Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AKUNTANSI BIAYA
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUKSI DAN KEGIATAN OPERASIONAL PADA
PABRIK TAHU “MAI”
DOSEN PENGAMPU: Rochman Effendi, S.E, M. Si, Ak.

Disusun Oleh:
Erina Khalisah Nurindriyani (200810301163)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
ABSTRAK
Perhitungan harga pokok produksi merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan ketika menentukan harga jual sebuah produk. Perhitungan harga
pokok produksi yang tepat dan akurat merupakan hal yang sangat penting
dilakukan oleh setiap perusahaan. Pabrik Tahu “Mai” merupakan suatu
perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur dimana perusahaan ini fokus
memproduksi tahu jenis tahu putih. Bahan baku utama yang digunakan
perusahaan untuk proses produksi adalah kedelai. Dalam melakukan
perhitungan biaya, pabrik ini hanya menghitung berdasarkan perkiraan saja
dan hanya memasukkan beberapa unsur biaya produksinya saja. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian
yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas
sejak awal hingga pembuatan desain penelitiannya. Teknik pengumpulan data
dilakukan melalui wawancara kepada pemilik Pabrik Tahu “Mai” mengenai
rincian biaya produksi pabrik dan observasi di lokasi pabrik untuk melakukan
pengamatan terhadap kegiatan operasional pabrik. Hasil penelitian yang
diperoleh, antara lain: Perhitungan harga pokok produksi selama periode
bulan April 2021. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil
bahwa perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode perusahaan
sebesar Rp 24. 072.000, metode Full Costing sebesar Rp 24.204.000, dan
metode Variabel Costing sebesar Rp 24.099.000. Adapun jumlah laba yang
dihasilkan dari masing-masing metode sebesar Rp 8.328.000 (metode
perusahaan), Rp 8.196.000 (metode full costing), dan Rp 8.301.000 (metode
variabel costing). Pabrik mengatakan merasa kesulitan terhadap naiknya
harga kedelai yang sebesar Rp 550.000/kuintal. Namun, dalam sisi
persaingan pabrik merasa tidak memiliki masalah selama pabrik mampu
konsisten menghasilkan produk tahu yang enak dan berkualitas.

Kata Kunci: Harga Pokok Produksi, Metode Perusahaan, Full Costing,


Variabel Costing.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, sebuah perusahaan yang berdiri memiliki target


dan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Salah satu tujuannya adalah
untuk memperoleh laba yang tinggi dengan meminimalkan dan
mengefisiensikan biaya- biaya produksi yang digunakan pada saat proses
produksi. Biaya merupakan salah satu sumber informasi paling penting
yang digunakan untuk menganalisis strategi perusahaan. Proses
penentuan dan analisis biaya pada perusahaan dapat menggambarkan
suatu kinerja perusahaan pada masa yang akan datang.
Perhitungan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat
penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam setiap
produknya. Unsur penting dari harga pokok produksi ini adalah biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik, seluruh biaya
tersebut sangat penting diperhatikan karena biaya ini akan menjadi unsur
harga pokok produk. Apabila terdapat kesalahan dalam penentuan harga
pokok produksi, maka akan mempengaruhi harga jual produk yang
bersangkutan dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat penjualan
produk dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Apabila harga pokok
produksi yang di tetapkan perusahaan terlalu tinggi dan digunakan
sebagai penentuan harga jual, maka akan mengakibatkan barang-barang
yang diproduksi memiliki harga jual yang tinggi sehingga tidak mampu
bersaing dipasaran, dan ini akan menyebabkan laba yang diharapkan
perusahaan tidak akan tercapai. Begitu pula sebaliknya, jika harga pokok
produksi dinilai terlalu rendah, hal ini akan menyebabkan laba yang
diperoleh perusahaan dalam laporan laba rugi tidak menggambarkan laba
yang sebenarnya terjadi. Perubahan pada harga pokok produk walau
relatif kecil bisa berdampak signifikan pada indikator keberhasilan
perusahaan. Keuntungan (laba) dapat diukur dengan selisih antara total
penjualan dengan total biaya.
Pada dasarnya masalah yang sering timbul adalah pada
perencanaan biaya oleh suatu perusahaan tidak sesuai dengan apa yang
terjadi sesungguhnya (realisasi biaya). Oleh sebab itu untuk dapat
mencapai produksi yang efisien, maka diperlukan suatu pengendalian
terhadap biaya produksi yang akan dikeluarkan. Pengendalian biaya
produksi merupakan penggunaan utama dari akuntansi dan analisis biaya
produksi. Komponen biaya utama yaitu upah, bahan baku dan overhead
pabrik perlu dipisahkan menurut jenis biaya dan juga menurut
pertanggungjawaban. Pengendalian terhadap biaya dapat diukur dengan
tingkat efisiensi biaya yang dianggarkan dengan biaya sesungguhnya.
Efisiensi biaya dapat diukur dengan 2 cara membandingkan antara biaya
sesungguhnya dengan biaya yang dianggarkan selanjutnya disebut biaya
standar (Carter Usry, 2006: 12). Dalam hal ini biaya standar yang telah
ditetapkan perusahaan akan dibandingkan dengan biaya realisasi (biaya
sesungguhnya yang terjadi) selama proses produksi.
Pabrik Tahu “Mai” merupakan perusahaan manufaktur yang
bergerak di bidang produksi tahu putih. Perusahaan manufaktur adalah
perusahaan yang melakukan aktivitas membeli bahan, memprosesnya
menjadi barang jadi, dan menjual barang tersebut (Hanggana, 2006).
Pabrik ini merupakan industri rumahan yang berlokasi di jalan raya
kangenan, Kabupaten Pamekasan, Madura. Pabrik Tahu “Mai” sudah
menerapkan perhitungan harga pokok produksi dengan cukup baik,
seperti dalam memperhitungkan biaya produksi, pabrik tersebut
menghitungnya dengan mengakumulasikan biaya bahan baku dan tenaga
kerja yang digunakan dalam proses produksi. Namun, ada biaya
overhead pabrik yang belum diperhitungkan oleh perusahaan, seperti
biaya listrik (disatukan dengan biaya listrik rumah), dan biaya penyusutan
mesin. Pentingnya ketepatan perusahaan dalam menentukan harga
pokok produksi akan sangat berpengaruh dalam perhitungan laba rugi
perusahaan.
Untuk memenangkan persaingan dengan pabrik tahu lain, pabrik
tahu “Mai” harus mampu memproduksi produk yang memiliki kualitas
yang baik dan tentunya dengan harga yang dapat bersaing di pasaran.
Dengan memiliki kedua hal tersebut, diharapkan pabrik tahu “Mai” dapat
berkembang menjadi industri rumahan yang lebih sukses kedepannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dan
Kegiatan Operasional pada Pabrik Tahu Mai”.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah yang berjudul “Analisis


Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Kegiatan Operasional pada
Pabrik Tahu Mai” adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana profil Pabrik Tahu “Mai”?
2. Bagaimana proses produksi tahu pada Pabrik Tahu “Mai”?
3. Bagaimana analisis perhitungan harga pokok produksi dengan
menggunakan metode perusahaan, full costing, dan variabel
costing pada Pabrik Tahu “Mai”?
4. Bagaimana pengaruh perhitungan harga pokok produksi tahu yang
diterapkan oleh Pabrik Tahu “Mai” dengan metode perusahaan,
full costing, dan variabel costing terhadap laba?
5. Apa saja hambatan yang dialami oleh Pabrik Tahu “Mai” selama
berproduksi?
6. Bagaimana kondisi persaingan pasar yang dialami oleh Pabrik
Tahu “Mai”?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari makalah yang berjudul “Analisis


Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Kegiatan Operasional pada
Pabrik Tahu Mai” adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui profil Pabrik Tahu “Mai”
2. Untuk mengetahui proses produksi pada Pabrik Tahu “Mai”
3. Untuk mengetahui analisis perhitungan harga pokok produksi
dengan menggunakan metode perusahaan, full costing, dan
variabel costing pada Pabrik Tahu “Mai”
4. Untuk mengetahui pengaruh perhitungan harga pokok produksi
tahu yang diterapkan oleh Pabrik Tahu “Mai” dengan metode
perusahaan, full costing, dan variabel costing terhadap laba
5. Untuk mengetahui apa saja hambatan yang dialami oleh Pabrik
Tahu “Mai” selama berproduksi
6. Untuk mengetahui bagaimana kondisi persaingan pasar yang
dialami oleh Pabrik Tahu “Mai”
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tahu
Tahu merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang
sudah banyak dikenal di masyarakat dan banyak diminati, karena harganya
murah, mudah didapat, dan mengandung nilai gizi yang banyak. Tahu
berasal dari negeri Cina dan merupakan koagulasi dari protein kedelai.
Koagulasi protein dilakukan dengan bahan-bahan yang bersifat asam,
selanjutnya koagulan dari protein kedelai tersebut disaring dan dipadatkan
menjadi tahu (Pusat Studi Lingkungan Universitas Janabadra Yogyakarta,
2006).
Di Indonesia, industri tahu berkembang sangat pesat. Di samping
pasarannya cukup luas, industri tahu juga dapat dikerjakan dalam skala
rumah tangga sehingga tidak membutuhkan investasi tinggi. Dipasaran
terdapat beberapa jenis tahu antara lain tahu putih (mentah), tahu kuning,
tahu goring, tahu sumedang, tahu bulat, dan lain-lain. Masing-masing jenis
tahu tersebut memiliki cita rasa yang berbeda dan memiliki pangsa pasar
sendiri-sendiri. Proses pembuatan untuk masing-masing jenis tahu tersebut
sedikit berbeda. Di Indonesia, tahu sudah menjadi menu masakan favorit
yang banyak kita jumpai dari warung kelas warteg hingga restoran papan
atas. Selain sebagai menu masakan lauk pauk, tahu telah diolah menjadi
berbagai aneka produk makanan khas seperti tahu bakso, siomay, tahu
goring, tahu genjrot, gado-gado, dan aneka camilan seperti keripik tahu dan
lain-lain (Salim, 2012).
Dilihat dari segi kesehatan, tahu merupakan makanan yang sangat
menyehatkan dan murah harganya serta mengandung zat-zat yang
dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan dan perbaikan gizi masyarakat.
Komposisi (zat gizi) tahu dalam 100 gram mengandung 18 komposisi asam
amino tahu yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Sumber: USDA Nutrient database
Gambar 2.1 Tabel kandungan gizi tahu per 100 gram
2.2 Perusahaan Manufaktur
Istilah manufaktur berasal dari kata Latin manu factum yang
artinya dibuat dengan tangan. Manufaktur adalah proses produksi untuk
menghasilkan produk-produk fisik. Dalam pengertian sempit, manufaktur
adalah proses mengkonversikan bahan baku menjadi produk-produk fisik
melalui serangkaian kegiatan yang membutuhkan energi yang masing-
masing menciptakan perubahan pada karakteristik fisik atau kimia dari
bahan tersebut. Perusahaan manufaktur (manufacturing bussines) adalah
perusahaan yang kegiatannya membeli bahan baku kemudian mengolah
bahan baku dengan mengeluarkan biaya-biaya lain menjadi barang jadi yang
siap untuk di jual. Salah satu dari bagian perusahaan manufaktur yang ada
di Indonesia biasanya disebut pabrik. Pabrik adalah suatu tempat untuk
proses manufakturing.

Tujuan dari penjualan perusahaan manufaktur adalah untuk


menyediakan bahan baku untuk dikelola menjadi suatu produk untuk
memenuhi permintaan pasar. Semakin banyak permintaan pasar, semakin
banyak proses produksi akan dilakukan oleh perusahaan
manufaktur. Secara umum, perusahaan menghasilkan produk yang
diinginkan oleh pasar. Oleh karena itu, ada berbagai faktor yang terlibat
dalam proses penjualan manufaktur, seperti sumber daya manusia, sumber
daya alam, dan peralatan berbentuk mesin.
Kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan saat ini
sangatlah banyak, semakin banyaknya kegiatan yang dilakukan semakin
banyak pula permasalahan yang akan dihadapi. Permasalahan yang
kemungkinan akan terjadi adalah pada elemen organisasi yang sangat
terbatas sehingga satu orang mengerjakan lebih dari dua pekerjaan,
kesalahan pencatatan ketika pembelian, dan penerimaan bahan baku hingga
pencatatannya pada bagian persediaan. Maka sangat penting untuk
mencatat dan mengukur biaya perusahaan manufaktur dengan
mengunakan metode akuntansi. Permasalahan pada suatu perusahaan
sebaiknya harus dicegah ataupun diminimalisir, yaitu dengan cara
pengadaan pengendalian yang sesuai pada kegiatan operasional
perusahaan.
Industri manufaktur terbagi menjadi beberapa jenis perusahaan yang
bergerak dalam berbagai bidang seperti, Industri dasar dan kimia, aneka
industri dan aneka barang konsumsi. Berikut ini adalah beberapa contohnya:
a. Industri Dasar dan Kimia
Perusahaan yang tergolong jenis Industri dasar dan kimia adalah
perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi
semen, keramik, porselen, logam, kimia, plastik, pakan ternak, kayu
dan pengolahannya, kertas dan sebagainya.
b. Aneka Industri
Perusahaan yang tergolong jenis ini adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang mesin dan alat berat, otomotif dan
komponennya, tekstil dan garment, alas kaki, kabel dan elektronika.
c. Barang Konsumsi
Yang termasuk ke dalam Industri barang konsumsi diantaranya
adalah perusahaan- perusahaan yang bergerak dalam bidang
produksi makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik, dan alat
rumah tangga.

2.3 Biaya Produksi


Menurut Carter dan Usry (2009:58) menjelaskan bahwa “biaya
produksi adalah sebagai jumlah dari tiga elemen biaya yaitu: bahan baku
langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.” Dari
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya produksi adalah biaya
yang dipakai dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, dimana biaya-biaya
tersebut digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi. Biaya
produksi dapat dipahami juga sebagai akumulasi atau penghitungan ongkos
perakitan (production cost) dalam proses menambah nilai barang jadi atau
jasa.

Dalam biaya produksi ada yang juga yang disebut dengan


penggolongan biaya. Menurut Nurlela (2012:10) “Penggolongan biaya
adalah suatu proses pengelompokan biaya secara sistematis atas
keseluruhan elemen biaya yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu
yang lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih ringkas dan
penting.” Menurut Mulyadi (2007:13) menjelaskan bahwa biaya dapat
digolongkan sebagai berikut:
1. Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran Dalam cara
penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah bahan
bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar
disebut “biaya bahan bakar”. Contoh penggolongan biaya atas dasar
obyek pengeluaran dalam Perusahaan Kertas adalah sebagai berikut:
biaya merang, biaya jerami, biaya gaji dan upah, biaya soda, biaya
depresiasi mesin, biaya asuransi, biaya bunga dan biaya zat warna.

2. Pengeluaran biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan Dalam


perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok, yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok:
a. Biaya produksi
b. Biaya pemasaran
c. Biaya administrasi dan umum
3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang di
biayai. Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen.
Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dikelompokkan
menjadi dua golongan:
a. Biaya langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang
penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang
dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada, maka biaya
langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya langsung
akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang dibiayai. Biaya
produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departmental
cost) adalah semua yang terjadi di dalam departemen tertentu.

b. Biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung adalah biaya yang


terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya
tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan
istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik
(factory overhead cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan
dengan produk tertentu. Dalam hubungannya dengan departemen,
biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadi di suatu departemen.

4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya


dengan perubahan volume penjualan. Dalam hubungannya dengan
perubahan volume kegiatan, biaya dapat digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya


berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh
biaya variabel adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung.

b. Biaya semivariabel. Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah


tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya
semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan biaya variabel.

c. Biaya semifixed. Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk


tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah
konstan pada volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap
dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh dari biaya tetap
adalah biaya gaji.

5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya Atas dasar


jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua:

a. Pengeluaran modal (capital expenditures). Pengeluaran modal


adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya
dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan dibebankan dalam
tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara
didepresiasi, diamortisasi atau deplesi.

b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran


pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat
dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada
saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai
biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari
pengeluaran biaya tersebut.

