Anda di halaman 1dari 11

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

SISTEM PENETAPAN HARGA POKOK PENJUALAN TELUR PUYUH


( Coturnix – coturnix japonica ) PADA USAHA TERNAK PUYUH
(Studi Kasus di Peternakan Puyuh Soreang Kab. Bandung)

(DETERMINATION SYSTEM OF SELLING PRIMARY PRICE QUAIL EGG


(Coturnix – coturnix japonica) AT QUAIL FARM
(CASE STUDY AT QUAIL FARM, SOREANG – BANDUNG DISTRICT)

Gilang Muhammad Putra*, Hasni Arief**, dan Taslim**


Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
Jalan Raya Bandung Sumedang KM 21 Sumedang 45363

*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran


**Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
e-mail: gilangmuhammadputra@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Maret sampai dengan Bulan April 2014
di peternakan puyuh Agung Quail Farm di Soreang Kabupaten Bandung. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahuisistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh di
peternakan Agung Quail Farm dan mekanisme pembentukan harga pada sistem tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus, dalam metode studi kasus terdapat
informan kunci (key informan) sebanyak 2 orang, terdiri dari pemilik peternakan
(owner) dan pedagang pengecer (retailer).Model analisis data yang digunakan pada
penelitian ini adalah model deskriptif kualitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa
sistem/metode penetapan harga pokok penjualan Agung Quail Farm menggunakan
metode cost plus pricing, dimana hasil perhitungan mendekati harga pasar yaitu
Rp 210,00/butir. Mekanisme pembentukan harga dari sistem tersebut adalah
berdasarkan pengaruh dari azas permintaan dan penawaran antara Agung Quail Farm
dengan pedagang pengecer, dan masih di pengaruhi harga telur puyuh dari wilayah
Jawa Timur.

Kata kunci:Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan, Telur Puyuh,


Harga keseimbangan pasar, harga transaksi

ABSTRACT

This research had been conducted from on March to April 2014 at Agung Quail
Farm, Soreang-Bandung District. The research aimed to know determination system of
selling primary price quail egg and price pattern mechanism of its at Agung Quail
Farm. The research used case study method, which there are two persons as key
informant, such as owner of farm quail and egg retailer. Analysis model which is used
by the research is qualitative description model. Results of the research showed that
determination system/method of selling primary price quail egg at Agung Quail Farm
used Cost Plus Pricing Method, which calculation result of its is closely similarly to
market equilibrium price, namely IDR 210/unit. Mechanism price has been formed by
supply and demand between Agung Quail Farm with retailer, and quail egg price still
effected by price of Java East territory quail egg.
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Keyword :Determination system of selling primary price, quail egg,


market equilibrium price, transaction price.
PENDAHULUAN

Pembangunan peternakan merupakan bagian dari suatu totalitas kinerja agribisnis, khususnya

subsistem usahatani ternak dengan output berupa produksi primer ternak. Subsistem ini akan

menjadi suatu kesatuan kinerja yang tidak terpisahkan dari subsistem agribisnis hulu (kegiatan

ekonomi input, produksi peternakan, informasi, dan teknologi) dan subsistem agribisnis hilir

(perdagangan, pengolahan, dan jasa agribisnis). Usaha agribisnis dalam bidang usahatani ternak

merupakan salah satu pembangunan usaha peternakan yang berpotensi.Potensi yang dihasilkan

dapat berupa sumber protein yang dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat

Indonesia, maka dari itu usaha agribisnis di bidang peternakan akan mengalami peningkatan dan

terus berkembang karena konsumsi akan protein hewani semakin meningkat.

Salah satu sumber protein hewani adalah telur puyuh. Telur puyuh merupakan salah satu

komoditas peternakan dari jenis produksi telur yang menunjukkan adanya peningkatan

permintaan sejak Tahun 2006 dan 2007 bahkan hingga sekarang. Pada Tahun 2006 penduduk

Jawa Barat rata–rata mengkonsumsi telur puyuh sebesar 0,07 per kapita per tahun dengan jumlah

penduduk 40.371.976 dan meningkat menjadi 0,088 pada Tahun 2007 dengan jumlah penduduk

41.240.707 (Badan Pusat Statistik, 2008).

Peternakan puyuh mendapat perhatian besar karena mempunyai beberapa keistimewaan,

baik dalam rangka pemerataan pembangunan, maupun perluasan lapangan kerja dan peningkatan

pendapatan petani/peternak karena mempunyai beberapa keunggulan teknis. Keunggulan teknis

itu meliputi waktu berproduksi relatif cepat, tidak memerlukan tempat pemeliharaan yang luas,

produktivitas telurnya tinggi, hasil telurnya banyak diminati konsumen, mutu gizi dan rasanya

cukup tinggi sebanding dengan telur ayam.

