OLEH KELOPOK 5:
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt. karena dengan rahmat dan
Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang membantu
penulis dalam berbagai bantuan baik berupa doa, bimbingan maupun bantuan, mencari
penelusuran informasi di media internet ataupun buku: kedua orangtua yang telah mendoakan
kelancaran mengikuti mata kuliah ini. Ir. Syafiuddin, MP selaku dosen pengampu mata
kuliah Dasar Teknolologi Benih yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan
makalah ini. Dan tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang ikut serta membantu dalam penulisan
makalah ini, semoga amal baik dari rekan semua diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,
sehingga penulis dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.LatarBelakang
Indonesia merupakan negara agraris yang masih bergantung pada komoditas pertanian.
Sebagian besar kebutuhan pangan rakyat Indonesia masih bergantung pada hasil-hasil pertanian
seperti padi. Pertanian pun tetap merupakan mata pencaharian bagi sebagian besar rakyat
Indonesia. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu usaha-
usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut terus berlangsung sepanjang sejarah kehidupan
manusia. Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam berswasembada pangan khususnya beras
sejak tahun 1984 merupakan prestasi gemilang, mengingat pada saat sebelumnya Indonesia
adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 1994).
Kondisi benih yang beredar di Indonesia sangat variatif tingkat mutunya, baik benih
yang berasal dari produsen lokal maupun produsen impor, banyak benih yang ditemukan sudah
kadarluarsa, mutunya tidak sesuai standar yang ditetapkan sehingga tidak layak ditanam dan
Untuk itu sangat diperlukan pengawasan dan pengendalian mutu produk melalui
standar nasional Indonesia hasil pertanian dan penilaian kesesuaian yang dapat dikembangkan
untuk mendukung mewujudkan kemampuan petani dan pelaku usaha agribisnis. Standar
Nasional Indonesia (SNI) hasil pertanian adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis
setelah mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional dan berlaku secara nasional di
Indonesia.
Untuk menangani mutu benih standar, benih bermutu dan benih bersertifikat perlu
peredaran benih. Pengawasan dilakukan dalam dua tahap, yakni sebelum dan sesudah benih
diedarkan. Pengawasan benih sebelum edar, seperti dengan cara melakukan pemeriksaan
setelah edar, berupa pengawasan terhadap persyaratan mutu benih yang diedarkan. Sementara
pengujian laboratorium terhadap mutu benih sendiri dilakukan untuk menjaga kemurnian
verietas serta kualitas benih. Sedangkan sertifikasi dilakukan untuk memberikan kepastian
hukum kepada produsen/petani bahwa benih yang diproduksi dan diedarkan tersebut pasti
bermutu, dan sekaligus memberikan jaminan kepada konsumen mengenai hasilnya yang
1.2.Tujuan
Tujuanya untuk mengetahui bagaimana proses menghasilkan benih berserifikat mulai dari
Sertifikasi Benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi
dan pengolahan benih yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian
Republik Indonesia (Lita Sutopo, Teknologi Benih). Tujuan dilakukannya sertifikasi benih
adalah untuk memelihara kemurnian genetik benih dari varietas unggul serta menyediakannya
Riwayat sertifikasi benih, menurut COPELAND (vide ”principles of seed sciences and
Associatie di Swedia tahun 1888. Tujuan perkumpulan ini adalah untuk memproduksi dan
mengembangkan benih-benih tanaman dengan mutu yang baik bagi pemakaianyang baik di
2. Organisasi penyebaran benih, dan Balai Pengujian Benih, yang selanjutnya terjadi suatu
Sertifikasi benih merupakan suatu program kegiatan yang termasuk dalam program
produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genetis unggul
yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan. Karena sertifikasi benih telah
pemeliharaan identitas varietas benih, yang menjadi sangat penting bagi tanaman lapangan yang
sebagian besar varietasnya dilepaskan secara umum dan benihnya diperjualbelikan dipasaran
bebas. Benih bersertifikat merupakan benih yang pada proses produksinya diterapkan cara-cara
dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih (Ance, 1986).
(d) Lembaga penyuluhan.
Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Balai pengawasan dan Sertifikasi benih merupakan
Unit Pelaksanaan Teknis di daerah yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan sertifikasi
benih.\
e. Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi.
f. Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi untuk penyempurnaan sistim
sertifikasi benih.
j. Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada masa lalu petani menggunakan benih dari tanamannya sendiri dan seringkali benih tersebut
diambil dari biji-biji yang tidak laku dijual sebagai konsumsi. Akan tetapi, atas dasar pengalaman bahwa
benih yang tidak baik akan menyebabkan pertumbuhan tanaman yang kurang memuaskan dan hasilnya
pun tentu tidak seperti yang diharapkan, maka terbukalah pemikiran untuk memilih dari hasil panen
tersebut biji-biji yang baik yang akan digunakan untuk benih pada tanaman pertanian. Dewasa ini,
dengan semakin meningkatnya intensitas pelaksanaan intensifikasi, yang berarti makin meningkatnya
investasi dibidang usaha tani, maka dirasa perlu oleh petani untuk mendapatkan informasi yang tepat
tentang benih yang mereka tanam. Informasi itu tidak hanya kebenaran dari jenis atau varietas yang
dimaksud, tetapi menyangkut mutu benih yang lainnya yang selalu dikehendaki prima, dan harus jelas
tercantum pada label yang harus disertakan pada setiap kelompok benih yang diperdagangkan. Dalam
kejelasan pada label tersebut tercakup kesatuan pendapat tentang pengertian mutu. Selain itu, bahwa
informasi yang tertera pada lebel harus dapat ditinjau kembali karena semua dilakukan berdasar pada
prosedur yang baku. Sehubungan dengan pengadaan benih unggul bermutu bagi para petani, maka harus
ada jaminan dari fihak pemerintah dalam mendapatkan benih yang bermutu atau benar (murni) sesuai
dengan sifat-sifat varietas unggul yang dikehendaki. Untuk ini perlu adanya sertifikasi benih melalui
suatu sistem atau mekanisme pengujian benih secara berkala untuk mengarahkan, mengendalikan,
Dengan demikian “Sertifikasi benih” adalah cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi
dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian Republik
Indonesia. . Sedangkan benih bersertifikat adalah benih yang pada proses produksinya diterapkan cara
Tujuannya adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varietas unggul serta menyediakan secara
Sertifikasi benih dibawa dari Swedia (+ tahun 1886) dengan menyediakan benih bermutu dan
telah menjual benih ke negara lain. Selanjutnya di negara tersebut lahir ; 1) Balai Penelitian Seleksi
Tanaman, 2) Organisasi Penyebaran Benih, dan 3) Balai Pengujian Benih. Yang akhirnya
tergabung dalam program aertifikasi benih.
Di Indonesia pada jaman pemerintah Hindia Belanda tahun 1908 telah mulai ada
perhatian terhadap perbenihan dan perbaikan cara-cara bercocok tanam. Pada tahun 1912 mulai
dirasakan pentingnya organisasi yang mengatur penyebaran benih. Usaha-usahanya diarahkan
kepada pengadaan benih yang diikuti dengan pendirian lumbung-lumbung benih. Pada tahun 1920
lebih jelas organisasinya yaitu adanya “Kebun-kebun seleksi benih” yang berfungsi memperbanyak
benih unggul dan disimpan dengan baik serta disebarkan kepada petani.
Pada tahun 1952 Indonesia menjadi anggota FAO dengan mulai melaksanakan suatu pola
produksi dan penyebaran benih yang lebih terarah, yaitu dengan membagi benih kedalam 3
katagori ; 1) Benih dasar (FS), 2) Benih Pokok (SS) dan 3) Benih Sebar (ES). Mekanisme dari pola ini
belum berjalan dengan baik dan tidak berdasar pada suatu legalitas peraturan pemerintah.
Usaha pemerintah dalam membina penggunaan benih unggul baru meliputi segi produksi benih
dan pendistribusiannya. Tahap standarisasi dalam usaha-usaha kwalifikasi benih belum ditentukan
sehingga penyebaran benih belum kontinyu.
Pada tahun 1969 mulailah dirintis proyek benih oleh Direktorat Pengembangan Produksi
Padi Dirjen Pertanian. Proyek ini bertujuan menjamin benih bermutu secara kontinyu. Namun sistem
kualifikasi benih secara fungsional masih banyak hambatan, misalnya kondisi Balai-Balai Benih
tidak memenuhi syarat sebagai Produsen Benih Pokok. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian
melalui usaha pembinaan benih, Pemerintah berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
72 Tahun 1971 menetapkan dibentuknya Badan Benih Nasional di lingkungan Departemen Pertanian.
Badan ini berfungsi membantu Menteri Pertanian dalam merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan
di bidang perbenihan. Salah satu tugas pokoknya adalah membentuk lembaga yang tugasnya
memperbanyak dan menyediakan varietas- varietas unggul yang bermutu tinggi bagi para petani.
Verietas-verietas tersebut berasal dari program seleksi Balai Penelitian.
Salah satu kelengkapan organisasi Badan Benih Nasional yaitu Team Pembinaan, Pengawasan
dan Sertifikasi, yang selanjutnya pelaksanaan sertifikasi benih dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan dan
Sertifikasi Benih. Berdasarkan SK Menteri Pertanian No, 190/kpts/org/5/1975 tentang susunan organisasi
Departemen Pertanian, maka Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih, namanya berubah menjadi
Sub Direktorat Pembinaan Mutu Benih yang kemudian dibentuk Unit Pelaksana Teknis yaitu Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih (BPSB). BPSB ini melaksanakan sebagian tugas teknis
Direktorat jenderal Pertanian Tanaman Pangan khususnya menyelenggarakan kegiatan bidang pembinaan
mutu benih, pengujian benih laboratorium dan pengawasan pemasaran benih sudah dilaksanakan BPSB
sejak tahun 1971.
1. Jenis/Varietas.
jenis/varietas yang telah terdaftar sebagai varietas yang dapat disertifikasi pada Badan
Benih Nasional.
Sedangkan sifat-sifat tentang jenis/varietas yang diberikan oleh Pemulia Tanaman dalam
bentuk diskripsi akan merupakan pegangan untuk menentukan apakah suatu individu
2. Kelas Benih.
Benih Penjenis
Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan
Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber
Benih Dasar
Benih Dasar (BD) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi
di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian
varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai
Benih Pokok
Benih Pokok (BP) adalah keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang
diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian
varietas yang ditetapkan dapat dipelihara danmemenuhi standart mutu yang di tetapkan
dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.
Benih Sebar
Benih Sebar (BR) adalah keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok
yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian
varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus
disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih .
dilakukan dengan sistim Poly Generation Flow yaitu untuk masing-masing tingkatkan
2, BR 3 dan BR 4).
3. Standart Sertifikasi
Untuk mengadakan penilain apakah suatu kelompok benih yang dihasilkan merupakan
benih bersertifikat digunakan Standart Sertifikasi yang terdiri dari standart lapangan dan
masing dapat dikemukakan seperti berikut ini (Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan,
Memberitahu BPSB ketika pemeriksaan eksternal (baik di lapang, di alat pengolahan dan
Membayar semua biaya yang dibebankan sehubungan dengan jasa pelayanan BPSB.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas BPSB berkewajiban untuk melayani produsen
benih ketika diperlukan pada waktu-waktu sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Setiap orang atau badan hukum yang ingin memproduksi benih bersertifikat harus
mengajukan permohonan kepada Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau Cabangnya.
Permohonan sertifikasi diajukan oleh produsen benih paling lambat satu bulan sebelum
tanam, dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan. Permohonan tersebut dilampiri
dengan :
lapangan
biaya pendaftaran dan pemeriksaan lapang sesuai dengan ketentuan. Satu formulir
permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu areal sertifikasi dari satu varietas dan
sumber, kualitas, jumlah benih, kelas benih dan varietas. Benih sumber yang
dipersyaratakan harus mempunyai kelas yang lebih tinggi daripada kelas benih yang
akan diproduksi.
sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan antara lain : batas-batas yang jelas (parit,
perbenihan, yaitu Produsen Benih dan BPSB. Produsen benih adalah pihak yang
b. Memiliki fasilitas pengolahan dan penyimpanan sendiri atau secara kontrak dari
c. Bersedia mematuhi petunjuk-petunjuk dari BPSB dan terikat pada peraturan serta
Produsen Benih dapat berupa perorangan atau badan hukum, baik berusaha sendiri
maupun secara bekerja sama atau secara kontrak dengan produsen benih lainnya.
kondisi lahan
penanaman
isolasi
teknik budidaya
pemanenan
pengolahan benih
penyimpanan
pemeriksaan akhir.
