Anda di halaman 1dari 13

CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484

ISSN Online : 2460-894

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAK AYAM PETELUR


(Studi kasus di Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep)
Ribut Santosa, Hari Sudarmadji, Zasli Purwanto
Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja Sumenep
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha dan tingkat sensitivitas peternak ayam ras
petelur bila terjadi perubahan harga input, harga output, dan mahalnya upah tenaga kerja. Lokasi
penelitian berdasarkan purposive method di Desa Saronggi dan Desa Tanjung Kecamatan Saronggi
Kabupaten Sumenep. Pengambilan sampel dengan menggunakan metode Total Sampling. Kriteria
kelayakan usaha yang digunakan yaitu: Net Present Value (NPV), Internal Rate Of Return (IRR), Net
Benefit Cost Ratio ( Net B/C Ratio), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), dan Payback Periods.
Analisis sensitivitas yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan persentase 5% sebagai batas
minimal persentase tingkat perubahan input dan output, 10 % sebagai batas atas dari persentase
perubahan input dan output, dari kegiatan usaha peternakan ayam petelur. Hasil analisis dapat dinyatakan
bahwa usaha peternakan ayam ras petelur layak atau direkomendasikan “GO” untuk
diusahakan/dikembangkan pada skala yang lebih besar. Hal ini mengacu pada tingkat kemampuan
mengembalikan biaya investasi (IRR) diatas nilai discount factor. Net B/C Ratio dan Gross B/C Ratio
dalam analisis finansial lebih besar dari 1. NPV pada tingkat discount factor sebesar 9,98 % atau 0,83%
per bulan menunjukkan sebesar Rp. 32.241.500,. Analisis sensitivitas dengan menggunakan skenario
naiknya harga input dan turunnya harga output pada tingkat persentase masing-masing sebesar 5%, dan
10%, ternyata tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap kegiatan usaha peternakan ayam ras
petelur kecuali kenaikan 10% pada sarana produksi akan mematikan usaha peternak ayam ras petelur di
Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.
Kata kunci: kelayakan usaha, sensivitas dan peternak ayam petelur
Zasli Purwanto, Program Studi Agribisnis,
I. PENDAHULUAN Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja
Produksi ternak yang efisien Sumenep. Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km. 5
tergantung pada keberhasilan memadu Patian-Sumenep.
sistem manajemen, makanan, kontrol Usaha ternak menyimpan potensi
terhadap penyakit dan parasit, dan bisnis dan prospek yang menjanjikan di
perbaikan genetik dan pemuliaan. Semua masa mendatang. Fakta menunjukkan
faktor ini saling berhubungan, dimana bahwa bisnis berbasis peternakan
perbaikan genetik harus merupakan suatu merupakan salah satu fenomena yang
bagian program terpadu yang bertujuan tumbuh pesat ketika basis lahan menjadi
untuk meningkatkan produksi dengan terbatas. Demikian pula, ketika subsektor
mengembangkan tipe ternak yang sesuai pertanian tanaman pangan tumbuh dibawah
dengan pengelolaan, spesifik, kondisi 2 persen pada periode 1986-1997, subsektor
lingkungan, dan kondisi ekonomi setempat peternakan justru mencapai hampir 6 persen
(Rasyaf, 2001). pada periode yang sama ( Bustanul Arifin,
2003). Salah satu jenis usaha pada
Alamat Korespondensi: subsector peternakan yang telah menjadi
Ribut Santoso, Program Studi Agribisnis, perhatian para pengambil kebijakan adalah
Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja usaha ternak ayam ras petelur. Pada
Sumenep. Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km. 5 triwulan pertama tahun 2008 produksi bibit
Patian-Sumenep. ayam ras (DOC FS) petelur terjadi
Hari Sudarmadji, Program Studi Agribisnis, penurunan dibandingkan dengan periode
Fakultas Pertanian, Universitas Wiraraja yang sama pada tahun 2007 dari produksi
Sumenep. Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km. 5 DOC FS 0,73 juta ekor per minggu menjadi
Patian-Sumenep 0,70 juta ekor per minggu atau terjadi
penurunan sebesar 4,1 persen. Penurunan