Agung Quail Farm merupakan salah satu usaha peternakan puyuh di Soreang Kab. Bandung.

Agung Quail Farm mulai berdiri sejak awal bulan Mei 2013 dengan komoditas telur puyuh

sebagai produk utama. Populasi yang berada di peternakan ini adalah 2.000 ekor pada masa awal

produksi dan sekarang telah berkembang hingga 3.000 ekor dengan target populasi yaitu: 5.000
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

ekor, dengan luas kandang 200 m2 di atas lahan seluas 700 m2dan dilengkapi dengan kolam lele

sebagai pembuangan limbah puyuh yang mati dan ayam kampung sebagai usaha sampingan.

Pesatnya perkembangan potensi ternak puyuh menandakan usaha ini dapat dijadikan sebagai

usaha yang kompetitif. Ternak puyuh mempunyai potensi yang besar untuk dikembangkan, tak

kalah dibandingkan dengan unggas lain. Produksi telur yang dapat mencapai 200–300 butir/tahun

dengan masa penetasan yang singkat ± 16hari/telur menjadikan usaha ternak puyuh ini dapat

berkembang dengan cukup baik. Namun, seperti kita ketahui salah satu penunjang perekonomian

suatu usaha adalah kesehatan pasar, baik pasar barang jasa, pasar uang, maupun pasar tenaga

kerja. Kesehatan pasar sangat tergantung pada makanisme pasar yang mampu menciptakan

tingkat harga yang seimbang, yakni tingkat harga yang dihasilkan oleh interaksi antara kekuatan

permintaan dan penawaran yang sehat.

Harga merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam pemasaran suatu produk

karena harga adalah satu dari empat bauran pemasaran/marketing mix (4P = product, price, place,

promotion / produk, harga, distribusi, promosi). Harga adalah suatu nilai tukar dari produk barang

maupun jasa yang dinyatakan dalam satuan moneter. Penetapan harga pokok penjualan terlalu

tinggi akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun jika harga terlalu rendah akan

mengurangi keuntungan yang dapat diperoleh para pelaku usaha. Dalam hal ini penetapan harga

pokok penjualan telur puyuh juga menjadi sangat penting bagi peternak. Harga merupakan salah

satu penentu keberhasilan suatu usaha karena harga menentukan seberapa besar keuntungan yang

akan diperoleh peternak dari penjualan produknya.

Harga telur puyuh yang berlaku di masyarakat ada dua macam yaitu harga butiran dan harga

kiloan, Agung Quail Farm menetapkan secara butiran dengan harga Rp 210,00/butir namun

mengharapkan harga pasar sebesar Rp 230,00. Melihat produsen telur puyuh didaerah lainnya

seperti di Jawa Timur, para pelaku usaha didaerah setempat menetapkan harga telur puyuh

sebesar Rp 190,00/butir. Harga yang berbeda antar wilayah ini dapat dipengaruhi oleh sistem

penetapan harga yang berlaku di peternakan tersebut tergantung dari kondisi peternakan itu

sendiri.
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Bertitik tolak dari kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang

penetapan harga pokok penjualan telur puyuh dengan judul “Sistem Penetapan Harga Pokok

Telur Puyuh (Coturnix – coturnix japonica) pada Usaha Ternak Puyuh (Studi Kasus di

Peternakan Puyuh Soreang Kab. Bandung).

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Objek penelitian yang terkait dalam penelitian ini adalah sistem penetapan harga pokok

penjualan telur puyuh di Agung Quail Farm dan subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah

pemilik peternakan, pekerja kandang sebagai pelaku produsen telur puyuh dan pedagang

pengecer (retailer).

Metode yang digunakan adalah metode studi kasus. Metode studi kasus adalah

penelitian tentang subjek penelitian yang berkenan dengan suatu fase spesifik atau khas dari

keseluruhan personalitas (Maxfield, 1930 dalam Nazir, 2005). Metode ini dapat memberikan

gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas

dari kasus ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat–sifat khas di atas akan

dijadikan suatu hal yang bersifat umum. Penelitian studi kasus karena sesuai dengan tujuan

penelitian yaitu ingin mempelajari secara mendalam dan terperinci tentang sistem penetapan

harga pokok penjualan telur puyuh di peternakan Agung Quail Farm, Soreang Kab. Bandung

serta mengetahui secara mendalam dan mengatahui mekanisme pembentukan harga yang

berlaku di Agung Quail Farm.

Studi kasus ini mengutamakan teknik pengumpulan data melalui observasi peran sentral

atau pelibatan (participant observation), yaitu dengan melakukan observasi pada peternakan

puyuh Agung Quail Farm dikarenakan Agung Quail Farm merupakan peternakan puyuh yang

menggunakan suatu sistem yang belum teridentifikasi dalam menetapkan suatu harga pokok

yakni harga pokok telur puyuh. Informan dalam metode studi kasus ini dapat dijadikan sebagai

informan kunci, informasi yang diperoleh dapat luas sehingga analisis dapat dilakukan dengan

baik dan benar. Analisis data tersebut dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif adalah
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

suatu analisis penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam

penelitian (Idrus, 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan Dan Mekanisme Pembentukan Harga


Penetapan harga dapat dilakukan dengan mengadakan perhitungan harga pokok penjualan,

yang mana banyak metode dalam hal menetapkan harga pokok penjualan. Dalam penelitian ini,

metode yang akan digunakan adalah metode menurut Basu Swastha (2005) yaitu cost plus

pricing method dan mark up pricing method.

Metode cost plus pricing merumuskan bahwa harga pokok penjualan merupakan hasil

akumulasi dari total biaya produksi dengan margin; dan mark up pricing method merumuskan

bahwa harga pokok penjualan merupakan hasil akumulasi harga beli dengan mark up harga.

Bertitik tolak dari konsep kedua metode tersebut, maka metode penetapan harga pokok

penjualan di Agung Quail Farm dapat dianalisis dengan menggunakan data yang diperoleh

selama penelitian sebagai berikut:

Tabel 1. Rincian Biaya Produksi Selama 1 Tahun (2014)

Harga
Volume Jumlah Biaya Jumlah Biaya
No Jenis Biaya /Satuan Unit
Kebutuhan (Rp) /ekor/hari (Rp)
(Rp)
1 Pullet* 10.000 2.000 (ekor) 20.000.000 30,8

2 Peralatan Kandang dan


Saung (jetpump, sekop, 50.000.000 1(unit) 3,42
50.000.000
mesin tetas dll)**

5.970 17.520 95,52


3 104.594.400
Pakan (kg/3000
ekor/tahun)
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

4 Vaksin ND Lasota 20.000 18 360.000 0,33


(Medion) (pack/3000ek
or/tahun)
*penggunaan
untuk
2bln/3pack

18 (pack/3000
ekor/tahun)
5 Susu Skim 20.000 360.000
*penggunaan 0,33
untuk
2bln/3pack

12 (liter/3000
ekor/tahun)
6 Bioprima 20.000 240.000
*penggunaan 0,21
untuk
1bln/liter

60 (pack/3000
ekor/tahun)
*penggunaan 0,82
7 Egg Pro 15.000 untuk 900.000
1bln/5pack

2 (liter/3000
ekor/tahun)
8 Obat -Obatan 100.000 *penggunaan 200.000 0,18
(Primaflox) untuk
6bln/liter

12 (3000
9 Listrik dan Air 600.000 7.200.000
ekor/ tahun) 6,5
12
10 Tenaga Kerja 2.100.000 (3000 25.200.000 23
ekor/ tahun)

Jumlah Biaya 161,2

*1 Tahun = 324 hari

**Perhitungan Biaya Penyusutan Terlampir di Tabel 2.


Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Tabel 2. Perhitungan Biaya Penyusutan Kandang dan Peralatan


Kandang
Umur
Nilai Awal Nilai Penyusutan
NO Komponen Biaya Ekonomis
(Rp) /Tahun/3000ekor (Rp)
(Tahun)
1 Jet Pump 1.500.000 5 300.000
2 Perkakas 500.000 10 50.000
3 Alat Sprayer 400.000 5 80.000
Mesin Tetas non
4 3.000.000 10 300.000
Otomatis (2)
5 Mesin Tetas Otomatis 1.300.000 10 130.000
6 Kandang dan Saung 43.300.000 15 2.886.666
Jumlah 3.746.666
Nilai Penyusutan/Hari
/3000ekor 3,42

Berdasarkan Tabel 1, hasil perhitungan menunjukkan bahwa total biaya pokok produksi

adalah Rp 161.2/ekor/hari. Nilai tersebut diasumsikan sama dengan biaya pokok produksi untuk

