umur berbunga 34 hari,
dan potensi hasil dari varietas Devon-1 yaitu 3,09 ton/ha (Balitkabi, 2016).
Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Jati Kec. Binjai Kab. Langkat,
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas
Anjasmoro, Devon-1, Demas-1, Dering-1, pupuk Urea pupuk SP-36 dan pupuk
KCl, pupuk kandang sapi, kapur, asam askorbat, B. japonicum, bambu, plastik
bening, amplop coklat, tali plastik, air dan bahan pendukung penelitian lainnya.
timbangan analitik, mangkok, dirigen air, selang air, parang, pisau atau cutter,
plang penelitian, ember, spidol, meteran, kalkulator, gunting, alat tulis, dan alat
Rancangan Penelitian
V1 : Varietas Demas-1
V2 : Varietas Anjasmoro
V3 : Varietas Devon-1
V4 : Varietas Dering-1
200 ppm
300 ppm
Jarak tanam : 40 cm x 20 cm
dimana :
Yijk : Data hasil pengamatan dari unit percobaan blok ke-i dengan perlakuan
μ : Nilai tengah
(αβ)jk : Efek interaksi dari varietas pada taraf ke-j dan perlakuan paket teknologi
εijk : Galat dari blok ke-i, varietas pada taraf ke-j dan perlakuan paket
Data dianalisis dengan sidik ragam, sidik ragam yang nyata dilanjutkan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan
Areal lahan penanaman yang akan digunakan dibersihkan dari gulma, dan
sisa akar tanaman. Tanah diolah dengan sempurna dan digemburkan dengan
dengan ukuran 200 cm x 200 cm, dengan jarak antar blok 50 cm dan dibuat parit
Pengapuran
Kapur yang diberikan berupa kapur dolomit dengan dosis perlakuan yang telah
ditentukan dengan cara disebar dan diaduk secara merata saat pengolahan tanah.
Pupuk Kandang
dengan cara disebar dan diaduk secara merata saaat pengolahan tanah.
Penanaman
dengan jarak tanam 40 x 20 cm. Ditanam 2 benih per lubang tanam. Kemudian
setelah tanam (mst) sampai periode pengisian polong (R5) dengan dosis yang
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiangan
yang berada di pinggir dan didalam plot ataupun di parit drainase. Penyiangan
pada tanaman.
Panen
Panen dilakukan pada saat tanaman kedelai dengan kriteria panen dapat
dilihat dari warna daun mulai menguning dan kemudian rontok dan warna polong
Peubah Amatan
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang sampai dengan titik
Jumlah Daun
tiap sampel tanaman. Pengamatan ini dilakukan pada interval masa vegetatif yaitu
Jumlah cabang produktif yang dihitung adalah cabang yang berasal dari
batang utama pada setiap tanaman. Pengamatan dilakukan akhir masa generatif
(R8).
Tajuk yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan
Akar yang diukur adalah tajuk yang sudah dipisahkan dari akar dan
dibersihkan dari kotoran yang lalu dioven dengan suhu 80 oC hingga bobotnya
sampel, dengan menghitung jumlah polong berisi dan jumlah polong hampa.
Biji kedelai dilepaskan dari polongnya dan dijemur dibawah sinar matahari
dijemur di bawah sinar matahari selama 2-3 hari dari seluruh sampel setiap
ulangan.
HASIL
bahwa perlakuan varietas kedelai dan paket teknologi berpengaruh nyata terhadap
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk, bobot
kering akar, jumlah polong berisi, jumlah polong hampa, bobot kering biji per
Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman dapat dilihat pada
terhadap tinggi tanaman 2-4 MST sedangkan paket teknologi serta interaksi
varietas Anjasmoro pada 2-3 MST dan varietas Demas-1 pada 4-5 MST,
sedangkan tinggi tanaman terendah dihasilkan oleh varietas Dering-1 pada 2-5
MST. Varietas Anjasmoro pada 2-4 MST menghasilkan tinggi tanaman yang
berbeda nyata dengan varietas Dering-1, tetapi berbeda tidak nyata dengan
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran
menghasilkan jumlah daun tertinggi pada 2-5 MST, sedangkan untuk jumlah daun
terendah dihasilkan oleh varietas Anjasmoro pada 1 MST dan 5 MST dan varietas
varietas lainnya pada 2-4 MST tetapi berbeda tidak nyata dengan varietas
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah cabang produktif dapat dilihat
nyata tetapi paket teknologi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.
(6,38 buah) yang berbeda nyata dengan varietas Dering-1 (5,28 buah) dan
Anjasmoro (4,13 buah) tetapi berbeda tidak nyata dengan varietas Demas-1
(6,19 buah).
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering tajuk dapat dilihat pada
nyata tetapi paket teknologi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.
menghasilkan bobot kering tajuk tertinggi pada 6-7 MST, sedangkan untuk bobot
6-7 MST, tetapi berbeda tidak nyata dengan varietas Demas-1 dan Dering-1 pada
7 MST.
P1 pada 6 MST (6,96 g) dan P2 pada 7 MST (8,17 g) menghasilkan bobot kering
tajuk tertinggi.
teknologi dan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar.