1
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

ini disebabkan karena penundaan tentang biaya usaha peternakan,


masyarakat untuk mengganti ternak ayam pendapatan, dan prospek usaha peternakan
petelur, hal ini disebabkan karena dengan menggunakan pendekatan finansial.
melonjaknya harga penunjang seperti pakan Seingga Tujuan Penelitian ini adalah:
yang tidak sebanding dengan harga jual Untuk menganalisis kelayakan usaha
telur. peternak ayam ras petelur dan tingkat
Usaha ternak yang berorentasi bisnis sensitivitas peternak ayam petelur yang
akan menekankan penggunaan sumberdaya diusahakan oleh peternak di Desa Saronggi
seefisien mungkin. Penggunaan dan Desa Tanjung Kecamatan Saronggi
sumberdaya bukan berati sekecil-kecilnya Kabupaten Sumenep bila terjadi perubahan
untuk mendapatkan hasil yang sebesar- harga input, harga output, dan mahalnya
besarnya. Prinsip ini tidak berlaku untuk upah tenaga kerja.
bisnis dan teknis beternak. Semua
sumberdaya digunakan pada posisi yang
sebenarnya sehingga terlihat perbedaan
II. METODE PENELITIAN
antara usaha peternakan dan beternak hanya
sekedar memelihara, sebab semua biaya Jenis penelitian yang digunakan adalah
yang telah dikeluarkan harus kembali, penelitian yang menggunakan metode
bahkan harus menghasilkan lebih banyak deskriptif analitik (Nazir, 2003). Deskriptif
dibandingkan biaya yang sudah dikeluarkan merupakan suatu metode yang
(Rasyaf, 1997). menggambarkan sesuatu secara aktual,
Peternakan ayam ras petelur dapat dipercaya mengenai fakta–fakta,
merupakan salah satu jenis usaha yang sifat–sifat serta hubungan antara fenomena
banyak memberikan kontribusi pendapatan yang akan diselidiki, sedangkan metode
di Indonesia. Suatu peternakan ayam ras analitik berfungsi untuk menarik suatu
petelur mengandalkan telur sebagai hasil kesimpulan, interprestasi, dan memperkuat
yang akan dibeli atau dimanfaatkan oleh analitik metode deskriptif terhadap hasil
konsumen, sebagai ternaknya adalah ayam. analisa dengan menggunakan rumus
Manfaat dari peternakan ayam ras petelur matematik maupun analisa pendekatan
tidak hanya pada lingkungan terbatas tetapi proyek.
juga untuk mendapatkan penghasilan bagi Lokasi penelitian ditentukan
keluarga. Baik buruknya peternakan akan berdasarkan metode sampling secara
mempengaruhi kondisi keuangan peternak sengaja (purposive method). Adapun tempat
(Rasyaf, 2001). yang dipilih adalah Peternak yang berada di
Perkembangan peternakan yang ada di Desa Saronggi dan Desa Tanjung
Kabupaten Sumenep menunjukkan tren Kecamatan Saronggi Kabupaten Sumenep.
kenaikan, dimana perkembangan Dasar pertimbangan bahwa daerah tersebut
peternakan terutama peternakan ayam merupakan daerah peternak Ayam ras
petelur di Sumenep digambarkan dengan petelur terbanyak di Kecamatan Saronggi.
semakin banyaknya peternak dan jumlah Metode pengambilan sampel dengan
ternak yang dipelihara. Perkembangan menggunakan metode Total Sampling yaitu
tingkat ekonomi peternak juga pengambilan seluruh populasi yang ada di
menggambarkan bahwa peternakan di daerah penelitian untuk dijadikan sampel.
Kabupaten Sumenep menunjukkan tren Metode yang digunakan dalam
yang positif. menganalisis data pada penelitian ini adalah
Berdasarkan permasalahan dan sebagai berikut: Analisis Net Present
latar belakang yang ada dan potensi sumber Value (NPV), Internal Rate Of Return
daya yang dimiliki, maka dalam (IRR), Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C
pengembangan peternak ayam petelur Ratio), Gross Benefit Cost Ratio (Gross
secara optimal perlu dikaji lebih lanjut B/C), Payback Period.

2
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

1. Analisis Net Present Value (NPV) Keterangan :


Net Present Value adalah salah satu kriteria i1 = DF (Tingkat Bunga) pertama dimana
investasi yang merupakan selisih antara diperoleh NPV (+)
benefit dengan biaya yang di-present value- i2 = DF (Tingkat Bunga) Pertama dimana
kan. diperoleh NPV (-)
Kriteria investasi IRR ini memberikan
Formula untuk NPV adalah sebagai pedoman, bahwa proyek akan layak apabila
berikut : IRR > Social Discount Factor. Sebaliknya
t=n jika diperoleh IRR < Social Discount
NPV = ∑ ( Bt - Ct ) (DF) Factor, maka proyek sebaiknya tidak
t=0 dijalankan.Di dalam hal ini yang perlu
Keterangan: diperhatikan, bahwa besarnya selisih antara
Bt = Benefit pada tahun ke – t Discount Factor tidak boleh lebih dari 5 %,
Ct = Biaya pada tahun ke – t jika lebih dari 5 %, maka cara interpolasi
DF = Discount Factor ( Tingkat Bunga ini tidak memberikan hasil angka yang
yang berlaku ) benar (Muljadi, 1995).
n = Lamanya priode waktu
Perhitungan metode ini, jika hasil 3. Net Benefit Cost Ratio ( Net B/C
perhitungan lebih dari nol maka usaha atau Ratio)
kegiatan yang dilakukan tersebut layak Net Benefit Cost Ratio merupakan
untuk diusahakan (Muljadi, 1991). perbandingan antara Net Benefit yang telah
di Discount Factor positif (+) dengan Net
2. Internal Rate of Return (IRR) Benefit yang telah di Discound Faktor
IRR merupakan tingkat bunga yang negatif (-). Net B/C Ratio ini
menggambarkan, bahwa antara benefit menunjukkan gambaran berapa kali lipat
(penerimaan) yang telah di-present value- Benefit akan diperoleh dari cost yang
kan dengan cost (pengeluaran) yang telah dikeluarkan.
di-present value-kan sama dengan nol Formulanya sebagai berikut:
(Muljadi, 1995). Besarnya IRR ini tidak t=n
ditemukan secara langsung dan harus dicari ∑ ( Bt - Ct ) (DF)
dengan coba-coba. Mula-mula dipakai t=0
Discount Factor yang diperkirakan Net B/C =
mendekati besarnya IRR. Kalau t=n
perhitungan ini memberikan nilai NPV ∑ ( Ct - Bt ) (DF)
yang positif, maka harus dicoba Discount t=0
Factor yang lebih tinggi sampai
menghasilkan nilai NPV negatif mendekati Jika net B/C ratio lebih besar dari 1
0 . Kalau hal ini sudah tercapai, maka (satu), berarti gagasan usaha atau proyek
diadakan interpolasi antara Discound tersebut feasible atau layak untuk
Faktor yang tertinggi (i1) yang memberi diusahakan. Jika nilai kurang dari 1 (satu),
NPV positif dan Discount Factor terendah maka usaha yang sedang dikerjakan tidak
(i2) yang memberi NPV negatif. Sehingga feasible atau tidak layak untuk diusahakan.
diperoleh NPV sebesar nol (0). Jika nilai Net B/C Ratio sama dengan satu,
maka Cash In Flow sama dengan Cash Out
Secara sistematis dirumuskan sebagai Flows, dalam Present Value disebut dengan
berikut: Break Even Point yaitu Total Cost sama
NPV + dengan Total Revenue (Ibrahim, 1998)
IRR = i1 + . ( i2 – i1 )
( NPV (+) – NPV (-) ) 4. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C)

3
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

Gross B/C adalah perbandingan nilai out-put yang terjadi selama beberapa
jumlah Present Value Benefit (PV. Benefit) priode sebelumnya, maka perubahan input
dengan Present Value Cost (PV. Cost). dan output rata-rata terjadi pada tingkat
Perhitungan Gross B/C dengan persentase antara 5% sampai 10%.
menggunakan rumus : Sehingga dalam penelitian ini
t=n menggunakan persentase 5% sebagai batas
∑ ( Bt ) ( DF) minimal persentase tingkat perubahan
Gross B/C = t=0 input dan out-put, 10 % sebagai batas atas
t=n dari persentase perubahan input dan out-
∑ ( Ct ) ( DF ) put, dari kegiatan usaha peternakan ayam
t=0 petelur.
Jika Gross B/C > 1, maka proyek Dalam penelitian ini, untuk
tersebut layak untuk diusahakan. menganalisa secara finansial dengan
(Ibrahim,1998). menggunakan criteria investasi, maka
digunakan tingkat suku bunga sebesar DF
5. Payback Periods = 9,96%, yaitu tingkat suku bunga tabungan
Payback Periods diartikan sebagai BRI Cabang Sumenep yang berlaku pada
jangka waktu kembalinya investasi yang saat sekarang. Tingkat suku bunga
telah dikeluarkan melalui keuntungan yang tabungan BRI akan dijadikan sebagai batas
di peroleh dari suatu proyek. Semakin minimal untuk memperoleh keuntungan
cepat waktu pengembalian maka semakin dalam kegiatan peternakan ayam petelur.
baik untuk diusahakan, akan tetapi Payback Dalam artian, bahwa biaya modal (Cost of
Periods ini telah mengabaikan nilai uang Capital) yang dimiliki peternak untuk
pada saat sekarang (Present Value) digunakan dalam kegiatan peternakan ayam
(Ibrahim, 1998). peletelor, harus memperoleh keuntungan
Adapun rumus yang digunakan untuk yang lebih besar dibandingkan apabila
menghitung Payback Periods adalah : biaya modal itu hanya disimpan dalam
bentuk tabungan di BRI.
Investasi
Payback Periods = III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Net Benefit kumulatif
3.1 Analisis Biaya Usaha Peternakan
Dalam penelitian ini, lebih cenderung Ayam Ras Petelur
menggunakan analisis Net Benefit
Kumulatif dari pada Net Benefit rata-rata
A. Biaya Tetap (Fixed Cost)
setiap tahun, karena secara rasional petani
akan lebih mengutamakan pengembalian Biaya tetap adalah biaya yang besar
modal lebih dahulu, dari pada harus kecilnya, tidak dipengaruhi oleh banyak
menunggu pengumpulan keuntungan ayam yang diusahakan/skala usaha atau
selama satu tahun berikutnya. tidak tergantung pada besar kecilnya
Persentase analisis sensitivitas yang produksi. Biaya tetap ini meliputi biaya
digunakan dalam penelitian ini, sewa lahan, pajak, dan biaya penyusutan
disesuaikan dengan fenomena yang terjadi
peralatan.
didaerah penelitian, yaitu dimana kenaikan
biaya-biaya sarana produksi dan penurunan

Tabel 3.1. Biaya Tetap Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Untuk Usaha 1000 ekor Ayam Ras
Petelur di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep
NO. PERALATAN HARGA ( Rp ) UNIT TOTAL ( Rp )
1 Sewa Lahan 331.250 1 331.250

4
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

2 Kandang Luar 12.437.500 1 12.437.500


3 Sangkar Ayam 4.437,5 1000 4.437.500
4 Tempat Pakan 30.000 29,63 888.750
5 Tempat Minum 4.047 500 2.023.438
6 Timba 30.000 5 150.000
7 Ember 75.000 3 225000
8 Gayung 10.000 3 30.000
Total 20.523.438
Besarnya pembelian peralatan untuk B. Biaya Variabel (Variable Cost)
usaha peternakan ayam ras Petelur yang Biaya variabel adalah biaya yang
menggunakan luas kandang luar 155m2 jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
adalah sebesar Rp. 12.437.500. Yang mana penggunaan luas kandang atau banyaknya
peralatan ini diasumsikan mempunyai umur ayam yang dipelihara dan besar kecilnya
ekonomis sama dengan umur proyek usaha yang dinyatakan dalam bentuk uang
kelayakan usaha peternakan ayam ras atau rupiah. Biaya variabel ini dikorbankan
petelur yang diteliti.

Tabel 3.2. Biaya Variabel Usaha Peternakan Ayam Ras Petelur Untuk Usaha 1000 ekor Ayam
Ras Petelur di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep
Biaya Variabel Unit Harga (Rp) Jumlah (Rp) Total (Rp/23 bln)
a. Biaya Bibit 1000 ekor 55.225/ekor - 55,225,000
b. Biaya Pakan 0,33 kg/ekor/hari 519/ekor 15.190125 339.515.738
c. Vitamin 4 kali perbulan 18.750/akt 75,000 1725000
d. Vaksin 4 kali perbulan 28.750/akt 115,000 2645000
e. Tenaga Kerja 2 HOK 523.438/bln 1,046,875 24078125
f. Listrik 1 bulan 30,625 704.375 704375
g. Telpon 1 bulan 34,375 790.625 790625
h. Air 1 bulan 12,959 12,959 298066
Jumlah 71729959 424981928
jumlah ayam yang direncanakan. Dalam
untuk mengadakan faktor-faktor penelitian ini yang diperhitungkan sebagai
produksi yang sifatnya berubah-ubah yang biaya variabel adalah biaya pembelian
mengikuti besarnya luas kandang dan sarana produksi dan biaya tenaga kerja.

Tabel 3.3 Pendapatan Usaha Peternakan 1000 ekor Ayam Ras Petelur Untuk Luas Kandang
155m2, pada Tahun 2012 di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep dengan
Waktu dua Tahun
Keterangan Biaya (Rp)
Total Biaya Tetap dan Variabel 445505366
Penerimaan
. Hasil Telur
1). Jumlah Produk 510015
2). Harga 918,2
Jumlah 468286500
Residu 24759125

5
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

Total Penerimaan 493045625


Pendapatan 47540259
Pajak 10% 4754026
Pendapatan setelah Pajak 42786233

Analisis kelayakan investasi usaha


peternakan ayam ras petelur dilakukan
dengan menggunakan kriteria investasi
diantaranya : Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C Ratio), Gross Benefit
C. Pendapatan dan Total Biaya Cost (Gross B/C) dan, Payback Period
Produksi Usaha Peternakan Ayam (PP). Sebagaimana telah diuraikan, bahwa
Ras Petelur hasil perhitungan kriteria investasi
Total biaya produksi merupakan merupakan salah satu peralatan dalam
penjumlahan dari biaya tetap yang meliputi pengambilan keputusan, apakah proyek
biaya sewa lahan, dan peralatan dengan (investasi) usaha peternakan Ayam yang
biaya variabel antara lain biaya pembelian diusahakan oleh rakyat dinilai dapat
bibit, pakan, vaksin, vitamin, dan diterima atau ditolak.
penggunaan tenaga kerja serta biaya listrik, Berikut ini disajikan hasil perhitungan
telpon dan air. Secara rinci disajikan pada kriteria investasi dan pengambilan
Tabel 3.3. keputusannya yang disajikan pada Tabel
3.4
3.2 Analisis Kelayakan Finansial Usaha
Peternakan Ayam Ras Petelur

Tabel.3.4 Nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Periods pada Kegiatan Usaha
Peternakan ayam ras petelurdi Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep

No. Analisis Hasil Yang Diisyaratkan Rekomendasi Keterangan


NPV 1 Rp. 32.241.500 NPV>0 (positif) Layak/Go Luas Kandang
IRR 2 3,2% 0,83% Layak/Go 155 m2
Net B/C 3 1,52 Net B/C >1 Layak/Go Jumlah Ayam
Gross B/C 4 1,08 Gross B/C >1 Layak/Go 1000 ekor
PP 5 10 bulan 6 hari Semakin cepat Layak/Go
Semakin baik
0,83% per bulan dimana discount factor
Dari hasil analisis finansial dalam tabel tersebut merupakan tingkat bunga yang
diatas, maka dapat dijelaskan sebagai berlaku pada saat penelitian dilaksanakan.
berikut: Pada Tabel 3.4 menunjukkan bahwa
a. Net Present Value (NPV) besarnya nilai Net Present Value pada
Net Present Value adalah selisih nilai usaha peternakan ayam ras petelur sebesar
sekarang antara pendapatan kotor rata- Rp. Rp. 32.241.500, yang artinya adalah
rata dengan biaya total rata-rata pada bahwa kegiatan usaha peternakan Ayam
tingkat discount factor sebesar 9,98 % atau tersebut memperoleh keuntungan masing-

