Anda di halaman 1dari 13

FIQH NIKAH

ISTIATUL MA’RUFAH
PEMBAHASAN KAJIAN INI MELIPUTI
1. Pengertian Nikah
2. Hukum Nikah
3. Hikmah Nikah
4. Rukun-Rukun Nikah
5. Etika dan Sunnah-Sunnahnya
6. Khiyar (Hak Pilih)
7. Wanita-Wanita yang Haram Dinikahi
8. Pernikahan yang Tidak Sah
PENGERTIAN NIKAH

Nikah adalah akad yang mencakup pembolehan melakukan hubungan seksual dengan lafaz nikah,
tazwij atau lafaz yang maknanya sepadan

-Syafi’iyah-

Nikah adalah pertalian hubungan antara laki-laki dan perempuan dengan maksud agar masing-
masing dapat menikmati yang lain dan untuk membentuk keluaga yang saleh dan membangun
masyarakat yang bersih.

-Saleh Al-Utsaimin-
HUKUM NIKAH

Nikah memiliki hukum yang berbeda-beda, sesuai kondisi seseorang.

1. Sunnah: HR. Al-Bukhari no 4779

Nikah sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Oleh karena itu, hukum asal nikah adalah sunah bagi seseorang yang
memang sudah mampu untuk melaksanakannya.

2. Sunnah untuk ditinggalkan.

Bagi orang yang ingin menikah, namun tidak memiliki kelebihan harta untuk biaya menikah sekaligus menafkahi istri.

“Dan orang-orang yang tidak mampu menikah, hendaklah menjaga kesucian (diri)nya, sampai Allah memberi kemampuan
kepada mereka dengan karunia-Nya.” (QS. An-Nur: 33).

3. Makruh

Bagi orang yang memang tidak menginginkan untuk menikah, karena faktor perwatakannya ataupun penyakit.
Seseorang yang tidak memiliki kemampuan untuk menafkahi istri dan keluarganya. Jadi, apabila dipaksakan menikah,
orang itu dikhawatirkan tidak bisa memenuhi hak dan kewajibannya dalam pernikahan.

-Al-Fiqhul Manhaji ‘ala Madzhabil Imamis Syâfi’i (Juz IV, hlm. 17)-
HIKMAH NIKAH

1. Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan kebutuhan biologis syahwat manusia
2. Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan ketenteraman
3. Memelihara kesucian diri
4. Menjaga kemuliaan nasab/keturunan.
5. Sebagai basis pendidikan manusia dan masyarakat
6. Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab yang produktif dalam suasana cinta
kasih dan perasaan saling menghormati.
7. Dapat mengeratkan silaturahim
RUKUN-RUKUN NIKAH

1. Wali: ayah kandung wanita/penerima wasiat/kerabat terdekat sesuai


urutan ahli waris.
2. Dua orang saksi laki-laki atau lebih. (QS.At-thalaq:2)
3. Shighat akad nikah: ucapan calon suami atau wakilnya pada saat akad
nikah.
4. Mahar. (QS. An-Nisa’:4, HR. mutafaq alaih)
ETIKA DAN SUNNAH-SUNNAH PERNIKAHAN

1. Khutbah nikah berupa nasehat pernikahan yang disampaikan orang shalih lagi
alim.
2. Walimah. (HR. mutafaq alaih)
3. Mengumumkan pernikahan
4. Do’a untuk kedua mempelai
5. Seorang suaminya mendoakan kebaikan saat pertemuan pertama dengan
memegang ubun-ubun sang istri.
6. Berdoa saat berhubungan badan
7. Suami istri tidak menceritakan hubungan seksualnya dengan orang lain.
KHIYAR (HAK PILIH)

Masing-masing suami atau istri memiliki Khiyar (Hak Pilih), untuk tetap menjaga keutuhan pernikahan atau
membatalkannya karena ada sebab berikut:
1. Suami/istri memiliki penyakit gila atau kusta atau sakit pada kelamin yang dapat
menghalangi/menghilangkan kenikmatan seks.
2. Tidak terdapat kejelasan pada agamanya, kemudian terbukti bukan seorang muslim.
3. Suami tidak mampu menyerahkan mahar secara kontan.
4. Suami tidak bias memberikan nafkah.
5. Suami pergi tanpa meninggalkan nafkah atau tidak menunjuk orang untuk memberikan nafkah istri.
6. Terjadinya KDRT yang mengancam jiwa keluarga
WANITA-WANITA YANG HARAM DINIKAHI

