Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL RENCANA USAHA TANI TANAMAN KAKAO

MANAJEMEN AGRIBISNIS

Dosen Pengampu Ir.Sarjiah M.S dan Ir.achmad Supriyadi

Disusun oleh :

Ahmad Fariduddin (20130210011)

Prayuda Rizki Arfallah (20130210014)

Meta Osmani (20130210018)

Anisa Miftakhul R (20130210023)

Silvia Juwita Sari (20130210034)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara pembudidaya tanaman kakao paling
luas di dunia dan termasuk Negara I penghasil kakao terbesar ketiga setelah Ivory-
Coast dan Ghana, yang nilai produksinya mencapai 1.315.800 ton/thn.Dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir, perkembangan luas areal perkebunan kakao
meningkat secara pesat dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 8%/thn dan saat ini
mencapai 1.462.000 ha.Hampir 90% dari luasan tersebut merupakan perkebunan
rakyat.Kakao ditanam baik oleh perkebunan besar dan agroindustri produsen kecil,
sebagian besar produksi berasal dari jutaan petani yang memiliki beberapa pohon
kakao.Hasil dari kakao sendiri adalah buah yang di amabil bijinya untuk di olah
yang menghasilkan produk berupa coklat. Produksi tertinggi biji kakao di
indonesia yaitu pada tahun 2012 sebesar 849 ribu ton.

Peluang pengembangan kakao di Indonesia sangatlah berpotensi, karena


permintaan pasar yang semakin tahun semakin meningkat. Pada tahun 2006,
devisa Negara dari komoditas kakao sebesar US$ 854.977.124. Lalu untuk
pengembangan volume ekspor kakao Indonesia terhadap Negara-negara
pengimpor kakao mengalami kenaikan setiap tahunya. Jumlah total ekspor kakao
pada tahun 2004-2008 mengalami kenaikan yaitu : 368.017.742/ton pada tahun
2004 dan 515.538.696/ton tahun 2008. Posisi tersebut menempatkan kakao
sebagai penghasil devisa perkebunan ketiga setelah kelapa sawit, dan karet (Yuli
Widianingsih.2009). produksi kakao 5 tahun terakhir sebesar 648.557.478/ton
Oleh karena itu pengembangan pada sektor tanaman industri seperti kakao perlu
di tingkatkan.Salah satunya adalah kelompok Tani di daerah Patuk, Gunung Kidul,
Yogyakarta yang sudah melakukan budidaya kakao salah satunya yang di
andalkan sebagai mata pencaharian.Pada Budidaya kakao di daerah patuk, Petani
dibantu oleh instansi Pemerintah untuk mengembangakan kakao. Belum
maksimalnya budidaya kakao di Patuk, karena disebabkan oleh perawatan
tanaman kakao serta penanganan OPT yang membuat produksi kakao di daerah
patuk kurang maksimal.
Produksi yang kurang maka akan berpengaruh terhadap kebutuhan pasar serta
harga kakao sendiri yang mengalami fluktuasi. Fluktuasi harga jual kakao juga
dipengaruh karena pengolahan dan budidaya kakao yang belum maksimal,
akhirnya berpengaruh pada harga kakao itu sendiri.Upaya pemerintah untuk
pengemabangan kakao dengan memberikan bibit, subsidi pupuk telah dan
pendampingan dirasa masih kurang, karena produksi kakao masih belum
maksimal.Maningkatkan harga jual kakao juga perlu di pertimbangkan karena
pengelohan di tempat tersebut hanya menjual biji saja belum ke tahap
pengolahan.Oleh karena itu perlunya inovasi atau pengolahan untuk kakao agar
nilai jualnya meningkat. Analisis peluang untuk pengembangan kakao sangatlah
penting, karena melakukan sebuah analisis maka akan tahu kebutuhan dipasar dan
kebutuhan konsumen untuk pengolahan agar nilai jual dari kakao meningkat dan
sesuai dengan kebutuhan konsumen.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan praktek usaha tani tanaman kakao.
2. Menganalisis apakah yang telah dilakukan mendapatkan hasil dan
pendapatan yang maksimal atau belum.
II. RENCANA USAHA

