AKUNTANSI BIAYA
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DAN KEGIATAN OPERASIONAL PADA
PABRIK TAHU “MAI”
DOSEN PENGAMPU: Rochman Effendi, S.E, M. Si, Ak.
Disusun Oleh:
Erina Khalisah Nurindriyani (200810301163)
LANDASAN TEORI
2.1 Tahu
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang
sudah banyak dikenal di masyarakat dan banyak diminati, karena harganya
murah, mudah didapat, dan mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu
berasal dari negeri Cina dan merupakan koagulasi dari protein kedelai.
Koagulasi protein dilakukan dengan bahan-bahan yang bersifat asam,
selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut disaring dan dipadatkan
menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas Janabadra Yogyakarta,
2006).
Di Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping
pasarannya cukup luas, industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala
rumah tangga sehingga tidak membutuhkan investasi tinggi. Dipasaran
terdapat beberapa jenis tahu antara lain tahu putih (mentah), tahu kuning,
tahu goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan lain-lain. Masing-masing jenis
tahu tersebut memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki pangsa pasar
sendiri-sendiri. Proses pembuatan untuk masing-masing jenis tahu tersebut
sedikit berbeda. Di Indonesia, tahu sudah menjadi menu masakan favorit
yang banyak kita jumpai dari warung kelas warteg hingga restoran papan
atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah menjadi
berbagai aneka produk makanan khas seperti tahu bakso, siomay, tahu
goring, tahu genjrot, gado-gado, dan aneka camilan seperti keripik tahu dan
lain-lain (Salim, 2012).
Dilihat dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang sangat
menyehatkan dan murah harganya serta mengandung zat-zat yang
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan perbaikan gizi masyarakat.
Komposisi (zat gizi) tahu dalam 100 gram mengandung 18 komposisi asam
amino tahu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sumber: USDA Nutrient database
Gambar 2.1 Tabel kandungan gizi tahu per 100 gram
2.2 Perusahaan Manufaktur
Istilah manufaktur berasal dari kata Latin manu factum yang
artinya dibuat dengan tangan. Manufaktur adalah proses produksi untuk
menghasilkan produk-produk fisik. Dalam pengertian sempit, manufaktur
adalah proses mengkonversikan bahan baku menjadi produk-produk fisik
melalui serangkaian kegiatan yang membutuhkan energi yang masing-
masing menciptakan perubahan pada karakteristik fisik atau kimia dari
bahan tersebut. Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah
perusahaan yang kegiatannya membeli bahan baku kemudian mengolah
bahan baku dengan mengeluarkan biaya-biaya lain menjadi barang jadi yang
siap untuk di jual. Salah satu dari bagian perusahaan manufaktur yang ada
di Indonesia biasanya disebut pabrik. Pabrik adalah suatu tempat untuk
proses manufakturing.
d. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap
adalah biaya gaji.
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, antara lain biaya
asuransi gedung dan emplasement, asuransi mesin, equipment,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan amortisasi
kerugian trial-run.
1) Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan cost produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya kedalam cost produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Cost produksi merupakan metode full costing terdiri dari unsur
biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga Pokok Produksi xx
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari unsur cost produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variable, dan biaya overhead pabrik
tetap ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum).
2) Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan cost produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel kedalam cost produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Cost produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur
biaya produksi berikut ini:
Berikut akan dijelaskan terkait proses produksi produk Tahu Putih pada
Pabrik Tahu “Mai”:
Bahan baku/utama:
Kedelai
Bahan penolong/tambahan:
Plastik
Ember untuk menampung tahu Mesin Drim Bak untuk merendam kedelai
Mesin Penggiling Papan cetak Kain Penyaring
Proses Produksi:
1. Rendam kedelai selama sekitar 2 jam. Perendaman ini dilakukan
agar supaya tekstur kedelai menjadi lebih lunak sehingga nantinya
mudah untuk digiling. Setiap hari, pabrik ini menyiapkan sekitar 50
kg kedelai untuk diolah perharinya.
Jenis biaya Keterangan Kebutuhan Kebutuhan Biaya per satuan Total Biaya
produksi per hari per bulan
Variabel Sekam 21 sak 630 sak Rp 2.000/sak Rp 1.260.000
(Bahan
penolong)
Solar 4 liter 120 liter Rp 6.000/liter Rp 720.000
Plastik Tidak tentu 3 bungkus Rp 9.000/bungkus Rp 27.000
pembungkus
Cuka Tidak tentu 6 botol cuka Rp 7000/botol Rp 42.000
Variabel Biaya Rp 5.000 Rp 150.000 Rp 150.000
(Biaya Pengiriman
Transportasi)
Tetap Listrik dan Air - Rp 30.000 - Rp 30.000
Biaya - Rp 75.000 - Rp 75.000
reparasi dan
pemeliharaan
aset tetap
- - - - - Rp 2.429.000
*=dalam pembulatan
*= dalam pembulatan
Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan metode variabel costing
pada bulan April 2021:
*= dalam pembulatan
Dari ketiga tabel diatas, menunjukkan bahwa perhitungan harga
pokok produksi pada Pabrik Tahu “Mai” dengan menggunakan ketiga
metode menghasilkan jumlah yang berbeda. Dengan metode
perusahaan, hasil perhitungan harga pokok produksi untuk bulan April
2021 sejumlah Rp 24.072.000 dan harga pokok produksi per potongnya
sejumlah Rp 743. Dengan metode full costing, hasil perhitungan harga
pokok produksi tahu pada bulan April 2021 adalah Rp 24.204.000 dan
harga pokok produksi tahu per potongnya adalah Rp 747. Sedangkan
dengan menggunakan metode variabel costing, menghasilkan harga
pokok produksi tahu pada bulan April 2021 sejumlah Rp 23.099.000 dan
harga pokok produksi per potongnya sebesar Rp 744.
Dapat dibandingkan bahwa dari ketiga metode diatas, metode
perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan Pabrik Tahu “Mai”
lah yang menghasilkan jumlah harga pokok produksi perbulan yang
paling rendah. Hal ini disebabkan karena pemilik pabrik tidak
mengetahui cara menghitung harga pokok produksi yang tepat sehingga
tidak memasukkan biaya-biaya secara tepat kedalam perhitungan harga
pokok produksi, khususnya biaya overhead pabrik. Pemilik pabrik tidak
memasukkan biaya penggunaan kemasan plastik, biaya listrik dan air
(karena menjadi satu dengan biaya listrik rumah), dan biaya reparasi
dan pemeliharaan aset tetap pabrik. Perbedaan biaya dapat dilihat dari
tabel diatas dimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode
perusahaan sebesar Rp 24.072.000 lebih rendah dibandingkan dengan
Full Costing dan Variabel Costing yang masing-masing sebesar Rp
24.204.000 dan Rp 24.099.000.
4.4 Perhitungan Laba pada Pabrik Tahu “Mai”
Berikut adalah tiga laporan laba rugi pada Pabrik Tahu “Mai” yang
berasal dari perhitungan harga pokok produksi dengan metode
perusahaan, full costing, dan variabel costing untuk periode bulan April
2021:
a. Metode Perusahaan
Penjualan Rp 32.400.000
Biaya-biaya:
1. Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 5.400.000
3. Biaya Overhead Pabrik:
Overhead Variabel:
Biaya Bahan Penolong Rp 2.049.000
Biaya Pengiriman Rp 150.000
Total Biaya (Rp 24.099.000)
Laba Usaha Rp 8.301.000
Carter dan Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi 13. Buku satu Jakarta:
Salemba Empat.
Carter, William K dan Usry, Mitton F. 2009. Akuntansi Biaya II. Edisi 14.
Jakarta: Salemba Empat.
Hanggana, Sri. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Mediatama.
Surakarta.