Anda di halaman 1dari 7

Tugas Hukum Bisnis

Kelompok 1

Disusun oleh:
1. Alma Dewi Ananda (03)
2. Bima Hidayat (06)
3. Bintang Jevera Ratanca (07)
4. Cades Pangeran Putra (08)
5. Roel Johannes Tambunan (23)
LATIHAN SOAL GANJIL
1. Apa yang dimaksud dengan uitverbaar bij voorad terkait putusan pailit dan implikasinya
terhadap tindakan yang telah dilakukan kurator sebelum dan pada saat pembacaan putusan?
Jawab :
Uitverbaar Bij Boorad adalah putusan serta merta yang mana putusan tersebut harus
diucapkan dalam siding yang terbuka untuk umum dan dapat dillaksanakan terlebih dahulu
meskipun terhadap keputusan tersebut diajukan suatu upaya hukum.
Sebelum pembacaan putusan, curator tidak berhak melakukan pemberesan. Namun
tertanggal sejak pembacaan putusan tersebut maka segala perbuatan curator terhadap
pemberesan ialah sah meskipun putusan dibatalkan akibat adanya kasasi atau peninjauan
kembali.

3. Jika dibandingkan dengan negara-negara lain, misalkan Amerika (Common Law) dan
Belanda (Civil Law), uraikan beberapa perbedaan syarat kepailitan di Indonesia dengan
negara-negara tersebut!
Jawab :
Perbedaan syarat Kepailitan di Amerika dan Indonesia :
Dalam kepailitan Amerika dikenal dengan yang namanya Insolvency Test. Insolvency
Test adalah uji kepailitan dimana seorang debitur dibuktian terlebih dahulu sudah pailit yang
usaha sudah kolaps dengan modal dibawah 50% dan terus menerus tergerus utang. Di
Indonesia sendiri, Insolvency Test sulit untuk dilaksanakan karena tidak adanya pengaturan
yang jelas tentang indicator suatu usaha mengalami kepailitan dan juga test ini dianggap tidak
relevan dengan UU kepailitan. Penerapan Insolvency Test sebagai syarat permohonan pailit
sulit dilaksanakan karena dalam sistem hukum acara perdata di Indonesia hakim bersifat pasif
dan tidak berhak untuk melakukan pencariam bukti – bukti.
Dalam persyaratan kepailitan di Indonesia persyaratan pailit menurut pasal 2 ayat (1) jo.
pasal 8 ayat (4) UU Kepailitan adalah:
1. Ada dua atau lebih kreditor. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena
perjanjian atau Undang-Undang yang dapat ditagih di muka pengadilan "Kreditor"
di sini mencakup baik kreditor konkuren, kreditor separatis maupun kreditor preferen;
2. Ada utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih. Artinya adalah kewajiban untuk
membayar utang yang telah jatuh waktu, baik karena telah diperjanjikan, karena
percepatan waktu penagihannya sebagaimana diperjanjikan, karena pengenaan
sanksi atau denda oleh instansi yang berwenang, maupun karena putusan pengadilan,
arbiter, atau majelis arbitrase; dan
3. "Dalam UU kepailitan di Indonesia syarat kepailitan dianggap terlalu sederhana karena
perusahaan dapat dinyatakan pailit meskipun sanggup membayar hutang, sedangkan
dalam kepailitan Amerika karena adanya Insolvency Test, perusahaan diuji terlebih
dahulu apakah memang kolaps atau masih sanggup membayar hutang".
Dalam UU kepailitan di Indonesia syarat kepailitan dianggap terlalu sederhana karena
perusahaan dapat dinyatakan pailit meskipun sanggup membayar hutang, sedangkan dalam
kepailitan Indonesia karena adanya Insolvency Test, perusahaan diuji terlebih dahulu apakah
memang kolaps atau masih sanggup membayar hutang.
Perbedaan syarat Kepailitan di Belanda dan Indonesia :
Ketentuan persyaratan permohonan pernyataan pailit di Belanda senada dengan
ketentuan di Indonesia, yaitu debitor telah berhenti membayar utangnya, dan setidak –
tidaknya terdapat lebih dari satu orang kreditor. Namun, di Belanda terdapat upaya preventif
di luar Undang – Undang Kepailitan.
Dalam penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU), Di Indonesia ada dua jangka
waktu yaitu PKPU sementara yang berlangsung paling lama 45 hari dan PKPU tetap yang
berlangsung paling lama 270 hari jika disetujui oleh kreditur. Di Belanda, apabila penundaan
pembayaran utang tetap disahkan, maka District Court (Rechtsbank)menentukan lamanya
penundaan pembayaran selama 18 bulan. Setelah tiap waktu berakhir, jangka waktu itu dapat
diperpanjang kembali.

5. Menurut ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata, segala harta benda milik debitor
akan menjadi jaminan pembayaran atas seluruh utang-utangnya kepada para kreditor. Jika
demikian, mengapa ada kreditor yang meminta adanya jaminan khusus berupa kebendaan
milik debitor, sebagai jaminan pelunasan utangnya? Disebut apakah kreditor yang memiliki
jaminan kebendaan tersebut dalam proses kepailitan dan bagaimana kedudukannya
disbanding kreditor lainnya?
Jawab :
Adanya Kreditor yang meminta adanya jaminan khusus berupa kebendaan milik
debitor sebagai jaminan pelunasan tentunya dalam rangka pelaksanaan asas-asas
diantaranya berupa asas; (1) Memberikan perlindungan yang seimbang antara Debitor
dan Kreditor. Hal ini tentunya agar baik Debitor dan Kreditor tidak terdampak kerugian yang
besar dan menjaga perlindungan dan kepastian hukum bagi kedua pihak; (2) Mengakui hak-
hak separatis dari Kreditor pemegang jaminan. Separatis yang dimaksudkan adalah
terpisahnya hak eksekusi atas benda-benda yang dijaminkan dari harta yang dimiliki debitor
pailit. (3) Kreditor Separatis memang diberi kewenangan untuk melakukan eksekusi
sendiri terhadap jaminan (hak tanggungan) setelah melewati masa penangguhan paling
lama 90 hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan dan eksekusinya dilakukan
paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi. Namun, Kreditor Separatis juga
tetap harus mendaftarkan piutangnya dalam proses kepailitan melalui pencatatan yang
dilakukan oleh kurator karena benda tersebut tetap merupakan bagian dari harta pailit,
namun kewenangan eksekusinya tetap diberikan kepada kreditor pemegang jaminan
kebendaan dengan memperhatikan ketentuan dalam UU 37/2004.
Kreditor yang memiliki jaminan kebendaaan ini disebut sebagai Kreditor Separatis,
yaitu kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri di luar proses
kepailitan. Hak-hak eksekusi Kreditor Separatis tetap dapat dijalankan seperti tidak ada
kepailitan debitor. Dengan demikian, Kreditor Separatis mendapatkan posisi paling utama
dalam proses kepailitan. Jika nilai eksekusi benda tersebut ternyata tidak mencukupi, maka
kreditor separatis dapat meminta dirinya ditempatkan pada posisi Kreditor Konkuren (Kreditor
konkuren adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor lainnya secara
proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya masing-masing tagihan, dari
hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan hak jaminan) untuk
menagih sisa piutangnya. Karakteristik Kreditor Separatis berupa Kreditor pemegang gadai,
jaminan fidusia, hak tanggungan, dan hipotek.

7. Apakah seorang debitur pailit masih berwenang untuk melakukan tindakan terhadap harta
kekayaan milik debitor? Uraikan jawaban anda dengan mengaitkannya dengan akibat
pernyataan pailit terhadap debitur pailit!
Jawab:
Sebagai konsekuensi atas dikeluarkannya pernyataan pailit atau putusan pailit, maka
debitur pailit sudah tidak mempunyai kewenangan untuk menguasai atau mengurus harta
kekayaannya (persona standi inludicio). Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam UU 37/2004
tentang PKPU dalam pasal 24 ayat (1), yaitu:
“Debitor demi hukum kehilangan haknya untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang
termasuk dalam harta pailit, sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan”.
Sejak adanya putusan pailit, harta kekayaan debitur tersebut sudah menjadi sitaan
umum. Segala hak dan kewajiban atas harta debitur pailit beralih ke kurator. Debitur pailit
masih cakap untuk melakukan perbuatan hukum selagi tidak menyentuh harta kekayaannya,
kecuali perbuatan hukum tersebut memberi keuntungan bagi hartanya.
Namun ada beberapa harta debitur pailit yang dikecualikan dalam sitaan umum sesuai
yang tercantum dalam pasal 22 UU PKPU, yaitu:
a. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan
dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk
kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan
keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi Debitor dan
keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
b. Segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai
penggajian dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau
uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau
c. Uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi
nafkah menurut undang-undang
Pengecualian ini tentu saja bukan tanpa sebab. Apabila hal yang dikecualikan di atas
tidak disita dan dapat menunjang pekerjaan debitur pailit, maka harta kekayaan debitur pailit
akan bertambah selama proses kepailitan. Bertambahnya harta debitur ini merupakan angin
segar bagi kreditur karena piutang kreditur dapat dibayar dengan jumlah yang lebih besar.
LATIHAN SOAL KASUS

JAWABAN SOAL KASUS 1


1. PT Bank Bing Bung masuk ke dalam kategori Kreditor Separatis. Kreditor Separatis
adalah kreditor pemegang hak jaminan kebendaan, yang dapat bertindak sendiri di luar
proses kepailitan. Hak-hak eksekusi Kreditor Separatis tetap dapat dijalankan seperti tidak
ada kepailitan debitor. Dengan demikian, Kreditor Separatis mendapatkan posisi paling
utama dalam proses kepailitan. Karakteristik Kreditor Separatis berupa Kreditor
pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, dan hipotek.
2. Ya dapat dilakukan eksekusi. Sebagai salah satu kewenangan Kreditor Separatis, yaitu
untuk melakukan eksekusi sendiri terhadap jaminan (hak tanggungan) setelah melewati
masa penangguhan paling lama 90 hari sejak tanggal putusan pernyataan pailit diucapkan
dan eksekusinya dilakukan paling lambat 2 bulan setelah dimulainya keadaan insolvensi.
Namun, Kreditor Separatis juga tetap harus mendaftarkan piutangnya dalam proses
kepailitan melalui pencatatan yang dilakukan oleh kurator karena benda tersebut tetap
merupakan bagian dari harta pailit, namun kewenangan eksekusinya tetap diberikan
kepada kreditor pemegang jaminan kebendaan dengan memperhatikan ketentuan dalam
UU 37/2004.
3. Jika tidak dapat mengeksekusi/menjual barang jaminan, maka Kreditor Separatis (PT
Bank Bing Bung) harus menyerahkan barang tersebut kepada Kurator dari Kreditor. Dan
Kreditor Separatis kehilangan hak khususnya sebagai Separatis, menjadi Kreditor
Konkuren. Kreditor konkuren adalah kreditor yang harus berbagi dengan para kreditor
lainnya secara proporsional (pari passu), yaitu menurut perbandingan besarnya masing-
masing tagihan, dari hasil penjualan harta kekayaan debitor yang tidak dibebani dengan
hak jaminan. Dalam arti, pembagian piutang untuk PT Bank Bing Bung masuk ke dalam
kategori pembagian secara proporsional dengan Kreditor lainnya.
4. Terlepas dari soal nomor 3, terkait ketidakcukupan pelunasan piutang antara PT Biasa
Merugi dengan PT Bank Bing Bung. Maka sisa piutang tersebut, akan terlunasi secara
proporsional dengan menjadikan PT Bank Bing Bung sebagai salah satu Kreditor
Konkuren. Berapapun pembagian piutang secara proporsional dalam Kreditor Konkuren
PT Bank Bing Bung dan Kreditor Konkuren lainnya, nominal pembagian piutang tersebut
akan menganggap telah lunasnya piutang PT Biasa Merugi terhadap PT Bank Bing Bung
yang sebelumnya belum terlunasi.
JAWABAN SOAL KASUS 2
Ya dapat, dengan penjelasan sebagai berikut :
Berdasarkan UUPT 40/2007 pada Pasal 104 ayat (2) :
“Dalam hal kepailitan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terjadi karena kesalahan atau
kelalaian Direksi dan harta pailit tidak cukup untuk membayar seluruh kewajiban Perseroan
dalam kepailitan tersebut, setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung
jawab atas seluruh kewajiban yang tidak terlunasi dari harta pailit tersebut.”
Maka, jika Tn Aladin ingin melunasi sisa kewajiban PT AdaAdaSaja, haruslah secara
tanggung renteng bersama Direksi dan Dewan Komisaris yang lainnya. Namun, Tn Aladin
tidak bertanggung jawab atas kepailitan Perseroan apabila dapat membuktikan hal
berdasarkan pada Pasal 104 ayat (4), diantaranya :
a) kepailitan tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;
b) telah melakukan pengurusan dengan itikad baik, kehati-hatian, dan penuh
tanggungjawab untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
Perseroan;
c) tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas
tindakan pengurusan yang dilakukan; dan
d) telah mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kepailitan.
Catatan: Hal yang sama berlaku juga terhadap Dewan Komisaris yang diatur dalam UUPT
40/2007 pada Pasal 115

Anda mungkin juga menyukai