A. Teknik Budidaya Tanaman dan Teknik Bahan Tanam


1. Pengolahan tanah
Budidaya atau menanam kakao tidak perlu di lakukan pengolahan tanah.Hal
yang perlu di lakuakan dalam persiapan lahan adalah membersihkan alang-alang
dan gulma.Gunakan tanaman penutup tanah (cover crop) terutama jenis polong-
polongan seperti peuraria javanica, centrosema pubescens, calopogonium
mucunoides dan ccaeraleum untuk mencegah pertumbuhan gulma terutama
rerumputan. Tanaman pelindung juga perlu ditanam seperti lamtoro, gleresidae
adn albazia, tanaman ini ditanam setahun sebelum penanaman kakao dan pada
tahun ketiga jumlah dikurangi ingga tinggal 1 pohon pelindung untuk 3 pohon
kakao( Agus salim dkk, 2009).

2. Penanaman
Penanaman bibit kakao dilakukan dengan jarak tanam yang ideal bagi kakao
yaitu jarak yang sesuai dengan perkembangan bagian tajuk tanaman serta cukup
tersedianya ruang bagi perkembangan akar. Bibit kakao diperoleh dengan cara
membeli kepada produsen bibit kakao. Jarak tanam tergantung dari luasan tajuk
yang akan dibentuk tanaman. Masing-masing klon kakao berbeda dalam bentuk
tajuknya. Pada tanah dengan kandungan hara (kesuburan) yang rendah maka jarak
tanam yang digunakan lebih lebar, sedangkan pada tanah yang subur jarak
tanamnya dapat dirapatkan. Berbagai jarak tanam dengan jumlah populasi
tanaman per hektar disajikan pada tabel berikut ( Karmawati E dkk,2010 ).

Jarak tanam dan jumlah pohon per hektar

Jarak tanam (m x m) Jumlah pohon per hektar


2,4 x 2,4 1.680
3x3 1.100
4x4 625
5x5 400
3,96 x 1,83 1.380
2,5 x 3 1.333
4x2 1.250
Sumber : Siregar et al (2003)

Pembuatan lubang tanam bertujuan untuk menyediakan lingkungan perakaran


yang optimal bagi bibit kakao, baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Ukuran
lubang tanam umumnya 60 x 60 x 60 cm. Ukuran ini sudah dianggap memadai
untuk mendukung adaptasi perakaran bibit dengan kondisi lapangan. Lubang
tanam dibuat 6 – 3 bulan sebelum tanam dengan cara membiarkan tanah galian
teronggok di sekitar lubang 2 – 3 bulan. Tindakan ini bertujuan untuk mengubah
suasana reduktif tanah menjadi oksidatif dan unsur-unsur yang bersifat racun
berubah menjadi tidak meracuni. Jarak tanam yang akan digunakan pada usaha
tani ini adalah 3 x 3 m. Paling lambat sebulan sebelum tanam tanah galian
dikembalikan ke dalam lubang agar kondisi tanah berada dalam keseimbangan
dengan kondisi lingkungan di sekitarnya ( Dinas Perkebunan Jatim,2011 ).

Teknik penanamannya adalah dengan terlebih dahulu memasukkan polibag


ke dalam lubang tanam, setelah itu dengan menggunakan pisau tajam polibag
disayat dari bagian bawah ke arah atas.Polibag yang terkoyak dapat dengan
mudah ditarik dan lubang ditutup kembali dengan tanah galian.sekitar batang
dipermu-kaan tanah haruslah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah
penggenangan air di sekitar batang yang dapat menyebabkan pembusukan
( Karmawati E dkk,2010).

3. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan dalam usaha meningkatkan hasil
dari suatu tanaman yang diusahakan. Dalam pemeliharaan tanaman kakao terdapat
beberapa kegiatan yang di lakukan,yaitu : pemupukan, pemangkasan, dan
pengendalian hama dan penyakit.

Pemupukan dilakukan setelah tanaman kakao berumur dua bulan di lapangan.


Pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan dilaksanakan dengan cara
menaburkan pupuk secara merata dengan jarak 15 – 50 cm (untuk umur 2 – 10
bulan) dan 50 – 75 cm (untuk umur 14 –20 bulan) dari batang utama. Untuk
tanaman yang telah menghasilkan, penaburan pupuk dilakukan pada jarak 50 – 75
cm dari batang utama.Penaburan pupuk dilakukan dalam alur sedalam 10 cm
(Karmawati E dkk,2010).Banyaknya pupuk yang dibutuhkan setiap tahun untuk
lahan seluas 1 ha terdapat pada tabel berikut:

Kebutuhan pupuk Urea, SP-36, KCl, dan pupuk organik untuk tanaman kakao
menurut umur tanaman per hektar

Umur Tanaman Jenis Pupuk


(tahun) Urea SP-36 KCL Organik
(g)/pohon (g)/pohon (g)/pohon (Kg)/pohon
1 - - - 3,6
2 22 20 25 3,6
3 44 41 50 5,5
4 89 83 100 5,5
5 178 105 200 7,3
6 222 207 331,8 7,3
Sumber : Siregar et al 2003

Keterangan : Penggunaan pupuk pada tahun ke-6 dan tahun – tahun selanjutnya
diasumsikan konstan.

Pemangkasan adalah suatu usaha meningkatkan produksi dan


mempertahankan umur ekonomis tanaman. Secara umum, pemangkasan bertujuan
untuk:

a. Mendapatkan pertumbuhan tajuk yang seimbang dan kokoh.

b. Mengurangi kelembaban sehingga aman dari serangan hama dan penyakit.

c. Memudahkan pelaksanaan panen dan pemeliharaan.

d. Mendapatkan produksi yang tinggi.


Menurut Karmawati E dkk , pemangkasan di bagi sebagi berikut :

1. Pemangkasan bentuk
Pada tanaman kakao yang belum menghasilkan (TBM), setelah umur 8 bulan
perlu dilaksanakan pemangkasan. Sekali dua minggu tunas-tunas air dipangkas.
Sebanyak 5 - 6 cabang dikurangi sehingga hanya tinggal 3 - 4 cabang saja.

2. Pemangkasan produksi
Pada pemangkasan ini cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh ke arah
dalam, menggantung, atau cabang kering, menambah kelembaban, dan dapat
mengurangiintensitas matahari bagi daun.

3. Pemangkasan Pemeliharaan
Pemangkasan pemeliharaan dilakukan dengan cara memotong cabang-cabang
sekunder dan tersier yang tumbuhnya kurang dari 40 cm dari pangkal cabang
primer ataupun sekunder.

4. Pengendalian Hama dan Penyakit


a. Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella (Lepidoptera:
Gracillaridae)
Serangan pada buah ditandai dengan memudarnya warna kulit buah, muncul
warna belang hijau kuning atau merah jingga.Apabila buah digoncang tidak
berbunyi. Apabila buah dibelah, terlihat biji yang berwarna hitam dan melekat
satu sama lain. Hama ini dapat dikendalikan dengan sanitasi,pemangkasan, panen
sering, pemupukan, kondomisasi dan biologi (Badan Pnelitian dan Pengembangan
Pertanian, 2008).
1) Sanitasi dilakukan pada buah terserang yang sudah dipanen. Buah
seluruhnya dibelah. Buah busuk, kulit buah, plasenta dan sisa panen
dimasukkan ke dalam lubang pada hari panen kemudian ditutup tanah
setebal 20 cm. Jika tidak segera dikerjakan karena panen puncak,
simpanlah buah dalam karung plastik dan diikat rapat supaya PBK tidak
keluar dan menyerang buah di pohon.

2) Pemangkasan dilakukan terhadap tanaman kakao yang terserang hama


penggerek buah agar hama penggerek buah tidak berpindah ke buah kakao
yang lainnya.

3) Kondomisasi dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik untuk


mencegah serangan PBK. Kantong harus dilubangi bagian bawah supaya
air bisa keluar dan penghindari pembusukan buah. Penyarungan dilakukan
saat buah berukuran 8-10 cm.