Tabel 5. Bobot kering akar beberapa varietas kedelai dengan perlakuan beberapa
paket teknologi budidaya kedelai di lahan kering
Varietas
MST Paket V1 V2 V3 V4 Rataan
(Demas-1) (Anjasmoro)) (Devon-1) (Dering-1)
...........................................g...........................................
P1 0,60 0,62 1,10 0,78 0,78
6 P2 0,84 0,53 1,01 0,82 0,80
P3 0,61 0,67 1,08 0,67 0,76
Rataan 0,68 b 0,61 b 1,06 a 0,76 b
P1 0,85 0,52 1,26 0,88 0,88
7 P2 0,77 0,46 1,37 0,99 0,90
P3 0,73 0,82 0,89 0,98 0,86
Rataan 0,78 bc 0,60 c 1,18 a 0,95 ab
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
menghasilkan bobot kering akar tertinggi pada 6-7 MST, sedangkan untuk bobot
kering akar terendah dihasilkan oleh varietas Anjasmoro pada 6-7 MST.
Bobot kering akar varietas Devon-1 pada 6 MST (1,06 g) berbeda nyata
dengan bobot kering akar varietas lainnya dan pada 7 MST bobot kering akar
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah polong berisi dapat dilihat pada
nyata tetapi paket teknologi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.
Jumlah polong berisi per sampel pada beberapa varietas kedelai dengan
Tabel 6. Jumlah polong berisi per tanaman sampel beberapa varietas kedelai
dengan perlakuan beberapa paket teknologi budidaya kedelai di lahan
kering
Varietas
Paket
Demas-1 Anjasmoro Devon-1 Dering-1 Rataan
Teknologi
(V1) (V2) (V3) (V4)
.....................................polong...............................
P1 157,29 80,08 121,00 120,88 119,81
P2 153,54 71,21 108,96 125,13 114,71
P3 155,42 73,92 109,17 139,50 119,50
Rataan 155,42 a 75,07 c 113,04 b 128,50 b
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
jumlah polong berisi terendah dihasilkan oleh varietas Anjasmoro (75,07 polong).
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah polong hampa dapat dilihat pada
Jumlah polong hampa per sampel pada beberapa varietas kedelai dengan
Tabel 7. Jumlah polong hampa per tanaman sampel beberapa varietas kedelai
dengan beberapa perlakuan paket teknologi budidaya kedelai di lahan
kering
Varietas
Paket
Demas-1 Anjasmoro Devon-1 Dering-1 Rataan
Teknologi
(V1) (V2) (V3) (V4)
.....................................polong...............................
P1 3,92 2,58 3,42 4,58 3,63 a
P2 3,58 1,88 263 3,83 2,98 b
P3 3,08 1,46 1,83 3,21 2,40 b
Rataan 3,53 ab 1,97 c 2,63 bc 3,87 a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
tertinggi dihasilkan oleh varietas Dering-1 (3,87 polong), sedangkan untuk jumlah
berbeda nyata dengan varietas Devon-1 dan Anjasmoro, tetapi berbeda tidak nyata
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering biji per plot dapat dilihat
tidak nyata.
Bobot kering biji per plot pada beberapa varietas kedelai dengan
menghasilkan bobot kering biji/plot tertinggi (998,20 g), sedangkan untuk bobot
Data pengamatan dan sidik ragam bobot kering 100 biji dapat dilihat pada
nyata tetapi paket teknologi dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.
Bobot kering 100 biji pada beberapa varietas kedelai dengan perlakuan
Tabel 9. Bobot kering 100 biji beberapa varietas kedelai dengan beberapa
perlakuan paket teknologi budidaya kedelai di lahan kering
Varietas
Paket
Demas-1 Anjasmoro Devon-1 Dering-1 Rataan
Teknologi
(V1) (V2) (V3) (V4)
.....................................g........................................
P1 8,23 14,68 15,66 9,23 11,95
P2 8,63 14,24 14,97 9,21 11,76
P3 8,71 15,02 15,41 9,46 12,15
Rataan 8,52 d 14,65 b 15,35 a 9,30 c
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda
Duncan pada taraf α = 5%.
menghasilkan bobot kering 100 biji tertinggi (15,35 g), sedangkan untuk bobot
kering 100 biji terendah dihasilkan oleh varietas Demas-1 (8,52 g).
yang berbeda nyata dengan bobot kering 100 biji varietas lainnya.
varietas Devon-1 dengan paket teknologi P1 menghasilkan bobot kering 100 biji
Pembahasan
memiliki perbedaan nyata terhadap tinggi tanaman pada 2-4 MST, jumlah daun
pada 2-5 MST, jumlah cabang produktif, bobot kering tajuk pada 6-7 MST, bobot
kering akar pada 6-7 MST, jumlah polong berisi per tanaman sampel, jumlah
polong hampa per tanaman sampel, bobot kering biji per plot, dan bobot kering
100 biji.
Varietas Anjasmoro memiliki tinggi tanaman pada 2-4 MST yang nyata
paling tinggi yang berbeda tidak nyata dengan varietas Demas-1 dan Devon-1.
jumlah daun, bobot kering akar, jumlah cabang produktif, jumlah polong berisi,
bobot biji per plot. Hasil ini menunjukkan bahwa varietas Anjasmoro memiliki
keragaan tanaman yang tinggi, namun tidak dapat menghasilkan produksi yang
memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan varietas Wilis, Slamet dan
polong lebih sedikit, produksi per petak dan produksi per ha lebih kecil dibanding
varietas lainnya.
