Anda di halaman 1dari 39

Anlisis Rantai Pemasaran Semangka

Di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen

• Oleh : Inmindi Wahyu Muvianto


• NIM : B0213012
• Fak./Prodi : Pertanian/Agribisnis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kabupaten Sragen merupakan salah satu daerah yang banyak


memproduksi hasil pertanian terutama untuk tanaman holtikultura
karena didukung dengan iklim tropis dengan temperature sedang
dengan curah hujan rata-rata dibawah 3.000 mm/tahun dan hari
hujan dengan rata-rata dibawah 150 hari/tahun. Tanaman
holtikultura yang diusahakan diantaranya adalah tanaman semangka.
Kabupaten Sragen terdapat 7 kecamatan yang mengusahakan
semangka yaitu Kecamatan Plupuh, Kecamatan Masaran,
Kecamatan Kedawung, Kecamatan Gondang, Kecamatan Sragen,
Kecamatan Tanon dan Kecamatan Sumberlawang.
Budidaya semangka di wilayah Kabupaten
Sragen cukup berkembang. Tanaman ini
dibudidayakan secara bergantian dengan
tanaman padi. Hal ini dikarenakan apabila
lahan pertanian yang ada ditanami semangka
terus menerus maka hasil yang akan diperoleh
juga tidak baik.
Masa tanam dari tanaman ini dari proses
pengolahan tanah sampai pasca panen, hanya
membutuhkan waktu tiga bulan saja dengan
hasil yang baik dan dijual dengan harga tinggi,
sehingga menghasilkan pendapatan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari
usahatani lainnya.
Tabel 1

Luas lahan dan hasil panen semangka di Kabupaten


Sragen tahun 2011 – 2015
Tahun Luas Lahan (Ha) Produksi (Kw)
2016 107 19.576
2015 41 7.380
2014 103 15.291
2013 136 29.668
2012 163 24.490
2011 169 31.476

Sumber: BPS Sragen 2017


Tabel 2
Luas Panen, Produktivitas dan Produksi
Semangka di Kabupaten Sragen Tahun 2016
Kecamatan Luas Panen Produksi (Kw) Produktivitas
(Ha) Kw/Ha
Plupuh 14 2.571 183
Masaran 58 10.499 181
Kedawung 20 3.845 192
Tanon 13 2.295 176
Sumber Lawang 2 368 184
Total 107 19.578 182

Sumber: Dinas Pertanian Sragen 2017


Hasil observasi awal ditemukan bahwa saluran pemasaran pada usahatani
semangka di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen yang dilakukan ada 2
(dua) macam yaitu:

A. Saluran pemasaran I:

Petani  Tengkulak  Pedagang Pengumpul  Pedagang Besar


Konsumen.

Sebagian besar petani responden (88,09%) di tempat penelitian


menggunakan saluran pemasaran model I karena petani tidak mau
menanggung resiko usaha karena buah semangka termasuk buah yang tidak
tahan lama disimpan, disamping itu petani belum menguasai pasar. Harga
yang diterima petani pada saluran pemasaran I ini sebesar Rp. 1.900,-/Kg.
B. Saluran pemasaran II :

Petani  Pedagang Besar  Konsumen.

Sebagian kecil petani responden (11,91%) menggunakan saluran


pemsaran model II karena petani sudah menguasai pasar dan petani
mendapatkan harga yang jauh lebih besar yaitu sebesar Rp.
2.800,-/kg buah semangka, namun petani harus menanggung resiko
pemasaran berupa kerusakan buah, resiko biaya transportasi, resiko
pembayaran, disamping itu petani masih harus melakukan kegiatan
panen dan pasca panen antara lain pemanenan, penimbangan,
sortasi, grading, pengepakan dan pengangkutan.
B. Rumusan Masalah
Petani didalam mengusahakan usahatani semangka pada lahan
sawah mengalami permasalahan yaitu usahatani semangka ini tidak
bias memberikan kontribusi pendapatan petani setiap saat, hal ini
dikarenakan oleh petani yang hanya mengusahakan usahatani
semangka satu kali dalam setahun. Petani didalam melaksanakan
usahatani mempunyai tujuan yaitu bagaimana usahatani yang
dilakukan tersebut akan dapat memberikan keuntungan dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki dengan sebaik-baiknya
agar diperoleh pendapatan yang tinggi sehingga dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Oleh sebab itu, analisis pendapatan usahatani
semangka perlu dilakukan oleh petani dalam melaksanakan
usahataninya dalam rangka untuk mengetahui besarnya pendapatan.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pendapatan yang diperoleh petani dari usahatani


semangka di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen?

