Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN ANALISIS KEUANGAN

ANALISIS AKTIVITAS INVESTASI, PENDANAAN, DAN


OPERASIONAL PADA PERUSAHAAN SEKTOR ENERGI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Keuangan

Dosen Pengampu: Oktaviani Ari Wardhaningrum, S.E., M.Sc

Oleh

Kelompok 1 (Energy):
1. Erina Khalisah Nurindiyani (200810301163)
2. Muhammad Hasyim (200810301168)
3. Siti Nur Lisa Umami (200810301171)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
Sektor Energi (Sektor A IDX IC)

Indonesia memiliki potensi sumber daya energi yang beragam, baik dari sumber fosil hingga
non-fosil. Indonesia juga merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia dan
salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi di grup negara berpendapatan tingkat
menengah. Konsumsi energi Indonesia semakin meningkat dan diprediksi peningkatannya akan
semakin  tinggi di masa depan. Selain itu, Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan.
Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun 2030
permintaan energi dunia meningkat sebesar 45% atau rata-rata mengalami peningkatan sebesar
1,6% per tahun. Sebagaian besar atau sekitar 80% kebutuhan energi dunia tersebut dipasok dari
bahan bakar fosil. Peningkatan permintaan energi dunia tersebut terutama didorong oleh laju
pertumbuhan penduduk dan GDP. Pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia memberikan kontribusi
penting bagi pertumbuhan ekonomi dunia sangat mempengaruhi permintaan energi dunia.
Sektor energi sendiri mencakup perusahaan yang menjual produk dan jasa terkait dengan
ekstraksi energi yang mencakup energi tidak terbarukan (fossil fuels) sehingga pendapatannya
secara langsung dipengaruhi oleh harga komoditas energi dunia, seperti perusahaan Pertambangan
Minyak Bumi, Gas Alam, Batu Bara, dan perusahaan-perusahaan yang menyediakan jasa yang
mendukung industri tersebut. Selain itu sektor ini juga mencakup perusahaan yang menjual produk
dan jasa energi alternatif.

1. Analisis Aktivitas Investasi


● Analisis kas dan setara kas serta piutang usaha (2019-2020)
1.a PT Adaro Energy Tbk

1.b PT Harum Energy Tbk


1.c PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk

PT Adaro Energy Tbk:


Berdasarkan data pada tabel 1.a diatas, diperoleh informasi bahwa pada rentang periode
2019-2020, PT Adaro Energy Tbk mengalami penurunan kas dari periode sebelumnya tahun 2019,
yaitu sebesar -25,54%. Penurunan kas dan setara kas tersebut menurut kami termasuk sangat tinggi
bagi perusahaan. Penurunan kas yang tinggi tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif
bagi perusahaan karena kas sendiri sangat berperan penting bagi pemenuhan kewajiban financial
perusahaan khususnya jangka pendek dan juga karena kas sendiri merupakan sumber dana
perusahaan sehingga apabila turun dan apabila turunnya secara drastis dapat mengganggu proses
operasional perusahaan.
Penurunan tersebut disinyalir merupakan dampak dari adanya pandemi di tahun 2020 yang
mana mengakibatkan penurunan produksi perusahaan sehingga pemasukan kas perusahaan
menurun, sedangkan pada saat itu pengeluaran perusahaan juga bertambah. Menurut berita yang
kami dapat dari Diyjen Minerba (Mineral dan BatuBara), penurunan produksi tersebut diakibatkan
karena tiga faktor yaitu pada masa pandemi kondisi permintaan atau konsumsi batubara mengalami
penurunan, kedua terjadi penurunan harga batubara dan yang ketiga, adanya keterbatasan akses atau
mobilitas karyawan maupun logistik perusahaan pertambangan selama pandemi yang menyebabkan
proses operasional perusahaan terganggu.
Dari segi piutang usaha, kondisi nominal piutang pihak ketiga mengalami penurunan sebesar
-28,31% tetapi piutang pada pihak berelasi mengalami kenaikan sebesar 14, 16%. Dari kedua
piutang tersebut piutang pihak ketiga lah yang paling tinggi proporsionalnya dibanding piutang
perusahaan dengan pihak berelasi.