6
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

masing sebesar Rp. Rp. 32.241.500,-, Nilai penggunaan luas kandang 155 m2 dengan
NPV lebih besar dari 0, berarti total kapasitas ayam 1000 ekor akan
penerimaan lebih besar daripada total memberikan manfaat sebesar 1,52 lipat
pengeluaran sehingga usaha peternakan dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk
ayam ras petelur tersebut layak untuk kegiatan produksi, artinya setiap Rp. 1,-
diteruskan karena mampu menutupi semua biaya produksi yang dikeluarkan akan
biaya yang dikeluarkan oleh peternak. mampu memberikan manfaat masing-
Dimana nilai-nilai tersebut tidak lain adalah masing sebesar Rp. 1,52.
jumlah nilai sekarang untuk pendapatan d. Gross B/C Ratio
bersih selama umur proyek. Ketiga kategori Gross B/C Ratio adalah analisis untuk
luas lahan yang diteliti dalam penelitian ini membandingkan nilai present value benefit
semuanya memberikan nilai Net Present dengan nilai present value cost. Dari
Value lebih besar dari 0, sehingga kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur
rekomendasi yang diberikan pada kegiatan di Kecamatan Saronggi, Kabupaten
usaha peternakan ayam ras petelur tersebut Sumenep. Nilai Gross B/C Ratio
adalah “Go” yaitu layak untuk diusahakan sebesar1,08. Hal ini menunjukkan bahwa
dan dikembangkan. besarnya pendapatan yang dihasilkan dari
b. Internal Rate of Return (IRR) kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur
Berdasarkan Net Present Value pada yang menggunakan luas kandang 155 m2
penggunaan luas kandang 155 m2 dan adalah sebesar Rp. 1,08 kali lipat dari
jumlah ayam 1000 ekor yang bernilai biaya usaha peternakan Ayam yang
positif, maka besarnya Internal Rate of dikeluarkan. artinya setiap Rp.1,- biaya
Return (IRR) dari usaha peternakan ayam usaha peternakan ayam ras petelur yang
ras petelur setelah dihitung dengan dikeluarkan akan menghasilkan pendapatan
menggunakan program MS-Excel dan sebesar Rp. 1,08.
menggunakan discound factor sebesar 3,2 Dari hasil analisis nilai Gross B/C
%. Nilai IRR atau tingkat pengembalian Ratio lebih besar dari 1 (Gross B/C Ratio >
internal kegiatan usaha peternakan ayam ras 1), yang mana dapat diartikan bahwa
petelur sebesar 3,2 %, yang artinya kegiatan pendapatan dari usaha peternakan ayam ras
usaha peternakan ayam ras petelur di petelur lebih besar dari total biaya yang
Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep dikeluarkan untuk setiap bulannya,
dinyatakan layak, karena mampu sehingga dapat disimpulkan bahwa
mengembalikan pengeluaran biaya investasi kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur
yang digunakan sampai pada tingkat suku dinyatakan layak secara finansial dan dapat
bunga 3,2% lebih besar dari suku bunga dijalankan atau dikembangkan.
Bank yang diasumsikakan sebesar 0,83 % e. Payback Period (PP)
per bulan. Analisis Payback Period dalam
c. Net B/C Ratio penelitian ini menggunakan analisis net
Net B/C Ratio dengan discount factor benefit kumulatif . Payback Period dalam
9,98% atau 0,83% perbulan pada kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur
usaha peternakan ayam ras petelur penggunaan luas kandang 155 m2 dengan
menghasilkan nilai Net B/C Ratio 1,25, kapasitas ayam 1000 ekor menghasilkan
Dengan demikian, maka usaha peternakan nilai PP yang lebih kecil dari umur proyek
ayam ras petelur dengan kategori kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur

7
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

yaitu selama 2 tahun yaitu nilai PP yang mampu memberikan tingkat keuntungan
dihasilkan adalah 10 bulan 6 hari. Usaha yang besar sehingga waktu pengembalian
peternakan ayam ras petelur memiliki biaya investasi dapat dilakukan dalam
jangka waktu pengembalian biaya investasi waktu yang relatif cepat, sehingga
atau total biaya proyek tergolong cepat penerimaan selebihnya dari kegiatan usaha
(kurang dari 2 tahun). peternakan ayam ras petelur seluruhnya
Dalam penelitian ini, analisis payback merupakan keuntungan bagi peternak.
periods lebih cenderung menggunakan Dengan adanya keuntungan yang diterima
analisis net benefit kumulatif dari pada net oleh peternak, ini menandakan bahwa Net
benefit rata-rata, karena secara rasional B/C Ratio dan Gross B/C Ratio dalam
peternak akan lebih mengutamakan analisis finansial lebih besar dari 1, artinya
pengembalian modal terlebih dahulu dari penghasilan dan pendapatan yang diterima
pada harus menunggu pengumpulan dari kegiatan usaha peternakan ayam ras
keuntungan selama satu tahun berikutnya. petelur yang dikelola rakyat lebih besar
Di sisi lain hasil analisis dengan dari total biaya produksi yang dikeluarkan.
perhitungan net benefit kumulatif jauh 3.3. Analisis Sensitivitas Usaha
lebih efektif atau lebih cepat dalam Peternakan Ayam Ras Petelur
pengembalian modal investasi dari pada Pada prinsipnya semua alat analisis
dengan menggunakan cara net benefit rata- bersifat statis, padahal kondisi
rata. perekonomian sering dihadapkan pada
fluktuasi harga dan ketidak pastian lainnya.
Dari hasil analisa kelima alat analisis
Analisis sensitivitas (Sensitivity Analysis)
evaluasi proyek secara finansial, maka bertujuan untuk mengevaluasi sejauh mana
dapat dinyatakan bahwa usaha peternakan kepekaan perusahaan apabila terjadi
ayam ras petelur di Kecamatan Saronggi, perubahan dari faktor-faktor yang
Kabupaten Sumenep adalah layak untuk mempengaruhi kegiatan operasional
diusahakan dan dikembangkan, dan perusahaan dalam menghasilkan
memberikan rekomendasi “GO” untuk keuntungan (benefit).
Sensitivitas pada penelitian ini
diusahakan/dikembangkan pada skala yang
meliputi: (a) perubahan naiknya harga input
lebih besar. Hal ini mengacu pada hasil produksi (sewa lahan, peralatan, bibit,
analisis finansial yang diperoleh dalam pakan, obat-obatan dan upah tenaga kerja),
penelitian ini, dimana memiliki tingkat (b) Perubahan turunnya harga output
kemampuan mengembalikan biaya investasi (Harga jual telor untuk tiap butirnya), untuk
(IRR) diatas nilai discount factor, berarti luas kandan dan jumlah ayam yang diteliti
dengan demikian usaha peternakan ayam dalam penelitian ini.
ras petelur yang diusahakan oleh rakyat

Tabel. 3.5 Nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Periods pada Kegiatan Usaha
Peternakan ayam ras petelur. Kenaikan Biaya Sarana Produksi Sebesar 5%, dan
10%, di Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep
Alat Keadaan Perubahan harga Sarana produksi Prosentase perubahan
Analisis Awal naik 5% naik 10% naik 5% naik 10%
NPV 32241500 11708198 -8825105 63.69% 127.37%

8
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

IRR 3.2% 1.67% 47.8%


Net B/C 1.52 1.26 17.11%
Gross B/C Rp. 1.08 Rp. 1.03 4.63%
PP 10.6 20.9 -97.17%

9
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

Berikut ini disajikan tabel 3.5 hasil Nilai Net B/C ratio sebesar 1,26 yang lebih
analisis sensitivitas usaha peternakan ayam besar dari 1 artinya setiap Rp. 1,- biaya
ras petelur, bila disimulasikan terjadi produksi yang dikeluarkan mampu
perubahan kenaikan harga input dan memberikan manfaat sebesar Rp.1,26 dan ini
penurunan harga output tingkat persentase mengalami penurunan sebesar 17,11% dari
sebesar 5% dan 10%. nilai semula. Nilai Gross B/C juga
Berdasarkan tabel 3.5, maka dijelaskan mengalami penurunan nilai sebesar 4,36%
bahwa dengan naiknya harga biaya input jika ada kenaikan harga sarana produksi
produksi (Sewa Lahan, Bibit, Peralatan, sebesar 5% sehingga nilai Gross B/C menjadi
Pakan, Obat-Obatan dan Upah Tenaga Kerja) 1,03 dan nilai ini masih lebih besar dari 1
sampai pada tingkat persentase 5 % (benefit artinya setiap Rp. 1,- Biaya usaha peternakan
tetap), maka masih dapat dikatakan layak ayam yang di keluarkan akan memberikan
untuk meneruskan kegiatan usaha peternakan pendapatan sebesar Rp.1,03. Payback Periods
Ayam tersebut, miskipun mengalami (PP) sebesar 20 bulan 9 hari, yaitu modal
penurunan nilai NPV sebesar 63,69 % karena investasi baru dapat dikembalikan dalam
pada kondisi tersebut, pada penggunaan luas waktu 20 bulan 9 hari atau dengan pengertian
kandang 155 m2 masih bisa menghasilkan bahwa jika harga sarana produksi naik 5%
NPV dengan discount factor 0,83 % perbulan maka pengembalian modal akan mengalami
atau setara 9,98% per tahun sebesar Rp. kemunduran sebesar 97,17% lebih lama dari
11.708.198 artinya dari kegiatan usaha semula.
peternakan ayam ras petelur tersebut masih Usaha peternakan Ayam Ras petelur jika
mampu memberikan keuntungan sebesar Rp. sarana produksi naik mencapai 10% maka
11.708.198. Nilai IRR turun sebesar 47,8 % usaha ini akan kolap dan tidak layak untuk
dari nilai 3,2% menjadi 1,67 % akan tetapi diusahakan karena nilai NPV sebesar –
masih lebih besar dari 0,83% % artinya 8825105 , artinya akan mengalami kerugian
kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur sebesar Rp. 8.825.105 selama 2 tahun, dengan
tersebut masih mampu mengembalikan asumsi turun lebih 100% yaitu sampai
pengeluaran investasi yang digunakan sampai mencapai 127,37% dari penghasilan semula
pada tingkat suku bunga 1,67 % per bulan. sehingga nilai NPV lebih kecil nilai nol.

Tabel 3.6 Nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, dan Payback Periods Pada Usaha Peternakan
ayam ras petelur Dengan Penurunan Harga Telor sebesar 5%, dan 10% di Kecamatan
Saronggi, Kabupaten Sumenep 2012
Alat Keadaan Perubahan harga Telor Prosentase perubahan
Analisis Awal Turun 5% Turun10% Turun 5% Turun10%
NPV 32241500 30341917 8354978 5.89% 74.09%
IRR 3.2% 3.04% 1.46% 5.00% 54.38%
Net B/C 1.52 1.49 1.23 1.97% 19.08%
Gross B/C 1.08 1.07 1.02 0.93% 5.56%
PP 10.6 11.3 24 -6.60% -126.42%

tersebut, miskipun mengalami penurunan nilai


Berdasarkan tabel 3.6 diatas, maka NPV sebesar 5,89 % karena pada kondisi
dijelaskan bahwa dengan turunnya harga tersebut, pada penggunaan luas kandang 155
produksi (harga telor) sampai pada tingkat m2 masih bisa menghasilkan NPV dengan
persentase 5 % (biaya lainnya tetap), maka discount factor 0,83 % perbulan atau setara
masih dapat dikatakan layak untuk 9,98% per tahun sebesar Rp. 30.341.917
meneruskan kegiatan usaha peternakan Ayam artinya dari kegiatan usaha peternakan ayam

10
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

ras petelur tersebut masih mampu mengalami penurunan sebesar 19,08% dari
memberikan keuntungan sebesar Rp. nilai semula. Nilai Gross B/C juga
30.341.917. Nilai IRR turun sebesar 5 % dari mengalami penurunan nilai sebesar 5,56%
nilai 3,2% menjadi 1,46 % akan tetapi masih jika ada penurunan harga produksi sebesar
lebih besar dari 0,83% % artinya kegiatan 10% sehingga nilai Gross B/C menjadi 1,02
usaha peternakan ayam ras petelur tersebut dan nilai ini masih lebih besar dari 1 artinya
masih mampu mengembalikan pengeluaran setiap Rp. 1,- Biaya usaha peternakan ayam
investasi yang digunakan sampai pada tingkat yang di keluarkan akan memberikan
suku bunga 1,46 % per bulan. Nilai Net B/C pendapatan sebesar Rp.1,02. Sedangkan
ratio sebesar 1,49 yang lebih besar dari 1 Payback Periods (PP) sebesar 24 bulan,
artinya setiap Rp. 1,- biaya produksi yang yaitu modal investasi baru dapat
dikeluarkan mampu memberikan manfaat dikembalikan dalam waktu 24 bulan atau
sebesar Rp.1,49 dan ini mengalami penurunan dengan pengertian bahwa jika harga produksi
sebesar 1,97% dari nilai semula. Nilai Gross turun 10% maka pengembalian modal akan
B/C juga mengalami penurunan nilai sebesar mengalami kemunduran sebesar 126,42%
0,93% jika ada penurunan harga produksi lebih lama dari semula.
sebesar 5% sehingga nilai Gross B/C menjadi Dalam kegiatan usaha peternakan ayam
1,07 dan nilai ini masih lebih besar dari 1 ras petelur di Kecamatan Saronggi, Kabupaten
artinya setiap Rp. 1,- Biaya usaha peternakan Sumenep dengan penggunaan luas kandang
ayam yang di keluarkan akan memberikan 155 m2 dengan kapasitas ayam 1000 ekor,
pendapatan sebesar Rp.1,07. Sedangkan pendapatan yang diterima oleh peternak
Payback Periods (PP) sebesar 11 bulan 3 mengalami keuntungan selama umur proyek
hari, yaitu modal investasi baru dapat yang diteliti. Hal ini menandakan bahwa
dikembalikan dalam waktu 11 bulan 3 hari kegiatan usaha tersebut layak untuk
atau dengan pengertian bahwa jika harga diusahakan dan dikembangkan, serta dapat
produksi turun 5% maka pengembalian modal dijadikan sebagai salah satu pilihan mata
akan mengalami kemunduran sebesar 6,60% pencaharian utama didaerah tersebut, tetapi
lebih lama dari semula. dengan peningkatan pendapatan ini tentunya
Usaha peternakan Ayam Ras petelur jika juga diikuti dengan peningkatan biaya usaha
harga produksi turun mencapai 10% (biaya peternakan Ayam yang dikeluarkan setiap
lainnya tetap), maka masih dapat dikatakan bulanya.
layak untuk meneruskan kegiatan usaha Usaha peternakan ayam ras petelur di
peternakan Ayam tersebut, miskipun Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep
mengalami penurunan nilai NPV sebesar dapat dinyatakan layak secara finansial dan
74,09 % masih bisa menghasilkan NPV memberikan rekomendasi “GO” untuk
dengan discount factor 0,83 % perbulan atau diusahakan/dikembangkan. Hal ini mengacu
setara 9,98% per tahun sebesar Rp. 8.354.978 pada hasil analisis finansial dalam penelitian
artinya dari kegiatan usaha peternakan ayam ini, dimana usaha peternak memiliki tingkat
ras petelur tersebut masih mampu kemampuan mengembalikan biaya investasi
memberikan keuntungan sebesar Rp. diatas nilai discount factor, berarti dengan
8.354.978. Nilai IRR turun sebesar 54,38 % demikian usaha peternakan ayam yang
dari nilai 3,2% menjadi 1,46 % akan tetapi diusahakan oleh rakyat mampu memberikan
masih lebih besar dari 0,83% % artinya keuntungan yang besar sehingga waktu
kegiatan usaha peternakan ayam ras petelur pengembalian biaya investasinya relatif
tersebut masih mampu mengembalikan cepat, sehingga penerimaan selebihnya
pengeluaran investasi yang digunakan sampai merupakan keuntungan bagi peternak. Dengan
pada tingkat suku bunga 1,46% per bulan. adanya keuntungan tersebut, ini menandakan
Nilai Net B/C ratio sebesar 1,23 yang lebih bahwa Net B/C Ratio dan Gross B/C Ratio
besar dari 1 artinya setiap Rp. 1,- biaya dalam analisis finansial ini lebih besar dari 1.
produksi yang dikeluarkan mampu Analisis sensitivitas dengan
memberikan manfaat sebesar Rp.1,23 dan ini menggunakan skenario naiknya harga input (

11
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

sewa lahan, peralatan, bibit, pakan, obat- peralatan,bibit, pakan, obat-obatan dan
obatan, dan upah tenaga kerja ), dan turunnya Upah tenaga kerja) dan turunnya harga
harga output (harga telur per biji), pada out-put (harga telor), pada tingkat
tingkat persentase masing-masing sebesar 5%, persentase masing-masing sebesar 5%,
dan 10%, ternyata tidak memberi pengaruh dan 10%, kecuali saran produksi naik
yang signifikan terhadap kegiatan usaha mencapai 10% maka usaha peternakan
peternakan ayam ras petelur di Kecamatan ayam ras petelur tidak layak diusahakan.
Saronggi, Kabupaten Sumenep, kecuali
kenaikan 10% pada sarana produksi akan 4.2. Saran –Saran
mematikaan usaha peternak ayam Ras petelur 1. Saran Kebijakan
di Kecamatan Saronggi kabupaten Sumenep. Adapun saran kebijakan yang diajukan
adalah sebagai berikut:
IV. KESIMPULAN DAN SARAN a. Pengembangan usaha peternakan ayam
ras petelur pada tingkat peternak,
4.1. Kesimpulan hendaknya dilakukan secara intensif
Berdasarkan hasil analisis dan dengan memperhitungkan pemanfaatan
pembahasan pada bab-bab terdahulu, maka areal lahan yang ada secara maksimal,
dapat disimpulkan sebagai berikut: dan juga kapasitas ayam yang diusahakan
a. Besarnya penerimaan peternak dari perlu ditingkatkan. Sehingga dengan
kegiatan usaha peternakan ayam ras demikian hasil yang diperoleh akan
petelur yang dipengaruhi oleh tingkat berbanding positif dengan luas kandang
produksi dan harga produksi yang terjadi yang diusahakan.
lapangan. Tingkat produksi dan harga b. Diharapkan adanya pengembangan
produksi dapat memperoleh keuntungan kemitraan bagi peternak ayam ras
dari kegiatan ini. petelur, yang mana dalam hal ini
b. Tingkat pengembalian biaya investasi pemerintah daerah diharapkan
dalam kegiatan usaha peternakan ayam mempunyai peran untuk mempertemukan
ras petelur di Kecamatan Saronggi, pengusaha, investor atau pihak
Kabupaten Sumenep lebih besar dari penyandang dana dengan peternak. Bila
tingkat suku bunga perbankan di daerah hal ini dianggap perlu, maka diadakan
tersebut, sehingga peternak yang penandatanganan kontrak kerjasama
mengusahakan ayam petelur tersebut terutama yang berkaitan dengan
memperoleh keuntungan dan mata penyediaan dana/modal, penyediaan
pencaharian ini dinyatakan layak untuk input (sarana produksi), pembinaan
diteruskan. peternakan ayam ras petelur dari
c. Pengembalian biaya investasi lebih cepat pemeliharaan sampai pada penanganan
dari umur proyek 2 tahun, sehingga pasca panen, sampai pada pemasaran
peternak memperoleh keuntungan yang hasil terutama dalam menciptakan sebuah
lebih besar dari kegiatan usaha akses pasar, sehingga telor yang
peternakan Ayam tersebut. dihasilkan peternak memiliki kualitas
d. Secara finansial kegiatan usaha yang dapat diterima di pasar domestik
peternakan ayam ras petelur di dan pasar ekspor. sehingga peternak
Kecamatan Saronggi, Kabupaten berusaha dan termotivasi untuk
dinyatakan layak dan memberikan menghasilkan produk yang berkwalitas
rekomendasi “GO” untuk sesuai yang diinginkan oleh konsumen
diusahakan/dikembangkan pada skala 2. Saran untuk Penelitian Lanjutan
yang lebih besar. Untuk menunjang pelaksanaan kegiatan
e. Usaha peternakan ayam ras petelur di usaha peternakan ayam ras petelur di
Kecamatan Saronggi, Kabupaten Kabupaten Sumenep, maka banyak penelitian
Sumenep tidak peka terhadap perubahan lanjutan yang bisa dilakukan untuk lebih
naiknya harga sarana (Sewa lahan, mengeksploitasi kegiatan usaha peternakan

12
CEMARA VOLUME 9 NOMOR 1 NOPEMBER 2012 ISSN Cetak : 2087-3484
ISSN Online : 2460-894

ayam ras petelur yang dikembangkan di


Kabupaten Sumenep. Adapun penelitian
lanjutan yang dapat dilakukan terutama yang
berkaitn dengan masalah-masalah sebagai
berikut :
a. Analisis Faktor-faktor produksi yang
mempengaruhi tingkat produksi dan
pendapatan usaha ayam ras petelur di
Kabupaten Sumenep
b. Analisis kelayakan usaha peternakan
ayam ras petelur dan sensitivitas di
Kabupaten Sumenep dengan
menggunakan skenario sensitivitas yang
lebih bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Y. 1998. Studi Kelayakan Bisnis.


PT. Rineka Cipta, Jakarta
Muljadi. 1995. Evaluasi Proyek. Liberty,
Yogyakarta
Rasyaf, M. 1997. Beternak Ayam Pedaging.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta
------------. 2001. Beternak Ayam Petelur.
Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta

13

Anda mungkin juga menyukai