Anda di halaman 1dari 86

MODUL

PENJAMINAN MUTU PERTANIAN

Disusun Oleh:
Dr. Liza Devita, S.Si., M.Si.
Dr. Gusti Setiavani, S.T.P, M.Si
Mawar Indah Perangin-Angin, S.T.P., M.Si

Politeknik Pembangunan Pertanian Medan


Medan
2021
PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis mampu menyelesaikan bahan ajar Penjaminan Mutu
Pertanian. Bahan ajar ini disusun sebagai salah satu acuan bagi mahasiswa dalam
melaksanakan perkuliahan penjaminan mutu pertanian di Politeknik Pembagunan
Pertanian Medan, dalam Program Perkuliahan RPL. Tiap-tiap BAB (kecuali BAB
Pendahuluan) dalam bahan ajar ini berisi teori, pertanyaan latihan. Beberapa bab
disertai dengan tugas praktek. Bahan ajar ini disusun dengan bahasa yang
sederhana agar lebih mudah dipahami oleh mahasiswa.
Dalam bahan ajar ini dijelaskan tentang topik-topik berikut: (1) Standar dan
prosedur proses sertifikasi benih tanaman; (2) Standar dan prosedur sertifikasi
Prima I,II,III; (3) Standar dan prosedur sertifikasi pertanian organik; (4) Standar dan
prosedur sertifikasi GHP/GMP; (5) Standar dan prosedur eksport-import produk
pertanian; (6) HACCP; (7) Standar dan prosedur pengurusan nomor BPOM dan
PIRT; (8) Sistem manajemen mutu berdasarkan standar ISO-9001-2015.

Penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Medan, Ir Yuliana Kansrini M.Si.,


yang telah memberi semangat dalam pembuatan bahan ajar ini.
2. Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan, dan Ketua
Program Studi Penyuluhan Perkebunan Presisi Politeknik Pembangunan
Pertanian Medan yang telah mempercayai tim dosen dalam pelaksanaan
kuliah RPL Penjaminan Mutu Pertanian.

Medan, November 2021


Tim Penulis
DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN
II STANDAR DAN PROSEDUR PROSES SERTIFIKASI BENIH TANAMAN
III STANDAR DAN PROSEDUR SERTIFIKASI PRIMA I,II,III
IV STANDAR DAN PROSEDUR SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK
V STANDAR DAN PROSEDUR SERTIFIKASI GHP/GMP
VI STANDAR DAN PROSEDUR EKSPORT-IMPORT PRODUK PERTANIAN
VII HACCP
VIII STANDAR DAN PROSEDUR PENGURUSAN NOMOR BPOM DAN PIRT
IX SISTEM MANAJEMEN MUTU BERDASARKAN STANDAR ISO-9001-
2015
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Desksripsi
Mata kuliah penjaminan mutu pertanian dilaksanakan setiap minggu
dengan beban sks 2T-2P. Pokok bahasan yang disampaikan dalam perkuliahan
ini selama satu semester adalah sebagai berikut:
1. Standar dan prosedur proses sertifikasi benih tanaman
2. Standar dan prosedur sertifikasi Prima I,II,III
3. Standar dan prosedur sertifikasi pertanian organik
4. Standar dan prosedur sertifikasi GHP/GMP
5. Standar dan prosedur eksport-import produk pertanian
7. HACCP
8. Standar dan prosedur pengurusan nomor BPOM dan PIRT
9. Sistem manajemen mutu berdasarkan standar ISO-9001-2015

B. Capaian Pembelajaran

Adapun Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) mata kuliah


penjaminan mutu pertanian ini adalah mampu menerapkan IPTEKS dan IMTAQ
dalam menjelaskan standar dan prosedur penjaminan mutu/ quality control
produk pertanian berkelanjutan, dengan rinciannya CPMK masing-masing topik
bahasan sebagai berikut:

 Mampu menjelaskan tentang standar dan prosedur proses sertifikasi benih


tanaman.
 Mampu menjelaskan tentang standar dan prosedur sertifikasi Prima I,II,III.
 Mampu menjelaskan dan mampu menerapkan standar dan prosedur
sertifikasi pertanian organik.
 Mampu menjelaskan dan mampu menerapkan standar dan prosedur
sertifikasi GHP/ GMP.
 Mampu menjelaskan dan mampu menerapkan standar dan prosedur
eksport-import produk pertanian.
 Mampu menjelaskan dan mampu menerapkan HACCP sesuai standar yang
ditetapkan.
 Mampu menjelaskan standar dan prosedur pengurusan nomor BPOM dan
PIRT.
 Mampu menjelaskan tentang sistem manajemen mutu berdasarkan standar
ISO-9001-2015.
BAB II
STANDAR DAN PROSEDUR PROSES SERTIFIKASI BENIH TANAMAN

A. Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai Standar dan Prosedur Proses
Sertifikasi Benih Tanaman. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi:
tujuan pembelajaran, uraian materi (yang berisikan pengertian, tujuan dan
komponen yang terlibat sertifikasi benih, Persyaratan Produsen Benih
Bersertifikat, Kewajiban Produsen dan BPSB (Badan Pengawas dan Sertifikasi
Benih), dan Tahapan dalam Produksi Benih Bersertifikat), rangkuman, latihan
soal, kunci jawaban, dan penilaian yang meliputi penilaian sikap, dan
pengetahuan.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami standar dan prosedur
proses sertifikasi benih tanaman
2. Uraian Materi
a. Pengertian, Tujuan, dan Komponen yang terlibat sertifikasi benih
Pengertian Sertifikasi Benih
Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman
setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan dimana hasilnya
memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan/dipasarkan untuk usaha tani.
Jaminan mutu benih yang dipasarkan tercermin dalam sertifikat yang
diterbitkan oleh lembaga sertifikasi benih. Dalam sertifikat tersebut dicantumkan
hasil pengujian rutin yang menggambarkan kualitas benih. Hal ini dimaksudkan
untuk melindungi petani pengguna benih dan menjamin kepastian hukum bagi
produsen benih untuk memasarkan hasil produksinya.
Dengan demikian penangkar benih yang ingin memproduksi suatu
varietas dengan kelas benih tertentu harus mematuhi semua peraturan yang
telah ditetapkan pemerintah agar benih yang diproduksi dapat memperoleh
sertifikat sebelum dipasarkan. Dipihak lain lembaga pemberi sertifikat, yang
dalam hal ini BPSB, harus mempunyai tolok ukur dan metode pengawasan
pengujian standar untuk setiap benih tanaman. Hasil pengujian dicocokkan
dengan batas maksimal dan minimal yang telah ditetapkan pemerintah untuk
setiap varietas dan kelas benih tertentu.
Di Indonesia, program sertifikasi benih dilakukan oleh lembaga
pemerintah, sedangkan di luar negeri program ini selain dilakukan oleh lembaga
pemerintah juga dilakukan oleh badan swasta. Benih yang perlu memiliki
sertifikat adalah semua benih yang akan diperdagangkan, meliputi benih:
Serealia, Hortikultura, Buah-buahan, Tanaman hias dan Rumput-rumputan.
Di Indonesia untuk sementara ini benih yang harus memiliki sertifikat
sebelum diperdagangkan antara lain adalah: Padi (Oryza sativa), Palawija Jagung
(Zea mays), Kedelai (Glycine max), Kacang tanah (Arachis hypogea), kacang hijau
(Phaeolus radiatus), Sorghum (Sorghum vulgare), Sayuran: Kubis (Brassica
oleracea), Sawi (Brassica chinensis), Wortel (Daucus carota), Cabe (Capsicum sp.).
Benih yang dimaksudkan dalam sertifikasi benih ini adalah benih sejati (true seed)
yaitu benih yang dibentuk dari proses seksual pada tanaman.
Tujuan Sertifikasi Benih
Tujuan sertifikasi benih adalah memelihara kemurnian mutu benih dari
varietas unggul serta menyediakannya secara kontinyu kepada petani.
Sertifikasi merupakan satu-satunya metode pemeliharaan identitas
varietas benih di pasaran bebas. Oleh karena itu sertifikasi menjadi sangat
penting bagi tanaman lapangan yang sebagian besar varietasnya dilepaskan
secara umum dan benihnya dijual di pasaran bebas. Pemberian sertifikat pada
benih memberi berbagai arti, antara lain:
Bagi Produsen / Penangkar Benih
- Sertifikat merupakan kepastian hukum, artinya benih yang bersertifikat
tersebut telah memenuhi persyaratan dan peraturan yang berlaku sesuai
dengan standar yang ditetapkan pemerintah, berdasarkan hasil analisis yang
dilakukan oleh lembaga sertifikasi benih.
- Sertifikat juga merupakan promosi karena dalam sertifikat tersebut terdapat
gambaran kualitas benih sehingga petani pengguna benih dapat mengetahui
apa yang akan diperoleh sebelum menentukan pilihannya.
Bagi Penguasa
- Pemberian sertifikat merupakan kontrol terhadap benih yang akan
dipasarkan sehingga kepentingan petani pengguna benih dapat terlindungi.
- Pemberian sertifikat juga dapat dipakai untuk menentukan standar bagi
benih yang diproduksi agar sesuai dengan ketentuan pemerintah sehingga
hanya benih yang memenuhi standar saja yang boleh diperdagangkan.
Bagi Konsumen Benih
- Sertifikat merupakan jaminan mutu benih sehingga jika terjadi
penyimpangan yang merugikan dan tidak sesuai dengan keterangan dalam
label sertifikat maka konsumen dapat menuntut produsennya.
- Sertifikat juga sebagai sumber informasi bagi petani pengguna benih, karena
dalam label sertifikat tersebut tertulis kondisi benihnya.
Komponen yang Terlibat Sertifikasi Benih
Secara teknis produksi benih bersertifikat melibatkan terutama dua
komponen perbenihan, yaitu produsen benih dan pengawas benih (Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih, BPSB). Produsen benih adalah pihak yang
melaksanakan kegiatan produksi benih sampai benih siap disalurkan kepada yang
memerlukan untuk bahan pertanaman. Bila tidak memiliki fasilitas pengolahan
benih, produsen benih dapat memanfaatkan jasa Unit Pengolah Benih atau yang
setara untuk mengolah calon benihnya sehingga siap salur.
Walaupun demikian tanggung jawab pengolahan benih tetap pada
produsen. Jadi dapatlah dikatakan bahwa kegiatan produksi benih bersertifikat
memang melibatkan dua pihak utama, yaitu produsen dan pengawas benih.
b. Persyaratan Produsen Benih Bersertifikat, Kewajiban Produsen dan BPSB
(Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih)
Persyaratan Produsen Benih Bersertifikat
Syarat-syarat produsen benih (atau penangkar benih) adalah:
- Menguasai tanah dan mampu memelihara dan mengaturnya untuk
memproduksi benih bersertifikat
- Memiliki fasilitas pengolahan dan penyimpanan sendiri atau secara kontrak
dari perusahaan pengolahan/penyimpanan benih
- Bersedia mematuhi petunjuk-petunjuk dari BPSB dan terikat pada
peraturanserta ketentuan yang berlaku.
Produsen benih ini dapat berupa perseorangan atau badan hukum, baik
yang berusaha sendiri maupun secara bekerja sama atau secara kontrak dengan
produsen benih lainnya.
Permohonan izin memproduksi benih bersertifikat diajukan oleh
produsen benih yang memenuhi syarat dengan menggunakan formulir yang
berlaku kepada BPSB paling lambat 10 hari sebelum pemohon
menabur/menyemai benih. Permohonan izin ini harus dilampiri dengan: (1) label
benih yang akan ditanam, (2) peta sket lapangan, dan (3) biaya pendaftaran dan
pemeriksaan lapang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Satu formulir
permohonan sertifikat hanya berlaku untuk satu areal sertifikasi dari satu varietas
dan satu kelas benih yang akan dihasilkan.
Persyaratan melampirkan label benih yang akan ditanam diperlukan
untuk bukti apakah benih sumber yang akan digunakan telah sesuai dengan benih
yang akan diproduksi. Benih sumber dipersyaratkan harus memiliki kelas yang
lebih tinggi daripada kelas benih yang akan diproduksi, sedangkan areal lahan
untuk produksi benih bersertifikat dipersyaratkan sebagai berikut: (1) jelas letak
dan batasnya, (2) hanya terdapat satu blok untuk setiap varietas dan kelas benih,
dan (3) status sejarah lahannya memenuhi syarat ( bekas bera, bekas tanaman
lain yang mudah dibedakan dan/atau bekas varietas dan kelas benih yang sama).
Kewajiban Produsen dan BPSB
Kewajiban produsen benih adalah melaksanakan kegiatan produksi benih
sesuai dengan petunjuk-petunjuk dari BPSB, yang terutama adalah: (1)
mengajukan permohonan sertifikasi, (2) melakukan pengendalian mutu benih
internal, (3) memberitahu BPSB ketika pemeriksaan eksternal (baik di lapangan,
alat-alat pengolahan dan gudang, maupun di laboratorium) telah diperlukan, dan
(4) membayar semua biaya yang dibebankan karena menerima jasa pelayanan
dari BPSB. Adapun BPSB berkewajiban untuk melayani produsen benih ketika
memerlukannya pada waktu-waktu tersebut sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Adapun biaya-biaya yang harus dibayar produsen benih adalah untuk
jasa-jasa pelayanan BPSB berikut: (1) permohonan mendapatkan pelayanan
sertifikasi benih, (2) pemeriksaan lapang, (3) pemeriksan gudang, (4) pengujian
laboratorium, dan (5)memperoleh label dan segel sertifikasi.
Pada saat tahapan produksi benih bersertifikat, kewajiban produsen dan
kewajiban BPSB dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah
Tabel 1. Kewajiban Produsen dan Kewajiban BPSB pada Tahapan Produksi Benih
Bersertifikat.
Tahapan Produksi Kewajiban Produsen Kewajiban BPSB
Pengolahan tanah Permohonan Pemeriksaan lapang
sertifikasi pendahuluan
Fase pertumbuhan Seleksi dan Pemeriksaan lapang
tanaman pemberitahuan pertama
pemeriksaan pertama
Fase berbunga Seleksi dan Pemeriksaan lapang kedua
pemberitahuan
pemeriksaan kedua
Fase masak Seleksi dan Pemeriksaan lapang ketiga
pemberitahuan
pemeriksaan ketiga
Panen dan Pemberitahuan Pemeriksaan alat panen dan
pengolahan benih pemeriksaan pengolahan benih
alat panen dan Pengambilan contoh
pengolahan benih dan analisis mutu
benih benih
Pemberitahuan
pengambilan
contoh benih
Pemasangan label Permintaan label Pengawasan pemasangan
label
Pemasangan label Permohonan Pemasangan label ulangan.
ulangan pengujian mutu
ulangan

c. Tahapan dalam Produksi Benih Bersertifikat


Tahapan untuk mendapatkan sertifikat dimulai dari permohonan
sertifikasi, pengajuan pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lapang,
pemeriksaan alat-alat panen dan pengolahan, pengambilan sampel benih dan
pengajuan pemasangan label sertifikat.
Permohonan sertifikasi
Untuk menghasilkan benih bersertifikat, dimulai dari pengajuan
permohonan sertifikasi kepada BPSB setempat yang dilakukan paling lambat satu
bulan sebelum tebar (tanam) dengan mengisi formulir. Formulir isian mencakup
tentang nama dan alamat pemohon (penangkar), letak areal, asal benih sumber,
rencana penanaman, sejarah lapangan, dan isolasi (jarak/waktu) yang dilakukan.
Setelah diisi, formulir diserahkan dengan ilampirkan label benih (kelas dan benih
sumber) yang akan digunakan dan denah situasi lapangan.
Permohonan pemeriksaan lapang pendahuluan
Penangkar menyampaikan pemberitahuan siap untuk diperiksa lapang
pendahuluan kepada BPSB setempat paling lambat 10 hari sebelum tanam atau
seminggu sebelum pemeriksaan lapang. Dalam pemeriksaan ini, pengawas BPSB
akan menguji kebenaran data lapangan yang diajukan penangkar seperti dalam
surat permohonan sertifikasi. Jika data lapangan enunjukkan kesesuaian maka
lahan penangkaran tersebut telah syah dinyatakan sebagai lahan produksi benih
bersertifikat
Permohonan pemeriksaan fase vegetatif
Pemeriksaan lapangan pertama dilakukan saat tanaman dalam fase
pertumbuhan vegetatif atau sekitar 30 hari setelah tanam. Pengajuan
permohonan pemeriksaan diajukan kepada BPSB paling lambat 7 hari sebelum
pemeriksaan. Pemeriksaan akan dilakukan terhadap keberadaan campuran
varietas lain (CVL). Nilai standar CVL berbeda untuk setiap jenis tanaman dan
kelas benih yang diproduksi. Semakin tinggi kelas benih, semakin ketat
standarnya.
Sebelum pengawas BPSB memeriksa, penangkar benih sebaiknya
melakukan roguing agar standar lapang benih bersertifikat terpenuhi. Jika hasil
pemeriksaan oleh pengawas BPSB menyatakan lulus, lahan tersebut dapat
diteruskan untuk proses sertifikasi selanjutnya. Jika lahan dinyatakan tidak lulus
maka penangkar diwajibkan melakukan roguing ulang, dan selanjutnya
mengajukan pemeriksaan ulang. Pemeriksaan ulang hanya dapat dilakukan satu
kali. Jika hasil pemeriksaan ulang lahan dinyatakan tidak lulus, maka lahan
tersebut gagal untuk dijadikan areal produksi benih karena kemurniannya tidak
dapat dipertanggungjawabkan, dan hanya diperbolehkan untuk produksi non-
benih.
Permohonan pemeriksaan lapang fase generatif
Pemeriksaan lapangan fase generatif hanya dilakukan bila telah lulus pada
tahapan pemeriksaan sebelumnya. Pengajuan permohonan pemeriksaan lapang
fase generatif (saat berbunga) dilakukan satu minggu sebelum pemeriksaan
dilakukan. Dalam pemeriksaan ini juga diamati keberadaan dari CVL dengan
pengamatan pada organ reproduktif, seperti warna dan bentuk bunga, serta saat
berbunga. Seperti pada pengawasan lapangan fase vegetatif, penangkar benih
diberi kesempatan untuk melakukan pengawasan ulang jika hasil pemeriksaan
dinyatakan tidak lulus. Pemeriksaan ulangpun hanya diberikan satu kali.
Permohonan pemeriksaan alat-alat panen dan pengolahan benih
Selain benih, alat-alat panen dan pengolahan benihpun dilakukan
pemeriksaan Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan bahwa peralatan
yang digunakandalam panen dan pengolahan benih tidak membawa sumber
kontaminan, seperti varietas lain. Pengajuan pemeriksaan alat-alat panen dan
pengolahan benih dilakukan paling lambat satu minggu sebelum panen atau
bersamaan dengan pemeriksaan lapangan fase menjelang panen. Hal yang
dilakukan pengawas BPSB dalam pemeriksaan ini adalah menjalankan semua alat
pengolahan benih sehingga sisa-sisa kotoran dan benih dariproses pengolahan
benih sebelumnya dapat keluar dan alat dapat dibersihkan.
Pengawasan pengolahan benih
Pengawasan pengolahan benih tidak diajukan oleh penangkar benih,
tetapi merupakan pengawasan langsung oleh petugas BPSB secara periodik
selama masa pengolahan benih dengan waktu yang tidak diberitahu kepada
penangkar. Tujuan daripengawasan ini adalah memastikan bahwa selama dalam
pengolahan benih tidak terjadi kecurangan yang dilakukan penangkar, misalnya
mencampurkan benih yang lulus lapangan dengan benih kadaluarsa atau benih
tidak lulus lapangan. Jika didapatkan penangkar yang melakukan kecurangan
maka proses sertifikasi dapat dihentikan.
Permohonan pengambilan contoh benih
Tahapan selanjutnya adalah permohonan pengambilan contoh benih guna
pengujian di laboratorium analisis mutu benih BPSB. Pengambilan contoh benih
oleh pengawas BPSB dilakukan setelah pengolahan benih. Permohonan oleh
penangkar dilakukan 1 minggu sebelum pengawasan dilakukan. Sebelum
dilakukan pengambilan contoh benih, penangkar diwajibkan telah menempatkan
dan mengemas benih secaratepat. Benih telah dikemas dengan kemasan curah
(belum dikemas dengan kemasan pemasaran) dan dikelompokkan berdasarkan
lot yang tepat, misalnya berdasarkan tanggal panen yang sama dari varietas yang
sama. Lot benih ditempatkan sedemikian rupa sehingga setiap wadah benih
berpeluang sama untuk diambil contoh benihnya
Pengawas dapat membatalkan pengambilan contoh benih jika
diindikasikan adanya lot kelompok) benih yang mencurugakan atau susunan
penmpatan benih tidak memungkinkan semua wadah diambil contoh benihnya.
Permohonan pengawasan pemasangan label sertifikat
Tahapan akhir dari proses pembuatan benih bersertifikat adalah
pengawasan pemasangan label sertifikasi. Jika dalam pengujian laboratorium,
benih penangkaran dinyatakan lulus maka selanjutnya penangkar mengajukan
pengawasan pemasangan
label sertifikat pada benih-bnih yang akan dikemas dengan ukuran
tertentu (sesuai kebutuhan pasar). Dalam pengajuan ini, penangkar memohon
nomor seri label serifikasi dengan mencantumkan jumlah segel (seal) dan label
sertifikasi yang diperlukan, nomorpengujian, nomor kelompok benih yang
bersangkutan, jenis, varietas, jumlah wadah, berat bersih tiap wadah, nama dan
alamat produsen. Adapun isi label meliputi hasil-hasilpengujian laboratorium
yang terdiridari nilai kadar air benih, kemurnian, daya tumbuh benih, serta
kandungan kotoran dan campuran varietas lain, selain identitas lain sesuaiyang
diajukan penangkar benih.
Permohonan pelabelan ulang
Benih bersertifikat yang telah mendekati atau habis masa edarnya dan
akan diedarkan kembali harus dilakukan pengujian dan pelabelan ulang.
Produsen benih bersertifikat wajib mengajukan pengambilan contoh
benih,mengujikanny dan kemudian memasang label ulangan pada kemasan
benihnya. Prosedur dan pelaksanaan dari pelabelan ulang sama seperti pada
prosedur pengambilan contoh dan pengawasan pemasangan label sebelumnya.
Pengajuan pelabelan ulang dilakukan satu bulan sebelum masa edar benih
bersertifikat berakhir. Pada kemasan benih, dicantumkan data analisis mutu
benih terbaru dan dicantumkan pula kose LU yang berarti Label Ulang.
d. Arti Penting dan Terminologi Pengujian Benih
Arti Penting Pengujian Benih
Pada waktu melakukan usaha tani, petani sangat mengharapkan agar
benih yang ditanam dapat menghasilkan tanaman yang seragam dan hasil panen
yang maksimal dengan kualitas yang baik. Namun bila petani tersebut tidak
menggunakan benih yang bersertifikat atau benih yang telah melalui proses
pengujian maka usaha taninya akan mengundang kerawanan, bahkan akan dapat
menyebabkan kegagalan.
Untuk memperoleh sertifikat, benih yang diproduksi oleh
produsen/penangkar harus diuji terlebih dahulu. Hasil pengujian itu harus
memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah sesuai dengan kelas
benihnya.
Penilaian yang dilakukan pada waktu pengujian benih didasarkan pada
atribut yang tampak selama pengujian dan harus dicocokkan dengan tolok ukur
(parameter) yang sesuai dengan ketentuan. Dalam hal ini ada batas minimal dan
maksimal yang harus dipenuhi atau tidak boleh dilampaui. Pengawasan dan
pengujian yang dilaksanakan mulai dari saat benih itu diproduksi, diproses,
selama dalam penyimpanan dan rantai pemasaran. Pengawasan ini dilakukan
oleh lembaga sertifikasi benih dengan patokan persyaratan yang ditetapkan
pemerintah yang berlaku dan sesuai dengan kelas benih yang diproduksi.
Tujuan pengujian benih adalah untuk mengetahui kualitas benih, meliputi
kualitas genetis, morfologis/fisik dan fisiologis benih. Pengujian benih
dilaksanakan dalam rangka pemberian sertifikat sebelum benih tersebut
dipasarkan, agar petani pengguna benih memperoleh benih yang baik dan benar.
Pengujian benih adalah pengujian contoh benih yang dikirim oleh
produsen/penangkar benih ke lembaga sertifikasi benih untuk menentukan
mutu/kualitas benih sebelum benih tersebut dipakai untuk usaha tani serta untuk
mendapatkan serifikat sebelum benih tersebut dipasarkan.
Pengujian benih
Setelah penangkar benih mengajukan permohonan untuk memproduksi
benih varietas tertentu dan kelas benih sesuai kewenangannya, serta telah
melengkapi persyaratan sesuai ketentuan, maka lembaga sertifikasi benih akan
menunjuk seorang pengawas lapangan untuk melakukan pengawasan di
lapangan, apakah kondisinya sesuai dengan yang dilampirkan pada berkas
permohonan.
- Pengujian/Pengawasan Lapangan
Tugas pengawas lapangan antar lain: meneliti benih yang akan digunakan
untuk memproduksi benih telah sesuai dengan peraturan, yaitu memiliki
kelas benih yang lebih tinggi dari kelas benih yang akan diproduksi, sejarah
lapang, pengolahan lapang, masukan/saprodi, musim, lokasi, penanaman,
keragaman, roguing, panen, prosesing, dan pengambilan sampel.
- Pengujian Laboratorium
Pengujian di laboratorium dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengujian rutin
dan pengujian khusus atas permintaan penangkar benih atau bila lembaga
merasa perlu melakukannya karena alasan meningkatkan mutu benih yang
dipasarkan.
Hasil pengujian di laboratorium dan hasil pengawasan di lapangan dipakai
untuk menentukan apakah benih layak diberi sertifikat atau tidak, dan juga
merupakan factor penentu berapa lama masa berlakunya sertifikat.
D. Rangkuman
Sertifikasi benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman
setelah melalui pemeriksaan, pengujian dan pengawasan dimana hasilnya
memenuhi semua persyaratan untuk diedarkan/dipasarkan untuk usaha tani.
Tujuan sertifikasi benih adalah memelihara kemurnian mutu benih dari varietas
unggul serta menyediakannya secara kontinyu kepada petani. Secara teknis
produksi benih bersertifikat melibatkan terutama dua komponen perbenihan,
yaitu produsen benih dan pengawas benih (Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih, BPSB). Produsen benih ini dapat berupa perseorangan atau badan hukum,
baik yang berusaha sendiri maupun secara bekerja sama atau secara kontrak
dengan produsen benih lainnya. Benih sumber untuk produksi benih bersertifikat
dipersyaratkan harus memiliki kelas yang lebih tinggi daripada kelas benih yang
akan diproduksi, sedangkan areal lahan untuk produksi benih bersertifikat
dipersyaratkan sebagai berikut: (1) jelas letak dan batasnya, (2) hanya terdapat
satu blok untuk setiap varietas dan kelas benih, dan status sejarah lahannya
memenuhi syarat ( bekas bera, bekas tanaman lain yang mudah dibedakan
dan/atau bekas varietas dan kelas benih yang sama). Kewajiban produsen benih
adalah melaksanakan kegiatan produksi benih sesuai dengan petunjuk-petunjuk
dari BPSB. Adapun BPSB berkewajiban untuk melayani produsen benih ketika
memerlukannya pada waktu-waktu tersebut sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Tahapan untuk mendapatkan sertifikat dimulai dari permohonan
sertifikasi, pengajuan pemeriksaan pendahuluan, pemeriksaan lapang,
pemeriksaan alat-alat panen dan pengolahan, pengambilan sampel benih dan
pengajuan pemasangan label sertifikat.
E. Soal Latihan
Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Di Indonesia, program sertifikasi benih dilakukan oleh:
a. Lembaga pemerintah
b. Badan swasta
c. Lembaga pemerintah dan badan swasta
d. Produsen benih
2. Benih yang perlu memiliki sertifikat adalah semua benih yang akan:
a. Dikemas
b. Disimpan
c. Diperdagangkan
d. Dikecambahkan
3. Permohonan izin memproduksi benih bersertifikat diajukan oleh produsen
benih paling lambat
a. 7 hari sebelum pemohon menabur/menyemai benih.
b. 10 hari sebelum pemohon menabur/menyemai benih.
c. 12 hari sebelum pemohon menabur/menyemai benih.
d. 14 hari sebelum pemohon menabur/menyemai benih.
4. Pada tahapan produksi benih bersertifikat, kewajiban produsen pada saat
pengolahan tanah adalah:
a. Pemeriksaan lapang pendahuluan
b. Permohonan sertifikasi
c. Seleksi pemeriksaan pertama
d. Pemberitahuan pemeriksaan alat
5. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kualitas benih berkaitan
dengan kondisi dan perlakuan
a. Prapanen dan pasca panen.
b. Prapanen dan saat pemasaran benih.
c. Pasca panen dan saat pemasaran benih.
d. Prapanen, pasca panen, dan saat pemasaran benih
6. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas benih
a. Faktor genetik, lingkungan dan kondisi fisik dan fisiologis benih
b. Faktor genetik, kondisi fisik dan fisiologis benih
c. Faktor genetik, lingkungan dan kondisi fisiologis benih
d. Faktor genetik, lingkungan dan kondisi fisik benih
7. Semua bahan yang bukan benih, termasuk biji pecah, kulit biji, pasir dll
a. Kotoran campuran
b. Kotoran tanaman lain
c. Kotoran benih
d. Kotoran rerumputan
8. Tujuan pengujian benih adalah untuk mengetahui kualitas benih, meliputi:
a. Kualitas genetis, morfologis dan fisiologis benih
b. Kualitas genetis, biologis dan fisiologis benih
c. Kualitas genetis, morfologis dan biologis benih
d. Kualitas genetis, fisik dan biologis benih
9. Pengujian yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi benih meliputi uji
kemurnian benih, kadar air benih dan viabilitas benih
a. Pengujian khusus
b. Pengujian rutin
c. Pengujian pasca sertifikasi
d. Pengujian lapangan
10. Pengujian yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi benih meliputi pengujian
heterogenitas, kesehatan benih, verifikasi dan kevigoran benih
a. Pengujian khusus
b. Pengujian rutin
c. Pengujian pasca sertifikasi
d. Pengujian lapangan
F. Kunci Jawaban
1. a
2. c
3. b
4. b
5. d
6. a
7. c
8. a
9. b
10. a
G. Sumber Informasi dan Referensi
H. Penilaian
1. Sikap
Penilaian sikap dilakukan dengan tehnik observasi selama kegiatan
perkuliahan berlangsung. Sikap mahasiswa dalam mempelajari modul juga
menjadi bahan penilaian.
2. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilihat dari penguasaan mahasiswa tentang materi
sertifikasi benih tanaman. Sebagai acuan jumlah jawaban latihan yang bisa
dijawab dengan benar. Kategori penguasaan pengetahuan mahasiswa
sebagai berikut:

90-100 % = baik sekali


80- 89 % = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di
bawah 80 %, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar ini, terutama
bagian yang belum dikuasai
3. Keterampilan
-
BAB III
STANDAR DAN PROSEDUR
SERTIFIKASI PRIMA I,II,III

Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai Standar dan Prosedur Sertifikasi
Prima I, II, dan III. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi: tujuan
pembelajaran, uraian materi (yang berisikan definisi dan tujuan sertifikasi prima,
jenis-jenis sertifikat prima, cara memperoleh sertifikat prima, rangkuman, dan
pertanyaan latihan).
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang standar dan prosedur sertifikasi
Prima I,II,III.
A. Definisi dan Tujuan Sertifikasi Prima
Sertifikat prima merupakan jaminan terhadap pertanian. Sertifikasi prima
adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya produk yang dihasilkan
setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan serta memenuhi semua
persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu (P-1), Prima Dua (P-2),
dan Prima Tiga (P-3).
Tujuan pelaksanaan sertifikat prima adalah:
1. Memberikan jaminan mutu dan keamanan pangan,
2. Memberikan jaminan dan perlindungan masyarakat/konsumen,
3. Mempermudah penelusuran kembali dari kemungkin penyimpangan mutu
dan keamanan produk,
4. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk
B. Jenis-Jenis Sertifikat Prima
Sertifikat prima dibagi atas tiga, Sertifikat Prima 1, Sertifikat Prima 2, dan
Sertifikat Prima 3. Adapun pengertian dan perbedaan dari ketiga jenis sertifikat
tersebut adalah sebagai berikut:
1 Prima Satu (P-1) merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan
usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik,
dan cara produksinya ramah terhadap lingkungan.
2 Prima Dua (P-2) yaitu penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani
dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.
3 Prima Tiga (P-3) adalah penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha
tani dimana produk yang dihasilkan aman di konsumsi.
Pemberian sertifikasi tersebut dilakukan oleh lembaga pemerintah yaitu
Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD), dan Otoritas
Kompetensi Keamanan Pangan Pusat (OKKPP). Dimana, Sertifikasi Prima Tiga atau
Sertifikasi Prima Dua dikeluarkan oleh OKKPD; dan Sertifikasi Prima Satu
dikeluarkan oleh OKKPP.
C. Cara Memperoleh Sertifikat Prima
Untuk mendapat Sertifikasi Prima tersebut ada beberapa tahapan yang
harus dilalui oleh pelaku usaha tani yaitu pelaku usaha tani sudah menerapkan
GAP, SOP dan registrasi kebun, pelaku usaha tani mengajukan permohonan
sertifikasi, persiapan penilaian, pelaksanaan penilaian, laporan penilaian,
keputusan sertifikasi, dan penyerahan sertifikat.
Dalam penerapan GAP oleh pelaku usaha tani untuk mendapat sertifikat
prima, para petani harus mengikuti pedoman standar yang ditetapkan. Dalam
pedoman standar kegiatan tersebut, terdapat tiga kelompok kegiatan yang
ditetapkan
Pemberian sertifikat kepada pelaku usaha pertanian merupakan
pengakuan bahwa pelaku usaha tersebut telah memenuhi persyaratan dalam
menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil pertanian.
D. Rangkuman
Sertifikat prima adalah proses pemberian sertifikat sistem budidaya
produk yang dihasilkan setelah melalui pemeriksaan, pengujian, dan pengawasan
serta memenuhi semua persyaratan untuk mendapatkan label produk Prima Satu
(P-1), Prima Dua (P-2), dan Prima Tiga (P-3). Pemberian sertifikat kepada pelaku
usaha pertanian merupakan pengakuan bahwa pelaku usaha tersebut telah
memenuhi persyaratan dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan hasil
pertanian.
E. Pertanyaan Latihan
Essay
1. Sebutkan tujuan dari pelaksanaan sertifikas prima!
2. Jelaskan perbedaan Sertifikat Prima 1, 2, dan 3. Menurut Anda Sertifikat mana
yang lebih bagus dari ketiga Sertifikat Prima ini?
Pilihan Berganda
1. Apa yang dimaksud dengan Sertifikat Prima 1?
a. Merupakan penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani
dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi, bermutu baik, dan cara
produksinya ramah terhadap lingkungan.
b. Penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana produk
yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik.
c. Penilaian yang diberikan terhadap pelaksana usaha tani dimana produk
yang dihasilkan aman di konsumsi.
2. Siapakah yang mengeluarkan Sertifikasi Prima Tiga?
a. KAN
b. OKKPP
c. OKKPD
Jawaban Soal Pilihan Berganda:
1. A
2. B
BAB IV
STANDAR DAN PROSEDUR
SERTIFIKASI PERTANIAN ORGANIK
Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai Standar dan Prosedur Sertifikasi
Pertanian Organik. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi: tujuan
pembelajaran, uraian materi (Definisi Pertanian Organik, Syarat Pertanian
Organik, Sertifikasi dan Standardisasi Pertanian Organik, Rangkuman, dan
Pertanyaan Latihan).
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang standar dan prosedur sertifikasi
pertanian organik.
A. Definisi Pertanian Organik
Kemajuan teknologi dalam bidang pertanian mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi secara global, namun juga membawa dampak negatif.
Penggunaan sarana produksi pertanian seperti pupuk buatan dan pestisida secara
terus menerus pada sistem pertanian konvensional dan dengan takaran yang
berlebihan, menyebabkan antara lain: (1) Pencemaran air, tanah oleh bahan kimia
pertanian, (2) Membahayakan kesehatan manusia dan hewan, (3) Menurunkan
keanekaragaman hayati, (4) Meningkatkan resistensi organisme pengganggu, (5)
Menurunkan produktivitas lahan karena erosi dan pemadatan tanah.
Kesadaran tentang terjadinya berbagai dampak negatif tersebut
menimbulkan dikembangkannya berbagai sistem pertanian yang berorientasi
kembali ke alam. Salah satu sistem tersebut adalah yang disebut Pertanian
Organik.
Konsep dasar pertanian organik adalah cara produksi tanaman dengan
menghindarkan atau sebesar-besarnya mencegah penggunaan senyawasenyawa
kimia sintetik (pupuk, pestisida, dan zat pengatur tumbuh). Sistem pertanian
organik semaksimal mungkin dilaksanakan melalui pergiliran tanaman,
penggunaan sisa-sisa tanaman, pupuk kandang (kotoran ternak), kacangan, pupuk
hijau, limbah organik off farm, penggunaan pupuk mineral batuan serta
mempertahankan pengendalian hama penyakit secara hayati, produktivitas tanah,
dan suplai hara tanaman (Alamban 2002).
Empat prinsip pertanian organik menurut IFOAM (1972): (1) Prinsip
kesehatan: pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan
tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan dan tak
terpisahkan; (2) Prinsip ekologi: Pertanian organik harus didasarkan pada sistem
dan siklus ekologi kehidupan. Bekerja, meniru dan berusaha memelihara sistem
dan siklus ekologi kehidupan; (3) Prinsip keadilan: pertanian organik harus
membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan
lingkungan dan kesempatan hidup bersama; (4) Prinsip perlindungan: pertanian
organik harus dikelola secara hati-hati dan bertanggungjawab untuk melindungi
kesehatan dan kesejahteraan generasi sekarang dan mendatang serta lingkungan
hidup.
Menurut Greene (2001b ) sistem pertanian organik merupakan suatu
sistem yang mendasarkan pada ekologi seperti pengendalian jasad pengganggu
secara biologis dan menghindarkan penggunaan bahan kimia sintetik dalam
produksi tanaman. Pada sistem pertanian organik, komponen dasar dan proses
alami ekosistem seperti aktivitas organisme tanah, pertukaran (siklus) hara tanah,
serta distribusi dan kompetisi spesies terlibat secara langsung ataupun tidak
langsung sebagai alat manajemen tanaman.
B. Syarat Pertanian Organik
Untuk menghasilkan pertanian organik yang sesuai dengan standard harus
memenuhi beberapa persyaratan tertentu, diantaranya adalah (Balitbangtan,
2013):
1. Penggunaan benih lokal atau benih hibrida yang telah beradaptasi dengan
alam sekitar agar tahan dengan iklim lokal dan bukan benih dari hasil rekayasa
genetika.
2. Menghindari penggunaan pupuk buatan (anorganik) dan pestisida sintesis
sehingga menekan pencemaran udara, tanah dan air.
3. Mempromosikan penggunaan tanah, air, dan udara secara sehat.
4. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari praktik-praktik
pertanian.
5. Kesuburan dan aktivitas biologis tanah pada pertanian organik harus dijaga
dan ditingkatkan dengan menanam tanaman leguminoceae (kacang-
kacangan) atau menanam tanaman yang mempunyai perakaran dalam
melalui program rotasi tanaman yang sesuai.
6. Pengendalian hama, penyakit dan gulma tidak memperkenankan dengan
menggunakan pestisida sintetis. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara
pengendalian mekanis, penggunaan pestisida nabati, penggunaan musuh
alami, varietas tahan, rotasi tanaman dan prinsip lain yang selaras dengan
alam.
C. Sertifikasi dan Standardisasi Pertanian Organik
Suatu produk dapat diakui sebagai produk organik apabila telah melalui
proses sertifikasi oleh Lembaga Sertifikasi resmi yang telah terdaftar pada IFOAM
(IFOAM,1986). Lembaga-lembaga Standardisasi Internasional yang diakui adalah
IFOAM dan The Codex Alimentarius. Standar IFOAM merupakan standar dasar
untuk produk organik dan prosesnya, ditetapkan sejak tahun 1980. Standar The
Codex Alimentarius adalah standar yang disusun dengan penyesuaian Standar
IFOAM dengan beberapa standar dan aturan lain.
Tiap Negara terus berusaha menyusun standar pertanian organiknya. Uni
Eropa misalnya mencapai kesepakatan mengenai aturan baru tentang produksi
dan pelabelan organik dalam pertemuan di Brussel Belgia, Juni 2007. Peraturan
ini berlaku efektif Januari 2009. Aturan baru ini mewajibkan pelabelan organik Uni
Eropa bagi produk organik yang dipasarkan di Uni Eropa, namun produk tersebut
dapat menyertakan label logo organik nasional atau swasta.
Adanya standar masing-masing Negara sering membuat salah tafsir
sehingga menimbulkan pasar produk organik terhambat. Untuk mengatasi ini
diperlukan suatu panduan harmonisasi dan kesetaraan standar organik yang
dibangun dalam pertemuan-pertemuan badan/lembaga dunia.
Otoritas Pertanian Organik India telah memperoleh kesetaraan sistem
dengan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) dan Uni Eropa sejak tahun
2006 sehingga memudahkan produsen India memasarkan produk organiknya ke
Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan sertifikat organik yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi lokal.
Departemen Pertanian Republik Indonesia juga telah menyusun standar
pertanian organik di Indonesia, tertuang dalam SNI 01-6729-2002. Sistem
Pertanian Organik menganut paham organik proses artinya semua proses Sistem
Pertanian Organik dimulai dari penyiapan lahan hingga pasca panen memenuhi
standar budidaya organik, bukan dilihat dari produk organik yang dihasilkan. SNI
Sistem Pangan Organik ini merupakan dasar bagi lembaga sertifikasi yang nantinya
juga harus diakreditasi oleh Departemen Pertanian dan Pusat Standardisasi dan
Akreditasi (PSA).
B. Rangkuman
Pertanian organik didasarkan pada penggunaan bahan input eksternal
secara minimal serta tidak menggunakan pupuk dan pestisida sintetis. Sistem
produksi pertanian organik didasarkan pada standar produksi yang spesifik dan
teliti dengan tujuan untuk menciptakan agroekosistem yang optimal dan lestari
berkelanjutan baik secara sosial, ekologi maupun ekonomi dan etika.
C. Pertanyaan Latihan
1. SNI yang menjelaskan tentang Sistem Pertanian Organik adalah:
a. SNI 600:2016
b. SNI 2967:2016
c. SNI 7729:2016
d. SNI 6729:2016
2. Apakah kepanjangan dari OKPO?
a. Organisasi Kearifan Pangan Organik
b. Otoritas Kompeten Pangan Organik
c. Organisasi Kelembagaan Pangan Organik
Jawaban Pertanyaan:
1. D
2. B
BAB V
STANDAR DAN PROSEDUR
SERTIFIKASI GHP dan GMP

Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai Standar dan Prosedur Sertifikasi
GHP dan GMP. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi: tujuan
pembelajaran, uraian materi (yang berisikan Definisi dan Tujuan Sertifikasi Good
Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP); Ruang
Lingkup GHP, Ruang Lingkup GMP), rangkuman, latihan soal, kunci jawaban.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami standar dan prosedur
GHP dan GMP.
A. Definisi dan Tujuan Sertifikasi Good Handling Practices (GHP) dan Good
Manufacturing Practices (GMP)
Penanganan pascapanen hasil pertanian asal tanaman yang baik (Good
Handling Practices) sangat berperan dalam mengamankan hasil dari
sisi kehilangan jumlah maupun mutu sehingga hasil yang diperoleh
memenuhi SNI atau persyaratan teknis minimal (PTM).
Usaha penanganan pasca panen skala kecil atau skala rumah tangga,
pada umumnya belum menerapkan Penanganan Pasca panen Hasil
Pertanian Asal Tanaman Yang Baik (Good Handling Practices/GHP). Cara
Penanganan Pascapanen Yang Baik atau Good Handling Practices (GHP) ini
merupakan pilihan sikap dan tanggung jawab pelaku usaha dalam melaksanakan
kegiatan penanganan pascapanen secara benar agar dicapai mutu produk sesuai
standar yang diinginkan.
GHP bertujuan untuk menekan kehilangan/kerusakan hasil,
memperpanjang daya simpan, mempertahankan kesegaran, meningkatkan daya
guna, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan efisiensi penggunaan
sumberdaya dan sarana, meningkatkan daya saing, memberikan keuntungan yang
optimum dan/atau mengembangkan usaha pasca panen hasil pertanian asal
tanaman yang berkelanjutan.
Good Manufacturing Practices (GMP) yang dalam bahasa Indonesianya dapat
diterjemahkan menjadi Cara Produksi yang Baik (CPB) merupakan suatu konsep
manajemen dalam bentuk prosedur dan mekanisme berproses yang tepat untuk
menghasilkan out put yang memenuhi stándar dengan tingkat ketidak sesuaian
yang kecil. Sertifikasi GMP ini sangat disarankan bagi industri makanan dan
minuman yang bermaksud melaksanakan sertifikasi produk pangan (SPPT SNI),
sertifikasi sistem HACCP, maupun sertifikasi sistem manajemen keamanan
pangan.
B. Ruang Iingkup GHP
Ruang Lingkup GHP meliputi panen, penanganan pasca panen,
standardisasi mutu, lokasi, bangunan, peralatan dan mesin, bahan perlakuan,
wadah dan pembungkus, tenaga kerja, Keamanan dan Keselamatan Kerja (k3),
pengelolaan lingkungan, pencatatan, pengawasan dan penelusuran balik,
sertifikasi, dan pembinaan dan pengawasan.
1. Panen
Panen merupakan serangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya
tanaman dengan cara dipetik, dipotong, ditebang, dikuliti, disadap dan/atau
dicabut. Panen harus dilakukan pada umur/waktu, cara dan/atau sarana yang
tepat. Penentuan umur/waktu panen dapat dilakukan dengan petunjuk atau
acuan yang dapat dipertanggungjawabkan. Panen dapat menggunakan alat
dan/atau mesin dengan jenis dan spesifikasi sesuai sifat dan karakteristik hasil
pertanian asal tanaman serta spesifik lokasi.
2. Penanganan Pasca Panen
Penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi:
pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, trimming, sortasi,
perendaman, pencelupan, pelilinan, pelayuan, pemeraman, fermentasi,
penggulungan, penirisan, perajangan, pengepresan, pengawetan, pengkelasan,
pengemasan, penyimpanan, standardisasi mutu, dan pengangkutan hasil
pertanian asal tanaman.
3. Standardisasi Mutu
Standardisasi mutu hasil pertanian asal tanaman mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan mutu minimal yang ditetapkan.
4. Lokasi
Penanganan pasca panen dapat dilakukan di lokasi panen dan/atau di luar
lokasi panen, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bebas cemaran :
1) Bukan di daerah pembuangan sampah/kotoran cair maupun padat;
2) Jauh dari peternakan, industri yang mengeluarkan polusi yang tidak
dikelola secara baik dan tempat lain yang sudah tercemar.
b. Tidak dekat pemukiman
5. Bangunan
Bangunan harus dibuat berdasarkan perencanaan yang memenuhi
persyaratan teknik dan kesehatan sebagai berikut:
a. Umum
1) Bangunan dianjurkan cukup kuat, aman serta mudah dibersihkan;
2) Luas bangunan dianjurkan sesuai dengan kapasitas produksi/skala usaha;
3) Kondisi sekeliling bangunan sangat dianjurkan agar bersih, tertata rapi,
bebas hama dan hewan berbahaya;
4) Bangunan sangat dianjurkan untuk dirancang agar mencegah masuknya
binatang pengerat, hama dan serangga.
b. Tata Ruang
1) Bangunan unit penanganan dianjurkan terdiri atas ruangan penanganan
dan ruangan pelengkap yang letaknya terpisah;
2) Susunan bagian ruangan penanganan sangat dianjurkan diatur sesuai
dengan urutan proses penanganan, sehingga tidak menimbulkan
kontaminasi silang.
c. Lantai
1) Lantai ruang penanganan dianjurkan agar padat, keras dan kedap air
sehingga mudah dibersihkan;
2) Lantai sangat dianjurkan kering dan bersih tidak berdebu;
3) Ruangan penanganan yang menggunakan air, permukaan lantainya
dianjurkan memiliki kemiringan yang cukup ke arah pembuangan air
sehingga mudah dibersihkan.
d. Dinding, langit-langit dan atap
1) Dinding dan langit-langit ruang penanganan dianjurkan agar kedap air,
tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan;
2) Atap dianjurkan agar terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor.
e. Pintu, jendela dan ventilasi
1) Pintu dan Jendela dianjurkan agar mudah dibersihkan dan mudah
ditutup;
2) Jendela dan ventilasi pada ruang penanganan dianjurkan agar cukup
untuk menjamin pertukaran udara sehingga peningkatan suhu akibat
respirasi hasil hortikultura dapat dinetralisir;
3) Jendela dan ventilasi dianjurkan agar ditutup dengan kawat serangga
untuk mencegah masuknya serangga.
f. Penerangan
Ruangan penanganan dan ruangan pelengkap sangat dianjurkan agar cukup
terang. Bangunan untuk penanganan pasca panen harus dilengkapi dengan
fasilitas sanitasi sebagai berikut:
1) Sarana penyediaan air bersih (sangat dianjurkan);
2) Sarana pembuangan dan penanganan sampah (sangat dianjurkan);
3) Sarana pencuci tangan dan toilet dianjurkan agar tersedia (dianjurkan);
4) Sarana pengolahan limbah (sangat dianjurkan)
6. Peralatan Dan Mesin
Alat dan mesin yang digunakan untuk penanganan pasca panen harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Sesuai dengan tujuan penggunaan dan mudah dibersihkan;
b. Permukaan peralatan yang berhubungan dengan bahan yang diproses
sangat harus tidak berkarat dan tidak mudah mengelupas;
c. Mudah dibersihkan dan dikontrol;
d. Tidak mencemari hasil seperti unsur atau fragmen logam yang lepas,
minyak pelumas, bahan bakar, tidak bereaksi dengan produk, jasad renik,
dan lain-lain;
e. Mudah dikenakan tindakan sanitasi.
7. Bahan Perlakuan
b. Bahan perlakuan penanganan pasca panen yang digunakan harus tidak
merugikan dan membahayakan kesehatan dan memenuhi standar mutu
atau persyaratan yang ditetapkan.
c. Bahan perlakuan penanganan pasca panen yang digunakan sangat
dianjurkan dilakukan pemeriksaan, minimal secara organoleptik.
d. Penggunaan bahan perlakuan penanganan pasca panen berupa bahan
kimia harus ditekan seminimal mungkin dengan mengikuti petunjuk pada
label produk yang telah terdaftar.
e. Penggunaan bahan kimia harus tercatat yang mencakup nama bahan,
dosis, cara aplikasi, komoditas, lokasi, tanggal penggunaan, jumlah
perlakuan dan alasan penggunaan.
8. Wadah Dan Pembungkus
Wadah dan pembungkus yang digunakan dalam penanganan pasca panen
harus :
a. Dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh
dari luar.
b. Dibuat dari bahan yang tidak melepaskan bagian atau unsur yang dapat
mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu makanan.
c. Tahan/tidak berubah selama pengangkutan dan peredaran.
d. Sebelum digunakan dibersihkan dan dikenakan tindakan sanitasi.
e. Wadah dan bahan pengemas disimpan pada ruangan yang kering dan
ventilasi yang cukup dan dicek kebersihan dan infestasi jasad pengganggu
sebelum digunakan.
9. Tenaga Kerja
a. Tenaga kerja harus berbadan sehat
b. Tenaga kerja harus memiliki ketrampilan sesuai dengan bidang
pekerjaannya
c. Tenaga kerja harus mempunyai komitmen dengan tugasnya
10. Keamanan Dan Keselamatan Kerja (K3)
a. Pekerja harus menggunakan baju dan perlengkapan pelindung sesuai
anjuran baku.
b. Tersedia fasilitas Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) di tempat
kerja.
11. Pengelolaan Lingkungan
Setiap usaha penanganan pasca panen hasil pertanian harus menyusun
rencana cara-cara penanggulangan pencemaran dan kelestarian lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku.
12. Pencatatan, pengawasan dan penelusuran balik
a. Sistem Pecatatan dan Pengawasan
1) Pelaku Usaha penanganan pasca panen harus melaksanakan
pencatatan (recording) terhadap segala aktifitas penanganan pasca
panen hasil pertanian asal tanaman yang dilakukan. Catatan tersebut
disimpan dengan baik minimal selama 3 (tiga) tahun. Pencatatan
(recording) meliputi:
- Nama perusahaan atau kelompok usaha.
- Alamat perusahaan/usaha.
- Kegiatan dan metode penanganan pasca panen yang dilakukan.
- Kegiatan/upaya-upaya rutin yang dilakukan dalam rangka K3 dan
pengendalian Iingkungan.
- Upaya-upaya lain yang bersifat kasus.
2) Pelaku usaha penanganan pasca panen hasil pertanian asal tanaman
hendaknya melaksanakan sistem pengawasan secara internal proses
penanganan pasca panen hasil pertanian asal tanaman, guna mencegah
dan mengendalikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam
penerapan cara yang direkomendasikan sehingga mempengaruhi mutu
hasil produk.
3) Hasil pengawasan perlu didokumentasikan, dicatat dan disimpan
dengan baik untuk menunjukkan bukti bahwa aktifitas penanganan
pasca panen hasil pertanian asal tanaman sudah sesuai dengan
ketentuan.
b. Penelusuran Balik Produk yang dihasilkan dari penanganan pasca panen
asal tanaman, harus dapat ditelusuri asal-usulnya.
13. Sertifikasi
Pelaku usaha yang menerapkan penanganan pasca panen hasil pertanian
asal tanaman yang baik (Good Handling Practices) dilakukan sertifikasi dan
diberikan sertifikat oleh lembaga sertifikasi yang telah diakreditasi atau
ditunjuk.
14. Pembinaan Dan Pengawasan
Pembinaan dan pengawasan penerapan penanganan pasca panen hasil
pertanian asal tanaman yang baik (Good Handling Practices) dilaksanakan
oleh Instansi yang mempunyai tugas pokok di bidang hasil pertanian asal
tanaman.
C. Ruang Lingkup GMP
Penerapan GMP dapat mengacu pada berbagai referensi, karena referensi
standar GMP mempunyai prinsip dasar yang sama yakni bertujuan untuk
menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan aman, namun sejauh ini tidak ada
standar internasional yang bersifat official seperti halnya standar ISO, oleh karena
itu berbagai negara dapat mengembangkan standar GMP tersendiri. GMP berisi
kebijakan, prosedur dan metode yang digunakan sebagai pedoman untuk
menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas dan higiene yang
ditetapkan. Good Manufacturing Practices lebih berperan dalam proses produksi
karena elemen-elemen dalam GMP merupakan elemen-elemen dalam sistem
produksi.
Tujuan penerapan GMP dalam berbagai usaha agribisnis, terutama bagi
para pelaku agribisnis pemula, antara lain adalah untuk:
1. Memberikan prinsip-prinsip dasar dalam memproduksi produk pangan
misalnya cara pengolahan kopi yang baik, cara pengolahan gula yang benar,
cara pengolahan teh yang baik;
2. Mengarahkan pelaku usaha agar dapat memenuhi persyaratan produksi yang
baik dalam penanganan produknya mulai dari bahan baku hingga produk siap
konsumsi;
3. Menghasilkan produk yang bermutu, aman untuk dikonsumsi dan sesuai
dengan tuntutan konsumen;
4. Mendorong pelaku usaha atau industri pengolahan pangan agar bertanggung
jawab terhadap mutu dan keamanan produk yang dihasilkan;
5. Meningkatkan daya saing produk dan pelaku usaha;
6. Meningkatkan produktifitas dan efisiensi industri pengolahan.
Penerapan GMP merupakan persyaratan dasar bagi pabrik pengolah atau
industri tersebut beroperasi, ruang lingkup GMP meliputi :
1. Lokasi
a. Lokasi harus bebas dari adanya pencemaran
b. Lokasi harus bebas dari perusahaan lain atau pabrik lain yg diduga dapat
mencemarkan hasil produksi
c. Pekarangan atau halaman harus terpelihara, tidak ada timbunan barang
atau sampah yang tidak teratur
d. Bebas dari tempat bersembunyi atau berkembang biak serangga, binatang
pengerat atau binatang lain
e. Jangan memanfaatkan tempat yg kurang baik sistem saluran pembuangan
airnya
2. Konstruksi dan disain bangunan
a. Memenuhi persyaratan teknik dan higiene
b. Mudah dibersihkan, dirawat dan dilakukan sanitasi
c. Susunan bagian diatur sesuai dengan urutan alur proses produksi, misalnya
tidak menimbulkan lalu lintas kerja yg simpang siur
d. Tidak mengakibatkan kontaminasi silang terhadap produk yang diproduksi
e. Lantai rapat terhadap air, permukaan halus dan rata, tahan terhadap
garam, asam dan basa atau bahan kimialain dan mudah dibersihkan
f. Atap ruangan terbuat dari bahan yang tahan lama, tahan terhadap air dan
tidak bocor
g. Langit-langit ruangan dibuat dari bahan yang tidak mudah mengelupas,
tahan lama dan mudah dibersihkan, berwarna terang atau putih, tidak
berlubang dan tidak rusak
h. Pintu dan jendela di ruang produksi terbuat dari bahan tahan lama,
permukaan rata, halus dan terang, mudah dibersihkan atau disanitasi,
dapat ditutup dengan baik dan membuka keluar
i. Ruang proses produksi terpisah dari kegiatan operasi lain, terpisah dari
tempat penyimpanan, dinding harus rapat, pintu bisa menutup sendiri,
plafon harus rapat, cukup ventilasi, pemasangan perlengkapan permanen
(saluran dan pipa bisa mencegah adanya kontaminasi)
j. Ventilasi dengan udara luar harus cukup untuk meminimalkan bau, uap
dan kondesat dalam ruang, peralatan ventilasi harus bersih, jika perlu
diberi kasa dari kawat untuk menghindari kontaminasi dari luar,
menghindari masuknya hama, mengendalikan suhu udara supaya tdk
terlalu panas, mengendalikan bau yang timbul
k. Fasilitas gudang penyimpanan mudah dirawat dan dibersihkan, dapat
mencegah masuknya hama, dapat mencegah kerusakan makanan, tersedia
ruangan yang cukup
l. Locker dan ruang makan terpisah dari ruang operasi dan penyimpanan,
pintu menutup sendiri, bersih dan saniter, ada tempat sampah, tidak ada
bahan pengemas/pembungkus/bahan proses
3. Fasilitas Sanitasi
a. Toilet harus cukup tersedia, ada tempat cuci tangan, pintu (kalau bisa)
dapat menutup sendiri atau otomatis, tidak tembus langsung ke ruang
pengolahan
b. Fasilitas cuci tangan dan pembersihan cukup baik dan mudah dicapai, bila
perlu disediakan di setiap ruangan, ada fasilitas air dingin (bila perlu ada
air panas), disediakan kertas atau tissue pengering sekali pakai mesin
pengering tangan
4. Pengadaan Bahan Baku
a. Bahan baku dijamin tidak tercemar mikroba, kimia dan fisik
b. Pengadaan sesuai jaminan pemasok/verifikasi analisis/ pengujian (testing)
c. Penanganan, penyimpanan dan transportasi sesuai kondisi (suhu dan RH).
5. Higiene Karyawan/ Sanitasi Pekerja
a. Pastikan karyawan atau pekerja dalam keadaan sehat, bebas dari luka atau
hal lain yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap produk
b. Dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala
c. Mengenakan pakaian kerja (bila perlu pakai sarung tangan, tutup rambut
dan sepatu yang sesuai
d. Mencuci tangan pakai sabun/deterjen di bak cuci tangan sebelum bekerja
e. Tidak makan, minum, merokok, meludah, dan lain lain yang dapat
mengakibatkan pencemaran terhadap produk
f. Sanitasi seluruh pabrik dan personil di bawah Supervisor yang ditunjuk
g. Gunakan tutup rambut atau kepala
h. Pakaian bersih dan gunakan celemek, ganti secara teratur
i. Tangan bersih dan bebas kotoran, menjaga kesehatan, kebiasaan baik
j. Gunakan pengering tangan dengan tissue sekali pakai
6. Alat Perlengkapan Produksi
a. Harus didisain dan dibuat dengan baik,
b. Mudah dibersihkan, disanitasi dan dipelihara untuk mencegah adanya
kontaminasi
c. Mudah dipindahkan dan dilepas terutama peralatan yang tahan lama
d. Alat yang dipakai pada proses produksi harus didisain agar suhu yg
diinginkan tercapai
e. Suhu peralatan hrs mudah dipantau dan dikendalikan untuk
mencegah/mengurangi mikroba pada batas aman sehingga keamanan
pangan dapat dicapai
7. Pengendalian Proses Produksi
a. Bertujuan untuk memproduksi pangan yang aman dan bermutu
b. Pengendalian proses produksi dilakukan dengan cara pengendalian poses,
pengendalian bahaya dan suhu kritis, pengendalian proses yang spesifik,
pengendalian spek produk akhir, pencegahan kontaminasi silang,
pengendalian bahan mentah/ingredient
c. Menetapkan persyaratan bahan mentah, komposisi, pengolahan,
distribusi dan cara mengkonsumsi
d. Mendisain, menerapkan, memantau sistem pengendalian proses
e. Menetapkan jenis dan jumlah bahan mentah, bahan pembantu dan BTP
f. Menetapkan bagan alir proses
g. Menetapkan wadah yang dipakai
h. Menetapkan jenis produk yang dihasilkan
i. Pengendalian proses yang spesifik/khusus dan dianggap berbahaya
(pendinginan, pembekuan, pemanasan, pengemasan vakum) harus
dipantau dengan baik untuk mengendalikan timbulnya bahaya
j. Menerapkan manajemen keamanan pangan model HACCP (Hazard
Analysis Critical Control Point)
k. Mengontrol suhu kritis ditujukan pada suhu proses yang dianggap kritis
dengan tujuan untuk menjamin makanan aman dikonsumsi dan mencegah
timbulnya keracunan makanan
l. Produk akhir benar benar dipastikan memenuhi spesifikasi/persyaratan
yang ditetapkan berdasar mutu mikrobiologi, kimia dan fisik, spesifikasi
produk diuji melalui analisis laboratorium, spesifikasi produk dicantumkan
pada label
m. Pencegahan kontaminasi silang dilakukan dengan cara menyimpan
terpisah bahan mentah dari bahan yang telah diolah/siap dikonsumsi,
ruang pengolahan dikontrol dengan baik, peralatan, meja kerja
pengolahan harus bersih dan didisenfeksi
8. Pemeliharaan (Maintenance)
a. Menjamin bangunan, fasilitas dan peralatan selalu terawat dng sanitasi
yang baik
b. Menjamin pabrik dan produk bebas dari hama
c. Memantau efektifitas prosedur pemeliharaan dan sanitasi
d. Menjamin penanganan limbah yang baik
e. Alat dan perlengkapan yang digunakan untuk memproduksi dan kontak
langsung dengan produk harus dibersihkan dan disanitasi, sementara yang
tidak kontak langsung dengan makanan harus dalam kondisi bersih, alat
pengangkutan dan pemindahahan barang harus bersih
9. Pemeliharaan Sarana Pengolahan
a. Pemeliharaan dan pembersihan ruangan pabrik
b. Pemeliharaan dan pembersihan peralatan produksi dan fasilitas peralatan
produksi
c. Pemeliharaan dan pembersihan fasilitas cuci tangan, toilet, gudang, dan
ruang produksi
d. Bahan kimia berbahaya dan bahan asing harus dicegah supaya tidak masuk
ke dalam makanan, misalnya residu bahan disinfeksi, pecahan kaca, kerikil,
potongan logam, dan lain lain
e. Bila bahan baku terdeteksi mengandung bahan-bahan berbahaya yang
tidak bisa dihilangkan dengan proses pengolahan maka bahan baku
tersebut harus ditolak oleh karena itu bahan baku harus disortasi sebelum
diolah
f. Gunakan prinsip FIFO (First In First Out) atau bahan yang pertama masuk
harus digunakan / dikeluarkan pertama
g. Bahan Tambahan Pangan (BTP) sesuai dengan Peraturan Dep. Kes./BPOM
h. Bahan kemasan dan wadah tidak boleh beracun/menimbulkan
penyimpangan pada produk selama penyimpanan, tidak menimbulkan
bahaya bagi konsumen, dapat melindungi produk terhadap pengaruh luar,
tahan terhadap perlakuan selama pengolahan, pengangkutan
10. Dokumentasi dan Pencatatan
a. Perusahaan hrs mempunyai dokumen (catatan) lengkap tentang
pembelian bahan baku dan pemasoknya, cara proses pengolahannya, cara
sanitasi dan tindakan higienis, jumlah, tanggal dan kode produksi, cara
penyimpanan/penggudangan, distribusi dan transportasi
11. Pengendalian Hama
a. Lakukan sanitasi yang baik
b. Lakukan Pemeriksaan/Pengawasan bahan masuk ke Pabrik
c. Pasang jebakan Tikus/Umpan tikus, kecoa ataupun lalat
d. Pasang jendela, pintu, ventilasi dengan kawat ram yang tidak
memungkinkan mereka masuk
e. Buang sampah, sisa-sisa makanan dan ceceran dari pabrik
12. Penyimpanan Bahan dan Produk Akhir
a. Bahan baku, bahan tambahan dan bahan penolong serta produk akhir
harus disimpan terpisah dalam masing masing ruangan, dengan syarat
harus bersih dan cukup penerangan, bebas dari serangga, binatang
pengerat/binatang lain, pada suhu yang sesuai
b. Penyimpanan khusus bahan makanan dilakukan di rak atau kotak karton
sehingga tidak bersentuhan dengan lantai, tidak boleh disimpan ber-
tumpuk-tumpuk agar tidak terjadi adanya kontaminasi, menggunakan
prinsip FIFO, harus terpisah dari bahan-bahan bukan makanan
c. Penyimpanan bahan berbahaya seperti Insektisida, rodentisida,
desinfektan dan bahan mudah meledak harus disimpan di ruang tersendiri,
harus dijaga dan diawasi supaya tidak mencemari bahan baku, BTP dan
Produk akhir
d. Penyimpanan kemasan dan wadah, label dan alat perlengkapan produksi
harus disimpan dengan baik terlindung dari pencemaran / kontaminasi
13. Transportasi
a. Produk hasil produksi harus dalam keadaan terlindung selama transportasi,
terhindar dari sumber kontaminasi, terlindung dari kerusakan yang
menyebabkan makanan menjadi tidak layak dikonsumsi, mencegah
tumbuhnya mikroba patogen dan perusak
14. Keterangan/Informasi Produk
a. Harus lengkap dan jelas
b. Setiap wadah harus diberi tanda oleh produsen dan nomornya
c. Untuk menjamin konsumen yang mengkonsumsinya dapat menangani,
menyimpan dan mengolah makanan dengan cara yang benar dan aman
d. Lot mudah diidentifikasi dan ditarik kembali jika ada masalah
15. Laboratorium
a. Perusahaan yang menghasilkan jenis makanan tertentu harus dilengkapi
dengan fasilitas laboratorium untuk pemeriksaan bahan baku/bahan
mentah, bahan pembantu, bahan tambahan, dan produk akhir
16. Dokumen Protokol Pemeriksaa
a. Menyebutkan : nama produk, tanggal pembuatan, tanggal pengambilan
contoh, jumlah contoh yang diambil, kode produksi, jenis pemeriksaan,
kesimpulan pemeriksaan, nama pemeriksa, dan lain lain
D. Rangkuman
Good Handling Practices (GHP) merupakan Cara Penanganan Pascapanen
yang baik yang berkaitan dengan penerapan teknologi serta cara pemanfaatan
sarana dan prasarana yang digunakan. GHP bertujuan untuk menekan
kehilangan/kerusakan hasil, memperpanjang daya simpan, mempertahankan
kesegaran, meningkatkan daya guna, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan
efisiensi penggunaan sumberdaya dan sarana, meningkatkan daya saing,
memberikan keuntungan yang optimum dan/atau mengembangkan usaha pasca
panen hasil pertanian asal tanaman yang berkelanjutan.
GMP berisi kebijakan, prosedur dan metode yang digunakan sebagai
pedoman untuk menghasilkan produk yang memenuhi standar kualitas dan
higiene yang ditetapkan. Penerapan GMP merupakan persyaratan dasar bagi
pabrik pengolah atau industri tersebut beroperasi, ruang lingkup GMP meliputi
lokasi, Konstruksi dan disain bangunan, Fasilitas sanitasi, Pengadaan bahan baku,
Higiene karyawan/sanitasi pekerja, Alat perlengkapan produksi, Pengendalian
proses produksi, Pemeliharaan (maintenance), Pemeliharaan sarana pengolahan,
Dokumentasi dan pencatatan, Pengendalian Hama, Penyimpanan Bahan dan
Produk akhir, Transportasi, Keterangan/Informasi produk, Laboratorium, dan
dokumen protokol/pemeriksaan.
E. PERTANYAAN LATIHAN
1. Penanganan pascapanen merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
setelah panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, Jelaskanlah
salah satu contoh penanganan pascapanen yang tepat pada salah satu
komoditi tanaman hortikultura.
2. Jelaskanlah tujuan GHP dan GMP dalam keamanan pangan dan jaminan mutu.
3. Mengapakah Proses produksi atau pengolahan produk pertanian menjadi
bahan baku pangan, harus menerapkan Good Manufacturing Practices(GMP)
sebagai jaminan mutu dan keamanan pangan. Jelaskan menurut pendapat
saudara.
Latihan Pilihan Berganda :
1. Cara Penanganan Pascapanen yang baik yang berkaitan dengan penerapan
teknologi serta cara pemanfaatan sarana dan prasarana yang digunakan disebut:
a. GAP
b. HACCP
c. ISO
d. GHP
e. GMP
2. Berikut serangkaian kegiatan Penanganan Pascapanen yang dilakukan setelah
panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, kecuali:
a. Pencincangan
b. Perontokan
c. Pembersihan
d. Pengupasan
e. Pengumpulan
3. Tujuan penerapan GMP dalam berbagai usaha agribisnis yaitu :
o Memberikan prinsip-prinsip dasar dalam memproduksi produk pangan
misalnya cara pengolahan kopi yang baik, cara pengolahan gula yang benar,
cara pengolahan teh yang baik;
o Mengarahkan pelaku usaha agar dapat memenuhi persyaratan produksi yang
baik dalam penanganan produknya mulai dari bahan baku hingga produk
siap konsumsi;
o Menghasilkan produk yang bermutu, aman untuk dikonsumsi dan sesuai
dengan tuntutan konsumen;
o Mendorong pelaku usaha atau industri pengolahan pangan agar bertanggung
jawab terhadap mutu dan keamanan produk yang dihasilkan;
o Semua benar
4. Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi suatu produk olahan
disebut :
a. GAP
b. GMP
c. HACCP
d. ISO
e. GHP
5. Standar penentuan lokasi dalam penerapan GMP, kecuali :
a. Lokasi harus bebas dari perusahaan lain atau pabrik lain yg diduga dapat
mencemarkan hasil produksi
b. pH tanah basa berkisar 7-8
c. Pekarangan atau halaman harus terpelihara, tidak ada timbunan barang
atau sampah yang tidak teratur
d. Bebas dari tempat bersembunyi atau berkembang biak serangga, binatang
pengerat atau binatang lain
e. Lokasi harus bebas dari adanya pencemaran

Kunci Jawaban :

1. d
2. a
3. e
4. b

Referensi
a. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor:44/Permentan/OT.140/10/2009
Tentang Pedoman Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian Asal Tanaman
yang Baik (Good Handling Practices)
b. Direktorat pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, 2004. Ditjen Bina
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian.
c. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor:75/M-
IND/PER/7/2010 tentang Pedoman Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(Good Manufacturing Practices).
BAB VI
EKSPOR IMPOR

Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai Standar dan Prosedur Ekspor
Impor. Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi: tujuan pembelajaran,
uraian materi (yang berisikan Benarkah Ekspor Itu Sulit?, Definisi Ekspor Impor,
Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Ekpor, Mengenal Incoterms, Sistem Pembayaran
Ekspor, Skema dalam Melakukan Ekspor), rangkuman, Pertanyaan Latihan Dan
Tugas Praktek, kunci jawaban.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami standar dan prosedur
Ekspor Impor.
A. Benarkah Ekspor Itu Sulit?
Apa yang terpikir dalam benak kita saat mendengar kata ekspor?
Banyak yang berpikiran kalau ekspor itu sulit, karena berbagai alasan, misalnya:
1. Modalnya dari mana?, pastinya memerlukan modal yang besar.
2. Saya seorang pemula, bagaimana cara memulainya?
3. Takut rugi. Bagaimana seandainya nanti kita ditipu?
4. Apa yang harus saya ekspor?
5. Bagaimana saya menyiapkan barangnya?
6. Tidak mampu berbahasa asing. Bagaimana cara saya berkomunikasi dengan
orang luar.
Dan masih banyak yang terpikirkan oleh kita tentang bisnis ekspor ini.
B. Definisi Ekspor Impor
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor
13 tahun 2012, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang dari Daerah Pabean
(yaitu wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang
udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan
landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang kepabeanan).
Barang yang dapat di ekspor adalah:
1. Barang bebas ekspor
2. Barang dibatasi ekspor
3. Barang dilarang ekspor
Empat dokumen yang diperlukan dalam melakukan ekspor adalah:
1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dibuat di Kantor Pelayanan Pajak
2. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dibuat di Dinas Perizinan Kabupaten/
Kota
3. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dibuat di Dinas Perizinan Kabupaten/ Kota
4. Nomor Identitas Kepabeanan (NIK) dibuat di Direktorat Jenderal Bea & Cukai.
Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 48/ M-
DAG/PER/7 /2015, impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah
pabean Indonesia. Orang yang melakukan disebut dengan importir, yakni orang
perseorangan atau lembaga atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum
maupun bukan badan hukum, yang melakukan Impor.
Barang impor dikelompokkan dalam:
a. Barang bebas Impor;
b. Barang dibatasi Impor; dan
c. Barang dilarang Impor.
Hal yang harus dipahami, semua barang dapat diimpor, kecuali barang
dibatasi Impor, barang dilarang Impor, atau ditentukan lain berdasarkan
peraturan perundang-undangan.
Importir wajib memiliki perizinan impor atas barang yang dibatasi impor
sebelum barang masuk ke dalam daerah pabean. Jika tidak, pada saat barang yang
diimpor masuk ke dalam daerah pabean dikenai sanksi pembekuan API (Angka
Pengenal Importir), dan sanksi lain sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Dan terhadap barang yang diimpor tidak memiliki perizinan wajib
diekspor kembali oleh importir.
C. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Ekpor
Pihak-pihak yang terlibat dalam ekpor impor adalah sebagai bberikut:
1. Eksportir, yang dikelompokkan atas eksportir produsen dan eksportir non-
produsen.
2. Shipping company, perusahaan yang memiliki kapal (dan kontainer), atau
perusahaan yang memiliki pesawat terbang.
3. Forwarder, yakni perusahaan yang membantu eksportir terkait pengiriman
barang dan pengurusan dokumen ekspor.
4. Surveyor, perusahaan jasa pemeriksa barang yang bertugas memastikan
barang yang dikirim eksportir sekiranya diisyaratkan oleh importir
sebagaimana tertuang dalam kontrak penjualan.
5. Asuransi (optional).
6. Bank, yang berkaitan dengan penerimaan pembayaran (L/C atau non L/C).
7. Bea Cukai, dimana ekportir harus membuat dokumen PEB (Pemberitahuan
Ekspor Barang).
D. Mengenal Incoterms
Ada beberapa istilah yang wajib dipahami eksportir dalam perdagangan
internasional yang termuat dalam Incoterms (Internasional Commercial
Terminologies). Dalam berbagai istilah dalam incoterms , hanya ada empat istilah
yang umum digunakan dalam perdagangan internasional. Keempat istilah
tersebut adalah: Ex Work (Exw), Free On Board (FOB), Cost and Freight (CFR), dan
Cost Insurance Freight (CIF).
Ex Work (Exw), dimana harga barang yang ditawarkan adalah harga
dilokasi/ gudang eksportir dan importir berkewajiban menanggung biaya
pengiriman dan dokumen ekspor yang dibutuhkan. Free On Board (FOB)
menjelaskan harga yang ditawarkan eksportir sudah termasuk biaya pengiriman
dan biaya lain sampai barang berada diatas kapal di pelabuhan muat. Cost and
Freight (CFR) menjelaskan bahwa harga yang ditawarkan oleh eksportir, sudah
termasuk biaya pengiriman dan biaya lain, sampai barang berada di pelabuhan
negara tujuan ekspor. Cost Insurance Freight (CIF) digunakan untuk menjelaskan
bahwa harga yang ditawarkan sudah termasuk biaya pengiriman sampai barang
berada di pelabuhan bongkar negara tujuan dan ditambah biaya asuransi
pengiriman (marine insurance).
E. Sistem Pembayaran Ekspor
Berikut beberapa sistem pembayaran ekspor yang banyak digunakan:
1. Advance T/T (100%, Full Amount)
2. Letter of Credit (L/C)
3. Documents Against Payment (DAP atau D/P)
4. Telegrapic Transfer (T/T)
F. Pengiriman Barang Ekspor
Barang dapat di ekspor melalui beberapa metode, yang disesuaikan
dengan kondisi di lapangan. Pengiriman dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Courier (jasa titipan)
2. Air cargo (kargo udara)
3. Sea Cargo LCL (Less Container Load)
4. Sea Cargo FCL (Full Container Load)
G. Skema dalam Melakukan Ekspor
Adapun skema dalam melakukan kegiatan ekspor adalah seperti terlihat
dalam Gambar 1.

Gambar 1. Skema pelaksanaan ekspor


H. RIGKASAN
Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan Barang dari Daerah Pabean (yaitu
wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara
diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi eksklusif dan landas
kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-undang kepabeanan). Barang ekspor
dikelompokkan atas: (1) Barang bebas ekspor, (2) Barang dibatasi ekspor, dan (3)
Barang dilarang ekspor.
I. PERTANYAAN LATIHAN DAN TUGAS PRAKTEK
PERTANYAAN LATIHAN:
1. Daftarkan pernyataan yang ada dalam fikiran anda sebagai pembaca,
kesulitan apa yang anda fikirkan dalam melakukan ekspor?
2. Apakah anda berkeinginan menjadi pengusaha ekspor? Jika jawaban anda iya,
apakah anda sudah memulainya, atau hanya sedekar baru berkeinginan?
3. Menurut Anda, sistem pembayaran seperti apa yang anda rasa paling aman
dalam berbisnis ekspor?
Latihan Piihan Ganda
1. Barang berikut termasuk barang yang dilarang:
a. Baju
b. Jeruk
c. Narkotika
2. Apa yang dimaksud dengan ekspor?
a. Jasa titipan
b. Kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean.
c. Jualan barang dalam negeri.
TUGAS PRAKTEK:
Mahasiswa membuat laporan yang berisi tentang contoh dokumen yang
diperlukan dalam ekspor impor. Rincian pengerjaan tugas adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa diwajibkan turun lapangan untuk mencari perusahaan yang
melakukan ekspor. Waktu turun lapangan dilakukan secara mandiri.
2. Mahasiwa harus menguasai teori dasar tentang ekspor, dengan cara
searching dan diskusi sesama mahasiswa, dan diskusi dengan dosen, sebelum
turun kelapangan.
3. Wawancara pemilik atau staf perusahaan tentang ekspor, bagaimana
memulai karir dalam ekspor
4. Wawancara pemilik atau staf perusahaan tentang dokmen yang diperlukan
dalam eskpor
5. Dokumentasikan rekaman wawancara, rekaman dokumen, termasuk
dokumentasi kegiatan diskusi.
6. Buat laporan per pribadi
7. Laporan boleh didiskusikan sesama mahasiwa. Data boleh sama per
kelompok. Tetapi penyampaian laporan harus dibuat per pribadi mahasiswa
dengan bahasa masing-masing. Dilarang COPAS. No plagiarism.
8. Jumlah halaman 15-25 halaman, 1 spasi, A4.
9. Referensi harus dicantumkan dengan jelas.
10. Buat presentasi interaktif dengan media power point, media canva, atau pdf.
Disarankan dengan media power point.
11. Presentasi dilakukan selama 10 menit untuk 4 orang mahasiswa yang dipilih.
Semua mahasiswa harus siap dengan materi masing-masing.
BAB VII
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point)

Deskripsi
Kegiatan belajar ini membahas mengenai HACCP (Hazard Analysis and
Critical Control Point). Ruang lingkup kegiatan pembelajaran ini meliputi: tujuan
pembelajaran, uraian materi (yang berisikan Konsep Dasar HACCP, Dua Belas
Tahap Aplikasi HACCP,), rangkuman, Pertanyaan Latihan dan Tugas Praktek, kunci
jawaban.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami standar dan prosedur
HACCP.
A. Konsep Dasar HACCP
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu sistem
yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang
memfokuskan pada pencegahan. HACCP menekankan pentingnya mutu
keamanan pangan, yang dapat diterapkan pada seluruh mata rantai proses
pengolhan produk pangan (dari bahan baku sampai produk konsumsi).
B. Dua Belas Tahap Aplikasi HACCP
HACCP meliputi 12 langkah (tahap) dan 7 prinsip (Tabel 1).
Tabel 1. 12 langkah (tahap) dan 7 prinsip dalam HACCP
No Kegiatan Keterangan
1 Menyusun Tim HACCP
2 Mendeskripsikan produk
3 Mengidentifikasi penggunaan produk
4 Membuat diagram alir
5 Verifikasi diagram alir di tempat
6 Membuat daftar semua bahaya potensial. Lakukan Prinsip 1
analasis bahaya dan tentukan tindakan pencegahan.
7 Menentukan CCPs (Critical Control Points) atau titik-titik Prinsip 2
krisis untuk pengendalian
8 Menetapkan batas kritis untuk tiap CCP Prinsip 3
9 Menetapkan sistem pemantauan untuk tiap CCP Prinsip 4
10 Menetapkan jenis tindakan koreksi untuk penyimpangan Prinsip 5
yang mungkin terjadi
11 Menetapkan prosedur verifikasi Prinsip 6
12 Membuat penyimpanan catatan dan dokumentasi Prinsip 7

Prinsip sistem HACCP yang diadopsi pada SNI 01-4852-1998 sesuai dengan
Codex, terdiri dari tujuh:
Prinsip 1. Identifikasi Bahaya Potensial
Tim HACCP membuat daftar bahaya yang mungkin terdapat pada tiap
tahapan produksi, mulai dari bahan masuk hingga produksi akhir. Tim HACCP
melakukan pekerjaan analisis resiko, yakni analisis bahaya dan penetapan kategori
resiko.
Jenis bahaya yang dapat membahayakan konsumen, dibagi atas 3, yaitu
bahahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik. Tabel 2 berikut mendaftarkan
contoh-contoh bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik tersebut.
Tabel 2. Bahaya biologis, bahaya kimia dan bahaya fisik yang terdapat dalam
sistem pangan
Bahaya Biologis Bahaya Kimia Bahaya Fisik
Bakteri (Salmonela spp, Bahan-bahan tambahan Dari karyawan
Clostrodium botulinum, makanan yang (perhiasan)
Listeria monocytogenes, berbahaya
Vibrio cholerae, Baciluus
cereus)
Fungi (Aspergillus flavus, Pembersih Dari lingkungan (logam
Fusarium spp) seperti kawat; pecahan
kaca, dan pasir)
Protozoa (Gisrdia Fungisida, insektisida,
lamblia, Crystosporidium herbisida, pestisida
parvum, Ascaris
lumbricoides, Taenia
saginata)
Ganggang Migrasi komponen
(Dinotlagelata, ganggang plastik dan bahan
biru-hijau, ganggang pengemas
coklat emas)
Logam beracun, dan
sebagainya

Prinsip 2. Penentuan Titik Kendali Kritis (TKK)


Beberapa pengendalian titik kendali kritis dapat dilaksanakan menuju
pencegahan bahaya yang sama. Titik kendali kritis itu sendiri mudah diterapkan
dengan penggunaan diagram pohon.
Perusahaan yang merapkan HACCP harus mampu memisahan Titik Kendali
Kritis (TKK) atau Titik Kendali (TK). Adapun yang dimaksud dengan TK dan TKK
adalah sebagai berikut:
 TK: Setiap titik dalam sistem pangan spesifik, dimana hilangnya kendali dapat
menimbulkan cacat ekonomis atau mutu, atau peluang terjadinya risiko
kesehatan rendah.
 TKK: setiap titik dalam sistem pangan spesifik dimana hilangnya kendali dapat
menimbulkan peluang resiko kesehatan yang besar.
Prinsip 3. Penentuan Batas Kritis Setiap TKK.
Batas kritis suatu TKK harus ditetapkan secara spesifik dan divalidasi
apabila memungkinkan. Batas kritis melengkapi beberapa harapan;
1. Menunjukkan perbedaan antara produk atau kondisi yang aman dan tidak
aman sehingga proses dapat dikelola di dalam tingkat yang aman.
2. Batas kritis merupakan salah satu atau lebih toleransi yang harus dipenuhi
untuk menjamin bahwa suatu TKK secara efektif mengendalikan semua
bahaya.
3. Semua faktor yang terkait dengan keamanan harus diidentifikasi.
4. Tingkat dimana setiap faktor menjadi batas amandan tidak akan merupakan
batas kritis.
Prinsip 4. Pemantauan Batas kritis Setiap TKK
Pemantauan merupakan kegiatan yang dijadwalkan atau pengamatan
terhadap TKK yang berhubungan dengan batas kritis. Batas kritis yang terlewati
menunjukkan:
1. Bukti adanya bahaya kesehatan, misalnya penemuan logam berbahaya pada
pemeriksaan produk akhir.
2. Bukti bahaya kesehatan dapat timbul, misalnya underprocessing makanan
kaleng berasam rendah.
3. Indikasi bahwa produk tidak diproduksi dibawah kondisi yang menjamin
kesehatan, misalnya tidak menggunakan detektor logam.
4. Indikasi bahwa bahan baku dapat memengaruhi keamanan produk, misalnya
audit ppestisida terbukti sangat tinggi.
Prosedur pemantauan TKK harus dapat menemukan ketidakterkendalian
pada TKK. Monitoring menetapkan secara ideal informasi waktu untk tindakan
perbaikan yang dilaksanakan untuk mengendalikan proses sebelum diperlukannya
penolakan produk.
Data yang diperoleh dari kegiatan pemantauan harus dievaluasi oleh
petugas yang ditunjuk sesuai dengan pengetahuan dan kewenangannya untuk
melaksanakan tindakan perbaikan apabila terjadi indikasi.
Rekaman dari kegiatan pemantauan merupakan catatatn dan dokumen
yang terkait dengan kegiatan pemantauan TKK. Rekaman pemantauan harus
disimpan dan dikelola sesuai kaidah pengendalian dokumen.
Prinsip 5. Penetapan Tindakan Koreksi.
Tindakan koreksi menggunakan hasil pemantauan untuk menyesuaikannya
dengan proses untuk mempertahankan kendali. Apabila kendali hilang maka
produk yang tidak memenuhi syarat harus diselesaikan. Harus dilakukan perbaikan
atau koreksi penyebab kegagalan. Penerapan sistem dinyatakan gagal apabila
tindakan koreksi tidak dilakukan.
Prinsip 6. Penetapan Prosedur Verifikasi.
Kegiatan verifikasi terdiri dari empat jenis kegiatan, yaitu validasi HACCP,
meninjau hasil pemantauan, pengujian produk, dan auditing. Frekuensi verifikasi
harus dilakukan secukupnya untuk menginformasikan bahwa sistem HACCP
bekerja secara efektif.
Prinsip 7. Dokumentasi atau Pencatatan.
Pencatatan dan pembukuan yang efisien serta akurat adalah penting
dalam penerapan sistem HACCP. Tujuan penerapan sistem dokumentasi dan
pencatatan adalah:
1. Bukti keamanan produk berkaitan dengan prosedur dan proses yang ada.
2. Jaminan pemenuhan peraturan.
3. Kemudahan pelacakan dan peninjauan catatan.
4. Dokumentasi data pengukuran menuju catatan permanen mengenai
keamanan produk.
5. Merupakan sumber tinjauan data yang diperlukan apabila ada audit HACCP.
6. Catatan HACCP memusatkan pada isu keamanan pangan untuk dapat cepat
mengidentifikasi masalah.
7. Membantu mengidentifikasi lot ingredient, bahan pengemas, dan produk
akhir apabila masalah keamanan yang timbul memerlukan penarikan dari
pasar.
Pengendalian dokumentasi yang baik harus memenuhi beberapa proses
berikut:
1. Proses pembuatannya melalui mekanisme administratif yang rapi, seperti jelas
inisiatif pembuatannya, otorisasi pembuatan, aturan administratif termasuk
pengendalian dokumennya, dan verifiaksi draft hingga dokumen jadi.
2. Proses distribusi mencakup: jelas jalur distribusinya, kerahasiaan, jelas otorisasi
pembagi dan penerima dokumen, dan penempatan dokumen sesuai
kebutuhan.
3. Pross perubahan mencakup: jelas alasan dan inisiatif perubahan, otorisasi
revisi, aturan administratuf revisi, distribusi dan penarikan dokumen usang,
pemusnahan dokumen usang, dan penanggung jawab semua kegiatan
perubahan.
C. Rangkuman
HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu
sistem yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem
pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan. HACCP menekankan
pentingnya mutu keamanan pangan, yang dapat diterapkan pada seluruh mata
rantai proses pengolhan produk pangan (dari bahan baku sampai produk
konsumsi). Terdapat 12 langkah (tahap) dan 7 prinsip dalam HACCP.
D. PERTANYAAN LATIHAN DAN TUGAS PRAKTEK
PERTANYAAN LATIHAN:
1. Sebutkan kepanjangan dari HACCP!
2. Jelaskan 12 tahap dan tujuh prinsip HACCP!
3. Pilih satu industri pangan (diutamakan industri hasil pertanian atau industri
hasil perkebunan). Tentukan nama produknya. Sebutkan kontaminasi-
kontaminasi apa saja yang menjadi perhatian dalam keamanan pangan
(HACCP) pada produk dalam industri pangan tersebut.
Nama Kontaminasi Kontaminasi Kontaminasi
Produk Kimia Fisika Biologi
PERTANYAAN PILIHAN BERGANDA:
1. Apakah kepanjangan dari HACCP?
a. Horizon Analysis and Critical Control Point
b. Hazard Analysis and Critical Control Point
c. Hazard Analysis and Critical Control
2. Ada berapa prinsip HACCP?
a. 7
b. 8
c. 9
d. 6
3. Ada berapa langkah HACCP?
a. 7
b. 6
c. 12
d. 13
Jawaban:
1. B
2. A
3. C
TUGAS PRAKTEK:
Mahasiswa menyusun atau mengaudit dokumen HACCP. Laporan berisi contoh
dokumen yang disusun (untuk 1-4 kelompok), dan contoh laporan yang di audit
(kelompok 5-8). Pada pertemuan berikutnya, presentasi dilakukan oleh setiap
kelompok (ada 8 kelompok) (@10 menit).
1. Mahasiswa wajib mempelajari tentang HACCP yang berkaitan dengan produk
pertanian. Materi bisa disearching di internet.
2. Mahasiswa dibagi atas 8 kelompok. 4 kelompok ditugaskan berperan
membantu perusahaan produsen (biasanya UMKM) menyusun dokumen
HACCP perusahaan mereka, dengan terlebih dahulu mensosialisasi tentang
HACCP kepada mereka. Dan 4 kelompok lagi berperan sebagai auditor HACCP.
Mengaudit kelengkapan dokumen perusahaan yang sudah menerapkan
HACCP dalam perusahaan mereka. Masing-masing kelompok harus dari
perusahaan berbeda. Semua mahasiswa harus saling bekerjasama mencari
data.
3. Mahasiswa bekerja sama membuat laporan masing-masing kelompoknya (8
kelompok). Jumlah halaman minimal 20 halaman, 1 spasi, A4.
4. Referensi harus dicantumkan dengan jelas. Zero plagiarism.
5. Buat presentasi interaktif dengan media power point, media canva, atau pdf.
Disarankan dengan media power point.
6. Presentasi dilakukan selama 10 menit untuk setiap kelompok (ada 8
kelompok).
BAB VIII
STANDAR DAN PROSEDUR PENGURUSAN NOMOR BPOM DAN PIRT

A. Deskripsi
Kegiatan pembelajaran ini membahas mengenai prosedur sertifikasi BPOM
dan PIRT. Ruang lingkup materi meliputi tujuan pembelajaran, uraian materi,
rangkuman, latihan, jawaban dan referensi. Uraian materi membahas tentang
prosedur sertifikasi PIRT yang diperuntukan bagi pelaku usaha penghasil produk
pangan - baik berupa perseorangan maupun badan yang tidak berbadan hukum
(seperti CV/Firma), maupun yang berbadan hukum (seperti PT atau Koperasi), dan
Prosedur ijin edar BPOM yang diperuntukan bagi perusahaan dalam negeri yang
skala besar. Penilaian pencapaian pembelajaran pada kegiatan belajar ini terdiri
dari penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.

B. Kegiatan Pembelajaran
3. Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami tentang prosedur
pengajuan IPRT dan BPOM
4. Uraian Materi
Pemahaman tentang SPP-IRT
Sertifikat Produksi Pangan – Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah
jaminan tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota – melalui Dinas Kesehatan -
terhadap pangan hasil produksi Industri Rumah Tangga yang telah memenuhi
persyaratan dan standar keamanan tertentu, dalam rangka produksi dan
peredaran produk pangan.
SPP-IRT memiliki fungsi sebagai izin edar suatu produk pangan, di mana
setelah memiliki SPP-IRT produk tersebut dapat secara legal diedarkan atau
dipasarkan, baik dengan cara dititipkan atau dijual langsung ke masyarakat luas.
Oleh karena itu, memiliki SPP-IRT dapat mengedarkan produknya dengan jalur
distribusi yang lebih luas, khususnya jika ingin menitipkan produknya di toko-toko
modern yang sudah terkenal dan memiliki basis konsumen tetap yang besar.
SPP-IRT hanya dapat diajukan oleh pelaku usaha yang masih berskala
rumah tangga, dan menghasilkan produk yang diperbolehkan untuk diproduksi
oleh Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP) yang mencakup 1) hasil olahan daging
kering, 2) hasil olahan ikan kering, 3) hasil olahan unggas kering, 4) sayur asin dan
sayur kering, 5) hasil olahan kelapa, tepung dan hasil olahnya, 6) minyak dan
lemak, 7) selai jeli dan sejenisnya, 8) gula kembang gula dan madu, 9) bumbu, 10)
rempah-rempah, 11) minuman ringan dan minuman serbuk, 12) hasil olahan buah,
13) kopi, teh, coklat kering dan olahannya, 14) hasil olahan biji-bijian dna umbi,
15) lain-lain. Tidak termasuk Pangan yang diproses dengan sterilisasi komersial
atau pasteurisasi, pangan yang diproses dengan pembekuan (frozen food) yang
penyimpanannya memerlukan lemari pembeku, pangan olahan asal hewan yang
disimpan dingin/beku, pangan diet khusus dan pangan keperluan medis khusus,
antara lain MP-ASI, booster ASI, formula bayi, formula lanjutan, pangan untuk
penderita diabetes, pangan Impor.
Secara umum, pengusaha pangan yang menghasilkan produk susu atau
olahan susu, produk yang menggunakan alkohol, menggunakan Bahan Tambahan
pangan untuk memperpanjang masa kadaluarsa, produk yang dikemas dalam
bentuk kaleng, produk pangan khusus dengan klaim tertentu (seperti klaim sebagai
Makanan Pendamping ASI, makanan bayi, makanan untuk program diet tertentu,
makanan untuk lansia, dsb) tidak dapat mengajukan SPP-IRT sebagai izin edar,
melainkan harus berupa Sertifikat Pendaftaran Pangan Olahan yang dikeluarkan
oleh Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM MD).
Persyaratan
Tata Cara dan Tahapan Prosedur Pengusulan PIRT
a) Penerimaan Pengajuan Permohonan SPP-IRT
- Permohonan diterima oleh Bupati/Walikota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu
Pintu dan dievaluasi kelengkapannya secara administrative yang meliputi:
(1) Formulir Permohonan SPP-IRT yang memuat informasi sebagai berikut:
(a) Nama jenis pangan
(b) Nama dagang
(c) Jenis kemasan
(d) Berat bersih/isi bersih (mg/g/kg atau ml/l/kl)
(e) Bahan baku dan bahan lainnya yang digunakan
(f) Tahapan produksi
(g) Nama, alamat, kode pos dan nomor telepon IRTP
(h) Nama pemilik
(i) Nama penanggungjawab
(j) Informasi tentang masa simpan (kedaluwarsa)
(k) Informasi tentang kode produksi
(2) Dokumen lain antara lain:
(a) Surat keterangan atau izin usaha dari Camat/Lurah/Kepala desa.
(b) Rancangan label pangan
(c) Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan (bagi pemohon baru)
- Evaluasi terhadap Dokumen dan Kelengkapan Permohonan SPP-IRT terkait
dengan Keamanan Pangan:
(1) Bupati/Walikota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu mengirimkan
berkas permohonan SPP-IRT ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk
dievaluasi kesesuaian isi formulir permohonan tersebut di atas dengan
persyaratan yang ditetapkan dan terkait keamanan pangan
(2) Jika ada kekurangan atau hal yang kurang tepat dalam isian dokumen dan
kelengkapan permohonan SPP-IRT, Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota melakukan pembinaan kepada IRTP yang mengajukan
permohonan, termasuk perbaikan rancangan label pangan agar sesuai
dengan persyaratan tentang label pangan
(3) Persyaratan label sesuai dengan peraturan Perundangan-undangan.
- Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan
(1) Penyelenggaraan Penyuluhan Keamanan Pangan dikoordinasikan oleh
Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(2) Kriteria Tenaga Penyuluh Keamanan Pangan (PKP) adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat Kompetensi di bidang penyuluhan
keamanan pangan dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) terakreditasi dan
ditugaskan oleh Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(3) Narasumber pada penyuluhan keamanan pangan adalah tenaga PKP yang
kompeten dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Balai Besar/Balai
POM setempat atau dari instansi/lembaga lain yang kompeten di
bidangnya
(4) Peserta Penyuluhan Keamanan Pangan adalah pemilik atau penanggung
jawab IRTP
(5) Materi Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari: Materi Utama:
Peraturan perundang-undangan di bidang pangan (Keamanan dan Mutu
pangan, Teknologi Proses Pengolahan Pangan, Prosedur Operasi Sanitasi
yang Standar (Standard Sanitation Operating Procedure/SSOP), Cara
Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT),
Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), Persyaratan Label dan Iklan
Pangan. Materi Pendukung (Pencantuman label Halal, Etika Bisnis dan
Pengembangan Jejaring Bisnis IRTP
(6) Metode Penyuluhan Keamanan Pangan. Materi penyuluhan keamanan
pangan disampaikan dalam bentuk ceramah, diskusi,
demonstrasi/peragaan simulasi, pemutaran video, pembelajaran jarak
jauh (e-learning) dan cara-cara lain yang mendukung pemahaman
keamanan pangan
(7) Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan. Sertifikat ini diberikan kepada
pemilik/penanggungjawab yang telah lulus mengikuti Penyuluhan
Keamanan Pangan dengan hasil evaluasi minimal nilai cukup (60).
Penomoran Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan adalah sebagai
berikut: Nomor Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan terdiri dari 3
(tiga) kolom dan 9 (sembilan) angka sesuai contoh berikut: Keterangan
penomoran adalah sebagai berikut: (1) angka ke–1,2,3 pada Kolom I,
menunjukkan nomor urut tenaga yang sudah memperoleh sertifikat di
Kabupaten/Kota yang bersangkutan, dan setiap awal tahun dimulai
dengan angka 001; (2) angka ke-4,5,6,7 pada Kolom II, menunjukkan
Provinsi dan Kabupaten/Kota penyelenggara penyuluhan keamanan
pangan; dan (3) angka ke-8,9 pada Kolom III, menunjukkan tahun
penerbitan sertifikat.
- Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan setelah pemilik atau
penangungjawab IRTP memiliki Sertifikat penyuluhan keamanan pangan.
Pemeriksaan sarana produksi pangan IRT dilakukan oleh tenaga Pengawas
Pangan Kabupaten/Kota dengan dilengkapi surat tugas yang diterbitkan oleh
Bupati/Walikota c.q. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kriteria Tenaga
Pengawas Pangan Kabupaten/Kota atau DFI (District Food Inspector) adalah
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki Sertifikat kompetensi Pengawas
Pangan Kabupaten/Kota. Pemeriksaan sarana produksi pangan IRTP sesuai
dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Tata
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Jika hasil
pemeriksaan sarana produksi menunjukkan bahwa IRTP masuk level I – II
maka diberikan SPP-IRT
- Pemberian Nomor P-IRT. Nomor P-IRT minimal terdiri dari 15 (lima belas) digit
sebagai berikut: P-IRT No. 1234567890123–45 (contoh). Dan jika ada IRTP
yang tutup tidak berproduksi lagi, maka nomor urut IRTP tersebut tidak bisa
digunakan untuk IRTP lainnya, jika suatu saat IRTP tersebut ingin berproduksi
kembali maka nomor urut tersebut dapat digunakan kembali oleh IRTP yang
bersangkutan]. Nomor P-IRT diberikan untuk 1 (satu) jenis pangan IRT.
Penyerahan SPP-IRT a) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengirimkan
rekomendasi SPP-IRT ke Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu b)
Bupati/Walikota c.q. Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu menyerahkan SPP-
IRT kepada pemilik/penanggungjawab IRTP yang telah memenuhi
persyaratan.
-
Alur pengusulan PIRT

Pemahaman tentang Registrasi BPOM


Izin Edar BPOM MD adalah perizinan berupa izin edar untuk produk pangan yang
diproduksi oleh industri Dalam Negeri yang lebih besar dari skala rumah tangga,
atau industri yang menghasilkan produk pangan yang wajib wajib memiliki Izin Edar
BPOM MD. Izin ini dikeluarkan oleh BPOM RI, khususnya untuk setiap usaha yang
menghasilkan produk pangan dengan bahan dasar susu, menggunakan Bahan
Tambahan Pangan tertentu (seperti pengawet, penguat rasa, pewarna, dll), atau
mengusung klaim tertentu seperti fungsi makanan sebagai Makanan Pendamping
ASI (MPASI), Makanan untuk Lansia, dan lain sebagainya.
Persyaratan
Persyaratan pengajuan ijin BPOM terdiri dari persyaratan administratif dan
Persyaratan teknis. Persyaratan administratif disiapkan dalam 2 rangkap yaitu 1
asli dan 1 fotokopi. Pensyaratan administratif dibedakan untuk pangan olahan
yang diproduksi dalam negeri dan pangan olahan impor.
a) Untuk pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri (Manual) kelengkapan
yang harus dipenuhi yaitu : (1) formulir pendaftaran yang telah diisi lengkap; (2)
Izin industri (Izin Usaha Industri (IUI)/ Tanda Daftar Industri (TDI) atau Izin Usaha
Mikro Kecil (IUMK). Untuk pangan yang diproduksi sendiri berupa Izin Usaha
Industri (IUI), untuk pangan yang diproduksi berdasarkan kontrak berupa Izin
Usaha Industri (IUI) pemberi kontrak, Izin Usaha Industri (IUI) penerima
kontrak, dan Surat Perjanjian/Kontrak antara pihak pemberi kontrak dengan
pihak penerima kontrak; (3) hasil audit sarana produksi atau Piagam Program
Manajemen Risiko (PMR) atau Sertifikat Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik
(CPPOB); (4) surat kuasa untuk melakukan pendaftaran pangan olahan
b) Untuk pangan olahan impor (Manual), persyaratan adminsitrasi yang harus
dilengkapi yaitu: Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau Angka Pengenal
Impor (API) atau Surat Penetapan sebagai Importir Terdaftar (IT) untuk
Minuman Beralkohol; Hasil audit sarana distribusi; Sertifikat Good
Manufacturing Practice (GMP)/Hazard Analysis and Critical Control Point
(HACCP)/ISO 22000/sertifikat serupa yang diterbitkan oleh lembaga
berwenang/terakreditasi dan/atau hasil audit dari pemerintah setempat; Surat
penunjukan dari perusahaan asal di luar negeri; Sertifikat Kesehatan (Health
Certificate) atau Sertifikat Bebas Jual (Certificate of Free Sale), Surat kuasa
untuk melakukan pendaftaran pangan olahan
Persyaratan teknis Pendaftaran Pangan Olahan meliputi; (1) komposisi
atau daftar bahan yang digunakan termasuk keterangan asal bahan baku tertentu
dan/atau BTP; (2) proses produksi atau sertifikat GMP/HACCP/ISO 22000/sertifikat
serupa yang diterbitkan /terakreditasi dan/atau hasil audit dari pemerintah
setempat; (3) informasi tentang masa simpan; (4) informasi tentang kode
produksi; (5) rancangan label; (6) hasil uji produk akhir (Certificate of Analysis).
Disamping persyaratan administratif dan teknis diperlukan dokumen lain seperti:
Sertifikat Merek, Sertifikat Produk Penggunaan Tanda SNI (Standar Nasional
Indonesia) untuk produk SNI wajib atau untuk produk yang mencantumkan tanda
SNI pada label, Sertifikat Organik (jika label mencantumkan logo organik),
Keterangan tentang Pangan Produk Rekayasa Genetik untuk bahan baku antara
lain kentang, kedelai, jagung dan tomat, Keterangan Iradiasi Pangan (jika diproses
dengan iradiasi), Sertifikat Halal (jika label mencantumkan logo halal), Nomor
Kontrol Veteriner (NKV) untuk RPH (Rumah Pemotongan Hewan), dan Data
pendukung lain
Tahapan Registrasi BPOM
Tahapan registrasi BPOM sebagai berikut:
1. Pendaftar mengajukan permohonan pendaftaran secara tertulis dengan
mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan data pendaftaran serta data
pendukung;
2. Pendaftar menyerahkan permohonan sebanyak 2 (dua) rangkap (asli dan
fotokopi) kepada Kepala Badan cq Direktur;
3. Pemeriksaan terhadap permohonan pendaftaran sesuai dengan kriteria,
persyaratan dan penetapan biaya evaluasi;
4. Hasil pemeriksaan dokumen dapat berupa: Diterima untuk dilakukan evaluasi
lebih lanjut, Dikembalikan untuk dilengkapi atau Ditolak. Jika hasil
pemeriksaan dinyatakan diterima untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut, maka
pendaftar diberikan surat pengantar pembayaran bank yang mencantumkan
biaya evaluasi dan pendaftaran yang harus dibayar sebagai penerimaan
negara bukan pajak. Perusahaan harus melakukan pembayaran bank sesuai
dengan mekanisme yang ditetapkan, paling lama 10 (sepuluh) hari sejak
diterimanya surat pengantar pembayaran bank;
5. Pendaftar menyerahkan permohonan pendaftaran yang telah dilengkapi
dengan bukti pembayaran biaya evaluasi dan pendaftaran dari bank kepada
Kepala Badan cq. Direktur untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut, penyerahan
dilaksanakan paling lama 10 (sepuluh) hari sejak surat pengantar pembayaran
bank diberikan kepada pendaftar. Hasil evaluasi lebih lanjut dapat
berupa:Persetujuan pendaftaran Penolakan pendaftaran;
6. Jika hasil evaluasi lebih lanjut memerlukan tambahan data dan/atau kajian
lebih lanjut maka diterbitkan surat permintaan tambahan data;
7. Pendaftar harus menyerahkan tambahan data paling lambat 50 (lima puluh)
hari setelah tanggal surat permintaan tambahan data. Jika waktu 50 (lima
puluh) hari periode penyerahan tambahan data dianggap tidak mencukupi,
pendaftar dapat mengajukan permintaan perpanjangan waktu untuk
melengkapi tambahan data kepada Direktur paling banyak 1 (satu) kali untuk
waktu 25 (dua puluh lima) hari. Pendaftar yang tidak menyerahkan tambahan
data dalam waktu 50 (lima puluh) hari dan/atau 25 (dua puluh lima) hari, akan
diberikan surat penolakan pendaftaran dan berkas permohonan akan
dimusnahkan;
8. Jika hasil keputusan berupa persetujuan pendaftaran, maka diterbitkan Izin
Edar Pangan Olahan. Jika hasil keputusan berupa penolakan pendaftaran,
maka diterbitkan surat penolakan disertai dengan alasan penolakan
5. Rangkuman
Izin Edar BPOM MD adalah perizinan berupa izin edar untuk produk pangan yang
diproduksi oleh industri dalam negeri yang lebih besar dari skala rumah tangga,
atau industri yang menghasilkan produk pangan yang wajib wajib memiliki Izin Edar
BPOM MD. Izin ini dikeluarkan oleh BPOM. Untuk mendapatkan ijin BPOM,
perusahaan harus melengkapi persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan
dokumen pendukung lainnya. Tahapan pengajuan izin BPOM mencakup
pengajuan permohonan, pemeriksanaan dokumen, pembayaran biaya evaluasi,
evaluasi lanjut, melengkapi kelengkapan berkas, penerbitan izin edar.
Izin Sertifikat Produksi Pangan – Industri Rumah Tangga (SPP-IRT) adalah jaminan
tertulis yang diberikan oleh Bupati/Walikota – melalui Dinas Kesehatan - terhadap
pangan hasil produksi Industri Rumah Tangga yang telah memenuhi persyaratan
dan standar keamanan tertentu, dalam rangka produksi dan peredaran produk
pangan. Izin PIRT diberikan kepada seluruh jenis pelaku usaha penghasil produk
pangan - baik berupa perseorangan maupun badan yang tidak berbadan hukum
(seperti CV/Firma), maupun yang berbadan hukum (seperti PT atau Koperasi) –
dapat mengajukan SPP-IRT.
6. Soal Latihan
Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. Berikut adalah contoh produk produksi Industri Rumah Tangga Pangan (IRTP)
yang diharuskan untuk melakukan registrasi PIRT sebelum diedarkan yaitu:
a. Minuman dan minuman serbuk
b. Sayuran asin
c. Pangan impor
d. a dan b benar
e. a dan b salah
2. Informasi-informasi berikut ada pada permohonan SPP-PIRT, kecuali:
a. Merk dagang
b. Alamat produksi
c. Komposisi
d. Manfaat produk
e. Masa kadarluarsa
3. Pada saat akan mengajukan SPP-PIRT, salah satu persyaratan yang harus
dipenuhi oleh industri rumah tangga (IRTP) yaitu mengikuti penyuluhan
keamanan pangan. Materi yang dibahas saat peyuluhan keamanan adalah:
a. HACCP
b. BTP
c. Label dan iklan pangan
d. Etika bisnis
e. Semua jawaban benar
4. Sertifikat PIRT diberikan kepada pemilik/penanggungjawab yang telah lulus
mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan dengan hasil evaluasi minimal :
a. 70
b. 80
c. 100
d. 50
e. 60
5. Nomor P-IRT diberikan untuk :
a. UKM yang memproduksi produk pangan
b. Satu jenis produk pangan yang diproduksi UKM
c. Semua jenis produk pangan yang diproduksi UKM
d. Satu jenis produk non pangan yang diproduksi UKM
e. Semua jenis produk non pangan yang diproduksi UKM
6. Izin Edar BPOM MD adalah perizinan berupa izin edar untuk produk pangan
yang diproduksi oleh:
a. UKM
b. Industri dalam negeri skala kecil menengah
c. Industri dalam negeri skala besar
d. Produk impor
e. Semua jawaban salah
7. Proses produksi atau sertifikat GMP/HACCP/ISO 22000/sertifikat serupa yang
diterbitkan /terakreditasi dan/atau hasil audit dari pemerintah setempat
merupakan persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan:
a. PIRT
b. Prima
c. HACCP
d. BPOM
e. SNI
8. Berikut merupakan hasil pemeriksaan dokumen, kecuali:
a. Diterima untuk dilakukan evaluasi lebih lanjut
b. Ditolak
c. Dikembalikan untuk dilengkapi
d. a dan b dan c benar
e. Ditangguhkan
9. Kelengkapan yang harus dipenuhi oleh pangan olahan yang diproduksi di dalam
negeri yaitu:
a. Formulir pendaftaran yang telah diisi lengkap
b. Izin industri
c. Hasil audit sarana produksi
d. Surat kuasa untuk melakukan pendaftaran pangan olahan
e. a, b, c, dan d benar
10. Jika ada industri kecil menengah yang akan memasarkan produknya di
supermarket, maka izin edar apa yang harus diurus oleh industri tersebut:
a. PIRT
b. BPOM
c. Prima 1
d. SNI
e. a, b, c, dan d benar

7. Kunci Jawaban
1. D
2. D
3. E
4. E
5. B
6. C
7. D
8. E
9. E
10. A
8. Sumber Informasi dan Referensi
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang
Label dan Iklan Pangan.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2004 tentang
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
5. Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.04.12.2205/2012 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
6. Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.04.12.2207/2012 tentang
Tata Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga
(PIRT).
7. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.12/2016 tentang Pendaftaran Pangan Olahan
C. Penilaian
1. Sikap
Penilaian sikap dilakukan dengan tehnik observasi selama kegiatan
perkuliahan berlangsung. Sikap mahasiswa dalam mempelajari modul
juga menjadi bahan penilaian.
2. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilihat dari penguasaan mahasiswa tentang
materi sertifikasi benih tanaman. Sebagai acuan jumlah jawaban
latihan yang bisa dijawab dengan benar. Kategori penguasaan
pengetahuan mahasiswa sebagai berikut:

90-100 % = baik sekali


80- 89 % = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Jika
masih di bawah 80 %, Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar
ini, terutama bagian yang belum dikuasai
3. Keterampilan
BAB IX
SISTEM MANAJEMEN MUTU
BERDASARKAN STANDAR ISO-9001-2015

A. Deskripsi
Kegiatan pembelajaran ini membahas mengenai sistem manajemen mutu
berdasarkan standar ISO 9001:2015. Ruang lingkup materi meliputi tujuan pembelajaran,
uraian materi, rangkuman, latihan, jawaban dan referensi. Uraian materi membahas
tentang pengertian ISO 9001:2015, Klausul penting pada ISO 9001:2015, manfaat ISO
9001, proses mendapatkan sertifikasi ISO 9001. Penilaian pencapaian pembelajaran pada
kegiatan belajar ini terdiri dari penilaian sikap, pengetahuan dan keterampilan.
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini bertujuan agar mahasiswa mampu menjelaskan dan
memahami ISO 9001-2015.
2. Uraian Materi
Pengertian International Standard Organization (ISO)
ISO adalah sebuah kata serapan yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti artinya
sama atau setara, namun dalam kaitan ini ISO (International Organization for
Standardization) adalah suatu badan standar dunia yang dibentuk untuk
meningkatkan perdagangan internasional yang berkaitan dengan barang dan jasa.
ISO merupakan organisasi internasional yang bertanggung jawab dalam penyusunan
standar baru ataupun revisi ISO standar yang telah ada. Standar yang dikeluarkan
oleh ISO, dipersiapkan oleh Technical Committee yang mewakili organisasi serta
kalangan industri. ISO membawahi sejumlah badan sertifikasi nasional yang terdiri
dari 135 negara atau lebih di seluruh dunia. Pada umumnya, ISO terkait dengan mutu
produk maupun jasa, standar-standar yang telah ditetapkan akan ditinjau kembali
dalam kurun waktu 5 s/d 6 tahun untuk memastikan standar tersebut masih relevan
dengan perkembangan dunia usaha. Standar yang ditetapkan oleh ISO tidak bersifat
teknis pelaksanaan, tetapi merupakan persyaratan yang harus dipenuhi oleh
perusahaan dalam penerapannya.
ISO 9001
ISO 9000 adalah sekumpulan standar yang digunakan untuk sistem manajemen
mutu (SMM). ISO 9000 series adalah suatu sistem manajemen mutu yang pertama dan
terpenting, sistem global untuk mengoptimalkan efektifitas mutu suatu organisasi atau
perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja untuk peningkatan yang
berkesinambungan”. ISO 9000 pertama kali dirumuskan oleh TC 176 ISO pada tahun 1987.
TC 176 ISO (International Organization for Standardization Techinal Commite) atau biasa
disingkat ISO/TC. ISO/TC176 ini yang akan terus bertanggung jawab untuk standar standar
managemen mutu . Selain itu ISO/TCI 176 juga bertanggung jawab untuk peninjauan
setiap lima tahun sekali guna menjamin bahwa standar standar yang masih berlaku tetap
sesuai dan bisa menjadi patokan dalam standar mutu. ISO 9000 adalah kumpulan standar
untuk sistem manajemen mutu (SMM).
ISO 9000 yang dirumuskan oleh TC 176 ISO, yaitu organisasi internasional di bidang
standardisasi. ISO 9000 pertama kali dikeluarkan pada tahun 1987 oleh International
Organization for Standarization Technical Commite (ISO/TC) 176. ISO/TC inilah yang
bertanggungjawab untuk standar-standar sistem manajemen mutu. ISO/TC 176
menetapkan siklus peninjauan ulang setiap lima tahun, guna menjamin bahwa standar-
standar ISO 9000 akan menjadi up to date dan relevan untuk organisasi. Revisi terhadap
standar ISO 9000 telah dilakukan pada tahun 1994 dan tahun 2000.
ISO 9000 sendiri dikelompokan menjadi 3 seri ISO yang dikenal “ISO 9000 The
Family”, yaitu sebagai berikut :
1) ISO 9000, yang berisikan tentang dasar dasar, konsep sistem manajemen mutu dan juga
kosakata beserta definisi yang digunakan pada setiap serinya (“Quality Manajement
System – Fundamentals and Vocabulary”),
2) ISO 9001, berisikan tentang Persyaratan Persyaratan yang berisikan standar yang
mencakup persyaratan manajemen mutu yang harus dipenuhi dalam penerapan
sistem manajemen mutu dengan menekankan pendekatan proses. (“Quality
Manajement System – Requirements”)
3) ISO 9004, berisikan petunjuk untuk peningkatan berkelanjutan sehingga dicapai
kesempurnaan melalui peningkatan secara berkelanjutan (Continual Improvement)
(“Quality Manajement System Guidelines for Performance Improvements”).
Sesuai uraian diatas, ISO 9001 merupakan standar internasional yang mengatur
sistem manajemen mutu (Quality Manajement System). Oleh karena itu, sering disebut
ISO 9001 QMS. Dalam penyesuaian standar ISO 9001 sudah dilakukan 4 kali revisi yaitu
pada tahun 1978, 2000, 2008 dan terakhir 2015. Pada penulisan ISO biasa diikuti oleh
tahun terakhir kali revisi, sehingga peraturan ISO 9001 yang sekarang ini digunakan adalah
ISO 9001:2015. Menurut Vincent Gasperz, ISO 9001 bukanlah sebuah standart untuk
mengukur mutu produk yang jadi namun lebih kepada proses menjadikan dan proses
manajemen mutu sebuah project maupun perusahaannya. Oleh karena itu dalam elemen
elemen yang diatur dalam ISO 9001 sangat sedikit yang membahas mutu produk itu
sendiri. Sehingga bukan berarti jika sebuah perusahaan sudah tersertifikasi semua hasil
produksinya bisa dikatakan sempurna. ISO 9001 dapat digambarkan ke dalam sebuah
sistem manajemen mutu yang dapat menginterpretasikan klasul klasul manajemen mutu
ke dalam sebuah diagram dibawah ini.
Klausul Penting ISO 9001:2015
Terdapat 10 elemen/klasul klasul penting pada ISO 9001:2015 antara lain:
1) Scope (ruang lingkup) Klasul ini menyatakan bahwa ISO 9001:2015 menetapkan
persyaratan untuk sebuah sistem manajemen mutu dimana organisasi : (a)
Membutuhkan untuk menunjukan kemampuannya secara konsisten dalam
menyediakan produk dan layanan yang memenuhi persyaratan pelanggan dan hukum
serta peraturan yang berlaku; (b) Mencapai kepuasan pelanggan yang meningkan
melalui penerapan yang efektif dari sistem termasuk proses untuk peningkatan dari
sistem dan jaminan kesesuaian dengan pelanggan dengan memperhatikan hukum dan
peraturan yang berlaku Dalam klasul ini jelas dikatakan perusahaan harus berjuang
semaksimal mungkin untuk kepuasan pelanggan dengan jaminan produk dan sistem
manajemen mutu yang efektif.
2) Normative references (Acuan normatif) Klasul ini memuat refrensi yang harus
diperhatikan oleh pelaku manajemen mutu ISO 9001:2015 seperti : (a) Standar
Operasional Pekerjaan (SOP); (b) Peraturan yang berlaku (peraturan pada perusahaan,
daerah, maupun Undang undang yang berlaku); (c) Project Quality Plan (PQP) Landasan
atau dasar dasar sistem manajemen mutu ISO 9001 dan kosakata dapat dirujuk ke
dokumen ISO 9001 :2015.
3) Terms and definitions (Istilah dan definisi) Klasul ini menyatakan bahwa istilah dan
definisi yang diberikan dalam ISO 9001 :2015 dapat diterapkan dalam proses
manajemen mutu, adapun contoh istilah “produk “ dapat berarti barang, perangkat
lunak dan keras, jasa, serta material dalam proses.
4) Context of the organization (Konteks organisasi) dalam klasul ke- 4 membahas tentang
organisasi dan bagaimana cara organisasi bisa menerapkan proses manajemen mutu
dengan baik, dengan memperhatikan :
(a) Pemahaman organisasi dan konteksnya Organisasi harus menentukan isu isu
eksternal dan internal yang sesuai dengan tujuan dan arah organisasi dan juga
yang mempengaruhi kemampuannya untuk mencapai hasil yang diinginkan dari
manajemen mutunya. Organisasi harus memantau dan meninjau informasi
tentang isu eksternal (lingkungan, budaya, ekonomi,kompetisi pasar,
teknologi,hukum) maupun internal (nilai, budaya,pengetahuan, kinerja) yang bisa
bersifat positif maupun negatif;
(b) Memahami kebutuhan dan pihak pihak yang terlibat Karena berdampak pada
kemampuan organisasi secara konsisten untuk kesanggupan meyediakan produk
dan jasa yang sesuai dengan persyaratan pelanggan dan hukum yang berlaku,
maka organisasi harus menetapkan pihak pihak yang berkepentingan dan relevan
dengan sistem manajemen mutu yang telah ditentukan;
c. Menentukan ruang lingkup untuk manajemen mutu Organisasi harus menerapkan
semua persyaratan standar internasional jika berlaku dalam ruang lingkup sistem
manajemen mutu yang telah di tentukan. Selain itu Ruang lingkup harus tersedia
dan dipelihara sebagai informasi terdokumentasi, Ruang lingkup harus
menyatakan jenis produk maupun pelayanan yang tercakup di dalamnya.
d. Sistem manajemen mutu dan prosesnya. Sistem manajemen mutu dan prosesnya
harus ditentukan, dijalankan dan dipelihara dengan baik. Termasuk input, output,
interaksi, metode, sumber daya, tanggung jawab, resiko dan peluang serta hal hal
lainnya yang bisa mempengaruhi proses manajemen mutu dalam organisasi. Jadi
dalamklasul ini lebih dijelaskan bagaimana organisasi bisa menetapkan,
menerapkan serta mengendalikan manajemen mutu yang telah disepakati sebagai
sebuah proses untuk memberikan kepuasan pada pelanggan.
5) Leadership (Kepemimpinan) kepemimpinan berisi persyaratan tentang apa yang harus
dilakukan oleh pihak manajemen. ISO-9001:2015 menganggap penting peranan pihak
manajemen dalam penerapan sistem manajemen. Alasannya jelas karena penerapan
sistem manajemen mutu adalah keputusan strategis, membutuhkan banyak sumber
daya. Tanpa komitmen dan kepemimpinan dari pihak manajemen, akan sulit bagi
sistem manajemen mutu untuk dapat berjalan dengan efektif;
6) Planning (Perencanaan). Inti dari klasul ini adalah sebuah planning untuk peluang dan
resiko, Kausul ini adalah penjabaran secara lebih rinci tentang penerapan risk based
thinking. Dalam klausul ini ISO-9001 mensyaratkan agar organisasi mempelajari
berbagai resiko dan peluang dengan mempertimbangkan berbagai issue, baik internal
maupun eksternal. Mempelajari resiko bertujuan untuk mencegah atau mengurangi
dampak dari resiko yang tidak diinginkan dan melakukan perbaikan berkelanjutan
sehingga sasaran sistem manajemen mutu dapat tercapai. Dalam klausul ini juga
disyaratkan agar analisa resiko juga mencakup perencahaan untuk tindakan tindakan
penanganan resiko dan peluang, serta bagaimana cara mengintegrasikan dan
merepakan tindakan 18 tindakan penanganan tersebut kedalam sistem manajemen
mutu serta evaluasi efektifitasnya;
7) Support (Bantuan). Dalam klasul ini menjelaskan tentang pihak pihak dan semua hal
yang membantu operasional perusahaan , seperti Sumberdaya dan Stakeholders.
Sumberdaya dalam klasul ini lebih berpusat pada kesanggupan sebuah perusahaan
untuk menyediakan sumberdaya yang dibutuhkan. Ada 6 sumber daya pokok dari
manajemen (George R. Terry,Principles of Manajement) yaitu : a. Manpower b.
Materials c. Machines d. Methods e. Money f. Market. Sedangkan Stakeholders adalah
pihak pihak yang bersangkutan langsung dengan perusahaan , dalam klasul ini lebih di
tekankan kepada menjaga komukasi dan kontrol dengan pihak pihak lainnya sehingga
bisa memudahkan proses produksi;
8) Operation (Operasional) Setiap akan memproduksi sebuah produk, organisasi tentu
merencanakan berbagai hal seperti alur proses produksi, alat, mesin, dan sebagainya.
Perencanaan yang matang diperlukan agar sejauh mungkin proses produksi bisa
berjalan dengan baik dan menghasilkan produk yang diinginkan. Sebenarnya dalam
klasul ini akan merencanakan hal hal seperti:
(a) Apa persyaratan produk dan pelayanan;
(b) Apa kriteria proses yang harus dipenuhi;
(c) Apa saja dan bagaimana sumberdaya yang diperlukan;
(d) Bagaimana pengendalian proses dilakukan.
Dikarenakan proses produksi produk sebuah perusahaan bisa perbeda beda, maka ISO
9001:2015 tidak menyarankan format tertentu, bentuk perencanaan operasional bisa
disesuaikan dengan situasi dan kondisi pada perusahaan;
9) Performance evaluation (Evaluasi kinerja) Edward Deming mengatakan “Apa yang tak
terukur tak bisa di tingkatkan”, maka bisa disimpulkan bahwa seusatu yang tidak bisa
diukur/belum dilakukan pengukuran tidak bisa ditingkatkan. Jadi Sebuah
organisasi/perusahaan harus melakukan sebuah pengukuran berkala untuk
tercapainya peningkatan kinerja. ISO 9001 :2015 mengisyaratkan agar perusahaan: (a)
Menentukan apa yang akan dipantau dan diukur; (b) Menentukan metoda
pemantauan dan pengukuran, serta analisa dan evaluasi pengukurannya; (c)
Menentukan kapan dilakukan pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasinya; (d)
Melakukan pemantauan, pengukuran, analisis dan evaluasinya tentang apa yang harus
diukur dan dievaluasi, ISO 9001 :2015 memberikan penjelasan bahwa pemantauan dan
pengukuran harus dilakukan terhadap parameter terkait pemenuhan persyaratan dan
kinerja sistem manajemen mutu;
10) Improvement (Peningkatan) Klasul ini mensyaratkan agar sebuah perusahaan tidak
merasa cepat puas, terus mencari peluang, melakukan tindakan nyata untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan, peningkatan yang dimaksud berupa: (a)
Peningkatan produk dan layangan dengan memperimbangkan apa yang diinginkan
pelanggan; (b) Melakukan koreksi, pencegahan atau penurunan dampak yang tidak
diinginkan dari suatu resiko; (c) Peningkatan kinerja dan efektifitas sistem manajemen
mutu; ISO 9001:2015 juga menambahkan bahwa peningkatan dapat dilakukan melalui
aktivitas peningkatan berkelanjutan (seperti kaizen), breaktrough (skala lebih besar),
inovasi ataupun re-organisasi.
Manfaat Penerapan ISO 9001:2015
Banyak manfaat yang diperoleh oleh perusahaan yang telah menerapkan ISO
9001:2015 yakni sebagai berikut:
1) Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang
terorganisasi dan sistematik. Proses dokumentasi dalam ISO 9001:2015 menunjukkan
bahwa kebijakan, prosedur, dan instruksi yang berkaitan dengan mutu telah
direncanakan dengan baik;
2) Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2015 diizinkan untuk mengiklankan pada
media massa bahwa sistem manajemen mutu dari perusahaan tersebut telah diakui
secara internasional. Hal ini berarti meningkatkan image perusahaan serta daya saing
perusahaan dalam memasuki pasar global;
3) Audit sistem manajemen mutu perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2015 dilakukan secara periodik oleh register dari lembaga registrasi sehingga
pelanggan tidak perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini akan menghemat biaya
pelanggan dan mengurangi duplikasi audit sistem mutu oleh pelanggan;
4) Perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2015 secara otomatis terdaftar
pada lembaga registrasi sehingga apabila pelanggan potensial ingin mencari pemasok
bersertifikat ISO 9001:2015, akan menghubungi lembaga registrasi. Jika nama
perusahaan itu telah terdaftar pada lembaga registratif bertaraf internasional, maka
hal itu berarti terbuka kesempatan pasar baru;
5) Meningkatkan mutu dan produktivitas manajemen melalui kerja sama dan komunikasi
yang lebih baik, sistem pengendalian yang konsisten, serta pengurangan dan
pencegahan pemborosan karena operasi internal menjadi lebih baik;
6) Meningkatkan kesadaran mutu perusahaan akan pekerjaan,proses, maupun produk
yang akan dilakukan;
7) Memberikan pelatihan secara sistematik kepada seluruh karyawan dan manajer
organisasi melalui prosedur-prosedur dan instruksi-instruksi yang terdefinisi secara
baik;
8) Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu dari anggota organisasi. Oleh karena
manajemen dan karyawan terdorong untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001:2015
yang umumnya hanya berlaku selama tiga hingga lima tahun.
Proses Sertifikasi ISO 9001:2015
Kontraktor yang ingin mendapatkan sertifikat ISO 9001:2015 dapat mengikuti proses yang
secara garis besar sebagai berikut:
1) Adanya komitmen dari pimpinan manajemen puncak Tanpa komitmen dari
manajemen, tidak mungkin sebuah perusahaan bisa menerapkan sistem manajemen
mutu sesuai ISO 9001:2015, sehingga komitmen adalah hal pertama yang wajib
diperhatikan;
2) Membentuk komite pengarah atau koordinator ISO Komite berfungsi mengangkat
salah satu atau lebih auditor internal untuk pemahaman ISO 9001:2015. Auditor adalah
orang yang dilatih sebagai penilai dan juga pengarah sumber informasi,penasihat dan
juga pemantau yang berkaitan dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015;
3) Mempelajari persyaratan dan standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
Memahami persyaratan dan standar mutu yang dijelaskan di ISO 9001, mulai dari
vocabulary, prinsip prinsip ISO dan juga elemen elemen ISO 9001 yang digunakan;
4) Mengimplementasikan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 Elemen/klasul ISO
9001:2015 harus menjadi pedoman dari sistem manajemen muut yang digunakan;
5) Audit sistem manajemen mutu perusahaan secara internal Tim auditor yang telah
dibentuk harus sudah melakukan audit terhadap sistem manajemen mutu perusahaan
sehingga telah terbukti bahwa manajemen mutu yang diacu sudah berstandarkan
klasul ISO 9001 :2015;
6) Memilih register Setelah manajemen yakin dan percaya bahwa sistem manajemen
mutu perusahaan sudah sesuai dengan elemen ISO 9001:2015, maka manajemen perlu
memilih register untuk melakukan penilaian. Register adalah orang yang akan
meninjau ulang dan mengontrol kelengkapan dokumen perusahaan sehingga jika
dokumen ada yang kurang bisa langsung dilakukan perbaikan dan dilengkapi;
7) Registrasi Jika sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 yang diimplementasikan sudah
sesuai persyaratan, maka sistem manajemen mutunya dinyatakan lulus dan
perusahaan sudah bsia mendapatkan sertifikasi ISO 9001.
3. Rangkuman
ISO 9001 merupakan bagian dari ISO 9000 series yang mengoptimalkan efektifitas
mutu suatu organisasi atau perusahaan, dengan menciptakan sebuah kerangka kerja
untuk peningkatan yang berkesinambungan. ISO 9001, berisikan tentang Persyaratan
Persyaratan yang berisikan standar yang mencakup persyaratan manajemen mutu yang
harus dipenuhi dalam penerapan sistem manajemen mutu dengan menekankan
pendekatan proses. (“Quality Manajement System – Requirements”). ISO 9001
merupakan standart yang fokus pada proses manajemen mutu perusahaan. ISO 9001
terdiri dari 10 elemen/klausul penting yaitu ruang lingkup, normative references, terms
and definitions, context of the organization, planning, leadership, support, operation,
performance evaluation, dan improvement. Penerapan ISO 9001:2015 memberikan
manfaat yang besar bagi perusahaan untuk meningkatkan kepercayaan
konsumen/pelangan, memperluas pasar dan jejaring, dan meningkatkan produktivitas
dan terciptanya budaya mutu di perusahaan.
4. Soal Latihan
Tes Formatif / Evaluasi Kegiatan Pembelajaran
Lingkarilah jawaban yang paling benar dari setiap soal dibawah ini.
1. ISO 9000 pertama kali dirumuskan pada tahun:
a. 1987
b. 1986
c. 1988
d. 1989
e. 1985
2. Context of the organization dalam klasul ke- 4 ISO 9001 membahas organisasi fokus
pada penataan:
a. Pemahaman organisasi dan konteksnya
b. Kebutuhan dan pihak-pihak yang terlibat
c. Ruang lingkup manajemen mutu
d. Sistem manajemen mutu dan prosesnya
e. Semua jawaban benar
3. ISO 9001, berisikan tentang:
a. Dasar dasar, konsep sistem manajemen mutu dan juga kosakata beserta definisi
yang digunakan pada setiap serinya
b. Persyaratan Persyaratan yang berisikan standar yang mencakup persyaratan
manajemen mutu yang harus dipenuhi dalam penerapan sistem manajemen
mutu
c. Petunjuk untuk peningkatan berkelanjutan sehingga dicapai kesempurnaan
melalui peningkatan secara berkelanjutan
d. a dan b salah
e. a dan b benar
4. Salah satu manfaat penerapan ISO 9001 bagi perusahaan adalah:
a. Menjadi terkenal
b. Mencegah pemborosan
c. Kepuasan pelanggan
d. a dan b benar
e. b dan c benar
5. Klausal yang menganggap penting peranan pihak manajemen dalam penerapan
sistem manajemen mutu adalah:
a. Ruang lingkup
b. Term dan condition
c. Improvement
d. Leadership
e. Support
6. Auditor adalah:
a. Pemimpin perusahaan yang menerapkan ISO 9001: 2015;
b. Penghubung perusahaan dengan lembaga sertifikasi ISO 9001:2015
c. Penilai dan juga pengarah sumber informasi,penasihat dan juga pemantau yang
berkaitan dengan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015
d. Pengambil kebijakan yang menentukan implementasi ISO 9001:2015
e. Semua jawaban salah
7. Masa berlaku sertifikat ISO adalah :
a. 2 tahun
b. 3 tahun
c. 10 tahun
d. 6 tahun
e. 1 tahun
8. Pada awal munculnya ISO 9000 berfokus pada mutu produk, namun dalam
perkembangannya ISO lebih berfokus pada:
a. Personalia
b. Kepuasan pelangan
c. Proses mendapatkan produk
d. Hasil akhir
e. Pimpinan perusahaan
5. Kunci Jawaban
1. A
2. E
3. B
4. E
5. D
6. C
7. B
8. C
6. Sumber Informasi dan Referensi
C. Penilaian
1. Sikap
Penilaian sikap dilakukan dengan tehnik observasi selama kegiatan perkuliahan
berlangsung. Sikap mahasiswa dalam mempelajari modul juga menjadi bahan penilaian.
2. Pengetahuan
Penilaian pengetahuan dilihat dari penguasaan mahasiswa tentang materi
sertifikasi benih tanaman. Sebagai acuan jumlah jawaban latihan yang bisa dijawab
dengan benar. Kategori penguasaan pengetahuan mahasiswa sebagai berikut:

90-100 % = baik sekali


80- 89 % = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum
dikuasai
3. Keterampilan
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. Manajemen Mutu Terpadu; Penerbit Nas Media Pustaka: Makassar, 2020;
ISBN 9786236714102.
BSN. Standar Internasional ISO 9001:2008 tentang Sistem Manajemen Mutu-
Persyaratan.
BSN. Standar Internasional ISO 9001:2015 tentang Sistem Manajemen Mutu-
Persyaratan.
Dewan Guru Besar IPB. Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia. Bogor: IPB
Press. ISBN: 9789794939277.
Direktorat Jendral Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian. Petunjuk Teknis
Fasilitasi Sertifikasi Pertanian Organik; Direktorat Jendral Tanaman Pangan,
Kementerian Pertanian: Jakarta, 2016.
https://tanamanpangan.pertanian.go.id/detil-
konten/petunjuk_teknis_tahun_2016/31 diunduh 15 november 2021
Mahyudin, N., Hidayat, N. Bisnis Ekspor Itu Mudah; Agromedia Pustaka: Jakarta,
2019; ISBN 9789790066441.
Muhandri, T., dan Kadarisman, D. Sistem Jaminan Mutu Industri Pangan; IPB Press:
Bogor, 2012; ISBN 9789794933688.
Pertanian Organik dan Penerapannya. https://evrinasp.com/pertanian-organik-
dan-penerapannya/. Diunduh 15 november 2021
Prinsip dasar pengembangan pertanian organik.
https://sulsel.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/publikasi/buletin/52-
buletin-nomor-5-tahun-2011/219-prinsip-dasar-pengembangan-
pertanian-organik. Di download 14 November 2021.
SOP (Standar Operasional Prosedur) Sertifikasi Benih Tanaman padi dan palawija
https://bppcijati.blogspot.com/2018/03/sop-standar-operasional-
prosedur.html diunduh 15 november 2021
Sulaeman, A. Prinsip-Prinsip HACCP dan Penerapannya pada Industri Jasa
Makanan dan Gizi; IPB Press: Bogor, 2017; ISBN 9786024401597.
Thaheer, H. Sistem Manajemen HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points);
PT. Bumi Aksara: Jakarta. ISBN 9795268554.
Tri Dewanti W. Tata Cara Pendaftaran Makanan dan Minuman di Badan POM
Republik Indonesia http://tridewanti.lecture.ub.ac.id/2010/02/tata-cara-
pendaftaran-makanan-dan-minuman-di-badan-pom-republik-indonesia/
diunduh 15 november 2021
Winarno F.G. HACCP (Hazard Analysis Critical Control Points); M-BRIO Press:
Bogor, 2012; ISBN 9789793098128.
Winarno, F.G. GMP: Good Manufacturing Practices. M-BRIO Press; Bogor, 2011;
ISBN 9789793098067.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan
Iklan Pangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan,
Mutu dan Gizi Pangan.
Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.04.12.2205/2012 tentang
Pedoman Pemberian Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga.
Peraturan Kepala Badan POM RI No.HK.03.1.23.04.12.2207/2012 tentang Tata
Cara Pemeriksaan Sarana Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT).
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.12/2016 tentang Pendaftaran Pangan Olahan

Anda mungkin juga menyukai