Anda di halaman 1dari 4

Nama : Nadine Prameswari

Nim : 2006134983

Ringkasan Analisis Usaha Tani Nanas Dan Padi

A. Analisis Usaha Tani Nanas

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengadaan dan penyaluran sarana produksi menunjukkan
bahwa alat pertanian usahatani nenas Kecamatan Tambang sudah tepat. Presentase kriteria 6 tepat
alat pertanian untuk A (sesuai) yakni sebesar 82,37 persen. Nilai kriteria 6 tepat untuk B (tidak
sesuai) yakni sebesar 17,63 persen. Kesimpulanya adalah pengadaan dan penyaluran sarana
produksi alat pertanian dilihat dengan kriteria 6 tepat JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017
usahatani nenas Kecamatan Tambang sudah tepat.

1. Subsistem Produksi Usahatani


a. Lahan yang digunakan petani nenas di Kecamatan Tambang merupakan lahan milik
sendiri sebanyak 65,38%. Sisanya yaitu sebanyak 34,62% petani melakukan budidaya
nenas di lahan yang bukan milik sendiri
b. menggunakan bibit dengan varietas queen dan sebagian besar petani nenas menggunakan
bibit anakan batang. Ada beberapa jenis bibit anakan yaitu anakan buah, anakan tangkai,
anakan batang dan mahkota buah nenas. Namun, anakan yang paling dominan digunakan
oleh petani adalah anakan batang, karena anakan batang merupakan anakan yang lebih
cepat mengeluarkan putik dan cepat berproduksi dibandingkan dengan anakan lainnya.
Dengan rata rata produksi 39.003 bibit/Ha. Harga bibit yang berlaku saat penelitian
sebesar Rp.424,- /batang sehingga biaya yang dikeluarkan untuk bibit
Rp.11.871.886/ha/tahun.
c. Pemberian ethrel pada nenas dilakukan setelah tanaman nenas berumur 8 bulan setelah
penanaman. Setelah 40-45 hari JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 pemberian
ethrel, tanaman nenas akan mengeluarkan putik / bunga dan buah dapat dipanen setelah 4
bulan pemberian ethrel.
d. Total nilai penyusutan alat sebesar Rp.209.219,12/ha/tahun. Nilai penyusutan alat
terbesar adalah untuk keranjang sebesar (Rp.57.432,98/ha/tahun). Keranjang berfungsi
sebagai tempat meletakkan buah nenas saat melakukan kegiatan pemanenan. Biaya
penyusutan alat yang terendah adalah pemakaian ember (Rp.7.473,31/ha/tahun).
e. penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) perHa/tahun adalah sebesar
Rp.8.140.409,72,
f. investasi nenas di Kecamatan Tambang pada tahun 0 sampai tahun pertama sebesar
Rp.10.083.280,00. Pada tahun 0 petani melakukan kegiatan pembukaan lahan,
penanaman nenas, pembuatan pagar, dan ditahun awal tanam juga petani melakukan
kegiatan perawatan dan pemupukan. Jumlah keseluruhan rata-rata investasi tanaman
nenas pertahun dengan umur produktif 5 tahun yaitu sebesar Rp.10.083.280,00/Lg dan
sebesar Rp.7.463.780,21 untuk lahan 1 Ha.
g. Analisis Efisiensi Usahatani Ratarata nilai R/C Ratio tersebut menunjukkan bahwa
usahatani nenas tersebut dilihat dengan R/C Ratio lebih dari 1 atau untung, artinya setiap
pengeluaran sebesar Rp.100,00 akan memberikan keuntungan sebesar Rp.2,49.
h. diketahui bahwa jumlah petani yang menjual buah nenas kepedagang pengumpul
sebanyak 40 orang petani (76,92%), sedangkan jumlah petani yang menjual langsung
buah nenas ke konsumen akhir berjumlah 12 orang petani (23,08%). Pemasaran yang
lebih efisien adalah pemasaran saluran I yaitu memasarkan langsung buah nenas tersebut
ke pedagang pengumpul Berdasarkan hasil penelitian, petani yang menjual hasil produksi
ke pedagang pengumpul tidak mengeluarkan biaya pemasaran, sedangkan petani yang
menjual langsung kekonsumen mengeluarkan biaya pemasaran rata-rata sebesar
Rp.120.000 untuk 400 buah nenas.
i. Lembaga Peminjaman Modal Kecamatan Tambang Hasil wawancara dengan petani
nenas diketahui bahwa di Kecamatan Tambang sudah terdapatM lembaga peminjaman
modal seperti UED SP. Hanya saja kebanyakan petani yang dijadikan responden
penelitian tidak menggunakan bantuan modal dari pihak tersebut, petani hanya
menggunakan modal sendiri dengan alasan bagi petani meminjam di lembaga tersebut
prosesnya sangat rumit, sedangkan untuk koperasi di daerah penelitian sudah terdapat
koperasi hanya saja dari hasil wawancara dengan petani diketahui bahwa koperasi
tersebut tidak berjalan dengan lancar. c. Lembaga Penyuluhan Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lembaga penyuluhan di Kecamatan Tambang memiliki 2 peran yang
telah diberikan oleh Unit Pelaksana Teknis Desa Pertanian (UPTD Pertanian), yaitu: (1)
sebagai fasilisator pemerintah untuk memajukan dan untuk meningkatkan pendapatan
dan kesejahteraan petani nenas di Kecamatan Tambang, (2) memberikan bimbingan dan
menyuluh petani nenas yang ada di Kecamatan Tambang. d. Koordinasi yang terjadi
antara peran pemerintah dan petani dalam mendukung mengembangkan agribisnis
dengan petani sudah terlihat seperti adanya pembinaan yang dilakukan oleh PT
Permodalan Nasional Madani untuk menjadikan buah nenas di Kecamatan Tambang
menjadi buah unggulan.
B. Analisis Usaha Tani Padi
a. Persiapan Benih Benih yang digunakan oleh petani dengan sistem tanam SRI ini adalah
benih IR – 42 dan padi kuning (unggul lokal). Kebutuhan benih per ha pada sistem SRI
ini adalah 6,93 kg per ha, berbeda dengan kebutuhan benih yang selama ini digunakan
oleh petani pada sistem tanam konvensional yang mencapai 20 – 25 kg per ha.
b. Pengolahan tanah yang dilakukan oleh petani dengan sistem tanam SRI tidak berbeda
dengan pengolahan tanah dengan sistem tanam konvensional yang selama ini digunakan
oleh petani. Petani melakukan pengolahan tanah 14 hari sebelum masa tanam.
Pembajakan dilakukan oleh petani dengan menggunakan mesin traktor, kemudian
pengolahan tanah selanjutnya dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia.
c. Setelah melakukan penyemaian, petani langsung memindahkan bibit yang disemai
tersebut ke lahan tempat penanaman
d. Pupuk yang digunakan oleh petani dalam sistem tanam konvensional adalah pupuk kimia
seperti urea, tsp dan kcl namun pada sistem SRI petani tidak ada memakai pupuk kimia
tersebut.
e. Pemeliharaan Pada sistem tanam konvensional petani menggunakan obat – obatan kimia
untuk mencegah pertumbuhan gulma di lahan mereka, namun pada sistem tanam SRI
petani melakukan dengan cara manual dengan mencabut gulma langsung dari lahan
mereka. Berbeda dengan sistem tanam konvensional, pola pengairan pada sistem tanam
SRI ini adalah pola macak – macak, dimana ketinggian air 0,5 – 2 cm.
f. Waktu pemanenan dalam metode konvensional dapat mencapai 120 hari terhitung sejak
dilakukan persemaian, namun pada sistem tanam SRI waktu pemanenan lebih singkat
dikarenakan waktu persemaian metode SRI lebih singkat
g. Analisis usaha tani Harga dari pupuk kandang tersebut adalah Rp.10.000,00 per karung
sehingga total biaya untuk pembelian pupuk kandang adalah Rp.710.000,00. Rata – rata
penggunaan pupuk dalam penelitian Filardi dan Elida (2014) adalah Rp.1.745.312,50 per
ha dengan rata – rata penggunaan pupuk kimia sebanyak 199,72 kg. Upah tenaga kerja
dalam penelitian ini adalah Rp.80.000,00 untuk tenaga kerja wanita dan Rp.90.0000
untuk tenaga kerja pria per hari. Upah tenaga kerja terbesar adalah kegiatan pengolahan
tanah dengan total biaya Rp.915.200,00 per ha. Biaya tenaga kerja luar keluarga dalam
penelitian Filardi dan Elida (2014) adalah Rp.1.463.372,40 dengan total penggunaan
HKP sebanyak 20,74 HKP. Total biaya penggilingan dalam usahatani ini adalah
Rp.361.741,38 per ha dan total biaya pengemasan dalam usahatani ini adalah
Rp.180.870,69 per ha. Biaya variabel yang digunakan dalam metode SRI lebih besar jika
dibandingkan dengan biaya variabel metode konvensional. Penggunaan tenaga kerja yang
lebih besar pada metode SRI mengakibatkan biaya variabel metode SRI lebih besar
dibandingkan dengan metode konvensional.
h. Total biaya tetap dalam penelitian ini adalah Rp.14.665.005,71 per ha.Biaya sewa lahan
dalam penelitian ini adalah dengan sistem bagi hasil. Rata – rata biaya sewa lahan per ha
untuk lahan padi sawah dengan metode SRI ini adalah Rp.8.666.720,56 per ha. Total nilai
penyusutan alat per ha per musim tanam dalam usahatani ini adalah Rp.42.585,40 dengan
penyusutan alat terbesar adalah cangkul dengan nilai penyusutan Rp.24.024,00 per
musim tanam. Total upah untuk tenaga kerja wanita adalah Rp.3.104.244,00 dan total
upah untuk tenaga kerja pria adalah Rp.2.815.956,08 per ha. Hal ini disebabkan dari segi
penyiangan, dimana sistem tanam SRI menggunakan cara manual yaitu dengan mencabut
gulma langsung dari lahan yang membutuhkan waktu yang lama dan tenaga kerja yang
relatif lebih banyak jika dibandingkan dengan sistem tanam konvensional yang
menyemprotkan bahan – bahan kimia sepert herbisida dan insektisida dalam melakukan
penyiangan. Penggunaan biaya terbesar adalah biaya tetap sebesar 74,39
i. Jumlah produksi beras dari usahatani padi sawah dengan metode SRI ini adalah 3.014,51
kg per ha, dengan harga beras per kg Rp.11.500 maka penerimaaan petani dari penjualan
beras sebesar Rp.34.666.882,25 per ha. Pendapatan bersih petani dengan sistem tanam
SRI ini adalah Rp.14.953.667,01 per 21ha. nilai RCR dalam usahatani dengan sistem
tanam SRI ini adalah 1,76 dimana angka ini menunjukkan usahatani ini mengalami
keuntungan sehingga layak untuk dilanjutkan. Jumlah produksi petani padi dengan
memakai metode SRI di Desa Rambah Salo Kecamatan Rambah Salo Kabupaten Rokan
Hulu dalam penelitian Abdul Gafar (2014) adalah 5.245 kg/ha gabah kering panen.
Jumlah produksi petani padi dengan sistem konvensional dalam penelitian Filardi dan
Elida (2014) adalah sebesar 3.010,94 kg per ha gabah kering giling.

Anda mungkin juga menyukai