Anda di halaman 1dari 54

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang masih bergantung pada


komoditas pertanian. Sebagian besar kebutuhan pangan rakyat Indonesia masih
bergantung pada hasil-hasil pertanian seperti padi. Pertanian pun tetap
merupakan mata pencaharian bagi sebagian besar rakyat Indonesia. Pangan
merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu usaha-
usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut terus berlangsung sepanjang
sejarah kehidupan manusia. Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam
berswasembada pangan khususnya beras sejak tahun 1984 merupakan prestasi
gemilang, mengingat pada saat sebelumnya Indonesia adalah negara pengimpor
beras terbesar di dunia (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 1994).
Kondisi benih yang beredar di Indonesia sangat variatif tingkat mutunya,
baik benih yang berasal dari produsen lokal maupun produsen impor, banyak
benih yang ditemukan sudah kadarluarsa, mutunya tidak sesuai standar yang
ditetapkan sehingga tidak layak ditanam dan akibatnya sangat merugikan petani.
Untuk itu sangat diperlukan pengawasan dan pengendalian mutu produk melalui
penerapan standardisasi system manajemen mutu yang bertaraf internasional
baik pada saat produksi maupun di tingkat laboratorium (Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan Dan Hortikultura Departemen Pertanian, 2006).
Benih di sini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk
tujuan penanaman dan dibudidayakan. Di dalam usaha peningkatan produksi
pertanian dibutuhkan benih padi yang bermutu. Benih bermutu adalah benih
yang mempunyai mutu genetik, mutu fisik dan mutu fisiologis. Dengan demikian
mutu suatu benih dapat dilihat dari faktor-faktor sebagai berikut : kemurnian
benih, kemurnian varietas, daya hidup (daya kecambah dan kekuatan tumbuh)
serta bebas dari hama dan penyakit benih (Lita Sutopo, 1993).
Sistem pengawasan mutu dan sertifikasi benih yang tangguh adalah
upaya pengawasan mutu dan pelayanan sertifikassi benih yang benar-benar
dapat menjamin mutu benih, baik yang diproduksi oleh produsen maupun yang
digunakan oleh konsumen sesuai dengan standar mutu benih yang berlaku.
Dengan penggunaan benih yang bermutu diharapkan dapat menjamin
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu hasil pertanian yang berdaya

1
saing, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat/petani (Lita Sutopo, 1993).
Balai pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura
di Satuan Tugas Wilayah II Madiun adalah suatu balai yang bertugas untuk
mengawasi peredaran benih yang ada di ke-Karisidenan Madiun dan bertugas
untuk memberikan sertifikat atau label pada benih-benih yang dinyatakan lulus
setelah melalui proses pengujian-pengujian yang di lakukan baik pengawasan di
lapangan maupun oleh analis laboratorium. Sertifikat atau label tersebut harus di
ganti setiap jangka waktu tertentu agar kualitas dari benih tetap terjaga dan
terjamin yang pergantian label tersebut harus melalui proses pengujian kembali
dan harus mendapatkan peryataan lulus dari laboratorium (Pedoman Sertifikasi
Benih Tanaman Padi., 2009).
Sehubungan dengan hal tersebut maka kegiatan magang ini terfokus
pada kegiatan produksi benih bersertifikat guna menunjang kualitas produksi
padi varietas INPARI 30 yang ada di Satuan Tugas Wilayah II Madiun ini.

2
II. TUJUAN DAN MANFAAT PKL / MAGANG

2.1 Tujuan

Kegiatan praktik magang ini bertujuan untuk :


1. Mengetahui tentang tahapan proses sertifikasi benih varietas INPARI 30
2. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai kegiatan sertifikasi
benih.

2.2 Manfaat

Manfaat praktik magang ini adalah :


1. Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang benih bersertifikat,
2. Menambah pengetahuan kepada mahasiswa mengenai tahapan proses
sertifikasi benih.

3
III. METODE PELAKSANAAN PKL / MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat

3.1.1 Waktu

Praktek Kerja Lapangan sertifikasi benih padi (Oryza sativa L.)


dilaksanakan pada tanggal 1 November 2016 sampai dengan tanggal 30
November 2016.

3.1.2 Tempat

Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis


Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT
PSBTPH) Satuan Tugas Wilayah II Madiun dan dimulai pada pukul 08.00 WIB
sampai dengan pukul 15.00 WIB.

3.2 Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan praktek kerja lapangan ini


antara lain Pengenalan keadaan umum, Interview atau Wawancara, Observasi
Lapangan, Dokumentasi dan Pustaka (Literatur). Berikut penjelasan lebih lanjut
dari metode pelaksanaan tersebut, di antaranya:
1. Pengenalan keadaan umum
Pengenalan keadaan umum dilaksanakan di Kantor UPT PSBTPH Satuan
Tugas Wilayah II Madiun. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keadaan
umum di UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun, dimulai dari
sejarah instansi, struktur organisasi, visi, misi dan lain-lain.
2. Interview atau Wawancara
Yaitu metode pengumpulan data yang di lakukan dengan cara wawancara
dengan responden yang berhubungan dengan kegiatan sertifikasi benih
sesuai tujuan dan manfaat Praktek Kerja Lapangan.
3. Observasi Lapangan
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung di
lapangan pada obyek penelitian.

4
4. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan cara melihat catatan atau dokumen –
dokumen, arsip – arsip laporan lainnya yang berkaitan dengan yang telah
ada di Kantor UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun.
5. Pustaka (Literatur)
Yaitu data yang di peroleh melalui buku sumber dan berbagai literatur yang
mendukung kegiatan Praktek Kerja Lapangan.

3.3 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan teknik mengumpulkan data primer


dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari kegiatan
langsung di lapangan yang berkaitan dengan kegiatan sertifikasi benih padi
(Oryza sativa L.). Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan kepala dan pegawai UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II
Madiun, pembimbing lapangan dan petugas lapangan.

5
IV. HASIL PELAKSANAAN PKL/MAGANG

4.1 Keadaan Umum UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun

4.1.1 Sejarah Berdirinya UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun


Benih berperan penting dalam rangka peningkatan produksi, sehingga
perlu adanya upaya pengadaan benih bermutu. Pemerintah melalui Keputusan
Presiden Nomor 72 Tahun 1971 tentang pembinaan, pengawasan, pemasaran
dan sertifikasi benih dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 460 Tahun
1971 SK. NO. 67 Tahun 1977 dan Nomor 451 Tahun 1979 yang mengatur
mengenai perbenihan di Indonesia maka didirikan Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan
Hortikultura (BPSBTPH) berdiri berdasarkan:
 SK Menteri Pertanian Nomor: 529/Kpts/org/8/1978
 SK Menteri Pertanian Nomor: 524/Kpts/org/1978
 SK Menteri Pertanian Nomor: 468/Kpts/OT.210/1994
 SK Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura
Nomor: I.HK.050.89.83
Sejalan dengan perkembangan kebijakan pemerintah yang mendukung
adanya Otonomi Daerah sesuai dengan UU Nomor: 22 Tahun 1999 dan PP
Nomor: 25 Tahun 2000. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura, dilimpahkan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Timur
sesuai dengan:
 Peraturan Daerah (PERDA) Nomor: 31 Tahun 2000
 Peraturan Daerah (PERDA) Nomor: 16 Tahun 2002
 SK. Gubernur Jawa Timur Nomor: 1 Tahun 2002

Sebagai Implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun


2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah maka lahir Peraturan Daerah
(PERDA) Nomor 9 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah
Provinsi Jawa Timur dan Peraturan Gubernur (PERGUB) Nomor 128 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pertanian
Provinsi Jawa Timur yang berdampak pada perampingan susunan organisasi
perangkat daerah. Oleh karena itu Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih

6
Tanaman Pangan dan Hortikultura ( BPSBTPH ) Provinsi Jawa Timur berubah
kewenangan dan instansi menjadi Unit Pelaksana Teknis Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PSBTPH) Provinsi
Jawa Timur yang merupakan bagian dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur
dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada Kepala Dinas Pertanian Provinsi
Jawa Timur dan di bawah pengawasan dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Timur. Untuk memaksimalkan kinerja ke seluruh wilayah Provinsi Jawa Timur
maka UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur membagi 6 (enam) wilayah kerja yang
disebut dengan Satuan Tugas (SATGAS). Masing-masing Satuan Tugas
dipimpin oleh seorang Kepala Satuan Tugas yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Timur dengan pendelegasian tugas pokok dan fungsi
melaksanakan sebagian kegiatan UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur di daerah
dan bertanggung jawab kepada Kepala UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur.
Berikut 6 Satuan Tugas UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur yang dapat dilihat
pada Gambar 1, di antaranya yaitu:

 Satuan Tugas Wilayah I Surabaya, meliputi wilayah: Surabaya, Tuban,


Bojonegoro, Jombang, Lamongan, Gresik, Sidoarjo, Bangkalan, Sumenep,
Pamekasait dan Sampang.
 Satuan Tugas Wilayah II Madiun, meliputi wilayah: Madiun, Ngawi, Magetan,
Ponorogo dan Pacitan.
 Satuan Tugas Wilayah III Kediri, meliputi wilayah: Kediri, Nganjuk, Blitar,
Tulung Agung dan Trenggalek.
 Satuan Tugas Wilayah IV Malang, meliputi wilayah: Malang, Mojokerto,
Pasuruan dan Probolinggo.
 Satuan Tugas Wilayah V Jember, meliputi wilayah: Lumajang, Jember dan
Bondowoso.
 Satuan Tugas Wilayah VI Banyuwangi, meliputi wilayah: Banyuwangi dan
Situbondo.