Varietas Demas-1 memiliki jumlah yang tinggi terhadap jumlah daun 2-5
MST, jumlah polong berisi, dan bobot kering biji per plot. Hasil ini menunjukkan
lainnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Balitkabi (2015) yang menyatakan
(varietas unggul adaptif lahan kering masam) dan varietas Wilis (memiliki daya
adaptasi luas). Keunggulan Demas 1 adalah hasil biji rata-rata tinggi yaitu
1,70 t/ha, lebih tinggi daripada Wilis (1,41 t/ha) dan Tanggamus (1,45 t/ha).
Potensi hasil mencapai 2,51 t/ha pada kondisi cekaman kemasaman tanah, lebih
tinggi daripada Tanggamus (1,95 t/ha). Ukuran biji 12,88 g/100 biji lebih besar
cabang produktif, bobot kering tajuk, berat kering akar, dan berat kering 100 biji.
yang termasuk dalam kategori kedelai berbiji besar. Sesuai dengan pernyataan
Nurhayati (2017) bahwa Devon-1 termasuk kedelai berbiji besar (15,33 g/100 biji)
dan pernyataan Yusuf (2013) bahwa akar yang panjang dapat meningkatkan
pengambilan hara dan air sehingga tanaman lebih adaptif pada kondisi kekeringan
dan akar yang panjang akan memiliki bidang serap yang lebih tinggi. Hal ini
didukung oleh pernyataan Hapsoh et.al (2004) bahwa semakin berat cekaman
oleh penurunan bobot kering tajuk, diameter batang, jumlah cabang produktif,
jumlah polong beriji, jumlah biji per tanaman dan bobot kering biji
buah) dan berbeda tidak nyata dengan varietas Demas-1 (3,53 buah). Dering-1
kekeringan selama fase reproduktif, hal ini menunjukkan secara genetik varietas
Dering-1 akan dapat melakukan pengisian polong dan biji dalam kondisi
kekeringan. Oleh sebab itu jumlah polong hampa yang tinggi pada Dering-1
pernyataan Rimbing et.al (2015) bahwa polong yang terserang oleh hama
pengisap polong kedelai ditandai dengan polong hampa dan biji berkeriput. Hal
ini didukung oleh pernyataan Balitkabi (2013) yang menyatakan bahwa Dering 1
budidaya kedelai memberi pengaruh nyata terhadap jumlah polong hampa, namun
Paket teknologi 1 yang terdiri atas pemberian kapur 500 gr/ha, pupuk
kandang 2 ton/ha, pemupukan Urea 25 kg/ha, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha,
askorbat 200 ppm memberikan pengaruh nyata terhadap peubah amatan jumlah
polong hampa. Hasil tersebut diduga karena serangan hama pengisap polong atau
dapat pula akibat kurangnya sumber hara P dan K yang berperan penting dalam
dengan pernyataan Wahyudin et.al (2017) bahwa unsur K sangat berperan dalam
proses pembentukan polong dan polong bernas pada tanaman kedelai. Semakin
hampir keseluruhan peubah amatan, hasil ini memiliki arti bahwa pemberian
teknologi dengan 3 tingkat input yang berbeda memberikan hasil produksi yang
tidak jauh berbeda diantara ketiganya. Hal ini menunjukkan bahwa pada budidaya
kedelai di lahan kering dapat diberikan input dari paket teknologi P1, P2 atau P3,
menggunakan paket teknologi dengan input terendah yaitu P1. Berdasarkan hasil
penelitian Putri et.al (2015) diketahui bahwa faktor produksi yang berpengaruh
nyata terhadap produksi kedelai yaitu lahan dan benih. Rata-rata tingkat efisiensi
teknis penggunaan input pada usahatani kedelai adalah sebesar 85 % yang berarti
bahwa rata-rata petani dapat mencapai paling tidak 85 % dari produksi potensial
tidak nyata, namun apabila dilihat dari hasil produksi diketahui bahwa interaksi
kedelai tertinggi per plot yaitu sebanyak 1135,90 gr. Hal ini berkaitan dengan
produksi harus diikuti dengan kegiatan penyediaan benih bermutu tinggi yang
peubah amatan juga dapat disebabkan oleh waktu penanaman yang tidak sesuai
musim dan tingginya serangan hama tanaman di lapangan. Hama yang menyerang
tanaman antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), ulat jengkal (Chrysodeixis
Riptortus linearis, kepik hijau (Nezara viridula), dan kutu Aphis glycines.
(paket teknologi) yang diberikan tidak dapat membantu tanaman untuk dapat
terhadap hama-hama tersebut. Hal ini sesuai dengan literatur Baliadi et.al (2008)
yang mendukung hal diatas dikemukan oleh Mahyudin et.al (2007) yang
helaian daun. Kehilangan daun yang tinggi dapat menurunkan hasil panen
KESIMPULAN
bobot kering biji per plot tertinggi dibandingkan varietas lainnya dan
tajuk, dan bobot kering 100 biji tertinggi dibandingkan varietas lainnya.
