Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH SERTIFIKASI BENIH

OLEH KELOPOK 5:

NAMA KELOMPOK NPM TTD


Dela Susanti 18110030
Indah Puspita Ningrum 18110003
Inayah 18110015
Siti Nur'aini 18110058
Aldo Firansyah 18110007
Sahrul Ilman Kharist 18110055
Darsito Aji Pangestu 18110028
M. Riki Saputra 18110040

Tugas Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Dasa Teknologi Benih

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN ( STIPER )


DHARMA WACANA METRO
2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah Swt. karena dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai Sertifikasi Benih.

            Pada kesempatan ini tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih yang membantu

penulis dalam berbagai bantuan baik berupa doa, bimbingan maupun bantuan, mencari

penelusuran informasi di media internet ataupun buku: kedua orangtua yang telah mendoakan

kelancaran mengikuti mata kuliah ini.  Ir. Syafiuddin, MP selaku dosen pengampu mata

kuliah Dasar Teknolologi Benih yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan

makalah ini. Dan tidak lupa pula kepada rekan-rekan yang ikut serta membantu dalam penulisan

makalah ini, semoga amal baik dari rekan semua diterima oleh Tuhan Yang Maha Esa, Aamiin.

            Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,

sehingga penulis dengan lapang dada menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

penyempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga makalah  ini dapat  bermanfaat bagi penulis

maupun pembaca dalam pengembangan pertanian di masa mendatang.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Sertifikasi Benih

3.2 Tujuan Sertifikasi Benih

3.3 Keuntungan Menggunakan Benih Bersertifikat

3.4 Sejarah Sertifikasi Benih

3.5 Faktor Penunjang Keberhasilan Sertifikasi Benih

3.6 Pelaksanaan Sertifikasi Benih

3.7 Permohonan Sertifikasi benih

3.8 Permasalahan Dalam Bersertifikasi Benih

3.9 Sasaran Sertifikasi Benih

3.10 Upaya Pemecahan Masalah Dalam Sertifikasi Benih

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.LatarBelakang

Indonesia merupakan negara agraris yang masih bergantung pada komoditas pertanian.

Sebagian besar kebutuhan pangan rakyat Indonesia masih bergantung pada hasil-hasil pertanian

seperti padi. Pertanian pun tetap merupakan mata pencaharian bagi sebagian besar rakyat

Indonesia. Pangan merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu usaha-

usaha untuk memenuhi kebutuhan pokok tersebut terus berlangsung sepanjang sejarah kehidupan

manusia. Keberhasilan yang dicapai Indonesia dalam berswasembada pangan khususnya beras

sejak tahun 1984 merupakan prestasi gemilang, mengingat pada saat sebelumnya Indonesia

adalah negara pengimpor beras terbesar di dunia (Balai Penelitian Tanaman Pangan, 1994).

Kondisi benih yang beredar di Indonesia sangat variatif tingkat mutunya, baik benih

yang berasal dari produsen lokal maupun produsen impor, banyak benih yang ditemukan sudah

kadarluarsa, mutunya tidak sesuai standar yang ditetapkan sehingga tidak layak ditanam dan

akibatnya sangat merugikan petani.

Untuk itu sangat diperlukan pengawasan dan pengendalian mutu produk melalui

penerapan standardisasi  sistem manajemen  mutu  yang bertaraf internasional

baik  pada  saat  produksi maupun di tingkat laboratorium ( Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Dan Hortikultura Departemen Pertanian,  2006).

Peningkatan sistem produktifitas mutu benih di Indonesia diperlukan adanya suatu

standar nasional Indonesia hasil pertanian dan penilaian kesesuaian yang dapat dikembangkan

untuk mendukung mewujudkan kemampuan petani dan pelaku usaha agribisnis. Standar

Nasional Indonesia (SNI) hasil pertanian adalah standar yang ditetapkan oleh instansi teknis
setelah mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional dan berlaku secara nasional di

Indonesia.  

 Untuk menangani mutu benih standar, benih bermutu dan benih bersertifikat  perlu

upaya langkah-langkah yaitu melakukan pengawasan terhadap pengadaan, penggunaan dan

peredaran benih. Pengawasan dilakukan dalam dua tahap, yakni sebelum dan sesudah benih

diedarkan. Pengawasan benih sebelum edar, seperti dengan cara melakukan pemeriksaan

lapangan, berupa pengujian laboratorium dan memberikan sertifikasi. Sedangkan pengawasan

setelah edar, berupa pengawasan terhadap persyaratan mutu benih yang diedarkan. Sementara

pengujian laboratorium terhadap mutu benih sendiri dilakukan untuk menjaga kemurnian

verietas serta kualitas benih. Sedangkan sertifikasi dilakukan untuk memberikan kepastian

hukum kepada produsen/petani bahwa benih yang diproduksi dan diedarkan tersebut pasti

bermutu, dan sekaligus memberikan jaminan kepada konsumen mengenai hasilnya yang

dikeluarkan Dinas BPSBTPH.

1.2.Tujuan

Tujuanya untuk mengetahui bagaimana proses menghasilkan benih berserifikat mulai dari

Pengajuan produsen benih sampai pemasaran benih.


BAB II
 TINJAUAN PUSTAKA

Sertifikasi Benih adalah suatu cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi

dan pengolahan benih yang sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian

Republik Indonesia (Lita Sutopo, Teknologi Benih). Tujuan dilakukannya sertifikasi benih

adalah untuk memelihara kemurnian genetik benih dari varietas unggul serta menyediakannya

secara kontinyu bagi para petani.