7
Gambar 1 Peta wilayah kerja UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur

4.1.2 Visi dan Misi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun

4.1.2.1 Visi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun


Visi dari UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun adalah
terciptanya penyediaan benih dari varietas unggul yang berwawasan agribisnis
dan berorientasi pada mutu dengan sasaran 6 (enam) tepat, yaitu: tepat jumlah,
tepat varietas, tepat mutu, tepat harga, tepat lokasi dan tepat waktu.

4.1.2.2 Misi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun


Demi tercapainya visi yang diharapkan, maka UPT PSBTPH Satuan
Tugas Wilayah II Madiun memiliki beberapa misi, di antaranya yaitu:
1. Memberikan pelayanan prima bagi para produsen dan penyalur benih serta
petani konsumen benih yang ters ebar di seluruh wilayah Jawa Timur.
2. Meningkatkan mutu Sumber Daya Manusia Perbenihan.
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produsen dan penyalur
benih agar dapat memproduksi serta mengedarkan benih bermutu dari
varietas unggul sesuai dengan ketentuan.
4. Mendukung program Pemerintah Daerah (Dinas Pertanian Provinsi Jawa
Timur) dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas
tanaman pangan dan hortikultura.

8
4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II
Madiun

4.1.3.1 Tugas Pokok UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun


Tugas pokok UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun di antaranya
yaitu melaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian di bidang Penilaian Kultivar,
Sertifikasi Benih, Pengujian Benih Laboratorium, Pengawasan Peredaran Benih,
Ketatausahaan, Pelayanan Teknis, dan Kegiatan Sarana Prasarana.

4.1.3.2 Fungsi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun


Fungsi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun di antaranya yaitu
melakukan penilaian kultivar dan sertifikasi benih tanaman pangan, penilaian
kultivar dan sertifikasi benih tanaman hortikultura, pengujian benih laboratorium,
pengawasan peredaran benih, ketatausahaan, pelayanan teknis dan sarana
prasarana.

9
4.1.4 Struktur Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur
Sebagai bagian dari Dinas Pertanian, UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur
memiliki struktur organisasi seperti pada Gambar 2.

Gubernur
Jawa Timur

Dinas Pertanian
Kepala Dinas Pertanian

Unit Pelaksana Teknis


Kepala Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Provinsi Jawa Timur

Sub Bagian Seksi Seksi


Tata Usaha Pelayanan Teknis Sarana Prasarana

Satuan Tugas Satuan Tugas Koordinator Kelompok


Wilayah I Wilayah II Jabatan Fungsional
Surabaya Madiun
Sub Kelompok Sub Kelompok
Satuan Tugas Satuan Tugas Penilaian Kultivar Penilaian Kultivar
Wilayah III Wilayah IV dan Sertifikasi dan Sertifikasi
Kediri Malang Benih Tanaman Benih Tanaman
Satuan Tugas Satuan Tugas Pangan Hortikultura
Wilayah V Wilayah VI Sub Kelompok Sub Kelompok
Jember Banyuwangi Laboratorium Pengawasan
Pengujian Benih Peredaran Benih

Gambar 2 Struktur Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur

10
4.1.5 Struktur Organisasi UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur Satuan Tugas
Wilayah II Madiun

Sebagai bagian dari UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur, UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun memiliki struktur organisasi seperti pada
Gambar 3.

Kepala UPT PSBTPH


Satuan Tugas Wilayah II Madiun

Dinas Pertanian
Kepala Dinas Pertanian
Dinas Pertanian
Kepala Dinas Pertanian

Penanggung Jawab
Laboratorium Benih

Analis Pengawas Pengawas Pengawas Pengawas Pengawas


Benih Benih Benih Benih Benih Benih
Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman Tanaman
(PBT) (PBT) (PBT) (PBT) (PBT)
Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung Penanggung
Jawab Jawab Jawab Jawab Jawab
Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten Kabupaten
Madiun Ponorogo Magetan Ngawi Pacitan

Gambar 3 Struktur organisasi UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun

11
4.2 Klasifikasi Tanaman Padi

Menurut Firmanto (2011), padi dalam sistematika tumbuhan


diklasifikasikan ke dalam:
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Famili : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.

Deskripsi Varietas Padi Inpari 30 Ciherang Sub-1


Nomor seleksi : IR09F436
Asal seleksi : Ciherang/ IR64Sub1/Ciherang
Umur tanaman : 111 hari setelah semai
Bentuk tanaman : Tegak
Tinggi tanaman : 101 cm
Daun bendera : Tegak
Bentuk gabah : Panjang ramping
Warna gabah : Kuning bersih
Kerontokan : Sedang
Kerebahan : Sedang
Tekstur nasi : Pulen
Kadar amilosa : 22,40 %
Rata – rata hasil : 7,2 t/ha GKG
Potensi hasil : 9,6 t/ha GKG
Anjuran tanam : Cocok untuk ditanam disawah irigasi dataran rendah
sampai ketinggian 400 m dpl didaerah luapan sungai, cekungan dan rawan banjir
lainnya dengan rendaman keseluruhan fase vegetative selama 15 hari
Pemulia : Yudhistira Nugraha, Supartopo, Nurul Hidayatun, Endang
Septiningsih (IRRI), Alfaro Pamplona (IRRI), dan David J Mackill (IRRI)
Dilepas tahun : 2012

12
4.3 Morfologi Tanaman Padi

1. Akar.
Berdasarkan literatur Aak (1992) akar adalah bagian tanaman yang
berfungsi menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut
ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan atas :
a. Radikula; akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah. Pada benih yang
sedang berkecambah timbul calon akar dan batang. Calon akar mengalami
pertumbuhan ke arah bawah sehingga terbentuk akar tunggang, sedangkan
calon batang akan tumbuh ke atas sehingga terbentuk batang dan daun.
b. Akar serabut (akaradventif); setelah 5-6 hari terbentuk akar tunggang, akar
serabut akan tumbuh.
c. Akar rambut ; merupakan bagian akar yang keluar dari akar tunggang dan
akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada kulit akar yang berada diluar,
dan ini penting dalam pengisapan air maupun zat-zat makanan. Akar rambut
biasanya berumur pendek sedangkan bentuk dan panjangnya sama dengan
akar serabut.
d. Akar tajuk (crown roots) ;adalah akar yang tumbuh dari ruas batang terendah.
Akar tajuk ini dibedakan lagi berdasarkan letak kedalaman akar di tanah yaitu
akar yang dangkal dan akar yang dalam. Apabila kandungan udara di dalam
tanah rendah,maka akar-akar dangkal mudah berkembang.

2. Batang.
Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang
tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung kosong. Pada
kedua ujung bubung kosong itu bubungnya ditutup oleh buku. Panjangnya ruas
tidak sama. Ruas yang terpendek terdapat pada pangkal batang. Ruas yang
kedua, ruas yang ketiga, dan seterusnya adalah lebih panjang daripada ruas
yang didahuluinya. Pada buku bagian bawah dari ruas tumbuh daun pelepah
yangmembalut ruas sampai buku bagian atas.Tepat pada buku bagian atas
ujumg dari daun pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang
terpendek menjadi ligula (lidah) daun, dan bagian yamg terpanjang dan terbesar
menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle pada sebelah kiri dan kanan.
Daun kelopak yang terpanjang dan membalut ruas yang paling atas dari batang
disebut daunbendera. Tepat dimana daun pelepah teratas menjadi ligula dan

13
daun bendera, di situlah timbul ruas yang menjadi bulir padi.
Pertumbuhan batang tanaman padi adalah merumpun, dimana terdapat
satu batang tunggal/batang utama yang mempunyai 6 mata atau sukma, yaitu
sukma 1, 3, 5 sebelah kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah kiri. Dari tiap-tiap sukma
ini timbul tunas yang disebut tunasorde pertama.