B. japonicum 200 g/40 kg benih, SP-36 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha), jarak
25 kg/ha, inokulasi B. japonicum 200 g/40 kg benih, SP-36 250 kg/ha, KCl
150 kg/ha), jarak tanam 40 cm x 20 cm, kapur 2000 kg/ha, pupuk kandang
Saran
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asyura, L. 2018. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.)
Merril) Terhadap Perlakuan Cekaman Kekeringan dan Pemberian
Antioksidan Asam Salisilat dan Asam Askorbat. J. Agroteknologi FP
USU 6 (1) : 174 - 179.
Badan Pusat Statistik. 2017. Data Produksi Tanaman Kedelai 2016 - 2017.
Sumatera Utara. Medan. Dikutip dari http://www.pertanian.go.id.
Diakses pada tanggal 23 Maret 2018.
Baliadi, Y., Tengkano W., dan Marwoto. 2008. Penggerek Polong Kedelai,
Etiella zinckenella Treitschke (Lepidoptera: Pyralidae) dan Strategi
Pengendaliannya di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 27 (4): 113 -
123.
Balitkabi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918 – 2016. Dikutip dari
http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada 23 Maret 2018.
Gani, J. A., 2000. Kedelai Varietas Unggul. Lembar Informasi Pertanian (Liptan),
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian, Mataram.
Hapsoh, Yahya S., Oelim T.M.H, Soepandi D. 2004. Respon beberapa genotipe
kedelai terhadap tingkat cekaman kekeringan tanah Ultisol. Bul. Agron.
32:1-8
Jumakir dan A. Taufiq. 2008. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Kedelai Di Lahan
Kering Masam Jambi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.
Misbahulzanah, E.H., Waluyo S., dan Widada J. 2014. Kajian Sifat Fisiologis
Kultivar Kedelai (Glycine max (L) Merr) dan Ketergantungannya
Terhadap Mikoriza. Jurnal Vegetalika 3 (1): 45-52.
Putri, R., Murdani, dan Fadli. 2015. Analisis Efisiensi Teknis pada Usahatani
Kedelai (Glycine max (L.) Merril) di Kecamatan Peudada Kabupaten
Bireuen, Aceh. Jurnal Agrium 12 (1) : 16 – 22.
Rahmi, A dan M. P. Biantary. 2014. Karakteristik Sifat Kimia Tanah dan Status
Kesuburan Tanah Lahan Pekarangan dan Lahan Usaha Tani Beberapa
Kampung Di Kabupaten Kutai Barat. Fakultas Pertanian Universitas 17
Agustus 1945. Ziraa’ah 30 (1) : 30-36.
Rimbing, J., J. Pelealu, dan D. Sualang. 2015. Aplikasi Pupuk dan Mulsa Jerami
pada Tanaman Kedelai Terhadap Serangan Hama dan Produksi. Euginea
20 (1) : 45-54.
X X X X X
20 cm 40 cm 40 cm 20 cm
X X X X X
20 cm
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
X X X X X
10 cm
Minggu ke-
No. Pelaksanaan Penelitian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Persiapan Lahan X
2 Pengapuran X
Pengaplikasian Pupuk
3 Kandang Sapi
4 Persiapan Bahan Tanam
5 Penanaman
Pengaplikasian Paket
6 Teknologi
Pengaplikasian Asam
7 Askorbat
8 Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Penyiangan Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Pengendalian Hama dan
Disesuaikan dengan kondisi lapangan
Penyakit
9 Panen
10 Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm) X X X X X
Jumlah Daun (helai)
Jumlah Cabang Produktif
(buah)
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot Kering Akar (g)
Jumlah Polong per Tanaman
Sampel (polong)
Bobot Kering Biji per
Tanaman Sampel (g)
Bobot Kering 100 Biji (g)
Jarak Tanam : 40 x 20 cm
Jarak Tanam : 40 x 20 cm
Jarak Tanam : 40 x 20 cm
Jarak Tanam : 40 x 20 cm
Jarak Tanam : 40 x 20 cm
