Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI SAWI HIJAU (Brassica juncea L.

)
DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique)
(Studi Kasus Pada Seorang Petani Sayuran Hidroponik di Desa Neglasari Kecamatan
Pamarican Kabupaten Ciamis)

Oleh :
Denda Zainul Arifin1, Dini Rochdiani2, Zulfikar Noormansyah3
1
Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Galuh
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran
3
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Galuh

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) Kelayakan finansial usahatani sawi hijau sistem
hidroponik pada seorang petani sayuran di Desa Neglasari Kecamatan Pamarican Kabupaten
Ciamis (2) Payback Periode usahatani sawi hijau sistem hidroponik pada seorang petani sayuran
hidroponik di Desa Neglasari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.
Penelitian ini berlangsung pada bulan April 2017 yang berlokasi di Desa Neglasari Kecamatan
Pamarican Kabupaten Ciamis. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus pada seorang petani sayuran di Desa Neglasari Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.
Sampel yang diambil dengan cara purposive sampling pada seorang petani sayuran hidroponik
dengan pertimbangan satu-satunya petani sawi hijau hidroponik di Desa Neglasari Kecamatan
Pamarican Kabupaten Ciamis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani sawi hijau dengan sistem hidroponik NFT
(Nutrient Film Tecnique) Seorang Petani Sayuran Hidroponik di Desa Neglasari Kecamatan
Pamarican Kabupaten Ciamis dinyatakan layak diusahakan dengan nilai NPV yang diperoleh
adalah sebesar Rp. 1.982.444, Net B/C 1,20, Gross B/C 1,09, IRR 15,96%. Payback periode (PP)
dari investasi yang telah dikeluarkan dalam usahatani sawi hijau (Brasicca juncea L.) Dengan
Sistem Hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) adalah 3 tahun 2 bulan 2 hari.

Kata Kunci : Usahatani, Sawi Hijau, Hidroponik, NFT.

PENDAHULUAN daerah Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke


Keadaan alam Indonesia Indonesia pada abad XI bersama dengan lintas
memungkinkan dilakukannya pembudidayaan perdagangan jenis sayuran subtropis lainya.
berbagai jenis sayuran, baik lokal maupun yang Daerah pusat penyebarannya antara lain di
berasal dari luar negeri. Ditinjau dari aspek Cipanas (Bogor), dan Lembang Pangalengan
agroklimatologis, Indonesia sangat potensial (Rukmana, 2007).
untuk pembudidayaan sayur-sayuran. Diantara
bermacam macam jenis sayuran yang METODE PENELITIAN
dibudidayakan tersebut, sawi merupakan Jenis Penelitian
sayuran yang mempunyai nilai komersial dan Jenis penelitian yang digunakan adalah
prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek studi kasus, dengan mengambil kasus pada
teknis, budidaya sawi tidak terlalu sulit usahatani sawi hijau di Desa Neglasari
(Rukmana, 2007). Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis.
Pasar sayuran ekslusif hingga kini Menurut Nazir (2011), studi kasus adalah
belum tergarap sehingga peluang pasarnya penelitian tentang status subjek penelitian yang
masih terbuka lebar. Sayuran ini dibutuhkan berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas
oleh swalayan restoran, kafe, dan hotel di kota- dari keseluruhan personalitas. Subjek
kota besar. Mereka merupakan pasar potensial penelitian dapat saja individu, kelompok,
yang menyerap sayuran hidroponik. Belum lagi lembaga maupun masyarakat.
peluang ekspor sayuran hidroponik keluar
negeri (Heriwibowo, 2014). Operasionalisasi Variabel
Sawi (Brassica juncea L.) termasuk Untuk mempermudah dan memperjelas
sayuran daun dari keluarga cruciferae yang pemahaman dalam penelitian ini, maka
mempunyai ekonomis tinggi. Tanaman sawi variabel-variabel yang diamati dan
berasal dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. berhubungan dengan penelitian ini
Di daerah Cina tanaman ini dibudidayakan dioperasionalisasikan sebagai berikut:
sejak 2.500 tahun yang lalu, dan menyebar ke

Halaman | 609
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 1, September 2017