2. Bagaimana saluran pemasaran usahatani semangka di


Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen?

3. Bagaimana margin pemasaran usahatani semangka di


Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen?
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang akan diambil dari penelitian ini


maka, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh petani dari


usahatani semangka di Kecamatan Masaran Kabupaten Sragen.

2. Mengetahui saluran pemasaran usahatani semangka di Kecamatan


Masaran Kabupaten Sragen.

3. Mengetahui margin pemasaran usahatani semangka di Kecamatan


Masaran Kabupaten Sragen.
D. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi agar permasalahan tidak terlalu


melebar dan dalam pembahasan tidak terlalu
menyimpang dari pokok permasalahan yang tidak
diterapkan, maka penulis membatasi masalah pada
kajian mengenai analisis arus pemasaran buah
semangka yang difokuskan pada kasus di sentra
produksi buah semangka non-organik di Kecamatan
Masaran Kabupaten Sragen dari petani yang
memiliki luas lahan minimal 1.000 m2.
E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi semua pihak
yang berkepentingan, antara lain:

1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Tunas Pembangunan.

2. Bagi Pemerintah, sebagai dasar pengambilan kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran, bahan pertimbangan dan evluasi terhadap penetapan
kebijikan, terutama kaitannya dengan pengembangan semangka di Kecamatan Masaran
Kabupaten Sragen.

3. Bagi pembaca dan peminat permasalahan yang sama, hasil penelitan ini dapat diharapkan dapat
memberikan tambahan informasi dan pengetahuan.

4. Bagi petani memberikan informasi tentang pentingnya pemasaran dalam peningkatan pendapatn.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian Noer dan Rauh (2014) yang bertujuan untuk mengetahui


berapa besar pendapatan yang diterima oleh petani semangka, untuk
mengetahui saluran pemasaran, margin, serta efisiensi pemasaran.
Penelitian tersebut bertempat di Desa Maranatha Kecamatan Sigi
Biromaru Kabupaten Sigi. Penentuan responden dilakukan dengan
metode acak sederhana (simple random sampling) dengan jumlah
sampel 30 petani dari 73 petani mengusahakan komoditi semangka.
Pengambilan sampel pedagang dilakukan dengan cara metode
penjajakan (Tracing Sampling) sehingga diperoleh sebanyak 2
orang pedagang pengumpul dan 4 orang pedagang pengecer.
Penelitian Yozi Efrizal, M. Nurung, dan Gita Mulyasari (2011) yang
berjudul Analisis Pendapatan, Efisiensi Dan Pemasaran Semangka
(Citrullus Vulgaris) Di Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah dengan tujuan tujuan dari pelaksanaan
penelitian ini yaitu: Untuk mengetahui pendapatan dan tingkat efisiensi
usahatani semangka di Kampung Tempuran Kecamatan Trimurjo
Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung, dan untuk mengkaji
bagaimana saluran dan margin pemasaran semangka di Kampung
Tempuran Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah Provinsi
Lampung. Hasil penilitian menunjukkan:

– Pendapatan rata-rata usahatani semangka pada satu kali musim tanam


adalah sebesar Rp.237.506.694/Ut/Mt atau Rp.34.852.801/Ha/Mt,
dengan nilai rata-rata hasil analisis R/C Ratio pada usahatani semangka
sebesar 3,81 yang menggambarkan bahwa usahatani semangka sudah
efisien (menguntungkan) dimana nilai R/C Ratio pada usahatani
semangka lebih besar dari 1.
– Terdapat tiga bentuk saluran pemasaran semangka yang
terjadi dari daerah penelitian, yaitu :

a. Petani Pedagang Pengumpul (Grossir) Pedagang Pengecer


Konsumen
b. Petani Pedagang Pengumpul (Grosir) - - ->Pedagang
Pengecer Pasar Lain
c. Petani - - ->Pedagang luar Provinsi (Pulau Jawa dan Sumatera)

– Margin pemasaran semangka pada masing-masing lembaga


pemasaran di daerah penelitian dari petani sebagai
produsen sampai kepada pedagang grosir yaitu sebesar Rp.
784/Kg. Dari pedagang grosir sampai kepada pedagang
pengecer yaitu sebesar Rp. 1500,- /Kg.
B. Konsep Distribusi

Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari


produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana
barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada
dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan
pengalihan hak milik. Dalam menciptakan ketiga faedah tersebut,
terdapat dua aspek penting yang terlibat didalamnya, yaitu:

1. Lembaga yang berfungsi sebagai saluran distribusi (Channel of


distribution/marketing channel).