2.4 Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah sejumlah biaya yang terjadi dan dibebankan
dalam proses produksi. Abas Kartadinata dalam Kasmiati (2008),
menjelaskan bahwa defenisi dari harga pokok produksi adalah meliputi
semua biaya dan pengorbanan yang perlu dikeluarkan dan dilakukan untuk
menghasilkan produk jadi. Adapun menurut M. Nafarin (2009: 497), harga
pokok produksi adalah semua biaya yang berkaitan dengan produk (barang)
yang diperoleh, diaman didalamnya terdapat unsur biaya produk berupa
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Supriyono (2011:19), menyatakan bahwa dalam penentuan harga


pokok produksi, biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai terdapat tiga unsur
biaya, tiga unsur biaya tersebut terdiri dari:

1) Biaya Bahan Baku


Bahan baku merupakan harga perolehan dari bahan baku yang dipakai
dalam pengolahan produk, bahan yang membentuk bagian menyeluruh
produk jadi. Bahan baku yang diolah perusahaan manufaktur dapat
diperoleh dari pembelian lokal, impor, atau dari pengelolaan sendiri. Di
dalam memperoleh bahan baku, perusahaan tidak hanya mengeluarkan
biaya sejumlah harga beli bahan baku saja, tetapi juga mengeluarkan
biaya-biaya pembelian, pergudangan, dan biaya-biaya perolehan lain.
Timbul masalah mengenai unsur biaya apa saja yang diperhitungkan
sebagai harga pokok bahan baku yang dibeli. Biaya bahan baku
merupakan komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk
jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah menjadi produk
jadi dengan mengeluarkan biaya konversi. Bahan yang digunakan untuk
produksi diklasifikasikan menjadi bahan baku (bahan langsung) dan
bahan pembantu (bahan tidak langsung). Bahan langsung yaitu bahan
yang digunakan untuk produksi yang dapat diidentifikasikan ke produk.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya
utama (prime cost) yang dibebankan kepada persediaan produk dalam
proses. Bahan tidak langsung meliputi semua bahan yang bukan
merupakan bahan baku. Biaya bahan tidak langsung dibebankan pada
biaya overhead pabrik saat bahan tersebut digunakan untuk produksi.
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah bagian dari upah atau gaji yang
dapat secara khusus dan konsisten ditugaskan atau berhubungan
dengan pembuatan produk, urutan pekerjaan tertentu, atau penyediaan
layanan juga. Kita juga dapat mengatakan hal itu adalah biaya pekerjaan
yang dilakukan oleh para pekerja yang benar-benar membuat produk
pada lain produksi.
3) Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Tenaga kerja tidak langsung adalah karyawan yang secara tidak
langsung ikut serta dalam proses produk jadi. Upah tenaga kerja tidak
langsung ini disebut biaya tenaga kerja tidak langsung dan tetapi tidak
secara langsung dibebankan kepada produk melainkan melalui tarif
biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka.
4) Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (factory overhead cost) adalah biaya produksi
selain biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung. Elemen-elemen
biaya overhead pabrik antara lain:

a. Biaya bahan penolong, biaya bahan penolong adalah biaya yang


tidak menjadi bagian produk jadi atau bahan yang meskipun menjadi
bagian produk jadi, tetapi nilainya relatif kecil bila dibandingkan harga
pokok produk tersebut.
b. Biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya tenaga kerja tidak langsung
terdiri atas upah, tunjangan dan biaya kesejahteraan yang
dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung.

c. Reparasi dan pemeliharaan, berupa biaya suku cadang, biaya bahan


habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan
untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan bangunan pabrik,
mesin-mesin, equipment, dan aktiva tetap lainnya yang digunakan
untuk keperluan pabrik.

d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap.


Biaya ini terdiri dari biaya-biaya depresiasi emplasement pabrik,
bangunan pabrik, mesin, equipment, alat kerja, dan aktiva tetap lain
yang digunakan di pabrik.

e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu, antara lain biaya
asuransi gedung dan emplasement, asuransi mesin, equipment,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan, dan amortisasi
kerugian trial-run.

f. Biaya overhead lain-lain yang secara langsung memerlukan


pengeluaran uang tunai, antara lain adalah biaya listrik dan air, biaya
telepon dan sebagainya.

Mulyadi (2012:17), menyatakan bahwa metode penentuan cost


produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kedalam cost
produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur kedalam cost produksi,
terdapat dua pendekatan, antara lain:

1) Full Costing
Full costing merupakan metode penentuan cost produksi yang
memperhitungkan semua unsur biaya kedalam cost produksi, yang
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.
Cost produksi merupakan metode full costing terdiri dari unsur
biaya produksi berikut ini:
Biaya bahan baku xx
Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variabel xx
Biaya overhead pabrik tetap xx
Harga Pokok Produksi xx
Biaya produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing
terdiri dari unsur cost produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik variable, dan biaya overhead pabrik
tetap ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya
administrasi dan umum).
2) Variabel costing
Variabel costing merupakan metode penentuan cost produksi
yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel kedalam cost produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.
Cost produksi menurut metode variabel costing terdiri dari unsur
biaya produksi berikut ini:

Biaya bahan baku xx


Biaya tenaga kerja langsung xx
Biaya overhead pabrik variable xx
Harga Pokok Produksi xx
Cost produksi yang dihitung dengan pendekatan variabel costing
terdiri dari unsur cost produksi variabel (biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah
dengan biaya non produksi variabel (biaya pemasaran variabel dan
biaya administrasi dan umum variabel) dan biaya tetap (biaya
overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan
umum tetap).
Adapun tujuan dari penentuan harga pokok produksi (Akbar,
2011), diantaranya yaitu:
1. Sebagai dasar untuk menilai efisiensi perusahaan.
2. Sebagai dasar dalam penentuan kebijakan pimpinan perusahaan.
3. Sebagai dasar penilaian bagi penyusun neraca yang menyangkut
penilaian terhadap aktiva.
4. Sebagai dasar untuk menetapkan harga penawaran atau harga
jual terhadap konsumen.
5. Menentukan nilai persediaan dalam neraca, yaitu harga pokok
persediaan produk jadi.
6. Untuk menghitung harga pokok produksi dalam laporan laba rugi
perusahaan.
7. Sebagai evaluasi hasil kerja.
8. Pengawasan terhadap efisiensi biaya, terutama biaya produksi.
9. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
10. Untuk tujuan perencanaan laba.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian
kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya
adalah sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal
hingga pembuatan desain penelitiannya. Hasil dari pengumpulan data
menggunakan metode kuantitatif adalah angka. Proses analisis data
menggunakan statistik. Nantinya, data tersebut dapat diolah
menggunakan diagram, grafik, tabel, dan sebagainya. Metode penelitian
kuantitatif, sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011: 8) yaitu:
“Metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data
bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan”. Alasan penulis memilih metode ini disebabkan disini
penulis ingin meneliti terkait data biaya produksi yang harus dikeluarkan
Pabrik Tahu “Mai” setiap bulannya yang akan disajikan oleh penulis
dalam bentuk tabel perhitungan harga pokok produksi dan laba
perusahaan menggunakan beberapa metode.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan teknik
pengumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan dilaksanakan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atau pertanyaan tersebut
(Lexy Moloeng, 2005: 186).
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam merupakan cara
mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap
muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran
lengkap tentang topik yang diteliti. Penulis melakukan wawancara
terhadap pemilik pabrik secara mendalam dan terperinci terkait biaya
produksi pabrik. Dalam sesi wawancara, penulis juga menanyakan
terkait apa saja hambatan dalam kegiatan operasional pabrik dan
bagaimana kondisi persaingan yang dialami oleh Pabrik Tahu “Mai”
saat ini.
2. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu tektnik atau cara
mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan langsung pada
suatu kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi diarahkan pada
kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang
muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam
fenomena tersebut. Dari pengamatan, akan mendapatkan data tentang
suatu masalah, sehingga diperoleh pamahaman atau sebagai alat re-
checking atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang
diperoleh sebelumnya. (Nana Syaodih, 2013: 220). Kegiatan observasi
ini dilakukan oleh penulis selama proses penelitian berlangsung
dimana penulis memperhatikan dan mencatat proses produksi tahu
yang dilakukan oleh Pabrik Tahu “Mai” untuk mengoptimalkan data
mengenai analisis kegiatan operasional pabrik.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Profil atau Identitaas Pabrik Tahu “Mai”
Pabrik Tahu “Mai” adalah perusahaan manufaktur yang berbentuk
usaha industri rumahan dan bergerak dibidang produksi tahu. Pabrik ini
kurang lebih telah berdiri dari 22 tahun yang lalu yaitu sekitar tahun 1998.
Pabrik Tahu “Mai” terletak di Jalan Kangenan 84, Kabupaten Pamekasan.
Pabrik ini berlokasi di rumah pemilik sendiri tepatnya di bagian sebelah
kiri belakang rumah pemilik. Alasan pemilihan lokasi tersebut, yang
pertama karena pemilik masih memiliki ruang kosong di rumahnya yang
dapat digunakan sehingga dapat menghemat biaya tempat. Alasan
kedua, karena di lokasi tersebut terdapat selokan khusus pembuangan
limbah sehingga pabrik bisa dengan mudah membuang limbah tahu
disana. Yang terakhir, karena lokasi tersebut berada di tengah
pemukiman warga, sehingga mudah untuk mendapatkan tenaga kerja.
Selain itu, juga memberi keuntungan agar pabrik dapat dengan mudah
memasarkan produk tahu mereka di sekitar lokasi pabrik selain di pasar.
Pabrik ini hanya menghasilkan satu jenis produk saja yaitu produk
tahu jenis tahu putih. Tahu putih sendiri merupakan jenis tahu yang sering
kita jumpai di pasaran. Karakteristiknya adalah warnanya yang putih,
rasanya hambar dan biasanya berbentuk seperti kubus. Tahu putih
memiliki tekstur yang memiliki pori-pori yang cukup besar dan padat.  
Jika dimasak dengan benar tahu ini akan memiliki rasa yang gurih. Tahu
putih dapat dimasak dengan cara ditumis, goreng, rebus, dibuat
semacam sup, atau dipepes.

4.2 Proses Produksi Tahu pada Pabrik Tahu “Mai”

Berikut akan dijelaskan terkait proses produksi produk Tahu Putih pada
Pabrik Tahu “Mai”:
Bahan baku/utama:

Kedelai
Bahan penolong/tambahan:

Sekam Solar Cuka

Plastik

Peralatan dan mesin Pembuatan Tahu:

Ember untuk menampung tahu Mesin Drim Bak untuk merendam kedelai
Mesin Penggiling Papan cetak Kain Penyaring

Proses Produksi:
1. Rendam kedelai selama sekitar 2 jam. Perendaman ini dilakukan
agar supaya tekstur kedelai menjadi lebih lunak sehingga nantinya
mudah untuk digiling. Setiap hari, pabrik ini menyiapkan sekitar 50
kg kedelai untuk diolah perharinya.

Proses perendaman kedelai

2. Setelah direndam, kedelai kemudian digiling menggunakan mesin


penggilingan hingga halus.

Proses Penggilingan Kedelai kedelai yang sudah halus


3. Kemudian, kedelai yang sudah halus disaring menggunakan
penyaringan untuk diambil sari kedelainya. Proses ini dilakukan
berulang kali agar air sari kedelai dapat dibuat menjadi tahu yang
halus.
Proses penyaringan
4. Setelah disaring, kemudian sari kedelai dimasak menggunakan uap
panas yang dihasilkan dari mesin drim. Masak sampai uap panasnya
menghilang.

Proses memasak sari kedelai


5. Setelah uap panasnya menghilang, kemudian beri cuka secukupnya
pada sari kedelai dan kemudian aduk rata hingga sari kedelai
mengental.

Penampakan sari kedelai yang sudah mengental


6. Selanjutnya, adonan tahu di press di dalam cetakan hingga air yang
ada di dalamnya dapat terperas habis tak tersisa dan menyisakan
ampas tahunya saja.
Adonan tahu dituang kedalam cetakan

Proses pengepressan tahu

7. Tahu yang sudah di press, kemudian dipotong.

Hasil tahu yang sudah dipotong dan siap untuk dijual

Foto dokumentasi dengan salah satu karyawan Pabrik Tahu “Mai”


4.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi
Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahu Puti Pabrik Tahu “Mai”
a. Perhitungan Biaya Bahan baku
Bahan baku yang digunakan oleh Pabrik Tahu “Mai” dalam
pembuatan tahu adalah kedelai. Bahan baku ini pabrik suplai di pasar
panempan yang dekat dengan lokasi pabrik (rumah pemilik). Di pasar
tersebut, terdapat pedagang kedelai yang menjadi langganan pabrik sejak
dulu. Setiap kali ke pasar, pemilik pabrik membeli 1 kuintal kedelai untuk
produksi 2 hari. Perhitungan biaya bahan baku Pabrik Tahu “Mai”
ditentukan dengan cara mengalikan jumlah kedelai yang dipakai dengan
harga pokok kedelai. Adapun rincian pemakaian bahan baku yang
digunakan Pabrik Tahu “Mai” pada bulan April 2021 adalah sebagai
berikut:
Biaya bahan baku

Jenis Biaya Keterangan Kebutuhan Kebutuhan Biaya per Total biaya


Produksi per hari per bulan satuan
Bahan baku Kedelai 50 kg 1.500 kg Rp. 11.000/kg Rp 16.500.000

b. Perhitungan Biaya Tenaga Kerja


Seluruh tenaga kerja yang bekerja di Pabrik Tahu “Mai” merupaka
tenaga kerja langsung yang turut berperan dalam proses produksi pabrik.
Sistem upah yang diterapkan dalam pabrik ini adalah sistem upah harian.
Per harinya, setiap karyawan di gaji Rp 60.000/hari. Perhitungan biaya
tenaga kerja ditentukan dengan cara mengalikan jumlah hari kerja
dengan jumlah tenaga kerja serta dikalikan dengan tarif upah yang telah
ditentukan. Adapun rincian biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan
oleh Pabrik Tahu “Mai” pada bulan April 2021 adalah sebagai berikut:

Biaya tenaga kerja langsung

Jenis Biaya Jumlah Biaya Per Total Biaya


Produksi Karyawan Hari Per Bulan
Bagian Penggilingan 1 orang Rp 60.0000
Bagian Pemasakan 1 orang Rp 60.000
Bagian Cetak dan 1 orang Rp 60.000
Potong
Total Rp 180.000 Rp 5.400.000
c. Perhitungan Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang
tidak termasuk dalam bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung.
Biaya overhead pada Pabrik Tahu “Mai” terdiri dari biaya overhead pabrik
variabel (nilainya tergantung jumlah barang yang diproduksi) dan biaya
overhead pabrik tetap (nilainya tidak tergantung pada jumlah barang yang
diproduksi). Perhitungan biaya overhead Pabrik “Mai” pada bulan April
2021 disajikan dalam tabel berikut:

Biaya Overhead Pabrik

Jenis biaya Keterangan Kebutuhan Kebutuhan Biaya per satuan Total Biaya
produksi per hari per bulan
Variabel Sekam 21 sak 630 sak Rp 2.000/sak Rp 1.260.000
(Bahan
penolong)
Solar 4 liter 120 liter Rp 6.000/liter Rp 720.000
Plastik Tidak tentu 3 bungkus Rp 9.000/bungkus Rp 27.000
pembungkus
Cuka Tidak tentu 6 botol cuka Rp 7000/botol Rp 42.000
Variabel Biaya Rp 5.000 Rp 150.000 Rp 150.000
(Biaya Pengiriman
Transportasi)
Tetap Listrik dan Air - Rp 30.000 - Rp 30.000
Biaya - Rp 75.000 - Rp 75.000
reparasi dan
pemeliharaan
aset tetap
- - - - - Rp 2.429.000

d. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)


Perhitungan harga pokok produksi dilakukan perusahaan setelah
perusahaan mengakumulasi biaya selama periode tertentu. Setelah
unsur-unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik diperhitungkan dan
diakumulasikan, maka pabrik sudah dapat menghitung harga pokok
produksinya. Berikut adalah tabel perhitungan harga pokok produksi pada
Pabrik Tahu “Mai” menggunakan dua metode, yaitu metode full costing
dan variabel costing:
Hasil perhitungan harga pokok produksi tahu dengan metode
perusahaan pada bulan April 2021:

Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000


Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 5.400.000
Biaya Overhead Pabrik Rp 2.172.000
Harga Pokok Produksi Tahu Per Bulan Rp 24.072.000
Jumlah Produksi 32.400 potong
Harga Pokok Produksi Tahu Per Potong Rp 743*

*=dalam pembulatan

Hasil perhitungan harga pokok produksi tahu dengan metode full

costing pada bulan April 2021:


Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000
Biaya Tenaga Kerja Lansung Rp 5.400.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 2.199.000
Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 105.000
Harga Pokok Produksi Tahu Per Bulan Rp 24.204.000
Jumlah Produksi 32.400 potong
Harga Pokok Produksi Tahu Per Potong Rp 747*

*= dalam pembulatan
Hasil perhitungan harga pokok produksi dengan metode variabel costing
pada bulan April 2021:

Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000


Biaya Tenaga Kerja Lansung Rp 5.400.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 2.199.000
Harga Pokok Produksi Tahu Per Bulan Rp 24.099.000
*= dalam pembulatan
Jumlah Produksi 32.400 potong
Harga Pokok Produksi Tahu Per Potong Rp 744*

*= dalam pembulatan
Dari ketiga tabel diatas, menunjukkan bahwa perhitungan harga
pokok produksi pada Pabrik Tahu “Mai” dengan menggunakan ketiga
metode menghasilkan jumlah yang berbeda. Dengan metode
perusahaan, hasil perhitungan harga pokok produksi untuk bulan April
2021 sejumlah Rp 24.072.000 dan harga pokok produksi per potongnya
sejumlah Rp 743. Dengan metode full costing, hasil perhitungan harga
pokok produksi tahu pada bulan April 2021 adalah Rp 24.204.000 dan
harga pokok produksi tahu per potongnya adalah Rp 747. Sedangkan
dengan menggunakan metode variabel costing, menghasilkan harga
pokok produksi tahu pada bulan April 2021 sejumlah Rp 23.099.000 dan
harga pokok produksi per potongnya sebesar Rp 744.
Dapat dibandingkan bahwa dari ketiga metode diatas, metode
perhitungan harga pokok produksi yang diterapkan Pabrik Tahu “Mai”
lah yang menghasilkan jumlah harga pokok produksi perbulan yang
paling rendah. Hal ini disebabkan karena pemilik pabrik tidak
mengetahui cara menghitung harga pokok produksi yang tepat sehingga
tidak memasukkan biaya-biaya secara tepat kedalam perhitungan harga
pokok produksi, khususnya biaya overhead pabrik. Pemilik pabrik tidak
memasukkan biaya penggunaan kemasan plastik, biaya listrik dan air
(karena menjadi satu dengan biaya listrik rumah), dan biaya reparasi
dan pemeliharaan aset tetap pabrik. Perbedaan biaya dapat dilihat dari
tabel diatas dimana perhitungan harga pokok produksi dengan metode
perusahaan sebesar Rp 24.072.000 lebih rendah dibandingkan dengan
Full Costing dan Variabel Costing yang masing-masing sebesar Rp
24.204.000 dan Rp 24.099.000.
4.4 Perhitungan Laba pada Pabrik Tahu “Mai”
Berikut adalah tiga laporan laba rugi pada Pabrik Tahu “Mai” yang
berasal dari perhitungan harga pokok produksi dengan metode
perusahaan, full costing, dan variabel costing untuk periode bulan April
2021:
a. Metode Perusahaan

Laporan Laba Rugi


Pabrik Tahu “Mai”
Untuk Bulan yang Berakhir pada 30 April 2021
Penjualan Rp 32.400.000
Biaya-biaya:
1. Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 5.400.000
3. Biaya Overhead Pabrik:
Biaya Bahan Penolong Rp 2.022.000
Biaya Pengiriman Rp 150.000
Total Biaya (Rp 24.072.000)
Laba Usaha Rp 8.328.000
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pada bulan April
2021 Pabrik Tahu “Mai” mengalami laba sebesar Rp 8.328.000,- atau
Rp 277.600/hari. Dalam hal ini pabrik tidak memasukkan biaya bahan
kemasan, biaya listrik dan air dan biaya reparasi dan pemeliharaan aset
tetap pabrik dalam perhitungan biaya produksinya. Sehingga hasil laba
dengan metode perhitungan perusahaan akan memiliki jumlah yang
paling besar disbanding dengan metode yang lain.
b. Metode Full Costing

Laporan Laba Rugi


Pabrik Tahu “Mai”
Untuk Bulan yang Berakhir pada 30 April 2021
Penjualan Rp 32.400.000
Biaya-biaya:
1. Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 5.400.000
3. Biaya Overhead Pabrik:
Overhead Variabel
Biaya Bahan Penolong Rp 2.049.000
Biaya Pengiriman Rp 150.000
Overhead Tetap:
Biaya Listrik dan Air Rp 30.000
Biaya Reparasi dan Rp 75.000
Pemeliharaan Aset Tetap
Total Biaya (Rp 24.204.000)
Laba Usaha Rp 8.196.000

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pada bulan


April 2021 Pabrik Tahu “Mai” mengalami laba sebesar Rp 8.196.000,-
atau Rp 273.200/hari. Dengan menggunakan metode ini, pabrik telah
memasukkan semua biaya yang berkaitan dengan biaya produksi. Mulai
dari biaya bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead pabrik secara
lengkap, yaitu biaya overhead pabrik variabel (nilainya tergantung
jumlah variabel produksi) dan biaya overhead pabrik tetap (nilainya tidak
tergantung jumlah variabel produksi). Sehingga hasil laba dengan
metode perhitungan Full Costing ini akan memiliki jumlah yang paling
rendah dibanding dengan metode yang lain.
c. Metode Variabel Costing

Laporan Laba Rugi


Pabrik Tahu “Mai”
Untuk Bulan yang Berakhir pada 30 April 2021

Penjualan Rp 32.400.000
Biaya-biaya:
1. Biaya Bahan Baku Rp 16.500.000
2. Biaya Tenaga Kerja Rp 5.400.000
3. Biaya Overhead Pabrik:
Overhead Variabel:
Biaya Bahan Penolong Rp 2.049.000
Biaya Pengiriman Rp 150.000
Total Biaya (Rp 24.099.000)
Laba Usaha Rp 8.301.000

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa pada bulan April


2021 Pabrik Tahu “Mai” mengalami laba sebesar Rp 8.301.000,- atau
Rp 276.700/hari. Dengan menggunakan metode ini, pabrik hanya
memasukkan biaya overhead pabrik variabel saja, yaitu di pabrik ini
adalah biaya bahan penolong. Hal ini sama dengan metode
perusahaan, hanya saja di metode perusahaan tersebut Pabrik Tahu
“Mai” belum memasukkan biaya plastik kemasan.
4.5 Hambatan yang dialami Pabrik Tahu “Mai”
Dari segi proses produksi, Pabrik Tahu “Mai” mengatakan masih
belum memiliki hambatan yang berarti. Akan tetapi, pabrik ini mengeluh
terhadap naiknya harga bahan baku kedelai. Pemilik pabrik mengeluh
terhadap harga jual kedelai saat ini yang sebesar Rp 550.000/kuintal.
Pemilik mengatakan bahwa dulu saja harga kedelai naik menjadi
400.000/kuintal banyak orang, khususnya para pemilik pabrik tahu yang
protes. Hal ini membuat pihak pabrik pun merasa dilema untuk mematok
harga jual lebih tinggi pada produk tahu mereka. Pemilik merasa jika
pabrik tidak mematok harga jual yang lebih tinggi dari sebelumnya,
maka ia akan mengalami penurunan omzet atau bahkan kerugian. Di
sisi lain, apabila pabrik mematok harga jual yang lebih tinggi dari
sebelumnya, pemilik takut akan banyak pelanggan tahu yang akan
beralih membeli produk tahu dari pabrik lain atau bahkan barang lain
karena harga jual tahu yang naik. Hal ini tentunya apabila terjadi juga
akan berakibat kepada penurunan omzet pabrik.
4.6 Persaingan yang dialami Pabrik Tahu “Mai”
Dari segi persaingan, pemilik Pabrik Tahu “Mai” merasa tidak ada
masalah tentang hal tersebut. Pemilik mengatakan bahwa selama
produk tahu yang mereka hasilkan memiliki kualitas yang bagus, dapat
terjaga kualitasnya, dan dengan harga yang dapat bersaing, maka
persaingan dengan banyaknya varian produk tahu dari pabrik tahu lain
mereka anggap tidak menjadi masalah. Pemilik Pabrik Tahu “Mai” juga
mengatakan bahwa mereka memiliki pelanggan langganan yang telah
percaya kepada mereka dari dulu. Sehingga mereka saat ini merasa
tidak terlalu mempermasalahkan masalah persaingan dengan produk
tahu dari pabrik lain selama pabrik mampu konsisten menghasilkan
produk tahu yang enak dan berkualitas.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, berkaitan
dengan analisis biaya produsi dan kegiatan operasional Pabrik Tahu “Mai”
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pabrik Tahu “Mai” adalah industri rumahan yang berlokasi di jalan
kangenan 84, Pamekasan. Pabrik ini fokus dalam memproduksi tahu
jenis tahu putih.
2. Ada beberapa biaya overhead pabrik yang belum dimasukkan pabrik
ke dalam perhitungan harga pokok produksi.
3. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode full
costing menghasilkan perhitungan harga pokok produksi yang paling
tinggi jika dibandingkan dengan metode perusahaan. Hal ini
dikarenakan metode full costing memasukkan semua biaya, baik biaya
overhead pabrik yang bersifat tetap dan juga variabel ke dalam
perhitungan harga pokok produksi.
4. Dari hasil perhitungan laba rugi pabrik untuk periode April 2021, terlihat
laba bersih yang paling tinggi didapat dari perhitungan dengan
menggunakan metode perusahaan, yaitu sebesar Rp 8.328.000.
Sedangkan, jumlah laba bersih yang paling rendah terdapat pada
perhitungan dengan menggunakan metode full costing yaitu sebesar
Rp 8.196.000. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan perhitungan
harga pokok produksi dari kedua metode.
5. Pabrik Tahu “Mai” tidak memiliki hambatan yang berarti dalam proses
produksi. Namun, pabrik merasa keberatan dengan naiknya harga
bahan baku kedelai saat ini, yaitu sebesar Rp 550.000/kuintal.
6. Pabrik merasa tidak memiliki masalah dalam hal persaingan selama
pabrik masih mampu menghasilkan produk tahu yang memiliki kualitas
bagus, dapat terjaga kualitasnya, dan dengan harga yang dapat
bersaing di pasaran.
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan setelah melakukan
penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Sebaiknya Pabrik Tahu “Mai” dalam memperhitungkan harga pokok


produksinya menggunakan metode full costing sehingga seluruh biaya
produksi dapat diperhitungkan dan hasilnya menjadi lebih akurat.
2. Pemerintah harus mampu menangani dan mencari solusi terkait
naiknya harga bahan baku kedelai karena hal ini menyusahkan para
produsen tahu dan konsumennya.
DAFTAR PUSTAKA
Abas Kartadinata. 2008. Teori Akuntansi. Jilid 1. Edisi 2. Jakarta: PT.
Gelora Aksara Pratama
Akbar. 2011. Peran Harga Sebagai Indikator Kualitas Jasa Persepsi dan
Pengaruh Terhadap Kemungkinan Menmbeli Konsumen. Fokus
Manajerial, Vol. 2, No. 2, 101-120.

‌Bustami, Bastian dan Nurlela. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi kedua.


Jakarta: Mitra Wacana Media.

Carter dan Usry. 2006. Akuntansi Biaya. Edisi 13. Buku satu Jakarta:
Salemba Empat.
Carter, William K dan Usry, Mitton F. 2009. Akuntansi Biaya II. Edisi 14.
Jakarta: Salemba Empat.
Hanggana, Sri. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Mediatama.
Surakarta.

Jurnal. (2020). Kenali Ruang Lingkup Perusahaan Manufaktur - Jurnal.


[online] Available at: https://www.jurnal.id/id/blog/kenali-ruang-
lingkup-perusahaan-manufaktur/#:~:text=Pengertian
%20perusahaan%20manufaktur%20adalah%20sebuah,tenaga
%20kerja%20dalam%20satu%20medium. [Accessed 27 May
2021].

Lexy J. Moleong. 2005. metodologi penelitian kualitatif, Bandung:


Remaja Rosdakarya

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa.


Edisi 3. Jakata: Salemba Empat.
Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Edisi ke-5. Cetakan Kesebelas.
Yogyakarta: STIM YKPN.
Nafarin, M.2009. Penganggaran Perusahaan, Jakarta: Salemba Empat.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Supriyono. 2011. Akuntansi Biaya Pengumpulan Biaya dan Penentuan
Harga Pokok, Buku 1 Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Anda mungkin juga menyukai