1. Kelayakan finansial adalah perbandingan yang telah di discount dengan cost secara
antara pengeluaran dan penerimaan suatu keseluruhan yang telah di discount.
usaha sehingga dapat diketahui modal akan 9. Internal Rate of Return (IRR) adalah
kembali atau tidak. persentase keuntungan dari usahatani
2. Biaya investasi adalah semua biaya yang hidroponik.
dikeluarkan dan terpakai habis untuk 10. Payback Period (PP) adalah jangka waktu
memulai usaha. Biaya investasi terdiri dari : kembalinya investasi yang telah
a. Meja hidroponik, dihitung dalam dikeluarkan melalui keuntungan yang
satuan unit, dan dinilai dalam satuan diperoleh dari usahatani hidroponik.
rupiah. 11. Usahatani sawi hijau hidroponik ini
b. Green house, dihitung dalam satuan dianalisis dalam jangka waktu 5 tahun.
unit, dan dinilai dalam satuan rupiah. Asumsi yang digunakan dalam penelitian
c. Net pot, dihitung dalam satuan unit, ini adalah :
dan dinilai dalam satuan rupiah (1) Harga input dan output tetap selama
d. TDS meter, dihitung dalam satuan periode analisis.
unit, dan dinilai dalam satuan rupiah. (2) Semua hasil produksi habis terjual.
e. pH meter, dihitung dalam satuan unit, (3) Harga produk adalah harga yang
dan dinilai dalam satuan rupiah. berlaku pada saat penelitian.
f. Jerigen, dihitung dalam satuan unit, (4) Periode analisis sesuai dengan umur
dan dinilai dalam satuan rupiah. ekonomis pipa PVC yaitu 5 tahun.
g. Nampan, dihitung dalam satuan unit, (5) Tingkat bunga bank yang berlaku
dan dinilai dalam satuan rupiah. selama penelitian sebesar 9% per
h. Tandon air (penampung nutrisi), tahun.
dihitung dalam satuan unit, dan dinilai
dalam satuan rupiah. Teknik Pengumpulan Data
3. Biaya operasional adalah seluruh biaya Data yang digunakan dalam penelitian
yang dikeluarkan selama proses produksi ini adalah dengan menggunakan data primer
itu berlangsung, biaya operasional terdiri dan data sekunder. Data primer diperoleh dari
dari : responden petani hidroponik melalui
a. Pembelian benih sawi hijau, dihitung wawancara langsung dengan menggunakan
dalam satuan unit, dan dinilai dalam kuesioner sebagai alat bantu yang telah
satuan rupiah. dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder
b. Nutrisi AB mix, dihitung dalam satuan diperoleh dari Dinas, intansi, lembaga dan studi
unit, dan dinilia dalam satuan rupiah. kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini.
c. Listrik, dihitung dalam satuan KWH,
dan nilai dalam satuan rupiah. Teknik Penarikan Sampel
d. pH up down, dihitung dalam satuan Penarikan responden dalam penelitian
unit, dan dinilai dalam satuan rupiah. ini dilakukan secara purposive sampling yaitu
e. Rockwool, dihitung dalam satuan unit, penentuan sampel dengan tujuan tertentu.
dan dinilai dalam satuan rupiah. Menurut Soekartawi (2006) purposive berarti
f. Tenaga kerja, dihitung dalam satuan sengaja, purposive sampling dapat diartikan
hari orang kerja (HOK), dan dinilai pengambilan sampel berdasarkan kesengajaan,
dalam satuan rupiah. maka pemilihan kelompok subjek didasarkan
4. Benefit adalah jumlah produksi dikalikan atas ciri atau sifat tertentu yang dipandang
dengan harga satuan produksi, yang dinilai mempunyai sangkut-paut yang erat dengan ciri
dalam satuan rupiah per tahun. atau sifat populasi yang sudah diketahui
5. Net benefit adalah selisih antara penerimaan sebelumnya.
dengan biaya produksi yang dinilai dalam Sampel yang dipilih adalah seorang
satuan rupiah per tahun. petani sawi hijau hidroponik dengan
6. Net Present Value (NPV) adalah nilai pertimbangan satu-satunya petani sawi hijau
sekarang (present value) dari selisih antara hidroponik di Desa Neglasari Kecamatan
benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada Pamarican Kabupaten Ciamis.
discount rate tertentu.
7. Net benefit of cost ratio (Net B/C) adalah Rancangan Analisis Data
perbandingan antara jumlah NPV positif Data yang diperoleh dari hasil
dengan NPV negatif penelitian, dianalisis dengan menggunakan
8. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) metode analisis kelayakan finansial
adalah perbandingan antara benefit kotor usahatani, dengan rumus sebagai berikut

Halaman | 610
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique)
(Studi Kasus Pada Seorang Petani Sayuran Hidroponik di Desa Neglasari
Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)
DENDA ZAINUL ARIFIN, DINI ROCHDIANI, ZULFIKAR NOORMANSYAH

(Soetriono, 2006) : Keterangan:


a. Net Present Value (NPV) IRR : Internal Rate of Return
i1 : Tingkat bunga (Discount Rate)
pertama dimana diperoleh NPV positif
− i2 : Tingkat bunga (Discount Rate)
=
(1 + ) kedua dimana diperoleh NPV negatif
NPV1 : NPV pertaman yang bernilai positif
Keterangan: NPV2 : NPV kedua yang bernilai negatif
NPV :Net Present Value Kriteria:
Bt :Penerimaan/ benefit pada tahun ke-t IRR > Suku bunga i bank maka proyek
Ct :Biaya pada tahun ke-t dikatakan layak
n :Lamanya priode waktu (tahun) IRR = Suku bunga i bank berarti proyek pada
i :Diskon faktor BEP
Kriteria: IRR < Suku bunga i bank dikatakan bahwa
NPV > 0 (nol) → usaha/proyek layak (feasible) proyek tidak layak
untuk dilaksanakan i bank : Tingkat bunga bank.
NPV < 0 (nol) → usaha/proyek tidak layak e. Payback Period (PP)
(feasible) untuk dilaksanakan Payback period (PP) merupakan jangka
NPV = 0 (nol) → usaha/proyek berada dalam waktu kembalinya investasi yang telah
keadaan BEP. dikeluarkan, melalui keuntungan yang
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) diperoleh dari suatu proyek yang telah
direncanakan, maka menggunakan rumus
NPV ()
NetB / C  sebagai berikut (Suliyanto,
NPV () 2010):
Akumulasi Kas Masuk Sebelum PP
PP=Tp-1 + x 1 tahun
Arus Kas Bersih pada PP
Keterangan:
Net B/C :Net Benefit Cost Ratio Keterangan :
NPV (+) : Net Present Value yang telah di Pp = payback periode
diskon positif Tp-1 = tahun sebelum terdapat PP
NPV (-) :Net Present Value yang telah di
diskon negatif. Waktu dan Tempat Penelitian
Kriteria: Penelitian ini dilaksanakan pada seorang
Net B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) layak petani sayuran hidroponik yang berada di Desa
dikerjakan. Neglasari Kecamatan Pamarican Kabupaten
Net B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak Ciamis. Adapun waktu penelitian dibagi dalam
dikerjakan. tahapan sebagai berikut:
Net B/C = 1 (satu) berarti cash in flows = cash 1. Tahapan persiapan yaitu survei
out flows (BEP) atau TR=TC. pendahuluan, penulisan Usulan Penelitian,
c. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) dan Seminar Usulan Penelitian
∑ ( ) direncanakan pada bulan Maret 2017.
/ =
∑ ( ) 2. Tahapan pengumpulan data dari lapangan,
Keterangan: yaitu pengumpulan data primer dan data
Gross B/C :Gross Benefit Cost Ratio sekunder direncanakan pada bulan April
PV (B) : Present Value Benefit 2017
PV (C) : Present Value Cost 3. Tahapan pengolahan dan analisis data,
Kriteria: penyusunan serta penulisan skripsi
Gross B/C > 1 (satu) berarti proyek (usaha) direncanakan pada bulan Mei 2017 sampai
layak dikerjakan dengan selesai.
Gross B/C < 1 (satu) berarti proyek tidak layak
dikerjakan HASIL DAN PEMBAHASAN
Gross B/C = 1 (satu) berarti proyek dalam Identitas Responden
keadaan BEP. Responden dalam penelitian ini
d. Internal Rate of Return (IRR) bernama Diki Bayu Permana yang merupakan
NPV1 pelaku dari usahatani sawi (Brassica juncea L.)
IRR  i1  i2  i1 
( NPV1  NPV2 ) dengan sistem hidroponik NFT (Nutrient Film

Halaman | 611
Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 4 Nomor 1, September 2017

Technique). Responden berumur 23 tahun, dan nampan. Total biaya investasi yang telah
umur tersebut termasuk umur produktif. dikeluarkan responden sebesar Rp. 10.775.000.
2) Biaya Operasional
Pendidikan Responden Biaya yang dikeluarkan selama periode
Pendidikan formal merupakan salah satu tanam terdiri dari : benih sawi hijau, nutrisi AB
faktor yang menentukan tinggi rendahnya mix, listrik, pH up down, rockwool, tenaga
sumberdaya manusia. Semakin tinggi tingkat kerja, biaya perbaikan yang dikeluarkan setiap
pendidikan seseorang semakin tinggi pula satu tahun sekali yaitu plastik sebesar Rp
respon terhadap teknologi baru dan cara 384.000. Biaya operasional untuk tahun ke nol
berfikir. Pendidikan terakhir responden yaitu sebesar Rp. 742.000, biaya operasional untuk
tamat dari perguruan tinggi. tahun pertama sebasar Rp. 2.548.000, tahun
kedua sebesar Rp. 2.548.000, tahun ketiga
Pengalaman berusahatani sebesar Rp. 2.548.000, tahun ke empat sebasar
Pengalaman responden dalam Rp. 2.548.000, tahun ke lima sebesar Rp.
melakukan budidaya sawi hidroponik selama 2 2.548.000
tahun, selama peroide itu responden telah 3) Penerimaan (Benefit)
belajar dari pengalaman dan informasi dan Penerimaan merupakan volume
informasi dari buku, internet. Sehingga pelaku produksi dikalikan dengan harga perkilo gram,
usaha dalam menjalankan usahanya semakin yang dinilai dalam satuan rupiah per tahun.
baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Berdasarkan data yang diperoleh bahwa
produksi sawi hijau hidroponik setiap bulan
Kondisi Umum Usahatani Sawi Hidroponik sebesar 66 kg. Jumlah hasil panen sawi hijau
Luas lahan yang digunakan untuk selama lima tahun sebesar 4.224 ton, dengan
usahatani dengan sistem hidroponik yaitu 48 total penerimaan yang diperoleh selam lima
m2 Usahatani sawi hijau dengan sistem tahun sebesar sebesar Rp. 29.568.000
hidroponik membutuhkan greenhouse dengan 4) Net Benefit
menggunakan baja ringan (CNP), atap Net Benefit merupakan selisih antara
transparan bertujuan agar cahaya matahari penerimaan dengan biaya produksi yang dinilai
dapat menyinari tanaman secara maksimal dan dalam satuan rupiah per tahun. Net Benefit
melindungi tanaman dari iklim disekitar usahatani sawi hijau hidroponik yang diperoleh
lingkungan. selama lima tahun sebesar Rp. 5.311.000.
Greenhouse dengan luas 48 m 2 dengan 5) Net Present Value (NPV)
tinggi 45 m dibuat dalam jangka waktu 5 hari. Net Present Value (NPV) merupakan
Greenhouse, tempat persemaian dan meja perhitungan nilai sekarang (present value) dari
produksi sudah selesai di bangun dengan selisih antara benefit (manfaat) dengan cost
tenaga kerja satu orang ahli dan satu orang (biaya) pada discount rate tertentu yang
ajen. Greenhouse diisi dengan satu meja berlaku pada saat penelitian. Net Present Value
persemaian dan dua meja produksi. Bahan yang diperoleh sebesar Rp. 1.982.444 pada
utama yang diperlukan untuk hidroponik PVC Discount Rate 9 persen. Karena nilai Net
sistem NFT adalah pipa PVC ukuran dua inc, Present Value (NPV) pada Discount Rate 9
meja produksi memiliki delapan tihang, setiap persen lebih dari nol, maka usahatani sawi
tihang tingginya berbeda-beda tihang pertama hijau hidroponik yang diusahakan petani layak
mempunyai tinggi 100 cm, tihang kedua 95 untuk di usahakan.
cm, tihang ketiga 90 cm, tihang ke empat 85
cm, tihang ke lima 80 cm, tihang ke enam 75, 6) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
tihang ke tujuh 70 cm, tihang ke delapan 65 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
cm.Jarak antar lubang tanam yaitu 10 cm, dua merupakan perbandingan antara jumlah NPV
meja produksi memiliki 1.184 lubang tanam. positif dengan NPV negatif. Hasil analisis
menunjukkan bahwa nilai Net B/C usahatani
Analisis Kelayakan Finansial Usahatani sawi hijau hidroponik dengan discount rate 9
Sawi Hidroponik persen adalah 1,20. Nilai tersebut menunjukkan
1) Biaya Investasi bahwa usahatani sawi hijau hidroponik layak
Biaya investasi merupakan semua biaya untuk diusahakan karena lebih dari satu.
yang dikeluarkan sebelum usahatani sawi hijau 7) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
hidroponik berproduksi. Biaya investasi yang Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)
dikeluarkan terdiri dari sewa lahan, merupakan perbandingan antara benefit kotor
greenhouse, meja hidroponik, persemaian, net yang telah di discount dengan cost secara
pot, alat ukur TDS meter, pH meter, jerigen keseluruhan yang telah di discount. Hasil

Halaman | 612
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI SAWI HIJAU (Brassica juncea L.)
DENGAN SISTEM HIDROPONIK NFT (Nutrient Film Technique)
(Studi Kasus Pada Seorang Petani Sayuran Hidroponik di Desa Neglasari
Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)
DENDA ZAINUL ARIFIN, DINI ROCHDIANI, ZULFIKAR NOORMANSYAH

analisis menunjukkan bahwa nilai Gross


Benefit Cost Ratio (Gross B/C) usahatani sawi
hijau hidroponik dengan discount rate 9 persen DAFTAR PUSTAKA
adalah 1,09, nilai tersebut menunjukkan bahwa Heriwibowo, Kunto dan Budiana N. S. 2014.
usahatani sawi hijau hidroponik layak untuk Hidroponik Sayuran Untuk Hobi &
diusahakan karena lebih dari satu. Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta.
8) Internal Rate of Return (IRR) Nazir, M. 2011. Metode Penelitian. Ghalia
Internal Rate of Return (IRR) Indonesia. Bogor.
merupakan suatu tingkat discount rate yang Rukmana, R., 2007. Bertanam Petsai dan Sawi.
menghasilkan NPV sama dengan nol. Hasil Kanisius. Yogyakarta.
analisis menunjukkan bahwa nilai Internal Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani.
Rate of Return (IRR) usahatani sawi hijau Universitas Indonesia (UI-Press).
adalah 15,96%. Usahatani sawi hijau Jakarta.
hidroponik layak untuk diusahakan karena Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam
lebih besar dari suku bunga bank yang berlaku Tinjauan Analisis. Bayu Media
pada saat penelitian sebesar 9 persen. Publishing. Malang.
9) Payback Period (PP) Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis :
Payback Period (PP) merupakan Pendekatan Praktis. Andi offset
jangka waktu kembalinya investasi yang telah Yogyakarta.
dikeluarkan melalui keuntungan yang diperoleh
dari usahatani hidroponik. Jangka waktu
kembalinya investasi pada usahatani sawi hijau
hidroponik adalah 3 tahun 2 bulan 2 hari.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai NPV yang diperoleh sebesar Rp.
1.982.444 artinya keuntungan pada tingkat
bunga 9% sebesar Rp. 1.982.444, nilai Net
B/C 1,20 artinya setiap 1,00 modal yang
dikeluarkan memperoleh manfaat sebesar
1,20, nilai Gross B/C dengan Discount Rate
9% adalah 1,09, Internal Rate of Return
(IRR) adalah 15,96%, dari beberapa kriteria
kelayakan menunjukkan lebih dari nol dan
IRR lebih besar dari bunga bank yang
berlaku pada saat penelitian yaitu sebesar
9%
2. Payback periode (PP) dari investasi yang
telah dikeluarkan adalah 3 tahun 2 bulan 2
hari.

Saran
Berdasarkan kesimpulan dengan melihat
beberapa kriteria investasi bahwa Net B/C dan
Gross B/C lebih dari satu dan IRR lebih dari
suku bunga yang berlaku layak untuk
diusahakan, maka saran yang dapat diajukan
terus di lanjutkan dan nilai investasi
ditingkatkan.

Halaman | 613

Anda mungkin juga menyukai