2. Aktivitas yang menyalurkan arus fisik barang (Physical


distribution).
Saluran Distribusi menurut Winardi (2009) yang dimaksud
dengan saluran distribusi adalah sebagai berikut:Saluran
distribusi merupakan suatu kelompok perantara yang
berhubungan erat satu sama lain dan yang menyalurkan produk-
produk kepada pembeli.

Sedangkan menurut Kotler (2011) mengemukakan bahwa


saluran distribusi adalah serangkaian organisasi yang saling
tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu
barang atau jasa siap untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran
distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang
menjembatani antara produsen dan konsumen.
Menurut Kotler (2011) agar suatu kegiatan penyaluran barang dapat
berjalan dengan baik (efektif dan efisien) maka para pemakai saluran
pemasaran harus mampu melakukan sejumlah tugas penting, yaitu:

1. Penelitian yaitu melakukan pengumpulan informasi penting untuk


perencanaan dan melancarkan pertukaran.
2. Promosi yaitu pengembangan dan penyebaran informasi yang
persuasive mengenai penawaran.
3. Kontak yaitu melakukan pencarian dan menjalin hubungan dengan
pembeli.
4. Penyelarasan yaitu mempertemukan penawaran yang sesuai dengan
permintaan pembeli termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian
dan pengemasan.
5. Negoisasi yaitu melakukan usaha untuk mencapai persetujuan akhir
mengenai harga dan lain-lain sehubungan dengan penawaran
sehingga pemindahan pemilikan atau penguasaan bias dilaksanakan.
6. Disrtibusi fisik yaitu penyediaan sarana transportasi dan penyimpanan
barang.
7. Pembiayaan yaitu penyediaan permintaan dan pembiayaan dana untuk
menutup biaya dari saluran pemasaran tersebut.
8. Pengambilan resiko yaitu melakukan perkiraan mengenai resiko
sehubungan dengan pelaksanaan pekerjaan saluran tersebut. Semua tugas
diatas mempunyai tiga persamaan yaitu menggunakan sumber daya yang
langka, dilaksanakan dengan menggunakan keahlian yang khusus, dan bisa
dialih-alihkan diantara penyalur. Apabila perusahaan/produsen
menjalankan seluruh tugas diatas, maka biaya akan membengkak dan
akibatnya harga akan menjadi lebih tinggi.
C. Unsur Saluran Pemasaran
Saluran Pemasaran atau saluran distribusi
adalah serangkaian organisasi yang terkait
dalam semua kegiatan yang digunakan untuk
menyalurkan produk dan status pemiliknya
dari produsen ke konsumen. Hal ini
menunjukan bahwa perusahaan dapat
menggunakan lembaga atau perantara untuk
dapat menyalurkan produknya kepada
konsumen akhir.
Saluran distribusi memiliki fungsi, yaitu:

(1)Penelitian (Research) Pengumpulan informasi penting untuk perencanaan dan


melancarkan pertukaran.
(2)Promosi (Promotional) Pengembangan dan penyebaran komunikasi yang
persuasif mengenai penawaran.
(3)Kontak (Contact) Mencari dan menjalin hubungan dengan calon pembeli.
(4)Penyelarasan (Matching) Mempertemukan penawaran sesuai dengan
permintaan pembeli, termasuk kegiatan seperti pengolahan, penilaian,
perakitan dan pengemasan.
(5)Negosiasi (Negotiation) Usaha untuk mencapai persetujuan akhir mengenai
harga dan hal-hal lain sehubungan dengan penawaran, sehingga perpindahan
hak pemilikan bisa dilaksanakan.
(6)Distribusi Fisik (Physical Distribution) Transportasi dan penyimpanan barang.
(7)Pembiayaan (Financing) Permintaan dan penyebaran dana untuk menutup
biaya dari saluran pemasaran tersebut.
(8)Pengambilan Risiko (Risk Taking).
D.Intensitas Distribusi atau Banyaknya
Perantara
• Intensitas distribusi terdiri dari:

1. Distribusi intensif (Intensive Distribution), yaitu cara penyaluran dengan


menggunakan sebanyak mungkin poutlet (toko-toko), dan biasanya dilaksanakan oleh
produsen yang menghasilkan barang-barang convenience. Seperti: rokok, korek api,
teh, kopi, dan lain-lain. Barang ini harus mempunyai guna tempat (place utility).

2. Distribusi Selektif (Selective Distribution), yaitu cara penyaluran dengan


menggunakan lebih dari satu perantara untuk suatu daerah penjualan dan lebih selektif.
Biasanya berlaku untuk penyaluran barang-barang yang memerlukan pelayanan
khusus (speciality goods). Pemilihan terhadap penyalur dapat dilakukan dengan
pertimbangan:

1. Pertimbangan modal yang dimiliki oleh para penyalur.


2. Letak toko yang strategis.
3. Cukup atau tidaknya jumlah karyawannya.
4. Pengalaman penyalur dalam memasarkan barang tersebut. Misal alat
fhotografi dan lain-lain.
3. Distribusi eksklusif (exclusive distribution), yaitu
cara penyaluran dengan menggunakan satu outlet saja
atau dalam jumlah tertentu. Maksudnya agar perantara
tidak saling bersaing. Dalam bidang pertanian tata niaga
merupakan keragaan aktivitas bisnis yang mengarahkan
aliran barang dari petani kepada konsumen. Pemasaran
produk pertanian terdapat unsur pokok kegiatan
pemasaran yakni produk, harga dan distribusi yang
dimana satu sama lain saling berkaitan. Sehingga untuk
menciptakan pemasaran yang baik serta memberikan
kepuasan terhadap konsumen, maka unsur tadi perlu
dirancang sebaik mungkin terutama dengan
memperhatikan apa yang diinginkan dan dibutuhkan
konsumen (Rahayu, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan
pola distribusi dan nilai marjin pemasaran yang diperoleh
setiap pelaku tata niaga komoditas semangka. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dikumpulkan dari petani dan
pelaku pemasaran yang terlibat dalam rantai distribusi.
Data Sekunder dikumpulkan dari Dinas Pertanian dan
Tanaman Pangan, Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan
Sragen serta instansi terkait lainnya.
B. Populasi
Menurut Arikunto (2010), Populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian. Populasi
merupakan keseluruhan subyek atas sesuatu
karakter yang dijadikan subyek penelitian
dengan memiliki sifat dan karakter yang sama.
Untuk penelitian ini, maka populasi penelitian
ini semua petani pemilik dan penggarap
semangka yang ada di Kecamatan Masaran
Kabupaten Sragen.
C. Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2008). Adapun dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan
adalah Purposive Sampling. Menurut Arikunto (2010) Purposive Samplingdalam pengambilan
subyeknya didasarkan atas tujuan tertentu (sesuai kebutuhan penelitian), tetapi ada syarat yang
harus dipenuhi yaitu:

– Pengambilan sampel didasarkan atas ciri dan karakteristik tertentu yang merupakan ciri-
ciri pokok populasi, untuk petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani yang
dalam usahanya memiliki lahan sendiri dalam menanam semangka non-organik dengan
luas minimal 2.300 m2.
– Subyek yang diambil dalam sampel merupakan yang paling banyak mengandung ciri-ciri
pada populasi.
– Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat. Data primer dikumpulkan
dari petani, pedagang tengkulak, pedagang pengepul, dan pedagang pengecer.

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dipadukan dengan Snowball Sampling,
dimana petani menjadi titik awal (Starting Point) yang diambil dari satu kecamatan yang
menjadi sentra produksi semangka yang berada di Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen
tepatnya di Kecamatan Masaran.
D. Variabel Penelitian
Dalam Suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan
jelas sebelum pengumpulan data. Variabel merupakan segala sesuatu yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut (Sugiyono, 2008). Variabel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:

– Rantai distribusi yaitu serangkaian organisasi yang terkait dalam semua


kegiatan yang digunakan untuk menyalurkan semangka dan status
kepemilikannya dari produsen kepada konsumen akhir. Sub variabel rantai
distribusi meliputi pola saluran distribusi.
– Marjin pemasaran, yaitu perubahan harga di tingkat petani dengan di tingkat
pengecer yang menggunakan indikator rupiah. Komponen marjin pemasaran
meliputi biaya-biaya yang diperlukan setiap pelaku untuk melakukan fungsi-
fungsi pemasaran. Komponen marjin tersebut yaitu harga jual dan harga beli
serta biaya-biaya pemasaran yang dibutuhkan.
E. Teknik Pengambilan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan baik data
kualitatif maupun kuantitatif yang relevan, terarah,
dan bertujuan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data
primer dan data sekunder. Data primer dilakukan
dengan metode yaitu sebagai berikut.
a. Angket terbuka
b. Wawancara
c. Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif
persentase dan analisis marjin pemasaran. Teknik
analisis deskriptif digunakan untuk memaparkan
atau menggambarkan pola distribusi semangka dan
pendapatan petani semangka di Kecamatan
Masaran, Kabupaten Sragen. Kemudian, analisis
marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui
besaran marjin maupun keuntungan pada setiap
pelaku pemasaran.
1. Analisis Deskriptif Persentase

Analisis deskriptif merupakan metode analisa


berupa menggambarkan atau melukiskan suatu
keadaan obyek penelitian pada saat sekarang
berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana
adanya. Menurut Arikunto (2010) dalam penelitian
deskriptif datanya telah terkumpul, maka
diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu
kuantitatif yang berbentu angka-angka dan kualitatif
yang dinyatakan dalam kata-kata atau simbol.
Purwanto (2011) mengemukakan prosedur ini digunakan untuk
menyajikan data hasil penelitian dalam bentuk yang informatif agar
mudah dipahami, dengan mencari proporsi (persentase)
menggunakan distribusi frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
penelitian. Dari hasil persentase yang diperoleh kemudian
diklasifikasikan atau ditarik untuk memperoleh kesimpulan data
penelitian. Dalam mengolah data, persentase diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:

Keterangan:
f = frekuensi relatif/angka persentase
f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = jumlah seluruh data 100% = konstanta
Analisis Margin Pemasaran

Pemasaran merupakan mata rantai yang sangat


penting dan mempunyai peranan yang luas dan besar
pengaruhnya terhadap pendapatan petani. Margin
pemasaran merupakan selisih harga dari dua atau
lebih tingkat rantai pemasaran, atau antara harga
ditingkat produsen dan harga eceran ditingkat
konsumen. Margin tata niaga hanya
merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan
konsumen dengan harga yang diterima produsen,
tetapi tidak menunjukkan jumlah kuantitas pemasaran
produk.
Untuk mengetahui marjin pemasaran, distribusi, share dan seluruh
keuntungan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat terhadap marjin total
dari berbagai saluran pemasaran digunakan analisis marjin pemasaran".
Besarnya marjin pemasaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Untuk satu level Pedagang marjin pemasaran dihitung dengan rumus:

Keterangan :
MP = Margin Pemasaran
Pr = Harga di tingkat konsumen yang diambil dari harga rata-rata
Pf = Harga di tingkat produsen yang diambil dari harga jual rata-rata
KP = Keuntungan Pemasaran
BP = Biaya Pemasaran KP = MP – BP BP = MP – KP
Untuk menghitung share (bagian) harga yang diterima Petani dihitung dengan rumus
:

Sf
 

Keterangan :
Sf = Share (bagian) harga yang diterima Petani
Pf = Harga ditingkat petani
Pr = Harga ditingkat pengecer
 
Indikator efisien pemasaran dapat diukur dengan kriteria sebagai berikut :

• Jika share yang diterima petani lebih besar dari share marjin pemasarannya maka
saluran pemasaran tersebut dikatagorikan efisien.
• Jika share harga yang diterima petani lebih kecil dari share marjin pemasarannya, maka
saluran pemasaran tersebut dikatagorikan tidak efisien
Hasil dan Pembahasan
Tabel3.Jumlah dan Presentase Berdasarkan Jenis Lembaga
Pemasaran Semangka di Kecamatan Masaran, Kabupaten
Sragen

Anda mungkin juga menyukai