Riwayat sertifikasi benih, menurut COPELAND (vide ”principles of seed sciences and

technology”,1977) bermula dengan dibentuknya perkumpulan yang disebut Sweedisch

Associatie di Swedia tahun 1888. Tujuan perkumpulan ini adalah untuk memproduksi dan

mengembangkan benih-benih tanaman dengan mutu yang baik bagi pemakaianyang baik di

negara-negara tersebut. Kemudian ditingkatkan bagi pemakaian di tingkat negara-negara lainnya.

Kenyataan adanya usaha yang demikian di negara-negara tersebut melahirkan :

1.      Balai Penelitian Seleksi Tanaman.

2.      Organisasi penyebaran benih, dan Balai Pengujian Benih, yang selanjutnya terjadi suatu

penggabungan dan melahirkan Program Sertifikasi Benih (Ance, 1986).

Sertifikasi benih merupakan suatu program kegiatan yang termasuk dalam program

produksi benih unggul atau yang berkualitas tinggi dari varietas-varietas yang genetis unggul

yang selalu harus terpelihara dan dipertanggungjawabkan. Karena sertifikasi benih telah

menunjukan suatu perlindungan bagi keberadaan suatu benih dengan persyaratan-persyaratan

keunggulannya. Sertifikasi benih dapat pula dikatakan sebagai satu-satunya metode

pemeliharaan identitas varietas benih, yang menjadi sangat penting bagi tanaman lapangan yang

sebagian besar varietasnya dilepaskan secara umum dan benihnya diperjualbelikan dipasaran
bebas. Benih bersertifikat merupakan benih yang pada proses produksinya diterapkan cara-cara

dan persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih (Ance, 1986).

Komponem-komponem dalam mensukseskan program sertifikasi benih, dapat di

kelompokan sebagai berikut :

(a)      Produsen dan Pedagang benih.

(b)      Analis Laboratorium/ahli seleksi/pemulia tanaman.

(c)      Badan resmi yang menangani Sertifikasi benih.

(d)     Lembaga penyuluhan.

(e)      Sistem Distribusi (Ance, 1986).

Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pertanian

Tanaman Pangan Departemen Pertanian. Balai pengawasan dan Sertifikasi benih merupakan

Unit Pelaksanaan Teknis di daerah yang salah satu tugasnya adalah melaksanakan sertifikasi

benih.\

Tugas dan fungsi Sertifikasi Benih adalah sebagai berikut:

a.       Mengadakan pemeriksaan lapangan.

b.      Mengadakan pengawasan panen dan pengolahan benih.

c.       Mengadakan pemeriksaan alat panen dan alat pengolah benih.

d.      Mengadakan pengambilan contoh benih.

e.       Menetapkan lulus atau tidak lulus suatu benih dalam rangka sertifikasi.

f.       Mengadakan pengawasan pemasangan label dan segel sertifikasi untuk penyempurnaan sistim

sertifikasi benih.

g.      Melaksanakan pengadaan label sertifikasi.

h.      Melaksanakan pengembangan metoda sertifikasi.

i.        Melaksanakan pengembangan sertifikasi.

j.        Melaksanakan pencatatan dan penyimpanan data yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian sertifikasi benih            

Pada masa lalu petani menggunakan benih dari tanamannya  sendiri  dan seringkali benih tersebut 

diambil  dari biji-biji yang tidak laku dijual sebagai konsumsi. Akan tetapi,  atas dasar pengalaman bahwa

benih yang  tidak baik akan menyebabkan pertumbuhan tanaman yang kurang memuaskan dan hasilnya

pun tentu tidak seperti yang diharapkan,  maka terbukalah pemikiran untuk memilih dari hasil panen

tersebut  biji-biji yang baik yang akan digunakan  untuk  benih pada tanaman pertanian. Dewasa  ini,

dengan semakin meningkatnya  intensitas pelaksanaan intensifikasi, yang berarti makin meningkatnya

investasi dibidang usaha tani, maka dirasa perlu oleh petani  untuk mendapatkan informasi yang tepat 

tentang  benih yang mereka tanam. Informasi itu tidak hanya kebenaran dari jenis atau varietas yang

dimaksud, tetapi menyangkut mutu benih yang lainnya yang selalu dikehendaki prima, dan harus jelas

tercantum pada label yang harus disertakan pada setiap  kelompok benih  yang  diperdagangkan. Dalam 

kejelasan  pada  label tersebut tercakup kesatuan pendapat tentang pengertian mutu. Selain itu, bahwa

informasi yang tertera pada lebel harus dapat ditinjau kembali karena semua dilakukan berdasar pada

prosedur yang baku.   Sehubungan dengan pengadaan benih unggul bermutu bagi para petani, maka harus

ada jaminan dari fihak pemerintah dalam mendapatkan benih yang bermutu atau benar  (murni) sesuai

dengan sifat-sifat varietas unggul yang dikehendaki. Untuk ini perlu adanya sertifikasi benih  melalui 

suatu  sistem  atau  mekanisme  pengujian  benih  secara  berkala  untuk  mengarahkan,  mengendalikan, 

dan  mengorganisasikan  perbanyakan  dan  produksi  benih.

Dengan demikian “Sertifikasi benih” adalah cara pemberian sertifikat atas cara perbanyakan, produksi

dan penyaluran benih sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Departemen Pertanian  Republik

Indonesia. .  Sedangkan benih bersertifikat adalah benih yang pada  proses produksinya diterapkan cara

dan  persyaratan tertentu sesuai dengan ketentuan sertifikasi benih.


3.2 Tujuan sertifikasi benih

Tujuannya adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varietas unggul serta menyediakan secara

kontinyu kepada petani.

3.3 Keuntungan  menggunakan  benih  bersertifikasi

 Keturunan benih diketahui

 Mutu  benih terjamin

 Kemurnian genetik  diketahui

 Penggunaan benih lebih hemat

 Pertumbuhan benih  seragam

 Masak dan panen serempak

 Produksi tinggi            

3.4 Sejarah  Sertifikasi  Benih.            

Sertifikasi benih dibawa dari Swedia (+ tahun 1886) dengan  menyediakan  benih bermutu  dan 
telah  menjual  benih  ke  negara  lain.  Selanjutnya di negara tersebut  lahir ; 1) Balai  Penelitian  Seleksi 
Tanaman,  2) Organisasi  Penyebaran  Benih,  dan  3) Balai  Pengujian  Benih. Yang  akhirnya 
tergabung  dalam  program  aertifikasi  benih.           

Di Indonesia  pada  jaman  pemerintah  Hindia  Belanda  tahun  1908  telah  mulai  ada 
perhatian  terhadap  perbenihan  dan  perbaikan  cara-cara  bercocok tanam. Pada  tahun  1912  mulai 
dirasakan  pentingnya  organisasi  yang  mengatur  penyebaran  benih.  Usaha-usahanya  diarahkan 
kepada  pengadaan benih  yang  diikuti  dengan  pendirian  lumbung-lumbung  benih.  Pada  tahun  1920 
lebih  jelas  organisasinya yaitu  adanya  “Kebun-kebun  seleksi  benih”  yang  berfungsi  memperbanyak 
benih  unggul  dan  disimpan  dengan  baik  serta  disebarkan  kepada  petani.            

Pada  tahun  1952  Indonesia  menjadi  anggota  FAO  dengan  mulai  melaksanakan  suatu  pola 
produksi  dan  penyebaran  benih  yang  lebih  terarah,  yaitu  dengan  membagi  benih  kedalam  3 
katagori ;  1) Benih dasar (FS), 2)  Benih  Pokok (SS) dan 3) Benih Sebar (ES). Mekanisme dari pola ini
belum berjalan  dengan  baik  dan  tidak  berdasar  pada  suatu  legalitas  peraturan  pemerintah.            
Usaha  pemerintah  dalam  membina  penggunaan  benih  unggul  baru  meliputi  segi  produksi  benih 
dan  pendistribusiannya.  Tahap  standarisasi  dalam  usaha-usaha  kwalifikasi  benih  belum  ditentukan 
sehingga  penyebaran  benih  belum  kontinyu.            

Pada  tahun 1969  mulailah  dirintis  proyek  benih  oleh  Direktorat  Pengembangan Produksi
Padi Dirjen Pertanian. Proyek ini bertujuan  menjamin  benih bermutu  secara  kontinyu. Namun  sistem 
kualifikasi  benih  secara fungsional  masih  banyak hambatan,  misalnya  kondisi  Balai-Balai  Benih 
tidak  memenuhi  syarat  sebagai  Produsen  Benih Pokok. Dalam rangka peningkatan produksi pertanian 
melalui usaha  pembinaan benih, Pemerintah  berdasarkan  Keputusan Presiden  Republik Indonesia No.
72 Tahun 1971 menetapkan dibentuknya Badan Benih Nasional di lingkungan Departemen Pertanian.
Badan ini berfungsi membantu Menteri  Pertanian dalam merencanakan dan merumuskan kebijaksanaan
di  bidang perbenihan. Salah satu tugas pokoknya adalah membentuk lembaga yang tugasnya
memperbanyak dan menyediakan  varietas- varietas  unggul  yang bermutu  tinggi  bagi  para  petani.
Verietas-verietas  tersebut berasal dari  program  seleksi Balai Penelitian.     

Salah satu kelengkapan organisasi Badan Benih Nasional yaitu Team Pembinaan, Pengawasan
dan Sertifikasi, yang selanjutnya  pelaksanaan  sertifikasi benih  dilaksanakan oleh Dinas Pengawasan dan
Sertifikasi Benih.  Berdasarkan SK Menteri Pertanian No, 190/kpts/org/5/1975 tentang susunan organisasi
Departemen Pertanian, maka Dinas  Pengawasan dan  Sertifikasi Mutu Benih, namanya berubah menjadi
Sub Direktorat  Pembinaan  Mutu Benih yang kemudian dibentuk Unit Pelaksana Teknis yaitu Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Mutu Benih (BPSB). BPSB ini melaksanakan sebagian tugas teknis
Direktorat jenderal Pertanian Tanaman Pangan khususnya menyelenggarakan kegiatan bidang pembinaan
mutu  benih, pengujian benih laboratorium  dan  pengawasan pemasaran  benih sudah dilaksanakan BPSB
sejak tahun 1971.

3.5 Faktor  Penunjang  Dan  Pembatas  Keberhasilan  Sertifikasi Benih .


3.5.1 Faktor  Penunjang  Keberhasilan  Sertifikasi  Benih 

1. Produsen  benih  harus  bertanggungjawab  terhadap  produk  yang  telah dihasilkan 


sesuai  dengan  ketentuan  persyaratan  sertifikat  dan  sanggup  mempertahankan 
kontinyuitas  penyediaan  benih  serta  peningkatannya.
2. Pedagang benih  bertanggungjawab  jika  komeditas  yang  dihasilkan  melampoi  batas 
waktunya  dan  segera  mengujikan  kembali  ke  laboratorium.
3. Para  analis  sangat  diharapkan  ketelitian  dan  keseksamaan  dalam  melakukan 
pengujian-pengujian  guna  pemberian  sertifikasi  benih. Para  pemulia  benih  sangat 
diperlukan  sumbangannya  agar  dapat  memproduksi  benih  yang  genetis  murni  dari 
varietas  yang  banyak diperlukan para petani umumnya. Selain itu sangat  diharapkan 
untuk  mengadakan  berbagai  penelitian  varietas  baru.
4.   Lembaga Sertifikasi  Benih  bertanggungjawab  atas  berlangsungnya  penangkaran
benih penjenis dan dapat  meyakinkan  serta  menjamin  tersedianya  benih  unggul 
yang  bermutu  dan  bersertifikat,  serta  dapat  melindungi  para  konsumen  dari 
adanya  pemalsuan  benih.
5. Peran lembaga para penyuluh  pertanian  harus  dapat  menyadarkan  dan meningkatkan 
kepercayaan atas  terjaminnya  pengunaan  benih  bersertifikat.
6. Saluran-saluran  distribusi  seperti  toko  dan  kios  perlu  tersedia  dalam  lokasi  yang 
dekat  dengan  para  petani  dan  kesanggupan  pelayanannya  dengan  baik.

3.5.2 Faktor  Pembatas  Keberhasilan  Sertifikasi  Benih


1. Pemilikan  Tanah  Yang  Sempit  
 Umumnya  lahan  usahatani  yang dikelola petani  relatif  sempit  (+ 0,3 ha).  Dalam 
usahatani  sempit  penggunaan  benih  yang  mutunya   berlainan kurang mempunyai
arti yang penting, lain halnya  pengelolaan  lahan  luas.
2. Fasilitas  Fisik
Dalam pengelolaan benih diperlukan alat-alat  pengering,  pembersih, tempat
penyimpanan, alat-alat pengujian yang  memenuhi  syarat.  Namun  bila  dilihat  dari 
kondisi  para  penangkar  adanya  fasilitas  tersebut  dirasa  masih  kurang.
3. Tenaga  Penyuluh  Terlatih  dan  Trampil
Penyuluh  mempuyai  tugas  yang  secara  terus  menerus  harus  dapat  meyakinkan 
petani  akan  pentingnya  penggunaan  benih  bersertifikat.  Tenaga  penyuluh  yang 
terlatih  dan  terampil  masih  kurang jumlahnya dan belum tersebar ke pelosok-pelosok 
pedesaan.
4. Tanggung jawab  Pelaksanaan  sertifikasi Benih
Selama  ini  pembinaan  organisasi  perbenihan  dilakukan  melalui  pembinaan 
terhadap  produsen  benih  dan  aparat  pengawasan.  Pembinaan  ini  perlu 
diintensifkan  terus  dengan  pembinaan terhadap  para  pemulia  dan  kegiatan 
penyuluh.

3.6 Pelaksanaan Sertifikasi Benih

3.6.1 Jenis/Varietas, Kelas Benih dan Standart Sertifikasi.

1. Jenis/Varietas.

Janis/Varietas yang dapat dimasukkan dalam progam sertifikasi adalah semua

jenis/varietas yang telah terdaftar sebagai varietas yang dapat disertifikasi pada Badan

Benih Nasional.

Sedangkan sifat-sifat tentang jenis/varietas yang diberikan oleh Pemulia Tanaman dalam

bentuk diskripsi akan merupakan pegangan untuk menentukan apakah suatu individu

tanaman masih termasuk pada kelompok tanaman dimaksud.

2. Kelas Benih.

Kelas-kelas benih dalam sertifikasi benih meliputi:

 Benih Penjenis

Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan

Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan Sumber

perbanyakan Benih Dasar.

 Benih Dasar

Benih Dasar (BD) adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis. Benih Dasar diproduksi

di bawah bimbingan yang intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian

varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai

Pengawasan dan Sertifikasi benih.

 Benih Pokok

Benih Pokok (BP) adalah keturunan dari Benih Penjenis atau Benih Dasar yang

diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga indetitas dan tingkat kemurnian

varietas yang ditetapkan dapat dipelihara danmemenuhi standart mutu yang di tetapkan

dan harus disertifikasi sebagai Benih Pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih.

 Benih Sebar

Benih Sebar (BR) adalah keturunan dari Benih Penjenis, Benih Dasar atau Benih Pokok

yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian

varietas dapat dipelihara, memenuhi standart mutu benih yang ditetapkan serta harus

disertifikasi sebagai Benih Sebar oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih .

Untuk benih kacang-kacangan Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan

telah mengambil kebijaksanaan, bahwa untuk perbanyakan benih kacang-kacangan dapat

dilakukan dengan sistim Poly Generation Flow yaitu untuk masing-masing tingkatkan

kelas benih dapat diperbanyak 4 kali (misalnya BR dapat diperbanyak menjadi BR 1, BR

2, BR 3 dan BR 4).

3. Standart Sertifikasi

Untuk mengadakan penilain apakah suatu kelompok benih yang dihasilkan merupakan

benih bersertifikat digunakan Standart Sertifikasi yang terdiri dari standart lapangan dan

standart Laboratorium (secara terperinci dapat dilihat dalam lampiran).

3.6.2 Prosedur  Produksi  Benih Bersertifikat            


Dalam  memproduksi benih bersertifikat ada  beberapa tahap yang dilaksanakan, yang masing-

masing dapat dikemukakan seperti berikut ini (Direktorat Bina Produksi  Tanaman Pangan,

1984). Kewajiban  utama  produsen  benih  adalah ;

 Mengajukan  permohonan  sertifikasi

 Melakukan  pengendalian  mutu  internal

 Memberitahu  BPSB  ketika  pemeriksaan  eksternal  (baik  di lapang,  di  alat pengolahan  dan 

gudang  maupun  di laboratorium)  yang  diperlukan

 Membayar semua biaya yang dibebankan  sehubungan  dengan  jasa pelayanan  BPSB.

Sehubungan  dengan  hal  tersebut  di atas  BPSB  berkewajiban  untuk  melayani  produsen 

benih ketika  diperlukan  pada  waktu-waktu  sesuai  dengan  prosedur  yang  berlaku.

3.7 Permohonan Sertifikasi Benih

Setiap orang atau badan hukum yang ingin memproduksi benih bersertifikat harus

mengajukan permohonan kepada Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih atau Cabangnya.

Permohonan sertifikasi diajukan oleh produsen benih paling lambat satu bulan sebelum

tanam, dengan mengisi formulir yang telah ditetapkan. Permohonan tersebut dilampiri

dengan :

 label benih yang akan ditanam

 lapangan

 biaya pendaftaran dan pemeriksaan lapang sesuai dengan ketentuan. Satu formulir

permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu areal sertifikasi dari satu varietas dan

satu kelas benih yang akan dihasilkan.


Persyaratan melampirkan label benih merupakan keterangan yang menyatakan

sumber, kualitas, jumlah benih, kelas benih dan varietas. Benih sumber yang

dipersyaratakan harus mempunyai kelas yang lebih tinggi daripada kelas benih yang

akan diproduksi.

Areal untuk produksi benih bersertifikat harus diketahui sejarah penggunaan

sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan antara lain : batas-batas yang jelas (parit,

galengan dan jalan serta isolasi jarak yang sesuai.

Secara teknis produksi benih bersertifikat melibatkan 2 komponen utama dari

perbenihan, yaitu Produsen Benih dan BPSB. Produsen benih adalah pihak yang

melaksanakan kegiatan produksi benih sampai benih disalurkan kepada yang

memerlukan untuk bahan pertanaman dengan syarat ;

a. Memiliki/menguasai tanah dan mampu memelihara dan mengaturnya untuk

memproduksi benih bersertifikat.

b. Memiliki fasilitas pengolahan dan penyimpanan sendiri atau secara kontrak dari

perusahaan pengolahan/penyimpanan benih.

c. Bersedia mematuhi petunjuk-petunjuk dari BPSB dan terikat pada peraturan serta

ketentuan yang berlaku.

Produsen Benih dapat berupa perorangan atau badan hukum, baik berusaha sendiri

maupun secara bekerja sama atau secara kontrak dengan produsen benih lainnya.

3.7.1 Benih yang Ditanam

Komponen-komponen dalam pelaksanaan pengendalian mutu benih internal harus

diperhatikan oleh produsen benih. Komponen-komponen tersebut sebenarnya bagian dari

prinsip genetik dan agronomik yang meliputi ;


 sumber benih

 kondisi lahan

 penanaman

 isolasi

 teknik budidaya

 pemeriksaan lapang dan rouging

 pemanenan

 pengolahan benih

 penyimpanan

 pemeriksaan akhir.

Benih bersertifikat yang akan diproduksi harus berasal dari benih bersertifikat dengan

kelas-kelas yang lebih tinggi. Apabila terpaksa, karena untuk sesuatu varietas yang

akan diperbanyak tidak tersedia Benih Penjenisnya, maka Benih Dasar dapat

diproduksi sebagai keturunan kedua dari Benih Penjenis dengan persetujuan dari

Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih.

3.7.2 Areal Tanah Untuk Produksi Benih Bersertifikasi

Areal tanah yang akan digunakan untuk produksi benih bersertifikat harus diketahui

sejarah penggunaan sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan serta

harus mempunyai batas-batas yang jelas seperti parit, galengan, jalan, dan isolasi jarak.

Satu areal sertifikasi hanya boleh ditanami dengan satu kelas benih dan dari satu varietas.

3.7.3 Pemerikasaan Lapangan

Pemeriksaan lapangan harus dilakukan oleh Pengawas Benih yang diberi tugas oleh

Dinas Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Permintaan pemeriksaan lapangan harus


disampaikan oleh produsen dalam waktu seminggu sebelum tanam pada Dinas

Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Pemeriksaan lapangan dilakukan pada fase vegetatif,

pembungaan, dan waktu panen. Bila pada pemeriksaan pertama dan kedua ternyata tidak

memenuhi standar lapangan, produsen benih diperkenankan untuk memperbaiki keadaan

pertanamannya, dan dapat meminta pemeriksaan lapangan ulangan. Bila pertanaman

lapangan tidak lulus pada pemeriksaan lapangan terakhir, tidak diadakan pengujian

laboratorium.

Tujuan pemeriksaan lapang : menilai apakah pertanaman produksi benih memenuhi

syarata atau tidak. Selama periode penanaman dilakukan empat kali pemeriksaan yang

meliputi :

1) Sebelum tanam, untuk mengetahui isolasi, pengolahan tanah dan sistem pengairan.

2) Tanaman berumur 1 tahun, untuk mengetahui apakah isolasi sudah benar, varietasnya

sesuai, ada tidaknya varietas lain atau gulma.

3) Periode berbunga, dilakukan pemeriksaan terperinci terhadap campuran varietas lain

dan gulma dengan tanaman pokok serta terhadap serangan hama dan penyakit.

4) Saat panen, merupakan pemeriksaan terakhir untuk mengetahui tingkat kemasakan

benih dan adanya hama penyakit.

3.7.4 Pemeriksaan Gudang dan Peralatan

Permintaan pemeriksaan gudang dan peralatan harus disampaikan oleh produsen benih

selambat-lambatnya seminggu sebelum panen. Fasilitas penyimpanan serta peralatan yang

akan dipakai untuk panen, pengolahan, pengeringan harus bersih dan diperiksa oleh

pengawas benih sebelum digunakan Pada waktu pemeriksaan dilakukan, maka ditempat

pengolahan atau penyimpanan tidak boleh terdapat benih lainnya selain benih yang sedang

disertifikasi.
Maksud dari pemeriksaan ini adalah; untuk mendapatkan kepastian bahwa benih yang

akan dihasilkan dapat terjamin baik dalam kemurnian genetik maupun fisik

3.7.5 Pengawasan Terhadap Benih yang Sedang Diolah dan Di simpan

Pengawasan ini dimaksudkan agar benih yang dihasilkan dapat dijamin kemurniann

genetik dan mutu fisiknya. Pemeriksaan dilakukan oleh Pengawas Benih pada saat-saat

tertentu tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Semua benih yang disimpan dimasukkan

kedalam wadah atau tempat yang bersih, kering, sirkulasi udara terjamin. Produsen benih

harus mencantumkan identifikasi yang lengkap pada setiap wadah (kelompok benih)

seperti jenis /varietas, nomor kelompok, asal lapangan dan lain-lain. Kelompok benih

yang identifikasinya meragukan atau tidak terlindung dari kemungkinan pencampuran

akan ditolak untuk sertifikasi.

3.7.6 Pengambilan Contoh Benih

Contoh benih dari tiap kelompok benih yang akan disertifikasi diambil oleh pengawas

benih, setelah ada permintaan dari penangkar/produsen benih. Benih yang akan

disertifikasi harus sudah diolah dan dimasukkan kedalam wadah sebelum diambil

contohnya untuk pengujian di laboratorium. Cara pengambilannya harus memenuhi

ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Suatu kelompok benih harus diatur sedemikian

rupa sehingga setiap wadah atau bagiannya dapat diambil contohnya. Pemilik benih harus

memberi keterangan yang terperinci tentang asal benih. Apabila diketahui bahwa

kelompok benih tidak seragam, maka petugas pengambilan contoh berhak menolak untuk

melaksanakan pengambilan contoh.

Di dalam pengambilan contoh sejumlah benih yang kurang lebih sama beratnya akan

diambil secara acak dari setiap wadah. Pada benih yang lengket pengambilan contoh be-nih
dilakukan dengan tangan, sedangkan untuk benih lainnya digunakan alat pengambil contoh

benih. Dari setiap kelompok benih hanya diambil satu contoh benih resmi, kecuali dalam

hal-hal tertentu, dapat diambil contoh ulangan.

3.7.7 Pengujian Benih

Pengujian benih harus dilakukan di laboratorium Balai Pengawasan dan Sertifikasi

Benih. Macam pengujian ru-tin yang dilakukan di laboratorium benih adalah :

1) Pengujian Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan yang pengambilan contoh

kerjanya dilakukan secara terpisah. Berat contoh kerja yang ditetapkan tergantung dari

metoda yang dipakai dan ukuran wadah. Cara pengambilan contoh kerja dari contoh

kiriman adalah dengan jalan mengaduk terlebih dahulu contoh kiriman, agar diperoleh

contoh kerja yang representatif dan homogen. Waktu yang diperlukan untuk pengambilan

contoh kerja tidak boleh lebih dari 30 detik. Bagi benih yang besar harus dijadikan butir-

butir yang lebih kecil dengan cara digiling atau ditumbuk, kecuali bagi benih yang

kandungan minyaknya sangat tinggi. Sedangkan benih yang kadar airnya tinggi perlu

pengeringan pendahuluan. Setelah selesai melaksanakan beberapa proses tersebut,

barulah menentukan kadar air benih berdasar beberapa metoda destilasi atau

menggunakan alat-alat pengukur kadar air (moisture meter)

2) Pengujian Kemurnian

Analisa kemurnian adalah merupakan analisa tunggal dengan menggunakan contoh kerja

yang sudah ditetapkan. Apa- bila hendak melakukan analisa ganda dapat digunakan 2

contoh kerja yang masing-masing diambil secara terpisah. Cara perhitungannya, setiap

komponen yang terdiri dari benih murni, benih tanaman lain, benih gulma dan kotoran

ditimbang, dimana berat total seharusnya sama dengan berat awal, tetapi bisa juga kurang
(toleransi 1%). Setelah itu persentase setiap komponen dihitung terhadap total berat

semua komponen (untuk berat contoh kerja kurang 25 g) atau terhadap berat awal contoh

kerja (untuk berat contoh kerja lebih besar 25 g). Hasil pengujian kemurnian ditulis

dalam persentase dengan 2 desimal (2 angka di belakang koma). Jumlah persentase berat

dari komponen harus 100%.

3) Pengujian Daya Berkecambah atau Daya Tumbuh

Benih yang digunakan untuk pengujian daya berkecambah/ daya tumbuh diambil dari

benih murni dari jenis atau kultivar yang diuji tanpa melihat ukuran atau ujudnya. Untuk

keperluan ini dibutuhkan minimum 400 butir, kecuali pada benih campuran apabila

komposisi jenisnya hanya 15% atau kurang, maka dapat digunakan 200 butir. Setelah itu

dilakukan penanaman dengan cara ulangan, untuk setiap ulangan dapat terdiri dari 100,

50 atau 25 butir, tergantung dari jenis dan substratnya. Biji diletakkan merata sedemikian

rupa sehingga akar atau bakal batang yang akan tumbuh bertautan satu sama lin. Untuk

tiap jenis/kultivar membutuhkan persyaratan tumbuh atau perlakuan lainnya seperti yang

sudah ditetapkan.

Metode uji dengan substrat kertas dapat dilakukan dengan cara Uji Di atas Kertas

(UDK), Uji Antar Kertas (UAK), Uji Kertas Digulung (UKD) beserta variasinya.

Sedangkan dengan substrat pasir dapat dilakukan di atas pasir maupun dalam pasir.

Cara perhitungannya untuk tiap jenis/kultivar ditetapkan batas waktu tertentu

seperti yang sudah ditetapkan, dan pada saat itu pengujian dihentikan untuk menghitung

% daya tumbuh bagi benih yang bersangkutan. Apabila menggunakan substrat kertas

dilakukan perhitungan pertama, intermidiate dan terakhir. Sedang apabila menggunakan

substrat pasir, hanya dilakukan perhitungan satu kali saja, yaitu perhitungan terakhir.

Pada perhitungan terakhir bibit normal, bibit abnormal, bibit mati (busuk), biji keras dan

dorman dipisahkan dan masing-masing dihitung persentasenya terhadap jumlah biji yang
diuji. Disamping pengujian-pengujian tersebut, kadang-kadang dilakukan pula pengujian

khusus yang dilakukan kalau ada permintaan atau dianggap diperlukan. Pengujian khusus

tersebut antara lain: pengujian kekuatan tumbuh, pengujian heterogenitas dan pengujian

kesehatan benih, penetapan bobot 1000 butir benih, pengujian kebenaran atau verifikasi

jenis/kultifar, pengujian vigor, pengujian viabilitas benih secara biokimia (tetrazolium).

3.7.8 Label dan Segel

Semua laporan mengenai pemeriksaan lapangan, pemeriksaan gudang dan peralatan untuk

panen pengolahan serta penyimpanan, dan pengujian benih di laboratorium, dibuat dalam

bentuk yang ditetapkan dengan cara yang ditentukan. Laporan ini harus selesai dalam

waktu satu minggu setelah selesai pemeriksaan. Tahap berikutnya produsen benih

mengajukan permintaan membeli label sertifikasi dan segel kepada Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih. Pada setiap wadah dari kelompok benih yang disertifikasi akan

ditempelkan satu label. Label ini ditetapkan menurut kelas benih yang dinyatakan

bersertifikat dalam jumlah yang cukup. Bila masing-masing wadah benih sudah diberi

label dan disegel, kelompok benih tersebut dinyatakan bersertifikat.

Tanda dan warna label untuk benih ber-sertifikat adalah sebagai berikut : (Titik Sudarti

Sudikno 1977, Lita Sutopo, 1985) :

1. Pada tiap-tiap label tercantum kata-kata BENIH BERSERTI FIKAT dalam huruf besar,

yang kemudian diikuti dengan nama kelas benih. Disamping itu juga terdapat

keterangan mengenai :

 nama dan alamat produsen benih,

 jenis/varietas tanaman,

 nomor kelompok benih,

 berat bersih,
 tanggal selesai pengujian,

 ·kadar air,

 ·daya tumbuh, dan lain-lain.

2. Warna label untuk masing-masing kelas benih tidak sama, antara lain :

 benih penjenis warna putih,

 benih dasar warna ungu,

 benih pokok warna ungu,

 benih sebar warna biru, dan

 benih bina warna jambon.

3.77.9 Pengawasan Pasca Sertifikasi

Pengawasan tidak hanya dilapangan, tetapi juga melakukan pengawasan terhadap

benih yang dipasarkan dengan maksud untuk menilai apakah benih bersertifikat yang

dipasarkan masih layak, juga untuk melihat batas kadaluarsa sertifikat.

Apabila dalam pengawasan pasca sertifikat benih diragukan maka akan diambil

contoh benih untuk diuji lagi di laboratorium. Jika hasil pengujian masih memenuhi

syarat, maka benih tersebut masih boleh dipasarkan atau jika kurang baik tetapi

memenuhi persyaratan minimal maka masa berlakunya sertifikat dapat diperpendek.