PT Harum Energy Tbk:


Berdasarkan tabel 1.b di atas dapat diperoleh informasi bahwa pada periode 2019-2020 pada
PT Harum Energy Tbk pada kas mengalami penurunan dari periode sebelumnya yakni pada tahun
2019 yaitu sebesar -6,80%. Bagi kami penurunan kas dan setara kas pada PT Harum Energy Tbk
tidak terlalu tinggi. Akan tetapi, Penurunan kas tersebut tentunya akan memberikan dampak negatif
bagi perusahaan karena kas sendiri sangat berperan penting bagi perusahaan untuk pemenuhan
kewajiban financial perusahaan khususnya jangka pendek dan juga karena kas sendiri merupakan
sumber dana perusahaan sehingga apabila turun dapat mengganggu proses operasional perusahaan.
Penurunan kas tersebut menurut berita yang kami dapatkan faktor utamanya dikarenakan dampak
dari covid-19 sehingga permintaan akan batubara menurun. Dari segi piutang PT Harum Energy
Tbk mengalami penurunan, penurunan tertinggi pada piutang ini terjadi di pihak berelasi sebesar -
63.57%. Dan juga disini dapat kita peroleh informasi bahwa piutang usaha yang paling tinggi
dimiliki perusahaan berasal dari piutang pihak berelasi.
PT Indah Prakasa Sentosa Tbk:
Berdasarkan pada data tabel 1.c diatas dapat diperoleh informasi bahwa pada periode 2019-
2020. PT Indah Prakasa Persero Tbk pada kas dari mengalami kenaikan pada tahun 2020 yaitu
sebesar 10.33%. Dengan adanya kenaikan kas ini menandakan perusahaan dalam kondisi yang
cukup baik walau dikala kondisi pandemi sekalipun dan juga hal ini berarti pemasukan dan proses
operasional perusahaan tidak terlalu terpengaruh walau dikala pandemi. Dari segi piutang usaha, PT
indah Prakasa Persero Tbk mengalami penurunan yang tertinggi pada piutang pihak ketiga sebesar
49.20% sedangkan pada piutang pihak berelasi mengalami penurunan yang tidak terlalu tinggi yaitu
sebesar 0.20%.

● Analisis persediaan (2019-2020)


1.A PT Adaro Energy Tbk

1.B PT Harum Energy Tbk

1.C PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk

PT Adaro Energy Tbk:


Pada tabel data persediaan 1. A PT Adaro Energy Tbk diatas, diperoleh informasi bahwa
perusahaan memiliki beberapa jenis persediaan, antara lain persediaan batu bara, suku cadang,
bahan bakar minyak dan pelumas, dan juga yang terakhir ada persediaan perlengkapan dan bahan
bakar pendukung. Dari keempat jenis persediaan tersebut persediaan batu bara lah yang paling
banyak proporsionalnya dimiliki oleh perusahaan. Hal ini wajar disebabkan perusahaan PT Adaro
Energy adalah perusahaan yang menjual batu bara dan juga produk olahannya. Namun, disini
ternyata persediaan batu bara dari perusahaan mengalami penurunan yang drastis sebesar 22,41%
dari periode sebelumnya. Penurunan persediaan ini menurut kami merupakan dampak adanya
kebijakan pada saat pandemi yang mengakibatkan mobilitas sosial dan kerja di dalam perusahaan
terganggu karena waktu itu ada kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sehingga
proses operasional perusahaan terhambat dan mengakibatkan tingkat produktivitas perusahaan
menurun.

PT Harum Energy Tbk:


Pada tabel diatas tersebut pada data persediaan PT Harum Energy Tbk terdapat beberapa
persedian antara lain: Batu bara baku, Batu bara industri dan Bahan pembantu dan suku cadang.
Dari ke tiga persedian tersebut dapat kita ketahui bahwa persedian batu bara baku adalah yang
paling banyak proposionalnya yakni sebesar -3,71%.

PT Indah Prakasa Sentosa Tbk:


Pada tabel data persediaan 1.C PT Adaro Energy Tbk diatas, memperoleh informasi bahwa
perusahaan memiliki beberapa jenis persediaan, antara lain persediaan bahan bakar minyak,
pelumas dan gas. Dari ketiga jenis persediaan tersebut diketahui bahwa persediaan pelumas yang
paling banyak mengalami penurunan sebesar 61.74%.

● Analisis Rasio Likuiditas ( Current Ratio)


Current Ratio

Dari hasil analisis current ratio pada lima periode (2016-2020), nilai current ratio dari PT
Adaro Energy Tbk terus mengalami penurunan hingga tahun 2020. Besarnya tingkat current ratio
tersebut menggambarkan tingkat kemampuan perusahaan untuk melunasi utang jangka pendeknya.
Selanjutnya, PT Harum Energy Tbk ternyata pada kurun waktu 5 tahun yakni (2016-2020) juga
terus mengalami perubahan yang naik turun pada nilai current rationya. Penurunan yang paling
tinggi tercatat terjadi pada tahun 2018 yakni sebesar 4.55 dan nilai current ratio tertinggi terjadi
pada tahun 2020, yakni sebesar 10.07. Dan yang terakhir pada PT Indah Prakarsa Sentosa,
berdasarkan data diatas juga mengalami fluktuasi terkait nilai current rationya, dimana tingkat
current ratio tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 0,37 dan yang terendah terjadi pada tahun
2020 sebesar 0,24.
Besarnya nilai dari current ratio tergantung atau sangat dipengaruhi oleh besarnya aset
lancar dan juga liabilitas lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin banyak nilai aset lancar yang
dimiliki perusahaan sedangkan liabilitas lancarnya dalam kondisi tetap atau bahkan menurun, maka
nilai current ratio perusahaan dapat dipastikan tinggi pula atau meningkat. Begitu pula sebaliknya,
apabila nilai aset lancar perusahaan tetap atau menurun, sedangkan liabilitas perusahaan tetap atau
naik maka sangat dimungkinkan akan mengakibatkan nilai current ratio perusahaan akan menurun
pula.
2. Analisis Aktivitas Pendanaan
● Analisis utang usaha & utang pajak
2.a PT Adaro Energy Tbk

2.b PT Harum Energy Tbk

2.c PT Indah Prakasa Sentosa Tbk

PT Adaro Energy Tbk:


Berdasarkan hasil analisis data pada tabel 2.a PT Adaro Energy Tbk diatas. Diperoleh hasil
analisis comparative bahwa perusahaan mengalami penurunan jumlah utang usaha yang cukup
banyak dari periode sebelumnya (2019), yaitu sebesar -36,14%. Penurunan utang usaha ini jika kita
sandingkan dengan data penurunan aset kas dan setara kas pada analisis aktivitas tabel 1.a PT Adaro
Energy Tbk di subbab sebelumnya (analisis aktivitas investasi) dapat kita ambil hipotesis dan juga
korelasi bahwa adanya penurunan kas dan setara kas yang cukup tinggi dialami oleh perusahaan ini
salah satunya bisa disebabkan karena perusahaan membayar utang usahanya tersebut. Selain itu, pada
data tersebut kita mengetahui bahwa utang pajak perusahaan itu mengalami peningkatan sebesar
12,88% dari periode sebelumnya. Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari CALK, utang pajak
tersebut terbesar berasal dari PPh Badan perusahaan.

PT Harum Energy Tbk:


Berdasarkan hasil data yang diperoleh pada PT Harum Energy Tbk diatas. Dapat dikatakan
bahwasanya pada utang usaha pihak berelasi mengalami penurunan yakni dari tahun 2019 sebesar
0.13% ke tahun 2020 sebesar -99,92%. Dan pada data diatas tersebut juga pada utang pajak
mengalami kenaikan dari tahun 2019 ke tahun 2020. Karena pada tahun 2020 tersebut, MSJ
menerima surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB) atas pajak penghasilan badan pada tahun 2018.

PT Indah Prakasa Sentosa Tbk:


Berdasarkan hasil analisis comperative pada tabel 2.c PT Perkasa Sentosa Tbk diatas.
Diperoleh informasi bahwa perusahaan mengalami penurunan utang usaha yang cukup banyak pada
priode sebelumnya 2020 yaitu sebesar 35.09%. Selain itu, pada data tabel diatas memperoleh bahwa
utang pajak mengalami peningkatan sebesar 3.91 % dari tahun sebelumnya. Berdasarkan informasi
yang peroleh dari CALK, utang pajak tersebut berasal dari PPh Badan perusahaan.

● Analisis Beban yang Masih Harus Dibayar


2.A PT Adaro Energy Tbk

2. B PT Harum Energy Tbk

2.C PT Indah Sentosa Prakarsa

PT Adaro Energy Tbk:


Menurut hasil analisis pada tabel 2.A PT Adaro Energy Tbk, diperoleh informasi bahwa
perusahaan memiliki beberapa beban yang masih harus dibayar antara lain, beban pemasok dan
kontraktor, beban bunga, beban biaya angkut, dan juga beban lain-lain. Dari keempat beban tersebut
beban pemasok dan kontraktor lah yang memiliki proporsi yang paling banyak dibandingkan jenis
beban yang masih harus dibayar lainnya, yaitu sebesar 0,35%, sedangkan beban biaya angkut yang
memiliki proporsi paling sedikit dari total liabilitas dan ekuitas secara keseluruhan, yaitu sebesar
0,07%. Beban pemasok dan kontraktor sendiri adalah biaya yang harus dibayarkan oleh perusahaan
untuk membiayai biaya pasokan batu bara dan juga alat kontraktor pada proses penambangan batu
bara (coal mining).
PT Harum Energy Tbk:
Pada PT Harum Energy Tbk terdapat beban yang masih harus di bayar antara lain,
pengerukan, royalti, komisi, beban kekurangan kewajiban pasar domestik, dan lain-lain. Dari
keempat jenis beban tersebut beban pengerukan dan beban royalti adalah beban yang memiliki
proporsi yang paling banyak.

PT Indah Prakasa Sentosa Tbk


Dari hasil analisis tabel 2.C PT Indah Prakasa Sentosa Tbk diperoleh informasi bahwa
perusahaan terdapat beberapa beban yang masih harus dibayar antara lain: bunga, upah asuransi dan
beban lain-lain. Dari keempat jenis beban tersebut beban bunga yang memiliki proporsi paling
banyak. Sedangkan propos yang paling sedikit yaitu beban asuransi sebesar 0.02%.

3. Analisis Aktivitas Operasional


3.a PT Adaro Energy Tbk

3.b PT Harum Energy Tbk


3.c PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk

PT Adaro Energy Tbk:


Berdasarkan hasil analisis pada tabel 3.a PT Adaro Energy Tbk diatas, diperoleh informasi
bahwa dari perhitungan analisis comparative, pendapatan usaha perusahaan mengalami penurunan
yang cukup tinggi, yaitu sebesar -26,68%. Penurunan ini menurut kami juga merupakan akibat
dampak pandemi Covid-19 yang mana pada saat itu juga kondisi tingkat produktivitas perusahaan
sedang mengalami penurunan karena tidak maksimalnya proses operasi perusahaan (adanya
kebijakan PSBB). Selain itu, pada saat itu juga kondisi harga bahan tambang batu bara ditambah
juga sedang menurun, hal tersebut juga turut memperparah kondisi pada saat itu sehingga
perusahaan harus mengalami penurunan pendapatan.
Berdasarkan tabel tersebut juga dapat kita lihat bahwa perusahaan mengalami penurunan
dari beban pokok pendapatannya. Walaupun beban pokok pendapatan perusahaan turun, laba
perusahaan jika dibandingkan dengan tahun 2019 ternyata juga ikut mengalami penurunan yang
bisa dikatakan sangat tinggi, yaitu sebesar -40,21%. Kondisi ini menurut analisis kami yang
pertama, beban pokok pendapatan turun karena pada saat itu kemungkinan perusahaan terhambat
kinerja operasionalnya akibat dampak pandemi yang pada saat itu juga ada kebijakan pemerintah
terkait pembatasan mobilitas masyarakat tak terkecuali bagi karyawan dan juga perusahaan yang
beroperasi sehingga perusahaan karena kondisi tersebut ditambah kondisi ekonomi negara yang
juga sedang turun berusaha untuk mengurangi biaya operasionalnya. Sedangkan, terkait laba yang
menurun, menurut kami, hal ini disebabkan walaupun beban pokok pendapatan turun, tetapi
ternyata pendapatan usaha mengalami penurunan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
penurunan beban pokok pendapatan dari tahun sebelumnya, yaitu pendapatan usaha mengalami
penurunan sebesar -26,68% sedangkan beban pokok pendapatan mengalami penurunan sebesar -21,
44%. Hal tersebut menurut kami yang menyebabkan mengapa walaupun beban pokok pendapatan
turun, laba kotor perusahaan juga ikut menurun.
Selain itu, berdasarkan data pada tabel 3.a PT Adaro Energy Tbk tersebut juga dapat kita
peroleh informasi bahwa diantara beberapa beban yang dimiliki oleh perusahaan, beban usaha lah
yang proporsi atau nominalnya paling tinggi di antara beban-beban yang lain, baik itu pada tahun
2019, maupun tahun 2020. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui CALK perusahaan, pada
tahun 2019-2020, beban usaha perusahaan terdiri dari beban penjualan dan pemasaran, seperti
komisi penjualan, serta beban umum dan administrasi yang terdiri dari biaya karyawan, biaya jasa
profesional, pajak final, beban depresiasi, beban kantor dan lain-lain.

PT Harum Energy Tbk:


Setelah kita melihat analisis pada tabel diatas pada PT Harum Energy Tbk diperoleh bahwa
PT Harum Energy Tbk di total pendapatan mengalami penurunan yang signifikan yakni sebesar -
39,90%. Kemungkinan penurunan ini disebabkan faktor utamanya adalah dampak pandemi dari
covid-19, sehingga pada saat itu banyak perusahaan-perusahaan besar yang berhenti beroperasi
karena peraturan PSBB yang diterapkan. Sehingga hal ini, menyebabkan pendapatan pada PT
Harum Energy Tbk juga mengalami penurunan yang cukup signifikan.
Berdasarkan data tabel 3.b diatas juga ternyata diperoleh informasi bahwa beban pokok
pendapatan dan langsung perusahaan ternyata mengalami penurunan yang sangat drastis, yaitu
sebesar -76,81%. Kondisi tersebut menurut kami juga merupakan dampak dari pandemi Covid -19
yang mana aktivitas operasional/ produksi perusahaan juga ikut menjadi terhambat dan juga
kemungkinan perusahaan juga mengeluarkan kebijakan untuk menghemat pengeluarannya tak
terkecuali juga dengan beban pokok pendapatan dan langsung yang dimiliki perusahaan.
Dari beban-beban yang dimiliki perusahaan, beban umum dan admisitrasi lah yang memiliki
proporsi paling tinggi diantara yang lain, yaitu pada tahun 2019 sebesar 10,97% dan pada tahun
2020 sebesar 17,42%.

PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk:


Berdasarkan hasil analisis data pada tabel diatas PT Indah Prakasa Sentosa diperoleh hasil
dari perhitungan analisis comparative, pendapatan usaha mengalami penurunan sebesar -36.80%.
Penurunan tersebut disebabkan akibat dampak pandemi covid-19 sehingga perusahaan berhenti
beroperasi karena adanya PSBB. Selain itu juga pada kondisi saat itu, harga lpg dan minyak
mengalami penurunan sehingga memperparah kondisi perusahaan yang mana mengakibatkan
perusahaan mengalami penurunan pendapatan.
Berdasarkan data pada tabel 3.c PT Indah Prakarsa Sentosa Tbk kita juga dapat memperoleh
informasi bahwa jumlah nominal beban pokok penjualan perusahaan mengalami penurunan yang
bisa dikatakan tinggi, yaitu sebesar -36%. Disini juga laba kotor perusahaan mengalami penurunan
yang drastis yaitu sebesar -41%, hampir mencapai penurunan sebesar 50% dari laba kotor tahun
sebelumnya. Berdasarkan data tersebut juga dapat kita peroleh informasi bahwa dari beberapa beban
yang dimiliki perusahaan, beban umum dan administrasi lah yang memiliki proporsi paling banyak
diantara beban yang lain, yaitu sebesar 11,06% dari total penjualan.
.

Anda mungkin juga menyukai