• Ibu, nenek dan seterusnya ke atas baik dari jalur laki-laki maupun wanita
• Anak perempuan (putri), cucu perempuan dan seterusnya ke bawah baik dari jalur laki-laki maupun wanita
• Saudara perempuan sekandung, seayah atau seibu
• Saudara perempuan bapak (bibi), saudara perempuan kakek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung,
seayah atau seibu
• Saudara perempuan ibu (bibi), saudara perempuan nenek (bibi orang tua) dan seterusnya ke atas baik sekandung, seayah
atau seibu
• Putri saudara perempuan (keponakan) sekandung, seayah atau seibu, cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik
dari jalur laki-laki maupun wanita
• Putri saudara laki-laki sekandung, seayah atau seibu (keponakan), cucu perempuannya dan seterusnya ke bawah baik dari
jalur laki-laki maupun wanita
LAKI-LAKI YANG HARAM DINIKAHI WANITA
TERSEBUT
• Ayah kandung,
• Kakek dari jalur ayah maupun dari jalur ibu dan seterusnya keatas (kalau ada buyut),
• Saudara kandung laki-laki,
• Anak kandung, cucu dan seterusnya kebawah (kalau ada cicit),
• Saudara laki-laki kandung ayah (yaitu paman dari jalur ayah),
• Saudara laki-laki kandung ibu (paman dari jalur ibu),
• Saudara laki-laki kandung kakek,
• Saudara kandung laki-laki nenek,
• Anak laki-laki dari saudara kandung laki-laki/perempuan (yaitu keponakan laki-laki),
• Cucu saudara kandung dan seterusnya kebawah.
MAHRAM KARENA PERNIKAHAN

Golongan wanita: Maka pihak pria yang tidak boleh


menikahinya:
• Istri bapak (ibu tiri), istri kakek dan seterusnya
ke atas • Ayah suami (mertua),
• Istri anak, istri cucu atau menantu dan • Kakek dari suami,
seterusnya ke bawah
• Anak laki-laki dari suami (anak tiri),
• Ibu mertua, ibunya dan seterusnya ke atas
• Suami dari anak (menantu),
• Anak perempuan istri dari suami lain
• Suami ibu (ayah tiri),
(rabibah) , cucu perempuan istri baik dari
keturunan rabibah maupun dari keturunan • Suami nenek (kakek tiri).
rabib, dan seterusnya ke bawah
MAHRAM KARENA PERSUSUAN

Adapun ketentuan menyusui adalah sebagai berikut


1. Menyusui sebelum anak berusia dua tahun
“Para ibu hendaklah menyusukan anaknya selama 2 tahun penuh bagi siapa yang hendak menyempurnakan penyusuannya.” (Al-
Baqarah 233)
2. Tidak dikarenakan kelaparan: Hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘ bahwa rasul bersabda
“bahwa tidak mengharamkan suatu penyusuan kecuali yang membelah (mengisi) usus dan berlangsung sebelum penyapihan.”
3. Menyusui lebih dari lima kali

Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah seorang wanita boleh menyusui seorang anak dan dianggap sebagai mahram
jika menyusuinya lebih dari lima kali. Penyusuan tersebut haruslah membuat sang anak kenyang, dan tidak mau lagi disusui.
PERNIKAHAN YANG TIDAK SAH

1. Pernikahan muth’ah. Yaitu pernikahan yang memiliki batas waktu.


2. Pernikahan syighar. pernikahan di mana seorang laki-laki menikahkan putri atau saudari perempuannya dengan laki-laki lain
dengan mahar, dirinya dinikahkan dengan putri laki-laki lain tersebut. Contohnya ungkapan akadnya, “Aku nikahkan engkau dengan
putriku dengan mahar engkau menikahkanku dengan putrimu.”
3. Nikah Muhallil. Yaitu menikahi istri yg ditalak 3 lalu diceraikan agar kembali ke suami sebelumnya.
4. Pernikahan orang yang sedang ihram
5. Pernikahan wanita yang masih masa I’ddah
6. Pernikahan yang berbeda agama
7. pernikahan dengan perempuan yang ragu akan kehamilannya sebelum habis masa iddah. Sehingga, haram menikahi perempuan
yang seperti itu hingga keraguannya hilang, meskipun masa iddah dengan 3 kali quru (masa suci) telah habis. Keharaman ini lahir
dari keraguan tadi. Demikian pula siapa pun yang menikahi perempuan yang diduga masih masa iddah atau sedang istibra dari
kehamilan, atau sedang ihram haji dan umrah, atau karena salah satu mahram, namun ternyata sebaliknya, maka nikahnya batil
karena ragu akan kehalalannya.

Anda mungkin juga menyukai