4) Pengendalian hayati PBK dapat dilakukan dengan memanfaatkan semut


hitam, jamur Beuveria bassiana dan parasitoid telur Trichogram-matoidea
spp.
a. Kepik Pengisap Buah Helopeltis spp. (Hemiptera: Miridae)
Serangan pada buah tua ditandai dengan munculnya bercak-bercak cekung
yang berwarna coklat muda yang lama kelamaan berubah menjadi
kehitaman.Pengendalian kepik ini dapat dilakukan juga dengan jamur Beauveria
bassiana. Helopeltis akan mati setelah 2-5 hari disemprot. Isolat yang digunakan
Bby – 725 dengan dosis 25-50 gram spora/ha.Penyemprotan pada imago lebih
efektif dibandingkan pada nimfa (Karmawati E dkk,2010).

b. Penyakit Busuk Buah Phytopthora palmivora (Pythiales: Phythiaceae)


Penyakit ini disebabkan oleh Phytopthora palmivora Bute, sejenis jamur yang
dapat mempertahankan hidupnya dalam tanah bertahun-tahun.Gejala penyakit ini
dapat terlihat mulai dari buah muda sampai buah dewasa. Buah yang terinfeksi
akan membusuk disertai bercak coklat kehitaman dengan batas yang jelas, gejala
ini dimulai dengan ujung atau pangkal buah ( Karmawati E dkk,2010).
B. Panen, Pascapanen, dan Pengelolaan
Kegitaan pemanenan dan pasca panen juga menentukan kualitas darii biji
kakao yang dihasilkan. Sehingga perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut (Agus
Salim dkk,2009) :

1. Pemetikan dan Sortasi Buah


Buah kakao dipetik apabila sudah cukup masak, yakni ditandai dengan adanya
perubahan warna kulit buah. Buah ketika mentah berwarna hijau akan berubah
menjadi kuning pada waktu masak, sedangkan yang berwarna merah akan
berubah menjadi jingga pada waktu masak.

2. Pemeraman dan Pemecahan Buah


Pemeraman dilakukan selama 5 - 12 hari tergantung kondisi setempat dan
pematangan buah. Setelah pemraman dilakukan barulah buah kakao dipecah dan
diambil bijinya. Biji kakao selanjutnya disortasi biji, pisahkan antara biji yang
masih mentah,busuk atau terserang hama.

3. Fermentasi
Fermentasi dilakukan untuk memperoleh biji kakao kering yang bermutu baik
dan memiliki aroma serta cita rasa khas coklat.Citra rasa khas coklat ditentukan
oleh fermentasi dan penyangraian.Fermentasi dapat dilakukan dalam kotak, dalam
tumpukan maupun dalam keranjang.Kotak dibuat dari kayu dengan lubang
didasarnya untuk membuang cairan fermentasi atau keluar masuknya udara.Biji
ditutup dengan daun pisang atau karung goni untuk mempertahankan
panas.Selanjutnya diaduk setiap hari atau dua hari selama waktu 6-8 hari.Kotak
yang kedalamannya 42 cm cukup diaduk sekali saja selama 2 hari.Tingkat
keasamannya lebih rendah dibandingkan lebih dari 42 cm. Fermentasi tidak boleh
lebih dari 7 hari.Setelah difermentasi biji kakao segera dikeringkan.

4. Pencucian dan pengeringan


Pencucian dilakukan setelah fermentasi untuk mengurangi pulp yang melekat
pada biji. Biji direndam selama 3 jam untuk meningkatkan jumlah biji bulat dan
penampilan menarik. Kadar kulit biji yang dikehendaki maksimum 12%,
sedangkan yang melebihi 12 % akan dikenai potongan harga.
Pengeringan bertujuan mengurangi kadar air biji dari 60% menjadi 6-7%
sehingga aman selama pengangkutan. 15 kg biji kakao dapat kering setelah 7-10
hari. Selama penjemuran hamparan biji perlu dibalikkan 1-2 jam sekali. Setelah
dijemur biji kakao perlu melalui proses tempering (penyesuaian suhu) agar biji
tidak mengalami kerusakan fisik.