1butir/hari, atas dasar pertimbangan bahwa dalam perhitungan 1 ekor puyuh menghasilkan 0.65

butir telur/hari. Namun pada produksi mahluk hidup angka desimal tidak digunakan sehingga

nilai 0.65 dibulatkan menjadi 1. Oleh karena itu biaya pokok produksi untuk 1 ekor/hari bernilai

sama dengan biaya pokok produksi 1 butir/hari. Total biaya pokok produksi ini diakumulasikan

dengan besaran margin akan membentuk harga pokok penjualan sebagaimana yang dipersaratkan

dalam Cost plus pricing method. Hasil wawancara menyatakan bahwa margin harga yang

diinginkan oleh pemilik usaha ternak ini, yaitu sebesar Rp 50/butir,dengan demikian harga pokok

penjualan adalah sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan = Total Biaya Produksi + Margin

= Rp 161.2 + Rp 50/butir

= Rp 211.2/butir

Metode yang dibahas selanjutnya yaitu metode mark up pricing, metode ini digunakan untuk

memperoleh harga pokok penjualan berdasarkan hasil kalkulasi dari harga beli dan mark up.

Berdasarkan hal tersebut jika Agung Quail Farm memposisiskan sebagai pedagang yang
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

mengambil telur puyuh dari Jawa Timur dengan harga beli sebesar Rp 190/butir,dengan mark up

harga yang diinginkan yaitu sebesar 25% dari harga beli. Maka akan membentuk hasil akumulasi

dari harga beli dengan mark upharga. Berikut hasil perhitungan untuk mark up pricing method:

Harga Pokok Penjualan = Harga Beli + Mark Up

= Rp 190/butir + (25% x Rp 190)

= Rp 190/butir + Rp 47.5

= Rp 237.5/butir

Meninjau hasil perhitungan kedua metode tersebut terdapat selisih harga pokok penjualan

yang jauh berbeda. Harga yang berlaku di pasar Palasari, yaitu Rp 210/butir, jika membandingkan

kedua metode tersebut metode cost plus pricing yang paling mendekati dari harga jual di pasar,

yaitu Rp 210/butir dengan Rp 211.2/butir yakni selisih harga Rp 1.2,00/butir. Bertitik tolak dari

hasil perhitungan maka hal tersebut dapat menjelaskan bahwa sistem atau metode yang digunakan

Agung Quail Farm yaitu metode cost plus pricing method. Perhitungan hasil akumulasi

mendekati harga jual yang berlaku di pasar dimana terjadi penawaran dan permintaan sehingga

terbentuknya kesepakatan harga antara Agung Quail Farm dan pedagang pengecer.

Agung Quail Farm melakukan penetapan harga pokok penjualan berdasarkan metode Cost

Plus Pricing, walapun metode tersebut telah digunakan dan telah dihitung jumlah nominal harga

telur puyuh tetap saja mekanisme pembentukan harga berperan dalam hal harga pokok penjualan.

Harga yang telah ditetapkan dipengaruhi oleh permintaan dari pihak konsumen, sehingga terjadi

penawaran harga yang menjadikan harga turun. Namun walapun harga telah ditawar oleh pihak

PD Telur Segar, Agung Quail Farm menahan harga agar keuntungan dapat maksimal dengan

jaminan telur yang diberikan terjamin kualitasnya. Berikut kurva pembentukan harga

keseimbangan berdasarkan posisi tawar-menawar harga:

P S (Agung Quail Farm)


Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

(Agung Quail
212
Farm + Harga
211 E1● Telur Puyuh
210 E2● Jatim)

209

D (PD. Telur Segar)


Qx Qx̍ Q
Gambar 2. Kurva permintaan dan penawaran Agung Quail Farm dan

PD. Telur Segar (pedagang pengecer)

Kurva di atas menggambarkan posisi tarik-menarik harga antara Agung Quail Farm dengan

pedagang pengecer, harga pokok penjualan yang ditetapkan Agung Quail Farm Rp 211,2/butir.

Namun akibat ada desakan harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur maka harga pokok

penjualan yang telah ditetapkan turun menjadi Rp 210/butir. Hal ini terjadi karena wilayah Jawa

Timur merupakan pemasok telur puyuh terbesar di pulau Jawa sehingga besar pengaruhnya

terhadap harga telur puyuh di Jawa Barat. Profit yang diharapkan Agung Quail Farm tidak serta

merta dapat diwujudkan dengan mudah, harga pasar yang lebih dahulu menguasai wilayah Jawa

Barat lebih besar pengaruhnya pada hal mekanisme pembentukan harga jual. Mengapa demikian

karena masih ada pengaruh patokan harga dari peternak telur puyuh Jawa Timur. Sehingga harga

produk lokal masih dipengaruhi harga dari luar wilayah Jawa Barat yaitu wilayah Jawa Timur,

karena segmen pasar peternak telur puyuh dari Jawa Timur mengambil andil yang paling besar

untuk wilayah Jawa Barat. Hal ini didasari karena harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur

lebih murah, ini terjadi karena biaya produksi di wilayah Jawa Timur lebih rendah dibandingkan

dengan wilayah Jawa Barat, contohnya upah pegawai kandang yang lebih murah, sewa lahan

yang lebih murah dll.

KESIMPULAN DAN SARAN


Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sistem penetapan harga pokok penjualan telur puyuh yang digunakan Agung Quail Farm

yaitu menggunakan metode Cost Plus Pricing.

2. Mekanisme pembentukan harga pokok penjualan telur puyuh dari sistem tersebut

dilengkapi dengan adanya azas permintaan dan penawaran, hal ini terkait dengan adanya

pengaruh dari tekanan harga telur puyuh dari wilayah Jawa Timur, sehingga peternak

lokal yang telah mengeluarkan harga pokok penjualan masih dipengaruhi oleh harga telur

puyuh dari Jawa Timur.

Saran

Agung Quail Farm sebaiknya memperbaiki sistem manajerial yang berlaku di


peternakan ini, baik dalam hal menghitung harga pokok penjualan maupun dalam hal
meningkatkan kinerja pegawai kandang agar dapat menjalin kegiatan operasional yang
sesuai dengan tujuan perusahaan. Produksi telur puyuh harus ditingkatkan lagi serta
tetap menjaga kualitas telur dan pelayanan agar dapat membuka pangsa pasar baru
sehingga sedikit demi sedikit produk telur puyuh lokal akan berkembang dan
mengambil alih segmen pasar yang dikuasai oleh peternak dari wilayah Jawa Timur.

DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Lincolin. 2008. Ekonomi Manajerial. Edisi Empat. BPFE. Yogyakarta.

BadanPusatStatistik 2008. http://bps.go.id/ (diaksespadatanggal 16 Januari 2014)

Campbell, J.R. dan J.F Lasley. 1977. The Science of Animal that Serve Mankind. Tata Mcgraw
Hill. New Delhi.

Carter, W.K dan Usry, M.F. 2009. Akutansi Biaya. Diterjemahkan oleh Krista. Salemba
Empat. Jakarta
Firdaus, Muhammad. 2008. Manajemen Agribisnis.Bumi Akasara. Jakarta

Handoko, T dan Hani. 2003. Manajemen. Cetakan Kedelapanbelas. J BPFE Yogyakarta,


Yogyakarta.
Sistem Penetapan Harga Pokok Penjualan………………………………Gilang Muhammad Putra

Hansen, Don R dan Mowen, Marryane M. 2006.Management Accounting.Buku 1 dan 2.Edisi


7.Salemba Empat: Jakarta

Kotler, P. 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi, Dan Kontrol Jilid
1 (Edisi Bahasa Indonesia Dari Principles Of Marketing), PT. Prenhalindo, Jakarta

Listiyowati E dan Roospitasari K. 2007. Puyuh Tata Laksana Budi Daya secara Komersial,
EdisiRevisi. Penebar swadaya. Jakarta.

Manullang, M. 1991. Pengantar Ekonomi Perusahaan. EdisiRevisi. Libeerty. Yogyakarta.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi 3. Salemba Empat:
Jakarta.

Nafarin. 2004. Akuntansi: Pendekatan Siklus dan Pajak untuk Perusahaan Industri dan Dagang.
Cetakan Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Edisi Enam. Ghalia Indonesia. Bogor.

Nicholson, Walter. 2002. Mikro ekonomi Intermediate dan Aplikasinya.Erlangga. Jakarta.

Patilima, Hamid. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.

Sastry, N.S.R., C.K Thomas and R.A Singh. 1982. Farm Animal Management and Poultry
Pruduction. Vikas Publshingb House PVT LTD. New Delhi

Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. EdisiTiga. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta

Suryabrata, S. 1983. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Swastha, Basu dan Irawan, 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty, Yogyakarta

Tim Karya Seni Tani Mandiri, 2009. Beternak Burung Puyuh. Nuansa Aulia. Bandung

Tohir, A.K. 1971. Ekonomi Selayang Pandang.Sumur Bandung. Bandung

Partadiredja, Ace. 1992. Pengantar Ekonomika. BPFE. Yogyakarta.

Purwanto, Djoko. 2006. Komunikasi Bisnis. Erlangga. Jakarta

Woodard, A.E., H Abplanalp., W.O Wilson dan P. Vohra.1972.Japanese Quail Husbandry In The
Laboratory. University of California. Davis.

Wuryadi, Slamet. 2010. Buku Pintar Beternak Dan Bisnis Puyuh (cetakan 1). Agromedia
Pustaka. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai