Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TEKHNOLOGI PRODUKSI BENIH

Disusun Oleh:
NAMA :SULASTINA
NIM : 2021C1B050
PRODI : TEKNIK PERTANIAN (B)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara agraris dengan kondisi wilayah yang sangat baik untuk bidang
pertanian, hutan industri, dan usaha pertanian lainnya. Hal ini dapat dilihat dari
pengembangan teknologi-teknologi pertanian seperti teknologi bibit baik pengelolaan sampai
pembudidayaan sehingga mampu menghasilkan hasil produksi yang baik dan berkualitas.
Dalam konteks agronomi, benih dituntut untuk bermutu tinggi sebab benih harus mampu
menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimum dengan sarana teknologi yang maju
(Sjamsoe’oed Sadjad, 1977, dalam Sutopo, 2002:2).

Benih merupakan organ generatif hasil fertilisasi putik oleh tepung sari yang digunakan untuk
perbanyakan tanaman. Benih sering disamaartikan dengan biji, namun sebenarnya terdapat
perbedaan antara keduanya. Benih berfungsi untuk perbanyakan tanaman sedangkan biji
berfungsi sebagai cadangan makanan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
No.12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Pertanian Bab I ketentuan umum pasal 1 ayat 4
disebutkan bahwa benih tanaman yang selanjutnya disebut benih, adalah tanaman atau
bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan atau mengembangbiakkan tanaman.
(Sutopo, 2004).

Kepentingan untuk memenuhi perkembangan bidangteknologi benih dari hampir berorientasi


pada varietas unggul semata menjadi berorientasi pula pada benih yang baik dan benar,
mendesak untuk diciptakannya suatu metode, sebstrat, kondisi lingkungan, alat-alat dan
evaluasi yang serba terstandaridisasi. Peranan teknologi benih khususnya dalam pengujian
dapat menghasilkan suatu standard kualifikasi benih bagi berbagai tingkatan mutu benih.
1.2 Rumusan Masalah
Cara memperoleh benih dengan kualitas yang tidak jauh berbeda dari indukan suatu
tanaman?
Apa saja permasalahan benih?
1.3 Tujuan
Mengetahui cara memperoleh benih dari suatu tanaman dengan beberapa metode yang
memudahkan untuk mendapatkan benih, serta untu memahaminya.
Mengetahui apa saja permasalahan benih.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi
Teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat
memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti
pengembangan varietas, penilaian dan pelepasan varietas, produksi benih, pengelolaan,
penyimpanan, pengujian serta sertifikasi benih (Feistrizer, 1975, dalam Sutopo, 2002:1).
Menurut Sutopo, 2002:9, benih disini dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan
untuk tujuan penanaman (mengalami perlakuan). Biji merupakan bentuk tanaman mini
(embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang. Benih merupakan
sarana penting dalam produksi pertanian dan menjadi faktor pembawa perubahan (agent of
change) teknologi dalam bidang pertanian.
Hasil seleksi dan hibridisasi tanaman berupa varietas baru mempunyai keunggulan yang
harus dipertahankan pada generasi berikutnya melaui perbanyakan, sekaligus
mempertahankan kemurnian genetik dan mutu benihnya.

2.2 Cara Memperoleh Benih yang Sama dengan Indukan


Cara mendapatkan atau memanen benih paling baik pada saat benih masak fisiologis, karena
pada saat itu benih berada pada kondisi puncak. Dalam pemanenan suatu benih dapat
dilakukan dengan memetik buahnya, atau memotong tanaman secara keseluruhan misalnya
pada tanaman padi, kedelai, kacang hijau, dan lain-lain. Tahap dalam proses mendapatkan
benih berkualitas yaitu :
a) Perontokan
Perontokan bertujuan untuk memisahkan benih dari bagian tanaman lain, misalnya tangkai
malai, daging buah, dan kulit buah. Perontokan dapat dilakukan secara manual ataupun
dengan menggunakan teknologi mesin perontok.
Metode yang digunakan dalam perontokan yaitu dengan metode manual maupun metode
mekanis.
Metode manual :
1. Dengan tangan
Biasanya digunakan pada tanaman tertentu seperti pada tanaman jagung.
2. Dengan tongkat pemukul
Hasil panen dihamparkan pada suatu lantai yang lunak dan ditutupi dengan anyaman bambu
lalu dipukul pada bagian atas dengan menggunakan tongkat. Pada penggunaan metode ini
memiliki resiko kerusakan benih yang sangat besar. Biasanya digunakan pada tanaman
kedelai dan kacang hijau.
3. Dengan hewan
Hasila panen diletakkan pada suatu lahan dan membentuk lingkaran. Serta pada pusat dari
lingkaran tersebut didirikan tiang sebagai tempat mengikatkan hewan atau sebagai pusat lalu
hewan tersebut dibiarkan berjalan mengitari tiang tersebut.
b) Pengeringan
Pengeringan benih dilakukan untuk mengurangi kadar air berlebihan pada benih hingga
mencapai batas tertentu serta mampu mempertahankan kualitas benih terutama pada daerah
dengan kelembapan yang tinggi.
c) Pembersihan Benih
Bertujuan untuk memisahkan kotoran atau materi lain yang bercampur dengan benih, dapat
dilakukan secara mekanis maupun secara manual, serta dapat juga sebagai proses pemisahan
benih sehingga kualitas benih meningkat.

2.3 Permasalahan Benih


Benih sebagai komponen agronomi selalu dituntut tersedia dengan syarat mutu yang tinggi.
Mutu yang harus dipenuhi oleh suatu benih adalah mutu fisiologis (daya kecambah, vigor dan
daya simpan yang tinggi), mutu genetik (kemurnian benih) dan mutu fisik (bersih dari
kotoran fisik ) serta kesehatan benih (bebas hama dan penyakit).
Tuntutan mutu ini hanya dapat diperoleh jika suatu benih diproduksi dan diuji kualitasnya
dengan cara-cara yang sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan. Oleh
karena itu permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat
muncul pada saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada proses pengujian
mutu benih. Jika salah satu dari proses tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya, maka
mutu benih yang diperoleh tidak sesuai dengan mutu yang diharapkan.
Permasalahan yang dapat muncul adalah rendahnya daya kecambah, vigor dan daya simpan
benih, rendahnya mutu genetik karena tercampur dengan varietas lain, serta rendahnya mutu
fisik dan kesehatan benih. Benih sebagai sarana produksi yang selalu diharapkan tersedia
tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis dan tepat harga, sangat ditentukan oleh ketepatan dalam
perencanaan jumlah dan jenis benih yang akan diproduksi, distribusi dan pemasarannya.
Ketersediaan benih yang kurang dari kebutuhan petani, waktu ketersediaan yang tidak sesuai
dengan saat diperlukan, jenis benih yang tidak sesuai dengan yang direncanakan ditanam dan
harga yang tidak terjangkau oleh petani, merupakan masalah yang sering terjadi dalam
kegiatan perbenihan.

2.3.1 Permasalahan Sertifikasi Benih


Permasalahan dalam sertifikasi benih antara lain:
a) Tidak selalu tersedianya sumber benih yang diperlukan sesuai dengan kelasnya.
b) Lahan/lokasi pertanaman tidak memenuhi persyaratan, dalam hal sejarah
lapangan.
c) Keterbatasan pengetahuan para petani terhadap sertifikasi benih berlabel.
d) Keadaan sosial ekonomi dari para petani sangat berpengaruh penyerapan pasar benih yang
berlabel (Benih bersertifikat).

2.3.2 Permasalahan Memproduksi Benih Bermutu


Fakta dilapangan menunjukkan bahwa ketersediaan dan penggunaan benih bermutu (dan
berlabel) masih rendah. Permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi benih
antara lain adalah :
a) Keterbatasan ketersediaan benih sumber untuk diperbanyak oleh produsen dan penangkar
benih
b) Produsen benih kelas menengah ke bawah umumnya belum mempunyai pemulia sendiri,
serta penyilang benih banyak yang belum mempunyai laboratorium kultur jaringan
c) Keterbatasan modal usaha, sehingga penggunaan input dan sarana produksi
terbatas, yang berakibat volume usaha juga tidak optimal.
d) Keterbatasan varietas benih dalam negeri yang disukai konsumen (sesuai
preferensi konsumen), sementara pemohon pelepasan varietas sayuran berasal dari intoduksi
(luar negeri) meningkat.
e) Keterbatasan data supply-demand benih antar daerah dan antar sentra, sehingga
jalur dan pemenuhan benih tidak terpantau secara baik.
f) Keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas pengawas benih tanaman.
g) Keterbatasan dana operasional bagi Balai Benih BPS dan Pengawan Benih Tanaman
Benih petani dapat beradaptasi lebih baik dengan kondisi lokal, menghasilkan makanan yang
lebih bergizi, dan memiliki produktivitas yang tinggi dalam sistem pertanian agroekologi
tanpa pestisida ataupun asupan lain yang mahal harganya. Tetapi benih hibrida telah
membuat kontaminasi pada benih petani sehingga membuat benih tradisional terancam
punah. Benih hibrida menggantikan benih petani dari lokasi asalnya dan membuatnya hampir
punah. Manusia tidak dapat bertahan tanpa benih dari petani, namun perusahaan
menempatkan benih petani dalam kondisi yang berisiko.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam suatu proses penanaman atau tumbuhnya suatu pohon selalu ada bakal tumbuh atau
yang sering dikenal dengan benih, kemudian tumbuh menjadi bibit yang siap ditanam. Dalam
mendapatkan suatu bibit dibutuhkan suatu proses yang sedikit memakan waktu yang lama
untuk menentukan kualitas akhir dari suatu benih. Benih memiliki fungsi agronomi atau
merupakan komponen agronomi, oleh karena itu benih termasuk kedalam bidang/ruang
lingkup agronomi.
Permasalahan dalam perbenihan yang berhubungan dengan mutu benih dapat muncul pada
saat proses produksi benih, prosessing, penyimpanan dan pada proses pengujian mutu benih.
3.2 Saran
Paper ini tidak luput dari kesalahan, maka dengan ini tim penyusun mengharapkan masukan
dari bapak dan teman-teman semua yang bisa membangun bagi penulisan Paper ini sehingga
kedepannya menjadi lebih baik. Dalam melakukan upaya untuk mendapatkan benih yang
baik maka diperlukan penguasaan tentang prosedur dan mampu meminimalisir masalah-
masalah yang sering dijuampai pada proses pembuatan maupun setelahnya.

Anda mungkin juga menyukai