Sebaliknya jika hasil pengujian di laboratorium tidak memenuhi persyaratan minimal

maka benih tersebut harus ditarik dari peredaran meskipun batas kadaluarsa sertifikat

belum berkhir.

3.8 Permasalahan dalam Sertifikasi Benih

Yang menjadi permasalahan dalam sertifikasi benih antara lain:

 Tidak selalu tersedianya sumber benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya.
 Lahan/lokasi pertanaman tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah lapangan.

 Keterbatasan pengetahuan para petani terhadap sertifikasi benih berlabel.

 Keadaan sosial ekonomi dari para petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih

yang berlabel (Benih hasil Sertifikat).

3.9 Sasaran Sertifikasi Benih

a.       Mempertahankan kemurnian katurunan yang dimiliki oleh suatu varietas.

b.      Membantu para produsen benih dalam memproduksi benih dengan mutu baik.

c.       Membantu para petani didalam mendapatkan benih yang diinginkan, serta dapat dijamin

kebenaran varietas serta mutunya.

3.10 Upaya-upaya pemecahan masalah sertifikasi.

Sampai dengan saat ini perusahaan-perusahaan swasta yang bergerak dalam bidang

agribisnis masih belum banyak yang tertarik untuk berbisnis dalam bidang perbenihan.

Salah satu kendalanya adalah karena pasar benih berlabel (hasil dari proses sertifikasi)

masih belum mantap, karena sebagian petani masih belum tertarik untuk menggunakan

benih berlabel.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini maka dapat diupayakan antara lain:

a.       Pemerintah dalam hal ini Departemen Pertanian lebih meningkatkan lagi penyuluhan-

penyuluhan kepada para petani konsumen agar mereka lebih memahami akan manfaat

dari penggunaan benih berlabel.

b.      Selain kepada para petani konsumen benih juga penyuluhan diberikan kepada pada

produsen benih agar mereka bisa menambah iilmu pengetahuan dibidang perbenihan

dan sertifikasi benih.


c.       Penyediaan Benih Sumber yang cukup meliputi jumlah, varietas dan mutu untuk

memudahkan para penangkar benih untuk mensersifikasikan benihnya.

d.      Pemerintah agar ikut menjaga stabilitas harga benih sehingga para petani penangkar

benih, perusahaan-perusahaan swasta bergerak dalam industri perbenihan akan lebih

bergairah lagi untuk berbisnis dalam bidang ini.


BAB IV

  PENUTUP

4.1.Kesimpulan
Sertifikasi Benih sangat diperlukan untuk menghasilkan benih-benih yang bermutu terutama
untuk tanaman padi, jagung, kedelai, dan hortikultura.
Ketersediaan benih-benih yang bermutu yang merupakan hasil dari proses sertifikasi benih
sangat diperlukan untuk melestarikan Swasembada Pangan Nasional.
Pembinaan dari Pemerintah (Departemen Pertanian) dalam hal sertifikasi benih, penggunaan
benih-benih berlabel mutlak diperlukan dan harus lebih ditingkatkan lagi.

4.2.Saran
Untuk lebih memahami tentang arti dan tujuan serta kemanfaatan dari Sertifikasi Benih maka
Pemerintah (Departemen Pertanian) harus mengadakan training-training/Pelatihan untuk para
petani penangkar benih dan perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang ini.
Meningkatkan mutu ketrampilan/SDM dari para petugas Pengawas Benih maupun Analis Benih
yang sehari-hari berkecimpung dalam Pengawasan sertifikasi.
DAFTAR PUSTAKA

http://bayu-jaellani.blogspot.com/2013/11/makalah-sertifikasi-benih.html

Agrawal, R.L. 1982.  Seed Technology. Oxford and IBH Publishing Co.          New Delhi.

Ance G. Kartasapoetra, 1986. Teknologi Benih. Pengolahan Benih dan tuntuta praktikum.  Bina Aksara.
Jakarta.

Anonim1, 2007. Peraturan Pelaksanaan Magang dan Praktik Kerja. Fakultas Pertanian Universitas
Lambung Mangkurat. Banjarbaru.

Anonim2, 1977. Himpunan Surat Keputusan dan Peraturan tentang Perbenihan. Badan Benih Nasional
Jakarta.

Anwar, A. 2000. Sertifikasi Benih Tanaman Hasil Kultur Jaringan dan Rekayasa Genetik. Program Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor (IPB). Bogor.  

Balai Penelitian Tanaman Pangan. 1994. Hasil Penelitian Utama Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Banjarbaru.

Douglas, J. E. 1980.  Successful Seed Programs : A Planning and ManagementGuide. Westview Press.


Boulder, Colorado.

Laporan Tahunan. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan   Hortikultura Provinsi
Kalimantan Selatan. 2009.  Dinas Pertanian. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Banjarbaru

Lita Sutopo. 1993. Teknologi Benih. Penerbit C.V Rajawali. Jakarta.


Nindyasari,  P.S. 2006.  Benih Non Sertifikat Di Daerah Satgas Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih
Tanaman Pangan Dan Hortikultura Madiun Department of Agronomy. Bandung.
Pedoman Sertifikasi Benih Tanaman Padi. 2009. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan dan Hortikultura. Dinas Pertanian, Unit Pelaksana Teknis Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan. Banjarbaru.
Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan. 2009. Direktur Perbenihan. Direktur
Jendral Tanaman Pangan.

Anda mungkin juga menyukai