5. Sortasi dan Pengemasan


Sortasi dilakukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan
mengelompokkan biji berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji.Setelah
sortasi selesai di lakukan selanjutnya adalah pengemasan.Biji kakao kering dan
bersih dikemas dalam karung bersih dan disimpan dalam gudang.Penyimpanan
dan pengelolaan biji kakao kering dilakakukan mengikuti Standar Prosedur
Operasional (SPO) penanganan biji kakao di eksportir, SPO fumigasi kakao di
gudang, dan SPO fumigasi kakao di container.

6. Pengolahan sekunder
Dari biji kakao dapat dihasilkan berbagai produk setengah jadi dan
olahan.Bubuk kakao, lemak, bungkil dan pasta merupakan produk setangah jadi
atau produk sekunder dari biji kakao.Sebelum diolah biji kakao disortir terlebih
dahulu agar terpisah dari biji muda kotoran dan benda yang dapat membahayakan
alat produksi.Selanjutnya dilakukan proses pengolahan biji kakao menjadi bubuk
coklat, lemak, bungkil, dan pasta coklat.

C. Pemasaran Hasil Kakao


Hasil dari kakao yang telah dipanen dan di keringkan akan dipasarkan ke
pabrik pengolahan biji kakao dan akan dipasarkan pula kepada para pengepul.
Selain memasarkan biji kakao, sebagian biji kakao juga akan diolah terlebih
dahulu untuk dijadikan coklat bubuk dan coklat batang supaya meningkatkannilai
ekonomis dari kakao tersebut
D. Manajemen SDM
1. Struktur Organisasi

Direktur

Prayuda Rizky A

Bendahara

Anisa MR

As

Da

Teknis Lapangan Marketing


Sd Pascapanen
As
Meta Osmani Silvia
As J.S AhamadFariduddin
Da D
Sd as
2. Tugas dan pembagian Kerja
As
a. Direktur sebagai ketua dalam struktur organisasi bertugas untuk
As D
bertanggung jawab dalam setiap pengambilan
As keputusan dan sebagai
As
penyedia modal.
Da as Da
sdafadsdjk Da
b. Bendahara Bertugas untuk mengelola keuangan perusahaan
Sd Sd Sd
c. Teknis Lapangan bertugas untuk memastikan proses budidaya berjalan
As As perawatan, dan panen.
lancar dari pengolahan lahan, pemupukan, As

Dsdafadsdjk Bertugas untuk mengolah


d. Pascapanen D hasil panen menjadi sebuah produk
D
yang memiliki nilai jual yang tinggi. as
as as
e. Marketing bertugas untuk memasarkan hasil dari produk kepada
konsumen.

sdafadsdjk sdafadsdjk sdafadsdjk


E. Manajemen Pemasaran

PASCAPANEN

PEMASARAN

PERUSAHAAN
PENGOLAH PENGEPUL
KAKAO
III. ANALISIS USAHA
A. Analisis Usaha Tani
Tahun
Uraian Rata-Rata
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Penerimaan

Total Produksi 1.000 2.000 2.500 4.000 4.000 4.000 4.000 3.000 2.000 1.500 1.500

Harga 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000 28.000

Kakao 0 0 0 0 0 28.000.000 56.000.000 70.000.000 112.000.000 112.000.000 112.000.000 112.000.000 84.000.000 56.000.000 42.000.000 42.000.000

Total Penerimaan 0 0 0 0 0 28.000.000 56.000.000 70.000.000 112.000.000 112.000.000 112.000.000 112.000.000 84.000.000 56.000.000 42.000.000 42.000.000

Pengeluaran

Biaya Variabel 68.000.000 16.150.000 16.150.000 18.650.000 16.150.000 24.550.000 31.100.000 24.550.000 24.550.000 27.050.000 24.550.000 24.550.000 31.100.000 24.550.000 24.550.000 27.050.000

Biaya Variabel Kakao

Biaya Tetap

Depresiasi

Angsuran Bunga
Biaya
Pemasaran/Distribusi

Total Pengeluaran 68.000.000 16.150.000 16.150.000 18.650.000 16.150.000 24.550.000 31.100.000 24.550.000 24.550.000 27.050.000 24.550.000 24.550.000 31.100.000 24.550.000 24.550.000 27.050.000