Benih bersertifikat yang akan diproduksi harus berasal dari benih bersertifikat dengan
kelas-kelas yang lebih tinggi. Apabila terpaksa, karena untuk sesuatu varietas yang
akan diperbanyak tidak tersedia Benih Penjenisnya, maka Benih Dasar dapat
diproduksi sebagai keturunan kedua dari Benih Penjenis dengan persetujuan dari
Areal tanah yang akan digunakan untuk produksi benih bersertifikat harus diketahui
sejarah penggunaan sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan serta
harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti parit, galengan, jalan, dan isolasi jarak.
Satu areal sertifikasi hanya boleh ditanami dengan satu kelas benih dan dari satu varietas.
Pemeriksaan lapangan harus dilakukan oleh Pengawas Benih yang diberi tugas oleh
Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Pemeriksaan lapangan dilakukan pada fase vegetatif,
pembungaan, dan waktu panen. Bila pada pemeriksaan pertama dan kedua ternyata tidak
lapangan tidak lulus pada pemeriksaan lapangan terakhir, tidak diadakan pengujian
laboratorium.
syarata atau tidak. Selama periode penanaman dilakukan empat kali pemeriksaan yang
meliputi :
1) Sebelum tanam, untuk mengetahui isolasi, pengolahan tanah dan sistem pengairan.
2) Tanaman berumur 1 tahun, untuk mengetahui apakah isolasi sudah benar, varietasnya
dan gulma dengan tanaman pokok serta terhadap serangan hama dan penyakit.
Permintaan pemeriksaan gudang dan peralatan harus disampaikan oleh produsen benih
akan dipakai untuk panen, pengolahan, pengeringan harus bersih dan diperiksa oleh
pengawas benih sebelum digunakan Pada waktu pemeriksaan dilakukan, maka ditempat
pengolahan atau penyimpanan tidak boleh terdapat benih lainnya selain benih yang sedang
disertifikasi.
Maksud dari pemeriksaan ini adalah; untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang
akan dihasilkan dapat terjamin baik dalam kemurnian genetik maupun fisik
Pengawasan ini dimaksudkan agar benih yang dihasilkan dapat dijamin kemurniann
genetik dan mutu fisiknya. Pemeriksaan dilakukan oleh Pengawas Benih pada saat-saat
tertentu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Semua benih yang disimpan dimasukkan
kedalam wadah atau tempat yang bersih, kering, sirkulasi udara terjamin. Produsen benih
harus mencantumkan identifikasi yang lengkap pada setiap wadah (kelompok benih)
seperti jenis /varietas, nomor kelompok, asal lapangan dan lain-lain. Kelompok benih
Contoh benih dari tiap kelompok benih yang akan disertifikasi diambil oleh pengawas
benih, setelah ada permintaan dari penangkar/produsen benih. Benih yang akan
disertifikasi harus sudah diolah dan dimasukkan kedalam wadah sebelum diambil
ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Suatu kelompok benih harus diatur sedemikian
rupa sehingga setiap wadah atau bagiannya dapat diambil contohnya. Pemilik benih harus
memberi keterangan yang terperinci tentang asal benih. Apabila diketahui bahwa
kelompok benih tidak seragam, maka petugas pengambilan contoh berhak menolak untuk
Di dalam pengambilan contoh sejumlah benih yang kurang lebih sama beratnya akan
diambil secara acak dari setiap wadah. Pada benih yang lengket pengambilan contoh be-nih
dilakukan dengan tangan, sedangkan untuk benih lainnya digunakan alat pengambil contoh
benih. Dari setiap kelompok benih hanya diambil satu contoh benih resmi, kecuali dalam
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan yang pengambilan contoh
kerjanya dilakukan secara terpisah. Berat contoh kerja yang ditetapkan tergantung dari
metoda yang dipakai dan ukuran wadah. Cara pengambilan contoh kerja dari contoh
kiriman adalah dengan jalan mengaduk terlebih dahulu contoh kiriman, agar diperoleh
contoh kerja yang representatif dan homogen. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan
contoh kerja tidak boleh lebih dari 30 detik. Bagi benih yang besar harus dijadikan butir-
butir yang lebih kecil dengan cara digiling atau ditumbuk, kecuali bagi benih yang
kandungan minyaknya sangat tinggi. Sedangkan benih yang kadar airnya tinggi perlu
barulah menentukan kadar air benih berdasar beberapa metoda destilasi atau
2) Pengujian Kemurnian
Analisa kemurnian adalah merupakan analisa tunggal dengan menggunakan contoh kerja
yang sudah ditetapkan. Apa- bila hendak melakukan analisa ganda dapat digunakan 2
contoh kerja yang masing-masing diambil secara terpisah. Cara perhitungannya, setiap
komponen yang terdiri dari benih murni, benih tanaman lain, benih gulma dan kotoran
ditimbang, dimana berat total seharusnya sama dengan berat awal, tetapi bisa juga kurang
(toleransi 1%). Setelah itu persentase setiap komponen dihitung terhadap total berat
semua komponen (untuk berat contoh kerja kurang 25 g) atau terhadap berat awal contoh
kerja (untuk berat contoh kerja lebih besar 25 g). Hasil pengujian kemurnian ditulis
dalam persentase dengan 2 desimal (2 angka di belakang koma). Jumlah persentase berat
Benih yang digunakan untuk pengujian daya berkecambah/ daya tumbuh diambil dari
benih murni dari jenis atau kultivar yang diuji tanpa melihat ukuran atau ujudnya. Untuk
keperluan ini dibutuhkan minimum 400 butir, kecuali pada benih campuran apabila
komposisi jenisnya hanya 15% atau kurang, maka dapat digunakan 200 butir. Setelah itu
dilakukan penanaman dengan cara ulangan, untuk setiap ulangan dapat terdiri dari 100,
50 atau 25 butir, tergantung dari jenis dan substratnya. Biji diletakkan merata sedemikian
rupa sehingga akar atau bakal batang yang akan tumbuh bertautan satu sama lin. Untuk
tiap jenis/kultivar membutuhkan persyaratan tumbuh atau perlakuan lainnya seperti yang
sudah ditetapkan.
Metode uji dengan substrat kertas dapat dilakukan dengan cara Uji Di atas Kertas
(UDK), Uji Antar Kertas (UAK), Uji Kertas Digulung (UKD) beserta variasinya.
Sedangkan dengan substrat pasir dapat dilakukan di atas pasir maupun dalam pasir.
seperti yang sudah ditetapkan, dan pada saat itu pengujian dihentikan untuk menghitung
% daya tumbuh bagi benih yang bersangkutan. Apabila menggunakan substrat kertas
substrat pasir, hanya dilakukan perhitungan satu kali saja, yaitu perhitungan terakhir.