3. Daun.
Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan mempunyai daun yang
berbeda-beda, baik bentuk, susunan, atau bagian bagiannya. Ciri khas daun padi
adalah adanya sisik dan telinga daun. Hal inilah yang menyebabkan daun padi
dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian-bagian daun padi
adalah :
a. Helaian daun ; terletak pada batang padi dan selalu ada. Bentuknya
memanjang seperti pita. Panjang dan lebar helaian daun tergantung varietas
padi yang bersangkutan.
b. Pelepah daun (upih) ;merupakan bagian daun yang menyelubungi batang,
pelepah daun ini berfungsi memberi dukungan pada bagian ruas yang
jaringannya lunak, dan hal ini selalu terjadi.
c. Lidah daun ; lidah daun terletak pada perbatasan antara helai daun dan upih.
Panjang lidah daun berbeda-beda, tergantung pada varietas padi. Lidah daun
duduknya melekat pada batang. Fungsi lidah daun adalah mencegah
masuknya air hujan diantara batang dan pelepah daun (upih). Disamping itu
lidah daun juga mencegah infeksi penyakit, sebab media air memudahkan
penyebaran penyakit.Daun yang muncul pada saat terjadi perkecambahan
dinamakan coleoptile. Koleopti keluar dari benih yang disebar dan akan
memanjang terus sampai permukaan air. koleoptil baru membuka, kemudian
diikuti keluarnya daun pertama, daun kedua dan seterusnya hingga mencapai
puncak yang disebut daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya
pada daun ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek
daripada daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun
sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai padi. Daun padi mula-
mula berupa tunas yang kemudian berkembang menjadi daun. Daun pertama
pada batang keluar bersamaan dengan timbulnya tunas (calon daun)
berikutnya. Pertumbuhan daun yang satu dengan daun berikutnya mempunyai
selang waktu 7 hari, dan 7 hari berikutnya akan muncul daun baru lainnya.

14
4. Bunga.
Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas
dinamakan malai. Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada
batang. Panjang malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dancara
bercocok tanam. Dari sumbu utama pada ruas buku148yang terakhir inilah
biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat
dibedakan menjadi 3 ukuran yaitu malai pendek (kurang dari 20 cm), malai
sedang (antara 20-30 cm), dan malai panjang (lebih dari 30cm). Jumlah cabang
pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah
cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang.
Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi
varietas baru, setiap malai bisa mencapai100-120 bunga (Aak, 1992).
Bunga padi adalah bunga telanjang artinya mempunyai perhiasan bunga.
Berkelamin dua jenis dengan bakal buah yang diatas. Jumlah benang sari ada 6
buah, tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta mempunyai dua
kandung serbuk. Putik mempunyai dua tangkai putik, dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai dengan warna pada umumnya putih atau ungu
(DepartemenPertanian, 1983).
Komponen-komponen (bagian) bunga padi adalah:
a. kepala sari,
b. tangkai sari,
c. palea (belahan yang besar),
d. lemma (belahan yang kecil),
e. kepala putik,
f. tangkai bunga.

5. Buah.
Buah padi yang sehari-hari kita sebut biji padi atau
butir/gabah,sebenarnya bukan biji melainkan buah padi yang tertutup oleh lemma
dan palea. Buah ini terjadi setelah selesai penyerbukkan dan pembuahan.
Lemma dan palea serta bagian lain yang membentuk sekam atau kulit gabah
(Departemen Pertanian, 1983).
Jika bunga padi telah dewasa, kedua belahan kembang mahkota (palea dan
lemmanya) yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya sedemikian

15
rupa sehingga antara lemma dan palea terjadi siku/sudut sebesar 30-600.
Membukanya kedua belahan kembang mahkota itu terjadi pada umumnya pada
hari-hari cerah antara jam 10-12, dimana suhu kira-kira 30-320C. Di dalam dua
daun mahkota palea dan lemma itu terdapat bagian dalam dari bunga padi yang
terdiri dari bakal buah (biasa disebut karyiopsis).
Jika buah padi telah masak, kedua belahan daun mahkota bunga itulah
yang menjadi pembungkus berasnya (sekam). Diatas karyiopsis terdapat dua
kepala putik yang dipikul oleh masing-masing tangkainya. Lodicula yang
berjumlah dua buah, sebenarnya merupakan daun mahkota yang telah berubah
bentuk. Pada waktu padi hendak berbunga, lodicula menjad imengembang
karena menghisap cairan dari bakal buah. Pengembangan ini mendorong lemma
dan palea terpisah dan terbuka. Hal ini memungkinkan benang sari yang
memanjang keluar dari bagian atas atau dari samping bunga yang terbuka tadi.
Terbukanya bunga diikuti dengan pecahnya kandung serbuk, yang kemudian
menumpahkan tepung sarinya. Sesudah tepung sarinya ditumpahkan dari
kandung serbuk maka lemma dan palea menutup kembali. Dengan berpindahnya
tepung sari dari kepala putik maka selesailah sudah proses penyerbukkan.
Kemudian terjadilah pembulaian yang menghasilkan lembaga danendosperm.
Endosperm adalah penting sebagai sumber cadangan makanan bagi tanaman
yang baru tumbuh.

4.4 Kegiatan Sertifikasi Benih Padi (Oryza sativa L.)

4.4.1 Ketentuan Umum Sertifikasi Benih


Kegiatan sertifikasi benih padi dilaksanakan oleh instansi pemerintah
yang berwenang dalam bidang pengawasan dan sertifikasi benih atau lembaga
swasta yang telah mendapatkan sertifikat untuk melaksanakan sertifikasi individu
dan dilakukan dengan beberapa tahap di antaranya yaitu pemeriksaan
administrasi, pemeriksaan lapang pendahuluan, pemeriksaan lapang fase
vegetatif, pemeriksaan lapang fase generatif, pemeriksaan lapang fase
menjelang panen, pemeriksaan alat dan kegiatan panen, pemeriksaan alat dan
kegiatan pengolahan benih, pengambilan contoh benih, pengujian laboratorium
benih dan pengawasan pemasangan label benih. Benih bermutu yang dapat
beredar di pasaran adalah benih yang sesuai dengan standar mutu yang telah
ditetapkan pada kegiatan dalam proses sertifikasi benih.

16
Adapun Parameter yang diamati adalah :
1) Fase vegetative : warna kaki, tipe pertumbuhan, warna daun, lebar daun,
kehalusan daun, dan tinggi tanaman.
2) Fase berbunga : tipe pertumbuhan, warna helai daun, warna leher daun,
warna daun, lebar daun, tinggi tanaman dan sudut daun
bendera.
3) Fase masak : bentuk/tipe malai, leher malai, bentuk gabah, warna
gabah, warna ujung gabah, dan bulu pada ujung gabah.

4.4.2 Tahapan Sertifikasi Benih Padi (Oryza sativa L)


Ada beberapa tahapan dalam kegiatan sertifikasi benih seperti pada Gambar 4.

Gambar 4 tahapan kegiatan sertifikasi benih

17
4.4.2.1 Pengajuan Permohonan Sertifikasi Benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada petugas lapang UPT
PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan sertifikasi benih
diajukan paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan
dilampirkan :
1. Label benih sumber yang akan ditanam
2. Sketsa peta lapangan

Pemeriksaan permohonan sertifikasi mencakup :


 Nama penangkar
 Alamat
 Letak lahan
 Luas lahan
 Asal benih sumber
 Sejarah lapangan
 Isolasi (jarak tanam)
 Pengairan
Berkas permohonan sertifikasi benih kemudian diperiksa kelengkapannya
oleh petugas lapang UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun sebelum
dilakukan pemeriksaan lapang pendahuluan. Permohonan sertifikasi benih yang
diperiksa oleh petugas lapang diajukan oleh UD. Tani Dadi yang beralamatkan di
Desa Winongo, Kec. Mangunharjo, Kota Madiun yang akan memproduksi benih
padi varietas Mekongga dengan kelas benih (BP) Benih Pokok dan ditanam pada
lahan dengan nomor blok 46 seluas 0.5 Ha. Lahan tersebut merupakan lahan
kerjasama antara UD. Tani Dadi dengan penangkar benih. Contoh surat
permohonan sertifikasi benih dapat dilihat pada Lampiran 1.

4.4.2.2 Pemeriksaan Lapang Pendahuluan


Pemeriksaan lapang pendahuluan dilakukan setelah produsen benih
mengajukan permohonan pemeriksaan lapang pendahuluan kepada petugas
lapang UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan
pendahuluan dilakukan 7 hari sebelum tabur oleh penangkar ke pengawas benih
dan akan diteruskan ke BPSB-TPH untuk dilakukan pemeriksaan data-data yang
diajukan penangkar.

18
Pada kegiatan pemeriksaan lapang pendahuluan, hal yang dilakukan oleh
petugas lapang adalah memeriksa kebenaran nama dan alamat produsen, letak
areal lahan sertifikasi, nomor blok lahan, varietas benih, sumber benih, kelas
benih yang digunakan, kelas benih yang akan dihasilkan, sejarah lahan, isolasi
jarak dan waktu, batas-batas areal lahan dan menyesuaikan antara peta areal
lahan dengan hasil pemeriksaan lapang pendahuluan secara menyeluruh di
lapangan. Contoh Pemeriksaan Lapang Pendahuluan dapat dilihat pada
Lampiran 2.
Pada saat Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan pemeriksaan
lapang fase pendahuluan pada lahan pertanaman padi di daerah kerja satuan
tugas wilayah II Madiun. Contoh lahan pada Pemeriksaan Lapang Pendahuluan
dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Contoh lahan pada Pemeriksaan Lapang Pendahuluan

4.4.2.3 Pemeriksaan Lapang Fase Vegetatif


Pemeriksaan lapang fase vegetatif dilakukan pada saat tanaman berumur
30-35 hari setelah tanam atau sekitar 50 hari sejak sebar. Pemeriksaan lapang
fase vegetatif dilakukan setelah produsen benih mengajukan permohonan
pemeriksaan lapang fase vegetatif kepada petugas lapang UPT PSBTPH Satuan
Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan pemeriksaan lapang fase vegetatif
diajukan paling lambat 1 minggu sebelum pemeriksaan dilaksanakan, setelah
produsen benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapang fase vegetatif
selanjutnya petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dari pemeriksaan
lapang sebelumnya untuk memastikan bahwa produsen benih tersebut dengan

19
nomor induk yang tertera pada surat permohonan pemeriksaan lapang fase
vegetatif telah lulus pada pemeriksaan lapang sebelumnya.

Penentuan jumlah titik sampel tanaman yang akan dilakukan


pemeriksaan lapangan fase vegetatif dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

𝑌+8
X= 2

Keterangan:
Y = Luas areal pertanaman (ha)
X = Jumlah sampel yang diperiksa
Sumber: Direktorat Jendral Tanaman Pangan (2012)

Petugas lapang menentukan letak titik sampel tanaman secara acak yang
akan dilakukan pemeriksaan dengan jumlah tanaman yang diperiksa sebanyak
400 rumpun setiap titik sampel. Petugas lapang melakukan pemeriksaan sampel
tanaman dengan memeriksa tipe pertumbuhan tanaman, kehalusan permukaan
daun, warna daun, lebar daun, warna telinga daun, warna pangkal batang, tinggi
tanaman dan campuran varietas lain/tipe simpang untuk dibandingkan dengan
deskripsi tanaman varietas tersebut. Penentuan persentase CVL dapat
menggunakan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑉𝐿 𝑇𝑖𝑝𝑒 𝑆𝑖𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔 1


CVL = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐶𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑃𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 x x100%
𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

Sumber: Direktorat Jenderal Tanaman Pangan (2012)

Ada hal-hal yang harus diamati adalah sebagai berikut :


 Gulma
 Hama dan penyakit
 Irigasi/pengairan
 CVL (campuran varietas lain)
 OPT (organisme pengganggu tanaman)
 Morfologi tanaman

20
Hasil pemeriksaan lapang fase vegetatif kemudian diserahkan kepada
produsen benih yang bersangkutan. Contoh Pemeriksaan Lapang Fase Vegetatif
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pada saat Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan pemeriksaan
lapang fase vegetatif pada lahan pertanaman padi di daerah kerja satuan tugas
wilayah II Madiun. Contoh lahan pada Pemeriksaan Lapang fase vegetatif dapat
dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Contoh lahan pada Pemeriksaan Lapang fase vegetatif

4.4.2.4 Pemeriksaan Lapang Fase Berbunga (fase generative)


Pemeriksaan lapang fase generatif atau berbunga dilakukan pada saat
tanaman berumur 60 - 65 hari setelah tanam. Pemeriksaan lapang fase
berbunga dilakukan setelah produsen benih mengajukan permohonan
pemeriksaan lapang fase berbunga kepada petugas lapang UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan pemeriksaan lapang fase
berbunga diajukan paling lambat I minggu sebelum pemeriksaan dilaksanakan,
setelah produsen benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapang fase
berbunga selanjutnya petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dari
pemeriksaan lapang sebelumnya untuk memastikan bahwa produsen benih
dengan nomor induk yang tertera pada surat permohonan pemeriksaan lapang
fase berbunga telah lulus pada pemeriksaan lapang sebelumnya.
Jumlah tanaman yang diperiksa sebanyak 400 rumpun setiap titik sampel
yang dilakukan secara acak. Pada pemeriksaan lapang fase berbunga, petugas
lapang melakukan pemeriksaan sampel tanaman dengan memeriksa bentuk
malai, tipe malai, leher malai, sudut daun bendera, daun bendera, keserempakan
tanaman dan campuran varietas lain untuk dibandingkan dengan deskripsi

21
tanaman tersebut. Penghitungan persentase campuran varietas lain/tipe simpang
dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang tertera pada pemeriksaan
lapang fase vegetatif.
Pada saat Praktek Kerja Lapangan, penulis tidak melakukan pemeriksaan
lapang, fase berbunga. Contoh hasil pemeriksaan lapang fase berbunga dapat
dilihat pada Lampiran 4.

4.4.2.5 Pemeriksaan Lapang Fase Masak


Pemeriksaan lapang fase masak dilakukan pada saat tanaman berumur
80-85 hari setelah tanam atau ± 7 hari sebelum panen. Pemeriksaan lapang fase
masak dilakukan setelah produsen benih mengajukan permohonan pemeriksaan
lapang fase masak kepada petugas lapang UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah
II Madiun. Permohonan pemeriksaan lapang fase menjelang panen diajukan
paling lambat 1 minggu sebelum pemeriksaan dilaksanakan, setelah produsen
benih mengajukan permohonan pemeriksaan lapang fase vegetatif selanjutnya
petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dari pemeriksaan lapang
sebelumnya untuk memastikan bahwa produsen benih tersebut dengan nomor
induk yang tertera pada surat permohonan pemeriksaan lapang fase masak telah
lulus pada pemeriksaan lapang sebelumnya.
Jumlah tanaman yang diperiksa sebanyak 400 rumpun setiap titik sampel
yang dilakukan secara acak. Pada pemeriksaan lapang fase masak, petugas
lapang melakukan pemeriksaan sampel tanaman dengan memeriksa bentuk
malai, tipe malai, bentuk gabah, warna gabah, leher malai, warna ujung gabah,
bulu pada ujung gabah, sudut daun bendera dan campuran varietas lain/tipe
simpang untuk dibandingkan dengan deskripsi tanaman tersebut. Untuk
menentukan persentase campuran varietas lain/tipe simpang dapat dilakukan
penghitungan dengan menggunakan rumus yang tertera pada pemeriksaan
lapang fase vegetatif.
Hasil yang didapatkan dari pemeriksaan lapang dan penghitungan
persentase campuran varietas lain/tipe simpang dapat disimpulkan lulus atau
tidaknya lahan tersebut. Selanjutnya petugas lapang memasukan hasil
pemeriksaan lapang fase masak ke form laporan pemeriksaan lapangan fase
masak yang telah disediakan oleh UPT PSBTPH Provinsi Jawa Timur dan hasil
pemeriksaan lapang fase masak tersebut akan diberikan kepada produsen benih
yang bersangkutan.

22
Yang dilakukan pada fase menjelang panen yakni pada waktu :
a. Tanaman sudah menguning
b. Isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku
c. Paling lambat satu minggu sebelum panen
d. Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan.

Pemeriksaan lapangan ke 3 dilakukan pada saat menjelang panen dengan 2


tahap yaitu :

a. Pemeriksaan areal tanaman dilakukan 7 hari sebelum panen.


Variable yang diperiksa antara lain :
 Warna bulir
 Bentuk bulir
 Keseragaman tanaman
 CVL (campuran varietas lain)

b. Pemeriksaan peralatan panen yang dilakukan 3 hari sebelum panen :


Variable yang diperiksa antara lain :
 Arit atau sabit
 Mesin prontok harus steril dan bersih
 Karung harus bersih
 Terpal harus bersih
 Pakaian harus bersih
 Tampih

Pada saat Praktek Kerja Lapangan, penulis tidak melakukan pemeriksaan


lapang fase masak, hal tersebut dikarenakan lahan pertanaman padi di daerah
kerja satuan tugas wilayah II Madiun tidak didapati pertanaman padi yang akan
dilakukan pemeriksaan lapang fase masak.

