M. Arsyad Biba
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi No. 274 Maros 90514 Sulawesi Selatan
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sanrobone, Kabupaten Takalar dari bulan Mei sampai
dengan Agustus 2013. Penelitian bertujuan untuk mengetahui jarak tanam dan varietas jagung
yang paling menguntungkan bagi petani. Penentuan sampel dengan simple random sampling,
wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur dengan jumlah responden
sebanyak 34 orang. Jarak tanam yang umum digunakan oleh petani adalah 80 cm x 50 cm, 78
x 47 cm, 83 x 45 cm dan 2 biji/lubang tanam benih varietas Bisi 18, NK 22. Pupuk yang
digunakan Urea 500 kg/ha dan produksi rata-rata 5,5 - 6,0 t/ha. Petani yang menggunakan
jarak tanam 75 x 20 cm, setiap lubang tanam diisi 1 biji benih vaietas BISI 18 dan Bima 3,
dipupuk dengan Urea 200kg/ha, 50 kg SP36/ha, Phonska 100 kg/ha. Pemupukan pertama
dilakukan pada umur 10 HST dan pemupukan kedua pada umur 35 HST. Teknik analisa data
dengan R/C Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam tang baik di Takalar
adalah 75 x 20 cm dengan populasi produktif 63.333 tanaman/ha. Varietas Bima 3 cukup baik
dikembangkan di Takalar dan dapat bersaing dengan varietas hibrida lainnya. Varietas Bima 3
dapat memberikan keuntungan Rp. 16.978.500 dengan R/C 4,3
Kata kunci: jarak tanam, varietas, pendapatan petani.
PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu komoditas agribisnis bernilai ekonomi tinggi,
sumber utama karbohidrat, biomassanya dapat dijadikan pakan ternak. Biji selain
dapat dijadikan konsumsi juga dapat diolah menjadi minyak goreng, dan aneka
makanan olahan, seperti marning, kripik jagung serta dapat diolah menjadi pakan
ternak unggas. Janggelnya dan batangnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
Secara nasional target produksi jagung untuk tahun 2015 adalah 20.087.445
ton (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, 2014), dan untuk
mencapai target hasil tersebut, perlu dilakukan perbaikan melalui beberapa cara
seperti sosialisasi inovasi teknologi, demonstrasi usahatani, pelatihan, bimbingan dan
penyuluhan secara terjadwal dengan memanfaatkan hasil –hasil penelitian jagung
yang dianjurkan.
Luas areal pertanaman jagung hibrida di Kabupaten Takalar mencapai 1.084
ha. Dari luas lahan kering yang dimanfaatkan petani hanya merupakan bagian kecil
dari areal lahan kering yang tersedia yaitu 28.88 ha (Sulawesi Selatan dalam Angka
2013), dan areal lahan kering tersebut merupakan peluang dan potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk jagung.
Produktivitas jagung di tingkat petani berfluktuasi antara satu tempat dengan
tempat lain disebabkan oleh berbagai hal, diantaranya penggunaan jarak tanam dan
varietas yang kurang sesuai dengan agroklimat setempat. Agar penggunaan jarak
tanam dan varietas sesuai dengan agroklimat diperlukan sosialisasi teknologi budidaya
745
M. Arsyad Biba: Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas ....
Tabel 1. Luas panen dan produksi jagung Kabupaten Takalar menurut kecamatan
746
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
Dimana :
π : Pendapatan usahatani jagung (Rp)
TR : Total Revenue (Rp)
TC : Total Cost (Rp)
P : Price (Rp)
Q : Quantitas (kg)
TFC : Total Fixed Cost (Rp)
TVC : Total Variable Cost (Rp), Soekartawi (2006).
Fixed Cost (FC) termasuk biaya sewa lahan, buruh tani, pengurangan biaya
alat-alat pertanian sederhana dan biaya produksi. Biaya variabel (VC) adalah termasuk
biaya pupuk, benih, obat-obat kimia, biaya penyewaan, perbaikan, pemeliharaan dan
biaya transportasi (Lawal et al. 2012). Sedangkan untuk mengetahui peningkatan
pendapatan dan kelayakan usahatani jagung hibrida melalui penerapan empat jarak
tanam digunakan pendekatan statistik sebagai berikut :
TR
R/C Ratio =
TC
Dengan kriteria: jika R/C Ratio >1= usahatani layak diusahakan, R/C Ratio <1=
usahatani tidak layak diusahakan karena merugikan secara ekonomis, tetapi jika R/C
747
M. Arsyad Biba: Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas ....
Ratio =1 berarti usahatani dapat dipertimbangkan karena tidak untung dan tidak rugi
pula (Soekartawi 2006).