Pada perhitungan terakhir bibit normal, bibit abnormal, bibit mati (busuk), biji keras dan
dorman dipisahkan dan masing-masing dihitung persentasenya terhadap jumlah biji yang
diuji. Disamping pengujian-pengujian tersebut, kadang-kadang dilakukan pula pengujian
khusus yang dilakukan kalau ada permintaan atau dianggap diperlukan. Pengujian khusus
tersebut antara lain: pengujian kekuatan tumbuh, pengujian heterogenitas dan pengujian
kesehatan benih, penetapan bobot 1000 butir benih, pengujian kebenaran atau verifikasi
Semua laporan mengenai pemeriksaan lapangan, pemeriksaan gudang dan peralatan untuk
panen pengolahan serta penyimpanan, dan pengujian benih di laboratorium, dibuat dalam
bentuk yang ditetapkan dengan cara yang ditentukan. Laporan ini harus selesai dalam
waktu satu minggu setelah selesai pemeriksaan. Tahap berikutnya produsen benih
mengajukan permintaan membeli label sertifikasi dan segel kepada Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih. Pada setiap wadah dari kelompok benih yang disertifikasi akan
ditempelkan satu label. Label ini ditetapkan menurut kelas benih yang dinyatakan
bersertifikat dalam jumlah yang cukup. Bila masing-masing wadah benih sudah diberi
Tanda dan warna label untuk benih ber-sertifikat adalah sebagai berikut : (Titik Sudarti
1. Pada tiap-tiap label tercantum kata-kata BENIH BERSERTI FIKAT dalam huruf besar,
yang kemudian diikuti dengan nama kelas benih. Disamping itu juga terdapat
keterangan mengenai :
jenis/varietas tanaman,
berat bersih,
tanggal selesai pengujian,
·kadar air,
2. Warna label untuk masing-masing kelas benih tidak sama, antara lain :
benih yang dipasarkan dengan maksud untuk menilai apakah benih bersertifikat yang
Apabila dalam pengawasan pasca sertifikat benih diragukan maka akan diambil
contoh benih untuk diuji lagi di laboratorium. Jika hasil pengujian masih memenuhi
syarat, maka benih tersebut masih boleh dipasarkan atau jika kurang baik tetapi
maka benih tersebut harus ditarik dari peredaran meskipun batas kadaluarsa sertifikat
belum berkhir.
Tidak selalu tersedianya sumber benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya.
Lahan/lokasi pertanaman tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah lapangan.
Keadaan sosial ekonomi dari para petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih
b. Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu baik.
c. Membantu para petani didalam mendapatkan benih yang diinginkan, serta dapat dijamin
Sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang
agribisnis masih belum banyak yang tertarik untuk berbisnis dalam bidang perbenihan.
Salah satu kendalanya adalah karena pasar benih berlabel (hasil dari proses sertifikasi)
masih belum mantap, karena sebagian petani masih belum tertarik untuk menggunakan
benih berlabel.
a. Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian lebih meningkatkan lagi penyuluhan-
penyuluhan kepada para petani konsumen agar mereka lebih memahami akan manfaat
b. Selain kepada para petani konsumen benih juga penyuluhan diberikan kepada pada
produsen benih agar mereka bisa menambah iilmu pengetahuan dibidang perbenihan
d. Pemerintah agar ikut menjaga stabilitas harga benih sehingga para petani penangkar
PENUTUP
4.1.Kesimpulan
Sertifikasi Benih sangat diperlukan untuk menghasilkan benih-benih yang bermutu terutama
untuk tanaman padi, jagung, kedelai, dan hortikultura.
Ketersediaan benih-benih yang bermutu yang merupakan hasil dari proses sertifikasi benih
sangat diperlukan untuk melestarikan Swasembada Pangan Nasional.
Pembinaan dari Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam hal sertifikasi benih, penggunaan
benih-benih berlabel mutlak diperlukan dan harus lebih ditingkatkan lagi.
4.2.Saran
Untuk lebih memahami tentang arti dan tujuan serta kemanfaatan dari Sertifikasi Benih maka
Pemerintah (Departemen Pertanian) harus mengadakan training-training/Pelatihan untuk para
petani penangkar benih dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang ini.
Meningkatkan mutu ketrampilan/SDM dari para petugas Pengawas Benih maupun Analis Benih
yang sehari-hari berkecimpung dalam Pengawasan sertifikasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://bayu-jaellani.blogspot.com/2013/11/makalah-sertifikasi-benih.html
Agrawal, R.L. 1982. Seed Technology. Oxford and IBH Publishing Co. New Delhi.
Ance G. Kartasapoetra, 1986. Teknologi Benih. Pengolahan Benih dan tuntuta praktikum. Bina Aksara.
Jakarta.
Anonim1, 2007. Peraturan Pelaksanaan Magang dan Praktik Kerja. Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Anonim2, 1977. Himpunan Surat Keputusan dan Peraturan tentang Perbenihan. Badan Benih Nasional
Jakarta.
Anwar, A. 2000. Sertifikasi Benih Tanaman Hasil Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetik. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.
Balai Penelitian Tanaman Pangan. 1994. Hasil Penelitian Utama Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Banjarbaru.
Laporan Tahunan. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi
Kalimantan Selatan. 2009. Dinas Pertanian. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Banjarbaru