23
Pada saat Praktek Kerja Lapangan, penulis melakukan pemeriksaan
lapang fase masak pada lahan pertanaman padi di daerah kerja satuan tugas
wilayah II Madiun. Contoh kegiatan lahan pada Pemeriksaan Lapang fase masak
dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Contoh lahan pada Pemeriksaan Lapang fase masak

4.4.2.6 Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Panen


Pemeriksaan peralatan dan pengawasan panen dilakukan pada saat
tanaman berumur sekitar 90-95 hari setelah tanam. Pemeriksaan peralatan dan
pengawasan panen dilakukan setelah produsen benih mengajukan permohonan
pemeriksaan peralatan dan pengawasan panen kepada petugas lapang UPT
PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan pemeriksaan peralatan
dan pengawasan panen diajukan paling lambat 1 minggu sebelum panen
dilakukan. Petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dari pemeriksaan
lapang sebelumnya untuk memastikan bahwa produsen benih tersebut dengan
nomor induk yang tertera pada surat permohonan pemeriksaan peralatan dan
pengawasan panen telah lulus pada pemeriksaan lapang sebelumnya.
Pemeriksaan ini dilakukan 3 hari sebelum benih disimpan. Adapun yang
diperiksa yaitu :
1. Ventilasi yang cukup
2. Gudang penyimpanan
3. Sisa/bekas benih yang disimpan sebelumnya.

24
Pada kegiatan pemeriksaan peralatan dan pengawasan panen, petugas
lapang melakukan pemeriksaan terhadap kebersihan alat panen, penguasaan
alat panen, jumlah alat yang digunakan, kapasitas hasil panen dan waktu panen.
Alat panen yang digunakan oleh produsen benih UD Mitra Tani di antaranya yaitu
sabit, timbangan, alat perontok, karung goni. Contoh kegiatan pemeriksaan
peralatan dan pengawasan panen dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Contoh kegiatan pemeriksaan peralatan dan pengawasan panen

4.4.2.7 Pemeriksaan Peralatan dan Pengawasan Pengolahan Benih


Pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan benih dilakukan
setelah produsen benih mengajukan permohonan pemeriksaan peralatan dan
pengawasan pengolahan benih kepada petugas lapang UPT PSBTPH Satuan
Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan pemeriksaan peralatan dan pengawasan
pengolahan benih diajukan paling lambat 1 minggu sebelum pengolahan
dilakukan. Selanjutnya petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dan
pemeriksaan sebelumnya untuk memastikan bahwa produsen benih tersebut
dengan nomor induk yang tertera pada permohonan pemeriksaan peralatan dan
pengawasan pengolahan benih telah lulus pada pemeriksaan sebelumnya.
Pada pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan benih,
petugas lapang melakukan pemeriksaan kebersihan dan kelayakan dari
peralatan pengolahan benih yang diajukan oleh produsen benih.
Pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan benih yang
dilakukan oleh penulis terhadap produsen benih UD Mitra Tani didapatkan hasil
bahwa seluruh alat pengolahan benih tersebut memenuhi syarat untuk mengolah
benih. Contoh laporan pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan
benih dapat dilihat pada Lampiran 5.

25
4.4.2.8 Pengambilan Contoh Benih
Pengambilan contoh benih dilakukan setelah produsen benih mengajukan
permohonan pengambilan contoh benih kepada petugas lapang UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun. Permohonan pengambilan contoh benih
diajukan paling lambat 1 minggu sebelum pengambilan contoh dilaksanakan.
Setelah produsen benih mengajukan permohonan pengambilan contoh benih,
selanjutnya petugas lapang melakukan pemeriksaan hasil dari pemeriksaan
lapang untuk memastikan bahwa produsen benih tersebut dengan nomor induk
yang tertera pada permohonan pengambilan contoh benih telah lulus pada
pemeriksaan sebelumnya.
Pengambilan contoh benih sangat penting agar informasi mutu benih
yang diperoleh melalui pengujian benar-benar mewakili kelompok benih yang
diuji. Bila benih akan diuji kualitasnya, yang diuji hanya contoh benih yang
mewakili seluruh jumlah benih tersebut. Pengambilan contoh benih yang
dianggap seragam dan memenuhi standar yaitu pengambilan contoh benih yang
telah ditentukan oleh International Seed Testing Association Rules (ISTA 2011).
Tujuan dan pengambilan contoh benih adalah mendapatkan contoh benih
pada suatu lot benih yang sesuai untuk pengujian dan mempunyai komposisi
komponen yang sama dengan lot benihnya. Pengambilan contoh benih dapat
menggunakan stick tryer atau nobbe trayer (ISTA 2011).
Ada empat macam contoh benih yang dinyatakan dalam peraturan ISTA
Rules, yaitu: contoh primer, contoh komposit, contoh kirim, dan contoh kerja.

1) Contoh primer
Pada saat melakukan pengambilan contoh benih, lot benih pada
gudang penyimpanan benih harus dalam keadaan yang seragam dan mudah
untuk dikerjakan. Jika terdapat dokumentasi atau bukti lain mengenai
keragaman atau lot benih ditemukan beragam, maka pengambilan contoh
benih harus ditolak atau ditunda. Lot benih dengan kapasitas wadah 15-100
kg, intensitas pengambilan contoh benih harus memenuhi persyaratan
minimal yang telah ditetapkan.
Untuk lot benih dengan kapasitas per wadah kurang dari 15 kg,
wadah benih dapat digabungkan menjadi unit pengambilan contoh yang
tidak melebihi 100 kg. Misalnya 20 wadah dengan masing-masing wadah
berkapasitas 5 kg, 33 wadah dengan masing-masing wadahnya

26
berkapasitas 3 kg, atau 100 wadah dengan masing-masing berkapasitas 1
kg. Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot benih dalam
wadah berkapasitas 15-100 kg dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot benih dalam
wadah berkapasitas 15-100 kg

Jumlah Wadah Jumlah Minimal Contoh Primer yang Diambil


1-4 wadah 3 contoh primer dari setiap wadah
5-8 wadah 2 contoh primer dari setiap wadah
9-15 wadah 1 contoh primer dari setiap wadah
16-30 wadah 15 contoh primer dari lot benih
31-59 wadah 20 contoh primer dari lot benih
≥60 wadah 30 contoh primer dari lot benih
Sumber: International Seed Testing Association (ISTA 2011)

Untuk lot benih yang kapasitasnya lebih dari 100 kg atau pada saat
pengemasan, intensitas pengambilan contoh benih harus sesuai dengan
persyaratan minimal yang telah ditetapkan. Intensitas pengambilan contoh
benih minimal pada lot dalam wadah berkapasitas >100 kg dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2 Intensitas pengambilan contoh benih minimal pada lot dalam wadah
berkapasitas >100 kg
Volume lot benih Jumlah minimal contoh primer yang diambil
< 500 kg Minimal 5 contoh primer
Satu contoh primer setiap 300 kg, minimal 5 contoh
501-3.000 kg
primer
Satu contoh primer setiap 500 kg, minimal 10 contoh
3001-20.000 kg
primer
Satu contoh primer setiap 700 kg, minimal 40 contoh
>20.001 kg
primer
Sumber: International Seed Testing Association (ISTA 2011)

27
Selain dengan ketentuan intensitas pengambilan contoh benih yang
tertera pada Tabel di atas, pengambilan contoh benih juga dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus:

X = 5 + (10% x Y)

Keterangan:
X= jumlah karung yang ditusuk dengan trier untuk diambil sampel (Max 30
karung)
Y= jumlah seluruh karung didalam satu kelompok benih yang akan diambil
sempelnya.
Sumber: International Seed Testing Association (ISTA 2011)

Setelah dilakukan penghitungan jumlah karung yang akan ditusuk


untuk mendapatkan contoh benih, selanjutnya contoh benih primer dari
setiap pengambilan perkarungnya dimasukkan ke dalam wadah plastik
dengan berat contoh benih padi minimal 700 g.
2) Contoh Komposit
Contoh komposit merupakan gabungan dan pencampuran dari
seluruh contoh primer yang diambil dari wadah atau karung suatu
lot/kelompok benih yang kemudian benih tersebut dimasukkan ke dalam
kantong plastik yang kedap udara. Contoh komposit benih padi dapat dilihat
pada Gambar 9.

Gambar 9. Contoh komposit benih padi

28
3) Contoh Kirim
Contoh kirim adalah contoh benih yang dikirim ke laboratorium
pengujian benih yang diperoleh dan contoh komposit yang volumenya sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan ISTA Rules seperti pada Tabel 3.
Benih padi yang akan diuji, berat contoh kirim minimalnya adalah 700 g.
Contoh benih kemudian diberi keterangan/identitas berupa varietas benih,
tanggal panen, tanggal pengambilan contoh, macam pengujian yang
diinginkan, kelas benih, nomor lot/kelompok benih, berat contoh kirim,
tonase lot/kelompok benih, jumlah wadah lot/kelompok benih, kode benih
dan nama pengirim contoh benih. Kemudian contoh kirim benih tersebut
segera dikirim oleh petugas lapang ke laboratorium benih UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II. Contoh kirim benih padi dapat dilihat pada
Gambar 10.

Gambar 10. Contoh kirim benih padi


4) Contoh Kerja
Contoh kerja adalah contoh benih yang diperoleh dengan cara
pengurangan yang merata dan bertahap pada contoh kirim yang dilakukan di
laboratorium benih dan volumenya sesuai dengan ketentuan menurut ISTA
Rules seperti pada Tabel 2. Contoh kerja didapatkan dari pengurangan yang
merata dan bertahap pada contoh kirim. Pengurangan secara merata pada
contoh kirim dilakukan setelah pencampuran contoh kirim benih agar benih
lebih homogen. Pencampuran contoh benih dilakukan dengan menggunakan
soil devider dimana pencampuran dilakukan minimal sebanyak 3 kali
pencampuran. Pencampuran pada contoh benih dilakukan sebelum
pembagian contoh benih untuk mendapatkan contoh kerja.
Pembagian contoh benih dilakukan sebanyak 7 kali pembagian
dengan menggunakan soil divider untuk mendapatkan contoh kerja, namun
apabila pada pembagian ke tiga berat contoh kerja sudah didapatkan maka

29
pembagian contoh benih dihentikan dikarenakan pembagian contoh benih
dapat dilakukan minimal sebanyak 3 kali pembagian. Pembagian contoh
benih tersebut menghasilkan contoh kerja yang nantinya akan dipergunakan
untuk pengujian kemurnian benih, pengujian daya berkecambah benih dan
arsip daya berkecambah benih yang masing masing seberat 70-75 gram
atau apabila dihitung jumlah benihnya sebanyak 2.500 butir (Kementan,
2011)
Kemudian contoh kerja tersebut harus ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik dengan jumlah desimal yang diperlukan
untuk menghitung persentase bagian-bagian komponen benih tersebut.
Jumlah desimal berat contoh kerja benih padi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah desimal berat contoh kerja benih padi


Berat Contoh Kerja (g) Jumlah Minimal Desimal
< 1.000 4
1.000 — 9.999 3
10.00 — 99.99 2
100.0 — 999.9 1
> 1000 0
Sumber: International Seed Testing Association (ISTA 2011)

Pembagian contoh kirim untuk mendapatkan contoh kerja dengan


menggunakan soil divider dapat dilihat pada Gambar 11 dan penimbangan
contoh kerja dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 11. Pembagian contoh kirim Gambar 12. Timbangan Analitik

30
Setelah melakukan pengambilan contoh benih pada masing-masing lot
dengan 3 kali pengambilan setiap karungnya, selanjutnya penulis menimbang
berat contoh benih yang sudah dilakukan pengambilan contoh benih. Dari hasil
pengambilan contoh benih pada lot 4 didapatkan contoh benih seberat 1 kg dan
contoh benih pada lot 5 seberat 1 kg. Berat contoh benih yang digunakan di UPT
PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun ditetapkan seberat 1 kg per contoh
benih. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kekurangan contoh benih pada saat
dilakukan pengujian benih jika sewaktu waktu dibutuhkan pengujian ulangan.
Namun apabila contoh benih yang didapatkan terlalu banyak atau lebih dari 1 kg
maka akan dilakukan pengurangan contoh benih. Contoh laporan pengiriman
contoh benih dapat dilihat pada Lampiran 6.

4.4.2.9 Pengujian Laboratorium Benih


Pengujian laboratorium benih adalah suatu kegiatan pengujian laboratoris
pada benih yang bertujuan untuk mengetahui mutu fisik, fisiologi dan genetis
kelompok calon benih pada suatu lot benih. Pengujian laboratorium harus
mewakili kelompok calon benih yang telah lulus pada tahap sertifikasi
sebelumnya, jelas pembentukan kelompoknya dan seragam mutunya
(homogen). Pengujian laboratorium hanya dapat dilakukan setelah pengolahan
calon benih.
Pengujian laboratoris mutu fisik bertujuan untuk mengetahui kondisi
penampilan fisik benih seperti kadar air, warna benih, kesegaran, kebersihan,
ukuran/berat dan keseragaman benih. Pedoman pengujian contoh benih di
laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun mengacu
pada peraturan Internasional Seed Testing Association (ISTA).
Laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun
berwenang untuk melakukan kegiatan pengujian benih standart/rutin dan
pengujian khusus atau spesifik apabila terdapat permintaan dari produsen atau
penangkar benih. Kegiatan pengujian benih standart atau rutin meliputi pengujian
kadar air, pengujian kemurnian benih dan pengujian daya berkecambah benih.
Berikut ini adalah uraian kegiatan pengujian benih standar atau rutin yang
dilakukan di Laboratorium Benih UPT PSBTPH Wilayah II Madiun, yaitu:
A. Penetapan Kadar Air Benih
Kadar air adalah berat air yang hilang pada benih setelah dilakukan
pemanasan sesuai dengan aturan yang ditetapkan dan dinyatakan dalam

31
persentase terhadap berat awal contoh benih. Pengujian kadar air bertujuan
untuk mengetahui kadar air yang terkandung didalam benih dengan
menggunakan metode yang sesuai dalam pengujian. Terdapat beberapa metode
dalam melakukan pengujian kadar air benih, di antaranya yaitu metode oven
suhu konstan dan metode cepat. Penetapan kadar air metode oven suhu konstan
merupakan pengujian kadar air dengan menggunakan oven yang terdiri dari oven
suhu rendah (103 °C105 °C selama ± 17 jam) dan oven suhu tinggi (130 °C - 133
°C selama 2 jam ± 6 menit). Pengujian kadar air dengan menggunakan metode
cepat yaitu penetapan kadar air benih dengan menggunakan alat pengukur
kadar air yang berguna untuk mengetahui kadar air yang terdapat pada benih.
Penetapan kadar air benih padi di Laboratorium Benih UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun dilakukan dengan metode cepat yang
menggunakan alat Moisture Tester tipe DMC 500. Benih ditimbang
menggunakan timbangan analitik dengan ketelitian 2 desimal. Benih ditimbang
seberat 140 g per ulangan, berat tersebut didapatkan dari hasil observasi
laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun dalam
menggunakan alat Moisture Tester untuk melakukan penetapan kadar air benih.
Benih yang telah ditimbang sebanyak 140 g kemudian dimasukkan ke dalam
Moisture Tester untuk diuji kadar airnya. Pengujian kadar air dengan
menggunakan Moisture Tester dilakukan sebanyak 2 ulangan dengan selisih
antar ulangan > 2%. Kadar air benih didapat dari rata-rata kedua ulangan lalu
ditambahkan dengan angka konversi hasil dari kalibrasi alat Moisture Tester
yang telah dilakukan oleh laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun yaitu sebesar 0.9 yang berguna untuk menyetarakan hasil
pengujian kadar air benih dengan menggunakan Moisture Tester dengan metode
oven suhu konstan. Untuk mendapatkan hasil kadar air, dapat menggunakan
rumus sebagai berikut:

Kadar Air = (Ml+M2 )/ 2 + 0,9

Sumber: International Seed Testing Association (ISTA 2011)

Setelah hasil kadar air didapatkan, kemudian catat hasil kadar air contoh
benih tersebut pada kartu pengujian kadar air dan masukkan contoh benih
tersebut ke dalam plastik kedap udara yang telah diberikan identitas benih untuk

32
disimpan di lemari penyimpanan arsip pengujian benih. Kegiatan penetapan
kadar air benih padi dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14.

Gambar 13. Penetapan Kadar Air Gambar 14. Kartu pengujian kadar air
dengan Moister Tester

Penetapan kadar air yang dilakukan penulis pada contoh benih dengan
nomor laboratorium S 0677 B dengan menggunakan pengujian benih metode
cepat menggunakan Moister Tester Tipe DMC 500 didapatkan hasil bahwa pada
ulangan pertama sebesar 9,5% dan ulangan kedua 9,5% maka didapatkan hasil
penyelia pengukuran kadar air sebesar 10,2%. Kartu pengujian kadar air dapat
dilihat pada lampiran 7.

B. Pengujian Kemurnian Benih


Pengujian kemurnian benih adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui komposisi benih yang terdapat pada contoh benih, yang terdiri dari
benih murni, campuran varietas lain dan kotoran benih. Analis kemurnian
dilakukan pada contoh kerja yang diambil dari contoh kirim sesuai dengan
pembagian contoh kirim yang telah dilakukan (ISTA 2011). Pada pengujian
kemurnian benih, hal yang dilakukan adalah memisahkan komponen-komponen
pada contoh kerja berdasarkan jenisnya. Ketiga komponen tersebut dipisahkan
menjadi benih rnurni, benih tanaman lain dan kotoran benih.
• Benih murni adalah benih yang sesuai dengan pernyataan pengirim atau
dominan ditemukan di dalam contoh benih. Adapun kriteria yang
dikategorikan sebagai benih murni, di antaranya yaitu:
o Benih utuh, benih muda, benih berukuran kecil, benih mengkerut, benih
dengan kerusakan sedikit dan benih mulai berkecambah.

33
o Benih yang terserang penyakit tetapi masih bisa dikenali sebagai benih
yang dimaksud.
o Pecahan benih yang ukurannya 50% lebih besar dari ukuran asli.
• Benih tanaman lain adalah benih tanaman selain yang dimaksud oleh
pengirim benih.
• Kotoran benih adalah komponen yang terdapat di dalam contoh benih yang
tidak termasuk ke dalam kategori benih murni dan benih tanaman lain yang
meliputi benih dan bagian dari benih serta bahan-bahan lain yang bukan
bagian dari benih.
Penghitungan persentase Benih Murni (BM), persentase Benih Tanaman
Lain (BTL) dan persentase Kotoran Benih (KB) dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
𝐵𝑀
a. Persentase Benih Murni = 𝐵𝑀+𝐵𝑇𝐿+𝐾𝐵
x 100%
𝐵𝑇𝐿
b. Persentase Benih Tanaman Lain = x 100%
𝐵𝑀+𝐵𝑇𝐿+𝐾𝐵
𝐾𝐵
c. Persentase Kotoran Benih = 𝐵𝑀+𝐵𝑇𝐿+𝐾𝐵
x 100%

Keterangan:
 BM = Benih Murni
 BTL = Benih Tanaman Lain
 KB = Kotoran Benih
Sumber: Internasional Seed Testing Association (ISTA 2011)

Data yang di dapatkan dari hasil pengujian kemurnian benih dimasukkan


ke kartu pengujian benih dan benih murni hasil dari pengujian kemurnian
digunakan untuk pengujian benih selanjutnya yaitu pengujian daya berkecambah
benih. Kegiatan pengujian kemurnian benih padi dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15. Pengujian Kemurnian Benih Padi

34
Pengujian kemurnian benih yang dilakukan penulis pada contoh benih
dengan nomor laboratorium S 0677 B didapatkan hasil bahwa persentase berat
benih murni sebesar 99.90%, benih tanaman lain sebesar 0.00% dan kotoran
benih sebesar 0.10%. Dari hasil persentase kotoran benih, dikarenakan hasilnya
kurang dari 0.05% maka persentase kotoran benih dianggap trace dan
persentase benih murni dinyatakan sebesar 100%. Kartu pengujian benih dapat
dilihat pada lampiran 8.

C. Pengujian Daya Berkecambah


Daya berkecambah benih adalah kemampuan benih untuk melakukan
perkembangan kecambah hingga mencapai stadia dimana bagian dari struktur-
struktur pentingnya menunjukkan kemampuan apakah kecambah tersebut dapat
berkembang lebih lanjut menjadi tanaman yang tumbuh normal dalam kondisi
pertanaman yang optimum (ISTA 2011). Pengujian daya berkecambah benih
bertujuan untuk menentukan persentase potensi perkecambahan maksimum dari
suatu lot benih yang dapat digunakan untuk membandingkan suatu mutu benih
dari lot yang berbeda, serta hasil tersebut dapat dijadikan sumber informasi pada
lot benih asal contoh benih tersebut, dan untuk menduga daya tumbuh di lapang
(the field planting value).
Sebelum pengujian daya berkecambah dilakukan, contoh kerja tersebut
akan mendapatkan beberapa perlakuan untuk pematahan dormansi benih sesuai
dengan varietas benih dan umur benih sejak benih tersebut di panen. Beberapa
perlakuan pematahan dormansi benih pada benih padi yaitu direndam KNO3 3%
selama 24 jam dan dioven 40 °C selama 3 jam, benih dioven dengan suhu 50 °C
selama 5 hari dan benih di rendam air hangat (H20), namun apabila contoh benih
sudah siap untuk dilakukan pengujian daya berkecambah tanpa harus dilakukan
perlakuan pematahan dormansi maka pengujian daya berkecambah benih dapat
segera dilakukan.
Pengujian daya berkecambah benih dilakukan dengan metode UKDd (Uji
Kertas Digulung didirikan) dan kertas yang digunakan adalah kertas CD. Kertas
CD yang akan digunakan sebagai media tumbuh perkecambahan benih
direndam dengan air terlebih dahulu sampai seluruh bagian kertas basah, lalu
kertas tersebut ditiriskan beberapa saat sebelum digunakan. Pada pengujian
daya berkecambah benih, benih diambil secara acak sebanyak 400 butir benih
dari benih murni dan ditabur di atas kertas CD yang sudah dibasahkan

35
sebelumnya. Benin tersebut disusun di atas kertas CD sebanyak 100 butir benih
per ulangan dengan posisi 5 baris benih ke samping dan 20 baris benih ke atas.
Kegiatan penaburan benih padi untuk pengujian daya berkecambah benih dapat
dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Penaburan Benih Padi untuk Pengujian Daya Berkecambah

Setelah benih tersusun rapi, kemudian benih tersehut dilapisi kertas CD


pada bagian atasnya lalu lapisan kertas yang berisikan benih tersebut digulung
perlahan dan apabila lapisan kertas yang berisikan benih sudah digulung,
kemudian gulungan kertas tersehut diberikan identitas pengujian daya
berkecambah benih. Kegiatan ini dilakukan sebanyak 4 ulangan per contoh kerja
benih. Kegiatan penggulungan kertas CD pada pengujian daya berkecambah
benih dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar 17. Proses Penggulungan Kertas CD pada Pengujian Daya


Berkecambah Benih

36
Setelah dilakukan penggulungan, kemudian keempat gulungan benih
tersebut dimasukkan ke dalam Germinator Cabinet dan gulungan benih tersebut
diletakkan dengan posisi berdiri tegak untuk dilihat pertumbuhan perkecambahan
benihnya pada hari pengamatan daya berkecambah benih. Kegiatan
penyimpanan gulungan benih padi di Germinator Cabinet dapat dilihat ada
Gambar 18.

Gambar 18. Penyimpanan Benih di Germinator Cabinet


Pengamatan daya berkecambah benih yang dilakukan di Laboratorium
Benih UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun dimulai dari 5 hari sampai
dengan 14 hari sejak benih tersebut dikecambahkan. Laboratorium benih UPT
PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun melakukan pengamatan daya
berkecambah benih ketika kecambah masih berumur 5 hari sejak
dikecambahkan.
Adapun beberapa kategori yang dipisahkan dalam pengamatan daya
berkecambah benih menurut Internasional Seed Testing Association (ISTA
2011), di antaranya yaitu:
• Kecambah Normal
Kecambah normal adalah kecambah yang menunjukkan kemampuan untuk
berkembang menjadi tanaman normal apabila ditanam pada kondisi
optimum seperti munculnya radikula, akar primer, akar seminal, koleoptil,
plumula, dan daun primer.
• Kecambah Abnormal
Kecambah abnormal adalah perkecambahan yang tidak memperlihatkan
potensi untuk berkembang menjadi tanaman normal bila ditumbuhkan pada
kondisi yang optimum. Biasanya ditemukan kondisi perkecambahan yang
rusak, kecambah yang busuk.

37
• Benih Keras
Benih keras adalah benih yang hingga akhir pengujian daya perkecambahan
benih masih tetap keras karena tidak terjadi proses imbibisi pada benih, hal
tersebut terjadi karena benih tersebut tidak mampu melakukan imbibisi.
Benih keras merupakan salah satu bentuk dormansi yang dialami benih.
• Benih Segar Tidak Tumbuh
Benih segar tidak tumbuh adalah benih yang tidak mampu melakukan
perkecambahan, tetapi masih tetap terlihat bersih, kuat dan berpotensi untuk
tumbuh menjadi kecambah normal.
• Benih Mati
Benih mati adalah benih yang tidak menunjukkan perkecambahan walaupun
sudah terjadi proses imbibisi sehingga menyebabkan benih lunak, berubah
warna, bercendawan, membusuk dan tidak ada lagi tanda tanda
pertumbuhan.

Setelah dilakukan pengamatan keempat ulangan dan digolongkan sesuai


dengan kriteria kecambah yang telah ditentukan, selanjutnya menghitung
persentase dari masing-masing kategori kecambah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑁
 Persentase KN = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ
x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝐴𝑏
 Persentase KAb = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ
x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝐾
 Persentase BK = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑆𝑇𝑇
 Persentase BSTT = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ
x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑀
 Persentase BM = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑒𝑛𝑖ℎ
x 100%

Keterangan:
 KN = Kecambah Normal
 KAb = Kecambah Abnormal
 BK = Benih Keras
 BSTT = Benih Segar Tidak Tumbuh
 BM = Benih Mati
Sumber: Internasional Seed Testing Association (ISTA 2011)

38
Hasil dari pengamatan daya berkecambah dilaporkan dalam bentuk
persentase penjumlahan kecambah normal, kecambah abnormal, benih keras,
benih mati dan benih segar tidak tumbuh. Hasil uji daya berkecambah dapat
diterima apabila perbedaan nilai terkecil dan nilai tertinggi antar ulangan tidak
melebihi batas toleransi maksimal. Pada pengamatan daya berkecambah,
apabila didapatkan hasil persentase Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT) >5%
maka akan dilakukan uji cepat viabilitas pada benih tersebut dengan
menggunakan Tetrazolium. Apabila setelah dilakukan uji viabilitas dengan
menggunakan Tetrazolium didapatkan hasil bahwa benih tersebut masih viabel
maka pengujian daya berkecambah benih harus diulang dengan menggunakan
contoh kerja yang sama tetapi dengan perlakuan pematahan dormansi yang
berbeda. Pergantian perlakuan uji daya berkecambah benih dapat dilakukan
maksimal sebanyak 2 kali, apabila hasil dari pengujian ulang benih tersebut tidak
memberikan hasil yang maksimal maka pengujian daya berkecambah benih
dapat dihentikan. Hasil pengujian daya berkecambah benih padi dapat dilihat
pada Tabel 4.

Tabel 4 Hasil Pengujian Daya Berkecambah Benih Padi


Benih Segar
Kecambah Kecambah Benih Mati Benih Keras
Titik Tumbuh
Normal (%) Abnormal (%) (%) (%)
(%)
92 2 3 3 0
90 3 4 3 0
91 2 4 3 0
90 2 4 4 0

Hasil pengamatan pada contoh benih dengan nomor lab S 0677 B maka
didapatkan Hasil Penyelia pengujian daya berkecambah Benih padi sebesar 91
%, kecambah abnormal 2 %, bibit keras 0 %, biji segar tidak tumbuh 4 % dan biji
mati 3 %. Dari hasil rata-rata maka dapat disimpulkan bahwa contoh benih
dengan nomor laboratorium S 0677 B memenuhi standart pengujian daya
berkecambah benih. Contoh laporan pengujian daya berkecambah benih dapat
dilihat pada Lampiran 9.

39
Setelah mendapatkan hasil ketiga pengujian laboratorium pada contoh
benih dengan nomor laboratorium S 0677 B selanjutnya penulis mengeluarkan
hasil uji yang berisikan mengenai hasil pengujian standart dari contoh benih
dengan nomor lab S 0677 B.

4.4.2.10 Pengawasan Pemasangan Label Benih


Pemasangan label benih dilakukan setelah contoh benih tersebut
dilakukan pengujian mutunya di laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun dan telah dinyatakan kelulusannya. Setelah hasil pengujian
contoh benih telah dikeluarkan maka analis laboratorium benih UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun menyerahkan hasil pengujian contoh benih
kepada petugas lapangan UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun yang
kemudian petugas lapangan mendesain label yang akan dicetak sesuai dengan
hasil yang diberikan oleh analis laboratorium benih UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun.
Setelah label benih sudah didesain oleh petugas lapangan UPT PSBTPH
Satuan Tugas Wilayah II Madiun, selanjutnya petugas lapangan menyerahkan
desain label benih kepada pihak koperasi pegawai UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun untuk proses pencetakan label, kemudian penanggung jawab
koperasi pegawai UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun menyerahkan
konsep label kepada percetakan koperasi pegawai UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun untuk dilakukan proses pencetakan label sesuai dengan data
dan jumlah yang diberikan oleh petugas lapangan UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun.
Label benih yang sudah dicetak oleh pihak percetakan koperasi pegawai
UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun, lalu diserahkan kepada petugas
lapangan UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun dalam keadaan
tersegel dalam suatu kemasan, yang selanjutnya petugas lapangan UPT
PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun menghubungi produsen benih untuk
pengambilan label benih.
Pada saat pengambilan label produsen benih wajib membawa surat tanda
terima label untuk memverifikasi kebenaran label yang akan produsen benih
ambil, selanjutnya petugas lapangan UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II
Madiun memberikan label kepada produsen benih dan memberikan batas waktu
pengemasan benih sesuai dengan kemampuan produsen dalam melakukan

40
pengemasan benih perharinya. Petugas lapangan UPT PSBTPH Satuan Tugas
Wilayah II Madiun akan datang ke gudang penyimpanan produsen benih pada
waktu tertentu untuk melakukan pengawasan pemasangan label benih yang
bertujuan agar tidak terjadi penyalahgunaan label yang telah dikeluarkan oleh
pihak UPT PSBTPH Satuan Tugas Wilayah II Madiun oleh produsen benih.
Contoh laporan pengawasan pemasangan label dapat dilihat pada Lampiran 10.

41
V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Kegiatan sertifikasi benih padi di Kantor UPT PSBTPH dimulai dari


permohonan sertifikasi benih yang diajukan oleh produsen benih,
pemeriksaan lapang pendahuluan yang dilakukan di produsen benih,
pemeriksaan lapang fase vegetatif, pemeriksaan lapang fase menjelang
panen, pemeriksaan alat panen dan alat pengolahan benih, pengambilan
contoh benih sampai pengujian laboratorium dan pemasangan label benih
menjadi produk benih bersetifikat. Pada saat Praktek Kerja Lapangan,
penulis hanya mengikuti fase laboratories dan studi lapangan melakukan
pemeriksaan lapang fase pendahuluan, fase vegetative, fase generative dan
pengolahan benih sehingga untuk lainnya dilakukan sampling saja
dikarenakan waktu praktek kerja lapang yang kurang.
2. Pada kegiatan praktik magang sertifikasi benih padi di Kantor UPT PSBTPH
memberikan pengetahuan kepada mahasiswa bahwa untuk menghasilkan
benih bersetifikat harus melalui persyaratan yang sesuai dengan ketentuan
sertifikasi benih, sehingga dalam produksi benih unggul atau yang
berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genesis unggul selalu
terpelihara dan dapat dipertanggungjawabkan.

42
DAFTAR PUSTAKA

[BBPPMB] Balai Besar Pusat Penelitian dan Pengembangan Mutu Benih. 2011. Pengujian
Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal
Tanaman Pangan.

Aak. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Kanisius. Yogyakarta

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2003. Survei Demografi Pertanian. Jakarta (ID): Badan Pusat
Statistik

BH Firmanto. 2011. Sukses Bertanam Padi Secara Organik. Angkasa Bandung. Bandung

[BPMBTPH] Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. 2004.
Pengujian Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Jakarta (ID): Direktorat
Jenderal Bina Produksi Tanaman Pangan.

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2010. Metode Pengujian Mutu Benih Tanaman
Pangan dan Holtikultura. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

[ISTA] International Seed Testing Association. 2011. Pedoman Pengujian Benih. Jakarta
(ID): ISTA

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. 2015. Pedoman Teknis Sertifikasi Benih Bina
Tanaman Pangan. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Sutopo L. 2002. Teknologi Benih. Malang (ID): PT. Raja Grafindo Persaja.

Pedoman sertifikasi benih tanama pangan (Direktorat perbenihan, 2010)

43
LAMPIRAN

44
Lampiran 1 Contoh surat permohonan sertifikasi benih

45
Lampiran 2 Contoh Laporan pemeriksaan lapangan pendahuluan

46
Lampiran 3 Contoh Laporan pemeriksaan lapangan fase vegetative

47
Lampiran 4 Contoh Laporan pemeriksaan lapangan fase berbunga

48
Lampiran 5 Contoh laporan pemeriksaan peralatan dan pengawasan pengolahan benih

49
Lampiran 6 Contoh Laporan pengiriman contoh benih

50
Lampiran 7 Kartu pengujian contoh benih dan pengujian kadar air

51
Lampiran 8 Kartu pengujian kemurnian benih dan pengujian daya tumbuh

52
Lampiran 9 Hasil uji lengkap pengujian benih

53
Lampiran 10 Contoh Tanda bukti penerimaan label.

54

Anda mungkin juga menyukai