Jarak Tanam Sangat baik Baik Kurang Baik Tidak baik Jumlah
(cm x cm) (%) (%) (%) (%) (%)
24 9 1 34
75 x 20 -
(70,6%) (26,5%) (2,9%) (100)
10 9 15 34
78 x 47 -
(29,4%) (26,5%) (44,1%) (100)
5 7 22 34
80 x 50 -
(14,7%) (20,6%) (64,7%) (100)
7 6 21 34
83 x 45 -
(20,6%) (17,6%) (61,8%) (100)
Sumber: Data primer diolah, 2014.
748
Prosiding Seminar Nasional Serealia, 2015
Varietas Bima 3 pada musim kemarau lebih tahan kekeringan dibanding Bisi 2,
Bisi 18 dan NK 22, sehingga Bima 3 sangat cocok dikembangkan pada musim
kemarau, karena akan mengurangi biaya pemberian air.
Pujiastuti et al. (2013) melaporkan bahwa ada empat varietas jagung hibrida
yang dievaluasi di Gunungkidul dan Gorontalo, yaitu Bima-2, Bima 3, Bima-4 dan
Bima-5 dengan sistem tanam jajar legowo 100 x 40 x 20 cm dan sistem tanam 70 x 20
cm menunjukkan bahwa Bima 3 paling disukai oleh petani dengan menggunakan
sistem tanam 70 x 20 cm. Aqil (2012), Bima 3 memiliki potensi hasil 10,00 t/ha dan
toleran terhadap penyakit bulai.
Petani yang memiliki ternak sapi lebih menyukai menanam Bima 3 karena baik
sekali dijadikan pakan ternak, yaitu dimana pada saat panen biomassanya pada saat
panen masih berwarna hijau segar (stay green), sehingga petani yang memiliki ternak
sapi tidak terlalu repot pergi mencari rumpuit yang biasanya sering dilakukan pada
tempat yang cukup jauh pada saat musim kemarau. Selain biomassa benilai ekonomi,
juga batang dan janggel jagung masyarakat tani lokasi di lokasi penelitian biasanya
memanfaatkan sebagai pengganti kayu bakar untuk keperluan rumah tangga guna
menghemat penggunaan gas tabung, terutama pada saat gas tabung langka di
pasaran.
Tabel 4 menunjukkan bahwa diantara empat varietas jagung hibrida yang
ditanam oleh petani di Sanrobone, Takalar terbukti varietas Bima 3 mampu memberi
hasil 7,5 t/ha dan keuntungan yang lebih tinggi (Rp. 16.978.500) dibanding Bisi 18, Bisi
2. dan NK 22.
749
M. Arsyad Biba: Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas ....
Tabel 4. Analisis Usahatani Jagung Hibrida TOT Herbisida (1 Ha) di Kec. Sanrobone, Takalar.
KESIMPULAN
1. Jarak tanam jagung yang baik di Takalar adalah 75 x 20 cm dengan populasi
produktif 63.333 tanaman/ha. Jarak tanam ini perlu penyesuaian di tingkat petani
karena biaya tanamnya lebih mahal dibanding cara petani.
2. Varietas Bima cukup baik dikembangkan di Takalar dan bersaing dengan hibrida
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, M., C. Rafar dan, Zubachtirodin. 2012. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, Jakarta.
Bhattacherjee, A. 2012. Social Science Research : Principles, Methods, and Practices.
University of South Florida, United State of America.
BPS. 2014. Kabupaten Takalar Dalam Angka 2014. Badan Pusat Statistik Kabupaten
Takalar.
BPS. 2013. Sulawesi Selatan Dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Provinsi
Sulawesi Selatan.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2014. Sasaran Produksi Tanaman Pangan
Tahun 2015-2019. Kementerian Pertanian.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2015. Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT Jagung. Kementerian Pertanian.
Lawal, M. A., Adenuga, A.H., Olatiawo, K.B. dan T. A. Saadu. 2012. Economic
Analysis of Floricultural Plants Production in Kwara State, North Cntral Nigeria.
Asian Economic and Social Society. Vol. 2 (3) : 373 – 380.
Pujiastuti, E., H. Hanafi., S. W. Budiarti, dan Suwarti. 2013. Respon Petani Terhadap
Beberapa Jagung Hibrida Varietas Bima Melalui Pendampingan SL-PTT
Jagung di Kabupaten Gunungkidul, Daerah IstimewaYogyakarta. Prosiding
Seminar Nasional Balai Penelitian Tanaman Serealia 2013.
Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI-PRESS, Jakarta.
Zubachtirodin, M. Azrai., M. Aqil, S. Saenong, M. S. Pabbage, D. Setyorini, S.
Kartaatmadja, dan F. Kasim. 2013. Pedoman Umum PTT Jagung. Balai
Penelitian Tanaman Serealia di Maros.
750