Biaya Investasi 51.850.000

R/L Sebelum Pajak -68.000.000 -16.150.000 -16.150.000 -18.650.000 -16.150.000 3.450.000 24.900.000 45.450.000 87.450.000 84.950.000 87.450.000 87.450.000 52.900.000 31.450.000 17.450.000 14.950.000 402.750.000

Pajak (0%)

Laba Setelah Pajak

Profit on Sales

BEP: Nilai Penjualan (Rp) - - - - - 24.550 15.550 9.820 6.138 6.763 6.138 6.138 10.367 12.275 16.367 18.033
BEP: Volume Produksi
(Kg) - - - - - 877 1.111 877 877 966 877 877 1.111 877 877 966

R/C 1,14 1,80 2,85 4,56 4,14 4,56 4,56 2,70 2,28 1,71 1,55

Produktivitas Modal 14,05 80,06 185,13 356,21 314,05 356,21 356,21 170,10 128,11 71,08 55,27

PBP 0,129
URAIAN VOLUME SATUAN HARGA JUMLAH
Sewa Lahan 3 Hektar 10,000,000 30,000,000
Bibit 3,000 Pohon 3,000 9,000,000
Pupuk NPK 3,000 Kg 2,000 12,000,000
Isektisida 15 Bungkus 25,000 375,000
Fungisida 15 Bungkus 30,000 450,000
Cangkul 20 Buah 35,000 700,000
Sabit 20 Buah 15,000 300,000
Sprayer 3 Buah 350,000 1,050,000
Gunting Pangkas Besar 15 Buah 200,000 3,000,000
Gunting Pangkas Kecil 20 Buah 75,000 1,500,000
Pengolahan Lahan 105 HOK 35,000 3,675,000
Penanaman 75 HOK 35,000 2,625,000
Pemupukan 20 HOK 35,000 700,000
Penyiangan 25 HOK 35,000 875,000
Pemangkasan 30 HOK 35,000 1,050,000
Penyemprotan 20 HOK 35,000 700,000
Panen 180 HOK 35,000 6,300,000
Pasca Panen 60 HOK 35,000 2,100,000
B. Analisis Finansial

1. Analisis Pendapatan dan Keuntungan Usaha Tani


Keuntungan suatu usaha tani dapat diketahui dengan cara menghitung total
pendapatan (TR) dan dikurangi dengan total pengeluaran (TC). Usaha tani kakao
ini mendapatkan keuntungan disetiap tahun pada saat tanaman mulai berproduksi,
misalnya pada tahun ke-5, keuntungan yang diperoleh adalah sebagai berikut :

π = TR – TC

= 28.000.000 – 24.550.000

= 3.450.000

Keuntungan Usaha tani kakao pada tahun ke-5 sebesar 3.450.000. usaha tani
kakao ini layak untuk dilakukan dan dikembangkan.

2. Analisis Titik Impas Pulang Modal (BEP)


Analisis titik impas pulang modal atau Break Even Point (BEP) adalah suatu
kondisi yang menggambarkan hasil Usaha tani yang diperoleh sama dengan
modal yang dikeluarkan. Dalam kondisi ini, usaha tani yang dilakukan tidak
menghasilkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

a. BEP Volume Produk


BEP volume produksi menggambarkan produksi minimal yang harus dicapai
dalam usaha tani agar tidak mengalami kerugian. BEP Produksi dapat dihitung
sebagai berikut (tahun ke-5) :

𝑇𝐶
BEP Produksi =
𝑃

24.550.000
=
28.000

= 877
Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat diperoleh produksi 1000 kg biji kakao,
usaha tani ini menghasilkan keuntungan keuntungan karena nilai BEP Produksi
lebih kecil dibandingkan produksi kakao pada tahun tersebut.

b. BEP Harga Produksi


BEP Harga Produksi menggambarkan harga terendah dari produk yang
dihasilkan. Jika harga pasaran di tingkat petani lebih rendah daripada BEP, maka
usaha tani akan mengalami kerugian. Harga BEP ini merupakan harga pokok atau
harga dasar untuk pengembalian modal. Agar usaha tani untung, maka petani
harus menjual produksi di atas harga dasar ini. BEP harga dapat dihitung dengan
cara sebagai berikut (tahun ke-5) :

𝑇𝐶
BEP Harga =
𝑄

24.550.000
=
1.000

= 24.550

Hasil ini menunjukkan bahwa pada saat harga kacang biji kakao di tingkat
petani sebesar Rp28.000/kg, usaha tani kakao memperoleh keuntungan dan layak
dilakukan karena nilai BEP harga lebih kecil dibandingkan dengan harga
penjualan kakao.

3. Analisis Kelayakan Usaha Tani (R/C Ratio)


R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimaan total dan biaya total.
R/C ratio digunakan untuk menganalisis penerimaan yang diproleh dari usaha tani,
menunjukkan penggunaan satu satuan biaya yang digunakan untuk menghasilkan
sejumlah penerimaan. R/C ratio dapat dihitung dengan cara sebagai berikut (tahun
ke-5) :

𝑇𝑅
R/C ratio =
𝑇𝐶

28.000.000
= = 1,14
24.550.000
Nilai R/C ratio untuk usaha tani kakao pada tahun ke-5 adalah 1,14. Ini
menunjukkan bahwa usaha tani kakao ini menguntungkan sampai 1,14 kali lipat
dan usaha tani ini layak untuk dilakukan dan dikembangkan.

4. Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Modal (ROI)


Analisis Tingkat Efisiensi Penggunaan Modal atau Return of Investment
(ROI) adalah analisis untuk mengetahui keuntungan usaha berkaitan dengan
modal yang dikeluarkan. ROI dapat dihitung dengan cara sebagai berikut tahun
ke-6) :

𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
ROI = x 100%
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖

24.900.000
= x 100%
31.100.000

= 80,06 %

Nilai ROI sebesar 80,06 % menunjukkan bahwa nilai ROI lebih besar dari
bunga pinjaman terendah yaitu 12% (jika modal menggunakan uang pinjaman)
sehingga usaha tani kakao layak untuk dilakukan dan di kembangkan.
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan usahatani merupakan suatu sistem yang terkait dengan input,
proses, dan output. Teknologi yang digunakan harus benar sehingga menghasilkan
produksi yang tinggi. Disamping itu, peluang asar juga sangat berpengaruh
terhadap suatu usaha tani yang akan dilakukan. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, usaha tani kakao sudah layak untuk dilakukan dan dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Salim,Teguh wijanarko,Entis sutisna, 2009. Budidaya dan pasca panen


kakao mendukung rencana usaha bersama programusaha agribisnis
perdesaan. Balai pengkaji teknologi pertanian sulawesi
tenggara.http://sultra.litbang.
pertanian .go.id/ind/phocadownload/Juknis_09/Petunjuk%20Teknis%
20Budidaya%20dan%20Pasca%20Panen%20Kakao%20Mendukung
%20Rencana%20Usaha%20Bersama%20Program%20Usaha%20Agri
bisnis%20Perdesaan.pdf.departemen pertanian. Akses tanggal 15
Desember 2015.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian , 2008. Teknologi budidaya kakao
https: //hardiyansetiyawan.files.word-press.com/2014/08/buku-kakao-
1.pdf.Akses tanggal 20 Desember 2015.
Dinas Perkebunan Jatim,2011. pedoman teknik budidaya
kakao.http ://disbun.jatimprov.go.id/pustaka/phocadownload/pedoman
%20teknis%20budidaya%20kakao.pdf. Akses tanggal 20 Desember
2015.
Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana dan Rubiyo. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perkebunan.Akses tanggal 15 Desember 2015.
Kementerian Perindustrian, 2007. Paket Informasi Komoditi
kakao.http://www.kemenperin.go.id/download/290/Paket-Informasi-
Komoditi-Kakao.Akses tanggal 20 Desember 2015.

Sugiyanto, 2009. Peta Penyebaran OPT Utama Kakao. Direktorat Jenderal


Perkebunan Departemen Pertanian. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai