Anda di halaman 1dari 34

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

TANGERANG SELATAN

Disusun sebagai Proyek Penugasan Individu Mata Kuliah Manajemen Kekayaan


Negara yang Dipisahkan II

Analisis Efektivitas Kinerja Keuangan dan Kontribusi PNBP pada Perusahan PT


Pertamina (Persero)

Disusun Oleh :

Nama : Alma Dewi Ananda

NPM : 4302190048

Kelas/Nomor Absen : 5-04/03

Program Studi : D-III Manajemen Aset

Dosen Pengampu : Rohmat

POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN


Tahun Akademik 2021/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proyek Penugasan Individu
Mata Kuliah (PPI-MK) Manajemen KND II sebagai tugas Ujian Tengah Semester.
Dalam makalah ini penulis mencoba mencermati kinerja keuangan PT Pertamina
(Persero), kendala yang dialami, dan kontribusi PNBP PT Pertamina (Persero)
selama tahun 2018-2020.
Dalam menyelesaikan PPI-MK ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan hingga
PPI-MK ini selesai disusun;
2. Bapak Rohmat selaku dosen mata kuliah Manajemen KND II yang telah sabar
membimbing dan memberikan ilmu kepada saya dan teman-teman;
3. Teman-teman kelas 5-04 yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang
selalu memberikan support dan semangat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat penulis
nantikan guna memperbaiki penulisan makalah di masa mendatang. Penulis harap
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang berkenan membacanya.

Wonogiri, November 2021

Alma Dewi Ananda


ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Salah satu tujuan pembangunan nasional yang dirancang pemerintah
dapat diwujudkan melalui kebijakan terprogram melalui peningkatan sarana
Migas. Hal ini merupakan kebijakan yang cukup sulit untuk dijalankan.
Kebijakan ini tidak hanya berbicara masalah pelayanan, tetapi juga langkah yang
dapat ditempuh pemerintah untuk dapat terus menyediakan migas secara merata
ke seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, perlu diperhatikan pula pemanfaatan
migas di masyarakat sehingga dapat digunakan dengan baik. Megingat
kebutuhan hidup yang berasal dari mugas banyak dan digunakan dalam
kehidupan sehari-hari serta perlunya pemanfaatan migas dengan tepat,
diperlukan perusahaan yang professional dan berintegritas untuk mengolah
migas dan melayani kebutuhan masyarakat. Berdasarkan alasan tersebut, timbul
kesadaran pemerintah untuk mendirikan PT Pertamiana (Persero) yang resmi
berdiri pada 20 Agustus 1968. PT Pertamina (Persero) ini merupakan gabungan
dari PN Permina dan PN Pertamin.
PT Pertamina (Persero) merupakan sebuah perusahaan yang memiliki
fokus di bidang perminyakan. Pertamina memiliki peranan strategis untik
menyediakan energi yang sangat dibutuhkan bangsa Indonesia untuk dapat
menggerakkan seluruh lini kehidupan negara. PT Pertamina (Persero) ini
menyediakan dan memperjualbelikan produk berupa minyak, premium, solar,
gas, dan pertamax. Produk dari PT Pertamina (Persero) ini dimanfaatkan oleh
pengguna kendaraan bermotor dan sektor industri untuk memenuhi kebutuhan
operasionalnya.
Untuk menunjang kinerja dan memenuhi tanggung jawabnya, Pertamina
membangun jaringan bisnis yang terintegrasi dalam penyediaan energi dan
pengelolaan minyak ini mulai dari hulu hingga hilir. Tepat pada tanggal 12 Juni
2020, secara resmi Pertamina membentuk lima subholding yang berkaitan
dengan penyediaan energi di bawah PT Pertamina (Persero), yaitu Commercial
and Trading Sub Holding, NRE Sub Holding, Refinery and Petrochemical Sub

1
2

Holding, Gas Subholding, dan Upstream Sub Holding.


Adanya sub holding ini diharapkan PT Pertamina (Persero) bisa lebih
fokus dalam hal penyediaan energi. Semangat “One Enery, One Pertamina”
senantiasa dipegang erat oleh Pertamina untuk dapat menciptakan sinergi
penyediaan energi di hulu sampai hilir secara terarah. Dengan begitu, Pertamina
dapat menjadi suatu perusahaan yang dapat memberi dampak nyata ke
masyarakat dan menjawab tantangan akan kebutuhan energi di masa mendatang.
Sejak awal didirikan hingga saat ini, PT Pertamina terus melakukan
perbaikan di berbagai sektor agar kinerja PT Pertamina semakin meningkat dan
membaik tiap tahunnya. Tingkat keberhasilan PT Pertamina dinilai dari aspek
keuangan, aspek operasional, dan aspek administrasi. Perusahaan lain juga
melakukan pendekatan semacam ini karena dinilai mudah dalam penilaiannya.
Namun perlu diketahui bahwa pengukuran seperti ini tidak dapat
menggambarkan kondisi riil perusahaan di masa lampau dan menunjukkan
perubahan apa yang seharusnya dilakukan. Peniliana ini hanya untuk jangka
pendek dan mengabaikan kepentingan jangka panjang perusahaan.
Penilaian kinerja keuangan PT Pertamina merupakan hal yang sangat
penting. Dengan adanya penilaian perusahaan dapat mengetahui sudah sejauh
mana kemajuan perusahaan ini dan bagaimana kesehatan perusahaan tersebut.
Kesehatan perusahaan dan kinerja perusahaan dapat diketahui melalui penilaian
kinerja keuangan. Dengan demikian perlu dilakukan analisis kinerja keuangan
PT Pertamina (Persero).
Salah satu bentuk tanggung jawab dan transparansi dari PT Pertamina
(Persero) yaitu melalui penyajian laporan keuangan yang menyajikan semua
informasi mengenai kondisi keuangan perusahaan tersebut dalam satu periode
tertentu. Informasi dalam laporan keuangan ini dapat digunakan oleh seluruh
stakeholder baik pemerintah, investor, lembaga pemerintah lainnya yang
membutuhkan, dan rakyat Indonesia. Oleh karena itu, laporan keuangan PT
Pertamina Tbl harus tepat saji, tidak boleh lebih atau bahkan kurang saji. Selain
itu, laporan keuangan juga harus bebas dari kesalahan informasi yang dapat
merugikan para pengguna laporan. Kondisi laporan keuangan PT Pertamina
(Persero) dilihat dari total asset, total utang, total ekuitas, dan laba bersih dari

2
3

tahun 2018 sampai dengan 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 1
Kondisi Total Aset, Total Utang Lancar, Total Ekuitas, dan Laba Bersih PT Pertamina
(Persero) Tahun 2018-2020
(Dalam Ribuan Dollar Amerika Serikat)

No Tahun Total Aset Total Utang Total Ekuitas Laba


Bersih
1 2018 52.769.456 25.170.735 27.598.721 2.526.772
2 2019 53.992.123 25.211.128 28.780.995 2.529.342
3 2020 54.013.806 24.771.009 29.242.797 1.035.912
Jumlah 160.775.385 75.152.872 85.622.513 6.092.026
Sumber: diolah dari laporan keuangan PT Pertamina (Persero)

Pada tabel 1 di atas terlihat bahwa total asset PT Pertamina (Persero)


terus mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun tidak naik secara
signifikan. Ditinjau dari total utang yang dimiliki pertamina, dari tahun 2018 ke
2019 mengalami sedikit kenaikan, sedangkan pada tahun 2020 terjadi
penurunan. Senada dengan total asset, total ekuitas yang dimiliki PT Pertamina
(Persero) pada tahun 2018-2020 konsisten mengalami kenaikan. Mesikpun
mengalami kenaikan di total asset dan total ekuitas, laba bersih yang diperoleh
Pertamina mengalami penurunan pada tahun 2020, padahal setahun sebelumnya
sudah sempat naik.
Dalam laporan keuangan PT Pertamina (Persero) juga memuat
kontribusi perusahaan tersebut kepada negara berupa Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP). PNBP dari PT Pertamina (Persero) ini berupa dividen yang rutin
disetor sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. PNBP ini menjadi
salah satu sumber penerimaan negara yang penting di samping penerimaan
pajak. Hal ini dikarenakan tren penerimaan pajak beberapa periode terakhir
belum sesuai target yang ditetapkan. Oleh karena itu, sumber penerimaan PNBP
menjadi salah satu harapan pemerintah atau negara untuk tetap dapat
menyokong pembiayaan dalam APBN dan membiayai pelayanan masyarakat
dengan maksimal.
Dalam postur APBN, terdapat empat kategori PNBP, yaitu penerimaan
Sumber daya Alam, Pendapatan bagian laba BUMN, PNBP lainnya, dan

3
4

pendapatan Badan Layanan Umum (Umum). Sayangnya, penerimaan PNBP


sering dipandang sebelah mata karena jumlahnya yang tidak sebanyak dari
penerimaan perpajakan. Hal ini salah satunya disebabkan karena dalam
pengelolaan PNBP juga masih terdapat beberapa permasalahan dan kendala.
Sehingga, pengelolaan PNBP menjadi kurang optimal yang akhirnya berakibat
pada kontribusi terhadap negara menjadi kurang maksimal. [CITATION
Agu171 \t \l 1033 ] dalam jurnalnya yang berjudul “Analisis Temuan Badan
Pemeriksa Keuangan Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak
Kementerian/Lembaga” mengungkapkan terdapat empat permasalahan atau
kendala dalam pengelolaan PNBP yaitu, PNBP kurang pungut/tidak dipungut,
PNBP terlambat/belum disetor, PNBP yang dipungut tanpa dasar hukum dan
digunakan langsung, dan permasalahan PNBP lainnya.

Tabel 2
Kontribusi PNBP PT Pertamina (Persero) tahun 2018-2020
(Dalam Ribuan Dollar Amerika Serikat)
No Tahun Pembayaran Dividen Jumlah
kas ke
Pemerintah
1 2018 10.521.957 585.755 11.107.712
2 2019 8.651.601 563.106 9.214.707
3 2020 5.033.369 574.274 5.607.643
Sumber: diolah dari laporan keuangan PT Pertamina (Persero)

Kontribusi PT Pertamina (Persero) terhadap PNBP untuk negara ada dua


yaitu pembayaran ke kas negara dan pembayaran dividen. Dilihat dari
pembayaran kas ke negara tiap tahunnya mengalami penurunan. Berbeda dengan
dividen yang naik turun meskipun tidak signifikan. Dari kedua PNBP tersebut,
setoran PT Pertamina (Persero) ke pemerintah cenderung menurun setiap
tahunnya. Penurunan terparah terjadi pada tahun 2020. Penurunan ini salah
satunya disebabkan karena fluktuasi harga minyak mentah dunia.
Sampai saat ini, PT Pertamina (Persero) terus melakukan optimalisasi
dalam urusan penerimaan PNBP. Namun, seringkali optimalisasi ini hanya
mengedepankan peningkatan penerimaan PNBP. Acapkali perusahaan
mengabakan pengelolaan PNBP itu sendiri. Padahal, meskipun nominalnya

4
5

kecil, penerimaan PNBP ini kontribusinya cukup signifikan untuk membiayai


belanja negara.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa kinerja PT
Pertamina (Persero) masih belum maksimal. Selain itu, kinerja keuangan
pengelolaan PNBP dapat dianggap tidak efektif karena jumlah yang disetorkan
ke negara menurun setiap tahunnya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian
dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan dan Kontribusi PNBP pada
Perusahan PT. Pertamina (Persero)”

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) selama tahun 2018
sampai dengan 2020?
2. Bagaimana kontribusi PNBP dan dividen dari PT Pertamina (Persero)
selama tahun 2018 sampai dengan 2020?

C. TUJUAN
1. Mengetahui kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) selama tahun 2018
sampai dengan 2020.
2. Mengetahui kontribusi PNBP dan dividen dari PT Pertamina (Persero)
selama tahun 2018 sampai dengan 2020.

D. MANFAAT
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca karena
sudah semestinya makalah ini bermanfaat untuk khalayak umum. Oleh karena
itu, manfaat dari makalah ini adalah:
1. Bagi penulis
Hasil analisis ini memberikan kontribusi lebih banyak ilmu pengetahuan dan
wawasan, terutama mengenai analisis laporan keuangan tahunan dan
optimalisasi PNBP.
2. Bagi perusahaan
Digunakan sebagai panduan referensi dalam memecahkan masalah yang

5
6

sama dan mengembangkan pengetahuan tentang masalah yang terkait


dengan laporan keuangan.
3. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengalir ke perpustakaan dan
digunakan sebagai bahan referensi penulisan makalah atau jurnal lain.

E. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian kali ini, penulis menggunakan metode analisis
deskriptif kualitatif yaitu suatu metode analisis penelitian yang menggunakan
objek dan menggambarkan peristiwa dari objek tersebut untuk ditemukan
datanya dan dijadikan untuk sebuah informasi sehingga dapat dianalisis dan
didapatkan suatu pemecahan masalah. Untuk Teknik pengumpulan data,
penulis menggunakan teknik perngumpulan data menggunakan penelusuran data
online dengan data sekunder.
Cara penulis menggunakan metode penelurusan data online yaitu dengan
media online berupa internet dan jaringan online lainnya sehingga
memungkinkan bagi penulis untuk menemukan dan memanfaatkan data online
yang berasal dari sumber terpercaya seperti jurnal dan buku serta mendapatkan
informasi dengan cepat dan mudah dan dapat juga dapat dipertanggungjawabkan
secara akademis.

6
7

7
BAB II

KAJIAN TEORI

1. Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan ialah segala aktivitas perusahaan yang
kaitannya dengan upaya perusahaan untuk memperoleh dana, mengelola
dana, dan menggunakan dana untuk mencapai tujuan perusahaan.
Manajemen keuangan ini sangat penting bagi perusahaan guna
kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Wajib hukumnya bagi
perusahaan untuk memiliki manajer keuangan yang profesional agar
dapat memanajemen keuangan perusahaan dengan tepat. Manfaat dari
manajemen keuangan adalah memberikan kesejahteraan kepada para
pemegang sumber daya keuangan [ CITATION Mok19 \l 1033 ]. Tujuan
adanya manajemen keuangan antara lain:
a. Menjaga arus kas tetap stabil.
b. Memkasimalkan keuangan perusahaan agar mendapat keuntungan
yang maksimal pula.
c. Mempersiapkan struktur modal yang seimbang sesuai anggaran.
d. Meingkatkan efisiensi dana perusahaan.
e. Mengurangi risiko operasional dengan menghasilkan keputusan yang
tepat.
f. Meminimalisir biaya modal.

Pendapat lainmengemukakan bahwa Manajemen Keuangan ialah


penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji, dan
menganalisis tentang bagaimana seorang manajer keuangan dengan
mempergunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk mencari dana,
mengelola dana, dan membagi dana dengan tujuan memberikan profit
atau kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability
(keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.

2. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan didefinisikan sebagai capaian kerja suatu

8
9

perusahaan yang kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi


efektivitas dan efisiensi dari kegiatan perusahaan dalam satu periode
tertentu yang dapat dilihat dari kondisi keuangannya. Kinerja keuangan
ini dapat diukur dengan beberapa rasio antara lain rasio likuiditas
(liquidity ratio), rasio solvabilitas (solvability ratio), rasio profitabilitas
(profitability ratio), dan rasio turnover asset (turnover asset ratio). Hasil
pengukuran rasio tersebut digunakan sebagai gambaran keberhasilan atau
ketidakberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai target yang telag
ditetapkan.
Definis lain kinerja keuangan ini sebagai suatu gambaran dari
kondisi atau situasi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu
baik itu yang kemudian menyangkut aspek dari penghimpunan dana atau
pun juga penyaluran dana, serta juga pada umumnya diukur dengan
menggunakan atau memakai indikator kecukupan modal, profitabilitas
serta juga likuiditas.
Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai sebuah analisis yang
kemudian dilakukan untuk dapat melihat sejauh manakah suatu
perusahaan tersebut di dalam melaksanakan dengan memakai aturan dari
pelaksanaan keuangan yang baik serta juga benar.
3. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Pendapatan negara selain dari pajak, sumber lainnya yaitu
Penerimaan Negara Bukan Pajak atau lebih dikenal dengan PNBP.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak, PNBP diartikan sebagai pungutan yang dibayar
oleh orang pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung
maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan sumber daya dan
hak yang diperoleh negara, berdasarkan peraturan perundang-undangan,
yang menjadi penerimaan Pemerintah Pusat di luar penerimaan
perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Objek PNBP meliputi:
a. Pemanfaatan Sumber Daya Alam

9
10

b. Pelayanan
c. Pengelolaan Kekayaan Negara yang Dipisahkan
d. Pengelolaan Barang Milik Negara
e. Pengelolaan Dana
f. Hak Negara Lainnya
PNBP ini dikelola oleh Kementerian/Lembaga dan Kementerian
yang menjalankan fungsi sebagai Bendahara Umum Negara. Pendapatan
dari PNBP ini masuk dan wajib dicantumkan dalam APBN. Karena
beberapa alasan, penerimaan PNBP sampai detik ini masih jauh dari kata
optimal.
4. Optimalisasi
Optimalisasi berasal dari kata dasar “optimal” yang menurut KBBI
artinya adalah terbaik, tertinggi, atau paling menguntungkan. Dari definisi
tersebut dapat ditarik kesimpulan arti dari optimalisasi ini sendiri ialah suatu
upaya atau proses untuk menemukan metode terbaik yang dapat dilakukan untuk
mencapai hasil semaksimal mungkin dengan sumber daya sebaik mungkin.
Beberapa contoh optimalisasi dalam dunai nyata, yaitu:
a. Optimalisasi biaya produksi, artinya upaya untuk menekan biaya
produksi sehingga dengan input yang sedikit tetap bisa menghasilkan
outputyang banyak.
b. Optimalisasi saluran air, yaitu mengoptimalkan fungsi saluran air
dengan cara membersihakan saluran air atau melebarkan saluran air.
c. Optimalisasi kinerja karyawan, dengan mengevaluasi kinerja atau
mencari sumber permasalahan lalu diperbaiki Bersama agar kinerja
karyawan dapat sesuai target perahaan.
Pengertian optimalisasi menurut [ CITATION Win99 \l 1033 ] adalah suatu
ukuran yang menyebabkan tercapainya sebuah tujuan. [ CITATION WJS76 \l
1033 ] mendefinisikan optimalisasi sebagai suatu hasil yang dicapai sesuai
keinginan, sehingga optimalisasi adalah pencapaian hasil sesuai dengan harapan
secara efektif dan efisien.
5. Rasio Keuangan
a. Rasio Likuiditas

10
11

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan


perusahaan untuk memenuhi kewajiban utang jangka pendek dengan asset
lancar yang dimilikinya. Rasio ini dapat digunakan juga sebagai analisis tren,
komparasi denggan perusahaan lain yang sejenis, dan mengevaluasi target
perusahaan. Semakin tinggi rasio likuiditasnya, maka semakin baik
kemampuan perusahaan dalam membayar utang jangka pendek dengan
kepemilikan asetnya. Rasio likuiditas yang dipakai dalam analisis ini
meliputi:
1) Current Ratio
Aset Lancar
Utang Jangka Pendek
2) Quick Ratio
Aset Lancar −Persediaan
Utang Jangka Pendek
3) Cash Ratio
Kas
Utang Jangka Pendek
b. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio Solvabilitas atau dikenal juga dengan istilah leverage ratio merupakan
rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan pelunasan
seluruh kewajibannya dengan ekuitas maupun aktivanya baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Rasio solvabilitas yang digunakan dalam analisis ini
antara lain:
1) Debt Ratio (semakin meningkat, semakin bagus)
Total aktiva−Total Ekuitas
Total Aktiva
2) Debt to Equity Ratio (semakin kecil, semakin bagus)
Total Utang
Total Ekuitas
c. Rasio Perputaran Aset (Turnover Asset Ratio)
Rasio ini menilai nilai penjualan atau pendapatan dari jumlah aktiva yang
dimiliki perusahaan tersebut. Rasio ini juga menunjukkan tingkat efisiensi
perusahaan dalam mngelola seluruh asetnya agar meghasilkan pendapatan.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi rasio perputaran asset, maka

11
12

semakin efisien perusahaan tersebut dalam menghasilkan pendapatan dari


asetnya. Apabila tingkat perputarannya rendah, maka perusahaan masih
belum maksimal dalam mengelola asset yang dimilikinya. Rasio ini
meliputi:
1) Inventory turnover
COGS
Persediaan
2) Day’s Sales in Inventory
365
Inventory Turnover
3) Receivable Turnover
Penjualan
Piutang
4) Day’s Sales in Receivable
365
Receivable Turnover
5) Total Asset Turnover
Penjualan
Total Aktiva
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
dari pendapatan. Semakin tinggi rasio profitabilitas, maka semakin efisien
dan efektif suatu perusahaan. Rasio yang tinggi menandakan tingginya pula
tingkat laba yang diperoleh perusahaan. Rasio profitabilitas yang digunakan
ialah:
1) Return on Equity (ROE)
Laba Bersih
x 100 %
Total Ekuitas
2) Return on Asset
Laba Bersih
x 100 %
Total Aktiva
3) Gross Profit Margin
Laba Bersih
x 100 %
Penjualan
6. Penelitian Terdahulu

12
13

Beberapa studi empiris mengenai dampak efektivitas pengelolaan PNBP


terhadap kinerja keuangan menunjukkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhinya secara fundamental berbeda. Hal ini dapat disebabkan oleh
perbedaan tempat penelitian, perbedaan data yang digunakan, perbedaan periode
pengamatan, dan sebagainya. Kajian tentang efektivitas pengelolaan PNBP juga
memberikan hasil yang beragam. Ada yang mengatakan efektivitas pengelolaan
PNBP berpengaruh positif, ada pula yang mengatakan berdampak negatif.
Penelitian yang dilakukan oleh [CITATION Edi21 \l 1033 ] menyebutkan
bahwa efektivitas pengelolaan PNBP memiliki hubungan positif terhadap
kinerja keuangan pada Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan koefisien determinasi
diperoleh hasil bahwa pengaruh pengelolaan PNBP terhadap kinerja laporan
keuangan sebesar 6,2%. Dapat disimpulkan bahwa tingkat efektivitas
pengelolaan PNBP yang baik mampu meningkatkan kinerja laporan keuangan.
Efektivitas pengelolaan PNBP yang dimaksudkan dalam penelitian termasuk
adanya kesadaran dan kemauan untuk menaati semua peraturan yang berlaku.
[CITATION Agu17 \t \l 1033 ] dalam jurnal Substansi, Volume 1, Nomor
1 yang berjudul “OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI
REPUBLIKINDONESIA (LPP TVRI)” mengungkapkan bahwa masalah utama
LPP TVRI dalam pengelolaan PNBP ada dua yaitu pungutan tanpa dasar hukum
dan penggunaan langsung penerimaan jasinonsi. Permasalahan tersebut telah
menemukan titik terangnya dengan pengajuan usul Peraturan Pemerintah
mengenai jenis dan tarif PNBP yang berlaku di LPP TVRI. Setelah ditetapkan,
LPP TVRI perlu mengajukan izin penggunaan kepada Menteri Keuangan.
Analisis yang dilakukan oleh [CITATION Rim17 \l 1033 ] menjelaskan
bahwa penerimaan bea lelang pada kantor Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Manado mulai dari tahun 2013 sampai tahun 2016 mengalami tren
kenaikan. Artinya, kinerja KPKNL Manado dalam pemungutan bea lelang sudah
efektif. Efektivitas ini tidak terlepas dari kepatuhan KPKNL Manado dalam
penatausahaan penerimaan PNBP dari bea lelang yang sudah sesuai Pertauran
Direktur Jenderal Kekayaan Negara Nomor PER-07/KN/2012.

13
14

Jurnal internasional yang diterbitkan Organisation For Economic Co-


Operation And Development pada tahun 2013 yang berjudul Annual Report on
Competition Policy Developments in Indonesia atau Laporan Tahunan Komisi
Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Indonesia periode 2012 menyebutkan
bahwa Selama periode anggaran tahun 2012, nilai Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) yang berhasil diperoleh dari berbagai putusan yang dikeluarkan
oleh KPPU adalah sebesar Rp8.327.343.460,- (delapan miliar tiga ratus dua
puluh tujuh tiga ratus empat puluh tiga ribu empat ratus enam puluh rupiah).
Sanksi denda dan ganti rugi merupakan ultimum remedium dan bukan menjadi
tujuan utama KPPU penegakan hukum KPPU. Namun, sanksi pembayaran uang
dari pelaku usaha juga berkontribusi terhadap keuangan negara yang selanjutnya
diakui sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak. Sampai dengan tahun 2012,
KPPU telah memberikan kontribusi sebesar Rp161.613.358.367 (seratus enam
puluh satu miliar enam ratus tiga belas juta tiga ratus lima puluh delapan ribu
tiga ratus enam puluh tujuh rupiah) sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dari total Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang telah
digunakan KPPU selama 12 (dua belas) tahun sebesar 490,268 Miliar.
Studi mengenai kinerja laporan keuangan PT Pertamina (Persero) pernah
dilakukan oleh [ CITATION Tut17 \l 1033 ] mengungkapkan bahwa kinerja
keuangan dan operasional PT Pertamina (Persero) tahun 2009 sampai tahun
2014 sudah cukup bagus, meskipun masih ada beberapa target yang belum
tercapai. Seperti yang telah diketahui bersama, PT Pertamina (Persero) tidak
menganggap sulit sebuah tantangan, justru dijadikan kesempatan untuk
mengeksplor hal baru. Dalam analisisnya penulis menggunakan rasio keuangan
berupa Return on Equity, Return om Investment, Cash Ratio, Current Ratio,
Inventory Turnover, Total Asset Turnover, Total Equity to Total Asset, Debt to
Equity Ratio, Debt to Asset Ratio, dan Return on Asset. Melalui strategi
“aggressive upstream, profitabel downstream“ PT Pertamina (Persero) mampu
meningkatkan kinerja operasional dan kinerja keuangannya. Selain itu, PT
Pertamina (Persero) menerapkan strategi optimalisasi dan efisiensi produksi.
Prestasi lainnya yang diraih Pertamina yaitu pengakuan dari Komisi
Pemberantasan Korupsi yang menyatakan PT Pertamina (Persero) berhasil

14
15

mengatasi gratifikasi yang acapkali terjadi di perusahaaan.


[ CITATION Dia21 \l 1033 ] meneliti pengaruh Current Ratio dan Debt to
Equity Ratio terhadap kinerja Return on Equity PT Pertamina (Persero) pada
tahun 2016-2020. Dari uji t yang dilakukan penulis, diketahui bahwa Current
Ratio dan Debt to Equity Ratio tidak memberikan dampak apapun pada kinerja
keuangan PT Pertamina (Persero). Hal yang sama terjadi Ketika dilakukan uji f,
Current Ratio dan Debt to Equity Ratio secara simultan tidak memberikan
pengaruh pada kinerja keuangan Pertamina.
[CITATION Yun \l 1033 ] meneliti perbandingan kinerja keuangan dan
Economic Value Added pada PT Pertamina (Sebelum dan Sesudah
Dibubarkannya Petral Tahun 2013-2018) dengan menggunakan rasio likuiditas
(current ratio dan quick ratio), profitabilitas (return on asset, return on equity),
solvabilitas (debt to total asset ratio dan debt to equity ratio), aktivitas
(inventory turnover dan total asset turnover) dan Economic Value Added
(EVA). Dari penelitian tersebut diketahui bahwa tidak ada perbedaan signifikan
terhadap current ratio dan quick ratio), profitabilitas (return on asset, return on
equity), aktivitas (total asset turnover) dan Economic Value Added (EVA).
Namun terdapat perbedaan yang signifikan terhadap solvabilitas (debt to asset
ratio dan debt to equity ratio) dan aktivitas (total asset turnover).
Studi lain berkaitan dengan kinerja PT Pertamina (Persero) dilakukan
oleh [ CITATION Sof20 \l 1033 ] dengan membandingkan kinerja keuangan
sebelum dan sesudah holding company dengan rasio Return on Investment ,
Return On Asset , Cash Ratio , Current Ratio , Collection Period , Inventory
Turn Over , Total Asset Turn Over , dan Total Modal Sendiri. Dari penelitian ini
ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metod Du Pont System
Analysis adanya holding perusahaan induk kinerja keuangan PT Pertamina
semakin efisien. Pernyataan tersebut didukung dengan adanya rasio keyangan
periode 2017 dan 2018 yang meningkat.
Studi pada salah satu anak perusahaan Pertamina yaitu PT Perusahaan
Gas Negara Tbk yang dilakukan oleh [ CITATION Fad20 \l 1033 ]
mengungkapkan bahwa dalam periode tahun 2014 sampai dengan 2018 kinerja
keuangan PT Perusahaan Gas Negara Tbk yang dianalisis menggunakan

15
16

Economic Value Added (EVA) menunjukkan hasil yang baik dengan nilai
ekonomis yang selalu positif. Diketahui juga bahwa manajemen keuangan PT
Perusahaan Gas Negara sudah optimal terbukti dengan adanya return yang
diberikan kepada investor sudah sesuai dengan harapan.

16
17

17
BAB III

PEMBAHASAN

1. Rasio Keuangan PT Pertamina (Persero)


a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Tabel 3. Rasio Likuiditas

TAHU CURRENNT QUICK RATIO CASH RATIO


N RATIO
2018 1,36 0,90 0,35
2019 1,41 0,94 0,17
2020 1,88 1,40 0,50

1) Current Ratio
Current Ratio PT Pertamina (Persero) mengalami peningkatan dari tahun
2018 hingga 2020. Tercatat pada tahun 2018 current ratio Pertamina
1,36 kemudian meningkat 3,67% menjadi 1,41 di tahun 2019.
Peningkatan cukup signifikan terjadi di tahun 2020 yaitu sebesar 33,33%
menjadi 1,88. Dari angka current ratio ini dapat diketahui bahwa dengan
asset lancarnya, perusahaan mampu membayar 1 kali lipat hutang jangka
pendeknya. Angka yang cukup kecil, namun tetap menunjukkan
peningkatan setiap tahunnya.
2) Quick Ratio
Tak jauh berbeda dengan current ratio, quick ratio PT Pertamina
(Persero) ini mengalami kenaikan selama 3 tahun terakhir terhitung sejak
tahun 2018. Pada tahun 2018 tercatat quick ratio-nya sebesar 0,90.
Tahun 2019 meningkat menjadi 0,94 atau meningkat sebesar 4,44%.
Kenaikan signifikan terjadi di tahun 2020 yang berada di angka 1,40.
Artinya kenaikan quick ratio dari tahun 2019 ke tahun 2020 sebesar
32,85%. Dengan asset lancar tanpa inventory, tahun 2018 dan 2019
perusahaan mampu membayar hampir 1 kali lipat dari hutang jangka
pendek dan pada tahun 2020 mampu membayar 1,4 kali lipat hutang
jangka pendeknya.

18
19

3) Cash Ratio
Pada periode 2018-2020 cash ratio yang dicapai PT Pertamina (Persero)
cukup fluktuaktif. Tahun 2018 tercatat cash ratio sebesar 0,35.
Kemudian menurun sebesar 51,42% menjadi 0,17. Tahun 2020
Pertamina come back dengan quick ratio senilai 0,50%, yang artinya
meningkat 194,11% daripada tahun 2018. Dengan kondisi quick ratio
seperti ini dapat diartikan bahwa dengan kas dan setara kas perusahaan
mampu membayar hutang jangka pendeknya namun masih belum
optimal.
b. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)

Tabel 4. Rasio Solvabilitas


TAHUN DEBT RATIO DEBT TO EQUITY
RATIO
2018 0,48 0,91
2019 0,47 0,88
2020 0,46 0,85

1) Debt Ratio
Perolehan debt ratio PT Pertamina (Persero) tahun 2018 hingga 2020
cenderung stabil di angka 0,4. Secara tidak sengaja menurun satu angka
setiap tahunnya dari tahun 2018-2020. Total debt ratio pada tahun 2018
senilai 0,48. Kemudian menurun sebesar 2,08% pada tahun 2019
menjadi 0,47. Penurunan yang sangat tipis terjadi lagi di tahun 2020,
yakni menurun menjadi 0,46 atau turun sebesar 2,12%. Dapat
disimpulkan bahwa semakin kecil persentase aset perusahaan yang
dibiayai hutang.
2) Debt to Equity Ratio
Dari tahun 2018 sampai dengan 2020 DER PT Pertamina (Persero)
mengalami penurunan. Pada tahun 2018 DER yang diperoleh sebesar
0.91%. Terjadi penurunan sebesar 1,57% menjadi 1,88 pada tahun 2019.
Penurunan terjadi lagi pada tahun 2020 senilai 1,59% menjadi 1,85. Debt
to Equity Ratio yang semakin menurun meskipun tidak signifikan
menandakan bahwa perusahaan memiliki kewajiban utang yang kecil

19
20

atau bisa dibilang tingkat kemandirian perusahaan meningkat.


Rendahnya rasio debt to equity cukup menarik investor karena investor
akan tetap di posisi yang aman jika terjadi kerugian.
c. Rasio Perputaran Aset (Turnover Asset Ratio)

Tabel 5 Rasio Perputaran Aset

TAHUN Inventory Day’s Day’s Receivable Total


Turnover Sales in Sales in Turnover Asset
Inventory Receivable Turnover
2018 7,41 49,29 74,38 4,91 0,88
2019 7,72 47,26 93,07 3,92 0,80
2020 6,64 54,95 113,68 3,21 0,59

1) Inventory Turnover dan Day’s Sales in Inventory


Rasio ini cenderung tidak stabil karena mengalami kenaikan lalu
menurun lagi selama periode 2018 hingga 2020. Pada tahun 2018 tercatat
inventory turnover yang dimiliki senilai 7,41. Sedangkan Day’s Sales in
Inventory tahun 2018 yaitu 49,29 artinya waktu rata-rata perushaan
untuk mengubah persediaan menjadi penjualan berkisar 49 hari.
Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2019 sebesar 4,18%
menjadi 7.72 dengan Day’s Sales in Inventory 47,26 atau membutuhkan
rata-rata 47 hari untuk mengubah persediaan. Tahun 2020 rasio Day’s
Sales in Inventory meningkat menjadi 54,95 yang artinya kemampuan
PT Pertamina (Persero) untuk menubah persediaan menjadi penjualan
menurun menjadi 54 hari dalam satu periode. Dapat disimpulkan
bahwasanya pada tahun 2018 dan 2019 PT Pertamina (Persero) rata-rata
mampu menjual persediannya rata-rata sebanyak tujuh kali. Pada tahun
2020 mengalami penurunan yang mencapai 13,98% yaitu menjadi 6,64.
Dengan begitu, periode tahun 2020 PT Pertamina (Persero) mampu
menjual persediannya rata-rata 6 kali dalam satu tahun. Menurunnya
rasio ini menandakan bahwa penjualan melemah dan kemungkinan ada
kelebihan persediaan di gudang.
2) Receivable Turnover dan Day’s Sales in Receivable (day)

20
21

Rasio receivable turnover PT Pertamina (Persero) dari tahun 2018-2020


justru melemah. Pada tahun 2018 Day’s Sales in Receivable sebesar
74,38 artinya membutuhkan sekitar 74 hari untuk menagih piutang. Di
tahun yang sama, receivable turnover Pertamina sebesar 4,91. Hal ini
menandakan perputaran account receivable sekitar 4 kali dalam satu
tahun. Tahun berikutnya menurun menjadi 93,07 atau 93 hari untuk
menagih piutang dengan receivable turnover 3,92. Di tahun 2018
perputaran account receivable hanya sekitar 3 kali dalam satu periode.
Day’s Sales in Receivable turun sebesar 25,12% dan receivable turnover
menurun 20,16% dibanding tahun 2018. Tahun 2020 rasio Day’s Sales
in Receivable ini menurun sebesar 22,14% menjadi 113,68 dan
receivable turnover yang stabil di kisaran 3 kali namun menurun 18,11%
menjadi 3,21. Di tahun 2020 kemampuan PT Pertamina (Persero) untuk
menagih piutang memerlukan waktu hingga 113 hari dengan peprutaran
account receivable hanya 3 kali dalam satu tahun.
3) Total Asset Turnover
Kemampuan aset untuk menghasilkan penjualan dari tahun 2018 hingga
2020 menurun. Tahun 2018 rasio ini berada di angka 0,88. Selanjutnya
tahun 2018 menurun menajdi 0,80 atau turun sekitar 9%. Tahun 2020
turun berkisar 13% menjadi 0,59.
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Tabel 6. Rasio Profitabilitas

Tahun Return on Return on Asset Gross Profit


Equity Margin
2018 9,16 4,79 5,47
2019 8,79 4,68 5,82
2020 3,54 1,92 3,23

1) Return on Equity (ROE)


Tingkat pengembalian atas ekuitas menurun sepanjang tahun 2018
hingga 2020. Pada tahun 2018 ROE yang diperoleh cukup tinggi yakni
9,16%. Tahun berikutnya menurun sekitar 40% sehingga ROE menjadi

21
22

8,79%. Tahun 2020 terjadi penurunan lagi 59,72% atau ROE yang
diperoleh PT Pertamina (Persero) hanya 3,54%. Artinya, pada tahun
2018 dengan modal US$ 27.598.721 PT Pertamina (Persero) mampu
menghasilkan profit sampai 9,16%. Selanjutnya tahun 2019 Pertamina
mampu menghasilkan profit 8,79% dengan modal US$ 28.780.995.
tahun 2020 modal yang dipakai meningkat yakni US$ 29.242.797 namun
hanya mampu menghasilkan profit 3,54%.
2) Return on Asset (ROA)
Tingkat pengembalian atas aset dalam periode 2018 sampai dengan 2020
juga mengalami penurunan. Di tahun 2018 dan 2019 ROA yang dicapai
Pertamina cenderung stabil yakni masing-masing senilai 4,79% dan
4,68%. Hal ini menandakan bahwa dengan total aktiva US$ 52.769.456
mampu mangasilkan laba bersih 4,79% dan di tahun 2019 dengan total
aktiva US$ 53.992.123 PT Pertamina (Persero) bisa mengumpulkan laba
bersih 4,68%. Dari tahun 2018 ke tahun 2019 terjadi penurunan sebesar
2,29%. Tahun berikutnya yakni tahun 2020 terjadi penurunan yang
drastis senilai 58,9% dengan ROA hanya 1,92%. Meskipun ada
penambahan modal yakni menjadi US$ 54.013.806 nyatanya Pertamina
hanya mampu menghasilkan profit 1,92% dari total aktiva yang
dimilikinya pada tahun 2020.
3) Gross Profit Margin (GPM)
Rasio GPM PT Pertamina (Persero) tahun 2018 dan 2019 stabil berkisar
di 5%. Terjadi peningkatan sebesar 6,3% dari 5,47% menjadi 5,82%.
Namun, GPM turun menjadi 3,23% pada tahun 2020 atau menurun
sekitar 44% dari tahun sebelumnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa
pada tahun 2018 dan 2019 PT Pertamina (Persero) sudah cukup efisien
bahkan meningkat dalam mengelola kegiatan operasionalnya. Hal ini
dikarenakan Harga Pokok Penjualan pada tahun 2018 dan 2019 lebih
rendah daripada penjualannya. Kemudian GPM yang menurun pada
tahun 2020 menandakan bahwa kegiatan operasional pada tahun 202
kurang baik sehingga GPM menurun meskipun HPP tetap lebih rendah
daripada penjualannya. Salah satu penyebab yang sangat berdampak

22
23

besar pada tahun 2020 yaitu adanya pandemi covid-19 yang nyaris
melumpuhkan seluruh sendi perekonomian negara, termasuk dalam
bidang penyediaan energi dan perminyakan yang menjadi fokus utama
PT Pertamina (Persero). Pertamina terpukul karena selama pandemi
covid-19 mengalami penurunan penjualan yang signifikan
2. Kontribusi PNBP PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) terus mengadvokasi peningkatan kontribusinya
terhadap negara melalui pembayaran pajak dan dividen. Selama lima tahun
terakhir, kontribusi Pertamina terhadap penerimaan negara dari pajak, deviden,
PNBP, dan bonus tanda tangan meningkat rata-rata 13 persen per tahun.
Komitmen PT Pertamina (Persero) terus ditingkatkan baik dari segi operasional,
aktivitas bisnis dan non bisnis, serta pelayanan masyarakat.
Kontribusi PT Pertamina (Persero) terhadap APBN terdiri dari pajak,
dividen, Penerimaan Negara Bukan Pajak, dan Signature Bonus. Pada tahun 2018
total keseluruhan kontribusi Pertamina kepada negara senilai 182,48 triliun yang terdiri
dari 112,21 triliun perpajakan, 8,57 triliun dividen, 49,76 triliun PNBP, dan signature
bonus 11,94 triliun. Pada tahun 2018 Pertamina mampu meraup laba bersih sekitar 36
triliun dengan dividen payout ratio 22,1%. Capaian ini merupakan setoran pajak dan
dividen yang terbesar dalam sejarah Pertamina. Setoran pajak dan dividen ini
meningkat 12,8 persen daripada setoran pada tahun 2017.
Beralih ke tahun 2019, Pertamina menyetorkan kontribusi sebesar 181, 51
triliun dengan setoran pajak 128,51 triliun, dividen 7,95 triliun, PNBP 43,68 triliun, dan
signature bonus 1,22 triliun. Diketahui bahwa pada tahun 2019 laba bersih yang
dihasilkan PT Pertamina (Persero) sebesar 35,78 triliun dengan dividen payout ratio
23,8%. PNBP yang dihasilkan pada tahun ini berasal dari kegiatan hulu migas, panas
bumi, dan signature bonus sehubungan dengan adanya wilayah kerja baru di anak
perusahaan hulu migas PT Pertamina (Persero).
Tahun 2020 PT Pertamina (Persero) tetap mampu memebrikan kontribusi ke
negara dengan jumlah yang banyak meskipun diterjang pandemi covid-19. Pada tahun
2020 Pertamina mencatatkan kontribusi senilai 126,7 triliun yang terdiri dari pajak
senilai 92,7 triliun, dividen 8,5 triliun, dan PNBP 25,5 triliun. Dividen Payout Ratio
pada tahun 2020 sebesar 23,8% dari keseluruhan laba bersih. Jumlah ini naik
dibandingkan dengan dividen yang dibayarkan pada tahun 2019.
Meskipun begitu, secara keseluruhan kontribusi Pertamina menurun dari tahun-

23
24

tahun sebelumnya. Penurunan kontribusi dari Pertamina ini merupakan dampak adanya
pandemi yang menyerang Indonesia. Sebagai perusahaan nasional bahkan
multinasional, Pertamina mengalami penurunan penjualan yang sangat signifikan
setelah terjadi pandemi khususnya pada bulan-bulan awal merebaknya pandemi.
Kendala ini tidak hanya dirasakan perusahaan Pertamina yang besar namun juga
dirasakan di level retail. Pada bulan April hingga Juni rata-rata penjualan BBM retail
menurun 26,5% per hari daripada kondisi normal. Sedangkan untuk bahan bakar
industri dan bahan bakar pesawat selama Juni hingga April 2020 melemah 20%
daripada bulan-bulan sebelumnya di tahun 2020. Hal ini disebabkan oleh menurunnya
penjualan aviasi yang berkisar di angka 84%. Penurunan ini dikarenakan adanya
pembatasan perjalanan di beberapa daerah dan negara guna memutus rantai penyebaran
covid-19.
Menghadapi gelombang pandemi yang belum jelas kapan akan berakhir, PT
Pertamina (Persero) sudah memiliki strategi untuk mengatasi krisis ini. Pertamina
menyiapkan penghematan dana operasional sampai 30 persen dari RKAP atau senilai
US$ 3 miliar. Selain itu, Pertamina juga melakukan peninjauan ulang rencana investasi
sebesar 21 persen atau sebesar US$ 1,62 miliar. Terhadap utang jangka panjang
Pertamina melakukan refinancing agar mendapatkan bunga yang kompetitif.

24
BAB IV

PENUTUP

1. SIMPULAN
a. PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan multinasional kelas dunia,
terus berupaya untuk meningkatkan kinerja dan pelayanannya kepada
masyarakat. Berbagai strategi diterapkan di badan Pertamina guna
menghasilkan perusahaan yang memiliki kinerja efektif dan efisien.
Guna menghasilkan kinerja yang optimal PT Pertamina (Persero) terus
menguatkan stuktur internalnya dan menerapkan Good Corporate
Governance (GCG). Berbagai capaian diraup PT Pertamina setiap
tahunnya. Pertamina terus berupaay untuk menuntaskan isu energi global
dan tetap menyediakan sumber energi untuk negara ini. Secara
keseluruhan kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) periode tahun
2018 sampai dengan 2020 cukup menggembirakan. Dinamika kenaikan
dan penurunan rasio dan kinerja keuangan tetap tak dapat terelakkan.
Namun, PT Pertamina (Persero) tetap mampu menuntaskan tanggung
jawab yang diembannya tanpa kendala yang berarti. Penurunan yang
signifikan terjadi di tahun 2020 karena adanya pandemi covid 19.
b. Berdasarkan data yang ada, kontribusi PNBP PT Pertamina (Persero)
terhadap pemerintah dari tahun 2018 sampai dengan 2020 mengalami
penurunan. Sedangkan dari segi dividen cenderung fluktuaktif dimana
mengalami kenaikan pada tahun 2019, namun menurun kembali di tahun
2020. Jika dijumlahkan, setoran PNBP dan dividen PT Pertamina
(Persero) dari tahun 2018 hingga 2020 berturut-turut adalah sebagai
berikut: 58,24 triliun, 51,63 triliun, dan 34 triliun. Dari tahun 2018 ke
tahun 2019 mengalami penurunan sebesar 11,34 persen, sedangkan dari
tahun 2019 ke tahun 2020 anjlok sebesar 34,14 persen. Penurunan
jumlah kontribusi PNBP ini apabila dikaitkan dengan rasio profitabilitas
maka akan terjadi hubungan positif atau berbanding lurus. Rasio
profitabilitas PT Pertamina (Persero) yang ditinjau dari ROA, ROE, dan
GPM rata-rata mengalami penurunan dari tahun 2018 hingga 2020.

25
26

Keadaan terparah terjadi di tahun 2020 akibat pandemi covid 19.


2. SARAN
a. Untuk dapat meningkatkan kinerja PT Pertamina (Persero) yang nantinya
akan meningkatkan PNBP yang diterima oleh negara, Pertamina dapat
melakukan langkah strategis dengan penguatan internal dan
penyempurnaan proses bisnis. Adanya penurunan di tahun 2020 ini bisa
menjadi evaluasi untuk tahun-tahun selanjutnya dan menyiapkan rencana
mitigasi sejak awal.
b. Menerapkan praktik Good Corporate Governance guna menciptakan
perusahaan yang “sehat” dan produktif.
c. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terhadap besar
kecilnya penerimaan dividen dan PNBP guna dapat memaksimalkan
potensi-potensi PNBP yang dapat dikelola.
d. Sebagai pelayan masyarakat, PT Pertamina (Persero) selain
meningktakan kinerjanya, perlu juga meningkatkan pelayanan yang
berkualitas, affordable, dan suistainable sehingga tetap mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat.
e. Untuk meningkatkan likuiditas, PT Pertamina (Persero) dapat menjual
aset tetap yang dimiliki yang sudah tidak digunakan lagi. Hal ini
dilakukan agar jumlah aset Pertamina meningkat dan menambah modal
yang dipunya.
f. Melakukan monitoring dan evaluasi atas kinerja laporan keuangan dan
pengelolaan PNBP setiap tahunnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.


DEVELOPMENT, O. F.-O. (2010). 2010 REPORT ON THE ATTRIBUTION OF
PROFITS TO PERMANENT ESTABLISHMENTS.
Development, O. f.-o. (2013). ANNUAL REPORT ON COMPETITION POLICY
DEVELOPMENTS IN INDONESIA 2012.
Dinarjito, A. (2017). ANALISIS TEMUAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
KEMENTERIAN/LEMBAGA. Jurnal Info Artha, Volume 1, No. 1, 1-16.
Dinarjito, A. (2017). OPTIMALISASI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
PADA LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK TELEVISI REPUBLIK. Jurnal
Substansi, Volume 1, Nomor 1, 107-122.
Fadjar, T. M. (2020). Analisis Kinerja Keuangan dengan Metode Economic Value
Added pada PT Perusahaan Gas Negara Tbk.
Idawati, I. A., & Sudiartha, G. M. (n.d.). PENGARUH PROFITABILITAS,
LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI.
Permatasari, D., & Yuniarti, T. (2021). ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO,
DEBT OF EQUITY RATIO TERHADAP KINERJA KEUANGAN RETURN
ON EQUITY PADA PT PERTAMINA TBK PERIODE 2016-2020. Jurnal
Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Akuntansi) Volume 5, Nomor 3, 705-716.
Poerwadarminta, W. J. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Putri, I. D., & Fauzi, A. (2017). Analisis Pengaruh Tingkat Hunian Pasien (BOR),
Anggaran Biaya Operasional Dan Rasio Aktivitas Terhadap Kinerja Keuangan
Berdasarkan Kemampuan Pendapatan PNBP Menutupi Biaya Operasional
Badan Layanan Umum(BLU) Rumah Sakit Provinsi DKI Jakarta. Jurnal
Wahana Akuntansi, Volume, Nomor 01, 43-63.
Sarwasusila, E., Sugiyanto, E., & Digdowiseso, K. (2021). PENGARUH
EFEKTIVITAS PENGELOLAAN PNBP TERHADAP KINERJA
KEUANGAN DI BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

27
28

TAHUN 2018 - 2020. Jurnal Sosial dam Humaniora, Volume 6, Nomor 2, 185-
210.
Sofiati, & Anggraeni, I. S. (2020). Analisis Kinerja PT Pertamina (Persero) PAska
Holding Company. Jurnal Ekonomi Bisnis Manajemen Prima, Volume 1, Nomor
II.
Ulistyowati, Y. (2020). Analisis Pengukuran Kinerja Keuangan dan Economic Valua
Added (EVA) pada PT Pertamina (Sebelum dan Sesudah Dibubarkannya Petral
Tahun 2013-2018).
Wardhana, A. (2013). USULAN RENCANA PENGUKURAN KINERJA STRATEGI
BISNIS DENGAN MENGGUNAKAN KERANGKA THE BALANCED
SCORECARD PADA PT PERTAMINA GAS (PERSERO). Jurnal
Kebangsaan, Volume 4, Nomor 2, 37-42.
Welang, R. P., Alexander, S., & Tangkuman, S. (2017). ANALISIS EFEKTIVITAS
PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP)
PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG
(KPKNL) MANADO. Jurnal EMBA, Vol. 5, No. 2, 2647-2655.
Wijaya, E. (2017). PENGARUH RASIO LIKUIDITAS, RASIO PROFITABILITAS
DAN RASIO PASAR TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA
PERUSAHAAN ROKOK. Journal of Economy, Business, and Accounting,
Volume 1, Nomor 1.
Winardi. (1999). Pengantar Manajemen Penjualan. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Wiryanti, T., & Sulistiyono, B. B. (2017). PERKEMBANGAN KINERJA
KEUANGAN PT PERTAMINA (Persero). JURNAL M-PROGRESS.
Yulianti, L., & Nurhasanah, I. (2012). PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP
KEBIJAKAN DIVIDEN (Kasus Pada PT. Bank Central Asia, Tbk).

28
29

Website

https://www.pertamina.com/id/laporan-keuangan diakses pada 12 November 2021

https://kbbi.kemdikbud.go.id/ diakses pada 13 November 2021

https://scholar.google.com/ diakses pda 12 November 2021

https://www.oecd.org/ diakses pada 14 November 2021

29
LAMPIRAN

1. Rasio Likuiditas

2. Rasio Solvabilitas

3. Rasio Perputaran Aset

4. Rasio Profitabilitas

30
31

Anda mungkin juga menyukai