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 8,96 8,53 10,04 27,53 9,18
V1P2 7,45 10,14 9,79 27,38 9,13
V1P3 8,75 9,05 9,31 27,11 9,04
V2P1 10,35 10,70 7,40 28,45 9,48
V2P2 10,64 11,10 9,96 31,70 10,57
V2P3 9,60 10,60 9,64 29,84 9,95
V3P1 9,10 11,39 8,84 29,33 9,78
V3P2 9,53 9,79 12,48 31,79 10,60
V3P3 8,58 9,25 9,85 27,68 9,23
V4P1 7,20 8,74 8,38 24,31 8,10
V4P2 8,51 7,96 9,45 25,93 8,64
V4P3 7,81 10,68 9,65 28,14 9,38
Total 106,48 117,91 114,78 339,16
Rataan 8,87 9,83 9,56 9,42
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5%
Blok 2 5,82 2,91 2,62 3,44 tn
Perlakuan 11 17,32 1,57 1,42 2,26 tn
Varietas 3 10,21 3,40 3,07 3,05 *
Paket 2 2,16 1,08 0,97 3,44 tn
Interaksi 6 4,96 0,83 0,75 2,55 tn
Galat 22 24,40 1,11
Total 35 47,54
FK 3195,31
KK 11,18
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 13,44 11,41 14,59 39,44 13,15
V1P2 10,56 13,85 12,98 37,39 12,46
V1P3 12,11 12,76 12,98 37,85 12,62
V2P1 13,76 14,68 9,56 38,00 12,67
V2P2 14,04 14,49 13,73 42,25 14,08
V2P3 13,28 14,10 13,30 40,68 13,56
V3P1 12,48 13,38 12,26 38,11 12,70
V3P2 12,86 13,18 14,63 40,66 13,55
V3P3 12,70 12,31 13,54 38,55 12,85
V4P1 9,45 11,41 10,05 30,91 10,30
V4P2 11,98 11,68 12,60 36,25 12,08
V4P3 10,30 14,56 12,75 37,61 12,54
Total 146,95 157,80 152,95 457,70
Rataan 12,25 13,15 12,75 12,71
SK db JK KT F Hitung F tabel 5 %
Blok 2 4,92 2,46 1,47 3,44 tn
Perlakuan 11 29,43 2,68 1,59 2,26 tn
Varietas 3 15,98 5,33 3,17 3,05 *
Paket 2 4,80 2,40 1,43 3,44 tn
Interaksi 6 8,65 1,44 0,86 2,55 tn
Galat 22 36,92 1,68
Total 35 71,27
FK 5819,15
KK 10,19
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 21,90 17,93 20,33 60,15 20,05
V1P2 17,38 20,70 19,83 57,90 19,30
V1P3 19,09 22,69 18,31 60,09 20,03
V2P1 18,60 22,93 17,58 59,10 19,70
V2P2 20,95 21,11 18,00 60,06 20,02
V2P3 18,66 19,53 19,24 57,43 19,14
V3P1 18,55 17,04 19,44 55,03 18,34
V3P2 18,24 17,85 20,18 56,26 18,75
V3P3 19,70 17,34 20,04 57,08 19,03
V4P1 13,93 15,10 14,49 43,51 14,50
V4P2 18,87 18,59 17,93 55,38 18,46
V4P3 15,65 20,35 19,11 55,11 18,37
Total 221,51 231,14 224,45 677,10
Rataan 18,46 19,26 18,70 18,81
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 4,06 2,03 0,67 3,44 tn
Perlakuan 11 74,27 6,75 2,22 2,26 tn
Varietas 3 40,66 13,55 4,46 3,05 *
Paket 2 7,82 3,91 1,29 3,44 tn
Interaksi 6 25,79 4,30 1,41 2,55 tn
Galat 22 66,86 3,04
Total 35 145,18
FK 12734,99
KK 9,27
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 31,35 26,58 27,26 85,19 28,40
V1P2 24,84 29,36 28,36 82,56 27,52
V1P3 25,70 29,61 25,39 80,70 26,90
V2P1 26,48 31,74 24,65 82,86 27,62
V2P2 31,56 28,33 23,76 83,65 27,88
V2P3 27,39 29,39 22,68 79,45 26,48
V3P1 26,84 25,05 28,56 80,45 26,82
V3P2 26,30 26,51 28,86 81,68 27,23
V3P3 27,01 24,78 26,43 78,21 26,07
V4P1 21,54 21,85 20,61 64,00 21,33
V4P2 29,08 27,29 26,26 82,63 27,54
V4P3 25,10 30,20 29,64 84,94 28,31
Total 323,18 330,68 312,46 966,31
Rataan 26,93 27,56 26,04 26,84
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 13,96 6,98 1,12 3,44 tn
Perlakuan 11 115,31 10,48 1,69 2,26 tn
Varietas 3 18,70 6,23 1,00 3,05 tn
Paket 2 13,70 6,85 1,10 3,44 tn
Interaksi 6 82,92 13,82 2,22 2,55 tn
Galat 22 136,73 6,21
Total 35 266,00
FK 25937,77
KK 9,29
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 1,88 1,00 2,00 4,88 1,63
V1P2 2,50 1,88 2,00 6,38 2,13
V1P3 1,25 2,38 1,50 5,13 1,71
V2P1 1,13 1,38 0,50 3,00 1,00
V2P2 0,75 0,75 0,63 2,13 0,71
V2P3 0,38 0,25 0,25 0,88 0,29
V3P1 0,38 1,88 0,13 2,38 0,79
V3P2 0,63 0,75 1,63 3,00 1,00
V3P3 0,25 0,38 0,63 1,25 0,42
V4P1 0,50 1,00 1,13 2,63 0,88
V4P2 0,88 1,00 1,00 2,88 0,96
V4P3 0,63 1,50 1,50 3,63 1,21
Total 11,13 14,13 12,88 38,13
Rataan 0,93 1,18 1,07 1,06
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,38 0,19 0,88 3,44 tn
Perlakuan 11 9,44 0,86 3,97 2,26 *
Varietas 3 7,55 2,52 11,63 3,05 *
Paket 2 0,51 0,26 1,19 3,44 tn
Interaksi 6 1,38 0,23 1,07 2,55 tn
Galat 22 4,76 0,22
Total 35 14,58
FK 40,38
KK 43,91
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 3,50 2,38 3,88 9,75 3,25
V1P2 4,13 3,13 2,63 9,88 3,29
V1P3 3,13 3,50 3,25 9,88 3,29
V2P1 2,38 2,25 2,00 6,63 2,21
V2P2 2,13 3,13 2,13 7,38 2,46
V2P3 2,00 2,25 2,25 6,50 2,17
V3P1 2,13 2,75 2,00 6,88 2,29
V3P2 2,00 2,25 2,63 6,88 2,29
V3P3 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00
V4P1 2,00 2,13 2,13 6,25 2,08
V4P2 2,50 2,88 3,00 8,38 2,79
V4P3 2,13 3,50 2,75 8,38 2,79
Total 30,00 32,13 30,63 92,75
Rataan 2,50 2,68 2,55 2,58
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,20 0,10 0,47 3,44 tn
Perlakuan 11 7,87 0,72 3,38 2,26 *
Varietas 3 6,55 2,18 10,31 3,05 *
Paket 2 0,38 0,19 0,89 3,44 tn
Interaksi 6 0,95 0,16 0,75 2,55 tn
Galat 22 4,66 0,21
Total 35 12,73
FK 238,96
KK 17,85
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 5,50 5,00 5,75 16,25 5,42
V1P2 6,75 5,63 5,38 17,75 5,92
V1P3 5,13 5,63 5,13 15,88 5,29
V2P1 4,38 4,63 4,13 13,13 4,38
V2P2 4,13 4,88 4,00 13,00 4,33
V2P3 4,00 4,25 4,25 12,50 4,17
V3P1 4,13 4,25 4,25 12,63 4,21
V3P2 3,75 4,13 5,88 13,75 4,58
V3P3 3,75 3,75 4,25 11,75 3,92
V4P1 3,88 4,88 4,13 12,88 4,29
V4P2 4,63 5,13 4,63 14,38 4,79
V4P3 6,75 5,00 5,38 17,13 5,71
Total 56,75 57,13 57,13 171,00
Rataan 4,73 4,76 4,76 4,75
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,01 0,00 0,01 3,44 tn
Perlakuan 11 14,70 1,34 4,03 2,26 *
Varietas 3 10,20 3,40 10,26 3,05 *
Paket 2 0,67 0,34 1,02 3,44 tn
Interaksi 6 3,82 0,64 1,92 2,55 tn
Galat 22 7,29 0,33
Total 35 22,00
FK 812,25
KK 12,12
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 8,75 8,00 9,50 26,25 8,75
V1P2 8,75 9,50 10,00 28,25 9,42
V1P3 7,63 8,88 7,13 23,63 7,88
V2P1 6,38 6,13 5,75 18,25 6,08
V2P2 6,38 7,25 5,13 18,75 6,25
V2P3 5,75 6,13 6,13 18,00 6,00
V3P1 6,88 7,38 8,25 22,50 7,50
V3P2 6,50 6,75 11,13 24,38 8,13
V3P3 5,75 5,63 6,88 18,25 6,08
V4P1 5,63 9,75 7,00 22,38 7,46
V4P2 7,13 8,38 7,25 22,75 7,58
V4P3 6,63 9,75 7,75 24,13 8,04
Total 82,13 93,50 91,88 267,50
Rataan 6,84 7,79 7,66 7,43
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 6,31 3,15 2,31 3,44 tn
Perlakuan 11 41,51 3,77 2,76 2,26 *
Varietas 3 30,70 10,23 7,50 3,05 *
Paket 2 4,28 2,14 1,57 3,44 tn
Interaksi 6 6,54 1,09 0,80 2,55 tn
Galat 22 30,04 1,37
Total 35 77,86
FK 1987,67
KK 15,72
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 5,00 6,50 6,38 17,88 5,96
V1P2 5,25 6,50 7,88 19,63 6,54
V1P3 5,38 6,63 6,25 18,25 6,08
V2P1 2,88 4,38 6,38 13,63 4,54
V2P2 3,75 3,38 5,00 12,13 4,04
V2P3 3,63 3,25 4,50 11,38 3,79
V3P1 8,25 5,88 5,75 19,88 6,63
V3P2 5,75 5,88 6,25 17,88 5,96
V3P3 6,50 6,13 7,00 19,63 6,54
V4P1 4,50 5,63 5,25 15,38 5,13
V4P2 5,00 4,88 5,00 14,88 4,96
V4P3 5,00 6,13 6,13 17,25 5,75
Total 60,88 65,13 71,75 197,75
Rataan 5,07 5,43 5,98 5,49
SK DB JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 5,01 2,50 3,65 3,44 *
Perlakuan 11 31,97 2,91 4,24 2,26 *
Varietas 3 28,69 9,56 13,94 3,05 *
Paket 2 0,25 0,13 0,18 3,44 tn
Interaksi 6 3,02 0,50 0,73 2,55 tn
Galat 22 15,09 0,69
Total 35 52,06
FK 1086
KK 15,1
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 3,36 3,63 4,21 11,20 3,73
V1P2 3,34 3,74 8,33 15,41 5,14
V1P3 4,83 3,47 3,01 11,31 3,77
V2P1 1,96 4,69 1,80 8,45 2,82
V2P2 2,89 3,41 0,82 7,12 2,37
V2P3 3,59 3,41 3,58 10,58 3,53
V3P1 4,07 4,95 11,86 20,88 6,96
V3P2 6,49 2,60 8,58 17,67 5,89
V3P3 3,54 5,25 4,31 13,10 4,37
V4P1 2,98 4,30 4,14 11,42 3,81
V4P2 3,16 6,59 3,40 13,15 4,38
V4P3 4,58 3,15 4,52 12,25 4,08
Total 44,79 49,19 58,56 152,54
Rataan 3,73 4,10 4,88 4,24
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 8,24 4,12 1,08 3,44 tn
Perlakuan 11 53,01 4,82 1,26 2,26 tn
Varietas 3 36,45 12,15 3,17 3,05 *
Paket 2 1,71 0,85 0,22 3,44 tn
Interaksi 6 14,85 2,48 0,65 2,55 tn
Galat 22 84,32 3,83
Total 35 145,58
FK 646,35
KK 46,20
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 9,52 7,76 4,90 22,18 7,39
V1P2 5,03 5,25 5,48 15,76 5,25
V1P3 4,82 7,61 3,47 15,90 5,30
V2P1 3,77 4,16 2,89 10,82 3,61
V2P2 3,66 5,20 1,36 10,22 3,41
V2P3 5,30 5,01 5,05 15,36 5,12
V3P1 6,15 6,00 9,36 21,51 7,17
V3P2 4,92 5,74 13,86 24,52 8,17
V3P3 8,50 5,04 3,89 17,43 5,81
V4P1 6,01 6,90 6,94 19,85 6,62
V4P2 3,97 6,10 5,80 15,87 5,29
V4P3 5,46 5,35 6,83 17,64 5,88
Total 67,11 70,12 69,83 207,06
Rataan 5,59 5,84 5,82 5,75
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,46 0,23 0,05 3,44 tn
Perlakuan 11 67,51 6,14 1,35 2,26 tn
Varietas 3 42,19 14,06 3,10 3,04 *
Paket 2 3,56 1,78 0,39 3,44 tn
Interaksi 6 21,76 3,63 0,80 2,55 tn
Galat 22 99,93 4,54
Total 35 167,90
FK 1190,94
KK 37,05
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 0,62 0,48 0,69 1,79 0,60
V1P2 0,81 0,66 1,04 2,51 0,84
V1P3 0,80 0,48 0,54 1,82 0,61
V2P1 0,63 0,94 0,30 1,87 0,62
V2P2 0,83 0,53 0,23 1,59 0,53
V2P3 0,86 0,73 0,43 2,02 0,67
V3P1 0,86 0,99 1,45 3,30 1,10
V3P2 1,02 0,75 1,26 3,03 1,01
V3P3 1,01 0,71 1,53 3,25 1,08
V4P1 0,87 1,00 0,47 2,34 0,78
V4P2 0,80 0,97 0,70 2,47 0,82
V4P3 0,76 0,59 0,66 2,01 0,67
Total 9,87 8,83 9,30 28,00
Rataan 0,82 0,74 0,78 0,78
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,05 0,02 0,34 3,44 tn
Perlakuan 11 1,28 0,12 1,75 2,26 tn
Varietas 3 1,09 0,36 5,45 3,05 *
Paket 2 0,01 0,01 0,08 3,44 tn
Interaksi 6 0,18 0,03 0,46 2,55 tn
Galat 22 1,46 0,07
Total 35 2,79
FK 21,78
KK 33,14
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 0,98 0,65 0,91 2,54 0,85
V1P2 0,74 0,39 1,19 2,32 0,77
V1P3 0,57 1,01 0,62 2,20 0,73
V2P1 0,45 0,56 0,55 1,56 0,52
V2P2 0,48 0,64 0,26 1,38 0,46
V2P3 0,98 0,68 0,79 2,45 0,82
V3P1 1,42 1,14 1,22 3,78 1,26
V3P2 1,07 1,19 1,86 4,12 1,37
V3P3 1,01 1,11 0,56 2,68 0,89
V4P1 1,05 0,60 1,00 2,65 0,88
V4P2 0,93 0,84 1,20 2,97 0,99
V4P3 0,64 1,08 1,23 2,95 0,98
Total 10,32 9,89 11,39 31,60
Rataan 0,86 0,82 0,95 0,88
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 0,10 0,05 0,74 3,44 tn
Perlakuan 11 2,26 0,21 3,06 2,26 *
Varietas 3 1,63 0,54 8,05 3,05 *
Paket 2 0,01 0,01 0,08 3,44 tn
Interaksi 6 0,63 0,10 1,55 2,55 tn
Galat 22 1,48 0,07
Total 35 3,84
FK 27,74
KK 29,56
Lampiran 40. Data Jumlah Polong Berisi per Tanaman Sampel (Polong)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 151,88 174,63 145,38 471,88 157,29
V1P2 121,63 171,88 167,13 460,63 153,54
V1P3 167,00 185,13 114,13 466,25 155,42
V2P1 68,88 96,75 74,63 240,25 80,08
V2P2 76,38 81,13 56,13 213,63 71,21
V2P3 70,13 67,63 84,00 221,75 73,92
V3P1 117,13 115,63 130,25 363,00 121,00
V3P2 96,50 105,38 125,00 326,88 108,96
V3P3 100,38 97,50 129,63 327,50 109,17
V4P1 123,25 133,63 105,75 362,63 120,88
V4P2 122,75 141,75 110,88 375,38 125,13
V4P3 136,25 131,38 150,88 418,50 139,50
Total 1352,13 1502,38 1393,75 4248,25
Rataan 112,68 125,20 116,15 118,01
Lampiran 41. Sidik Ragam Jumlah Polong Berisi per Tanaman Sampel
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 1002,97 501,49 1,59 3,44 tn
Perlakuan 11 31402,76 2854,80 9,04 2,26 *
Varietas 3 30400,87 10133,62 32,10 3,05 *
Paket 2 196,44 98,22 0,31 3,44 tn
Interaksi 6 805,45 134,24 0,43 2,55 tn
Galat 22 6946,08 315,73
Total 35 39351,81
FK 501323
KK 15,06
Lampiran 42. Data Jumlah Polong Hampa per Tanaman Sampel (Polong)
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 3,50 3,88 4,50 11,88 3,96
V1P2 1,75 5,25 5,25 12,25 4,08
V1P3 2,38 2,38 5,25 10,00 3,33
V2P1 1,88 1,38 1,50 4,75 1,58
V2P2 0,50 3,00 4,75 8,25 2,75
V2P3 0,75 1,25 2,38 4,38 1,46
V3P1 2,00 3,38 2,00 7,38 2,46
V3P2 1,13 4,25 6,38 11,75 3,92
V3P3 1,50 1,25 1,25 4,00 1,33
V4P1 3,13 3,88 3,38 10,38 3,46
V4P2 3,75 6,25 7,13 17,13 5,71
V4P3 3,25 2,75 7,63 13,63 4,54
Total 25,50 38,88 51,38 115,75
Rataan 2,13 3,24 4,28 3,22
Lampiran 43. Sidik Ragam Jumlah Polong Hampa per Tanaman Sampel
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 27,91 13,95 9,31 3,44 *
Perlakuan 11 59,78 5,43 3,62 2,26 *
Varietas 3 38,10 12,70 8,47 3,05 *
Paket 2 14,79 7,40 4,93 3,44 *
Interaksi 6 6,88 1,15 0,77 2,55 tn
Galat 22 32,99 1,50
Total 35 120,68
FK 372,2
KK 38,08
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 1004,16 962,81 655,15 2622,12 874,04
V1P2 1067,89 857,74 1028,39 2954,02 984,67
V1P3 1118,45 1093,79 1195,45 3407,69 1135,90
V2P1 631,75 763,73 536,80 1932,28 644,09
V2P2 641,92 739,29 442,84 1824,05 608,02
V2P3 529,80 738,16 643,03 1910,99 637,00
V3P1 757,34 828,61 797,34 2383,29 794,43
V3P2 580,31 704,38 952,92 2237,61 745,87
V3P3 592,97 769,37 736,82 2099,16 699,72
V4P1 561,72 1075,96 518,39 2156,07 718,69
V4P2 534,46 967,31 736,98 2238,75 746,25
V4P3 944,66 708,69 1103,47 2756,82 918,94
Total 8965,43 10209,84 9347,58 28522,85
Rataan 747,12 850,82 778,97 792,30
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 67724,64 33862,32 1,27 3,44 tn
Perlakuan 11 828301,04 75300,09 2,83 2,26 *
Varietas 3 638292,83 212764,28 7,98 3,05 *
Paket 2 56693,97 28346,98 1,06 3,44 tn
Interaksi 6 133314,24 22219,04 0,83 2,55 tn
Galat 22 586280,48 26649,11
Total 35 1482306,17
FK 22598694
KK 20,60
Ulangan
Perlakuan Total Rataan
I II III
V1P1 8,30 8,49 7,91 24,70 8,23
V1P2 9,46 8,51 7,92 25,90 8,63
V1P3 9,02 8,77 8,33 26,12 8,71
V2P1 14,69 14,16 15,20 44,05 14,68
V2P2 13,78 14,26 14,69 42,72 14,24
V2P3 15,02 15,00 15,04 45,05 15,02
V3P1 16,62 15,48 14,89 46,99 15,66
V3P2 15,10 15,51 14,30 44,91 14,97
V3P3 14,06 16,69 15,47 46,22 15,41
V4P1 9,82 8,86 9,02 27,69 9,23
V4P2 9,87 9,24 8,53 27,64 9,21
V4P3 9,64 9,68 9,06 28,37 9,46
Total 145,38 144,63 140,33 430,35
Rataan 12,12 12,05 11,69 11,95
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Blok 2 1,24 0,62 1,54 3,44 tn
Perlakuan 11 340,26 30,93 77,06 2,26 *
Varietas 3 338,12 112,71 280,78 3,05 *
Paket 2 0,88 0,44 1,09 3,44 tn
Interaksi 6 1,27 0,21 0,53 2,55 tn
Galat 22 8,83 0,40
Total 35 350,33
FK 5144,4
KK 5,30
g. Panen