Anda di halaman 1dari 14

Indahnya Membangun

Mahligai Rumah Tangga


XII MIPA & IPS
SMA MTA SURAKARTA
INTI PEMBAHASAN

 Menganalisis dan Mengevaluasi Ketentuan Pernikahan dalam Islam


 Prinsip-prinsip Pernikahan dalam Islam
 Pernikahan Menurut Undang-undang Perkawinan Indonesia (UU
No. 1 Tahun 1974)
 Hak dan Kewajiban Suami Istri
 Hikmah Pernikahan
Dalil-dalil dasar pernikahan

Q.S. Adz-Dzariyat (51) ayat 49


Q.S. An-Nahl (16) ayat 72
Q.S An-Nuur (24) ayat 32
1. Pengertian Pernikahan; “NIKAH”

 Bahasa : mengumpulkan, menggabungkan atau menjodohkan.


 KBBI : perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri (dengan
resmi).
 Syari’ah : akad yang menghalalkan pergaulan antara laiki-laki dan perempuan
yang bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-masing.
 UU Pernikahan RI Nomor 1 Tahun 1974 : ikatan lahir batin antara antara
seorang pria dan wanita sebagai suami istri, dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang berbahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa.
2. Tujuan Pernikahan

 Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi


 Untuk mendapatkan ketenangan hidup
 Untuk membentengi akhlaq
 Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah swt
 Untuk mendapatkan keturunan yang shaleh
 Untuk menegakkan keluarga yang Islami
3. Hukum Pernikahan

 Para ulama menyebutkan bahwa nikah diperintahkan karena dapat mewujudkan


maslahat, memelihara diri, kehormatan, mendapatkan pahala dan lain-lain. Oleh
karena itu, apabila pernikahan justru membawa mudharat maka nikah pun dilarang.
Karena itu hukum asal melakukan pernikahan adalah mubah.
 Para ahli fiqih sependapat bahwa hukum pernikahan tidak sama penerapannya kepada
semua mukallaf, melainkan disesuaikan dengan kondisi masing-masing, baik dilihat
dari kesiapan ekonomi, fisik, mental maupun akhlaq. Karena itu hukum nikah bisa
menjadi wajib, sunah, mubah, haram dan makruh.
Hukum-hukum untuk Mukallaf (dalam
pernikahan)

 Wajib
 Sunnah
 Mubah
 Haram
 Makruh
4. Mahram (orang yang tidak boleh dinikahi)

 Q.S. An-Nisa’ (4) ayat 23-24


Mahram
Keturunan Pernikahan Persusuan Dikumpul/dimadu
1. Ibu dan seterusnya ke atas 1. Ibu istrinya (mertua) dan seterusnya ke 1. Ibu yang menyusui 1. Saudara perempuan dari istri
2. Anak perempuan dan seterusnya ke atas, baik ibu dari keturunan atau 2. Saudara perempuan yang mempunyai 2. Bibi perempuan dari istri
bawah susuan. hubungan susuan 3. Keponakan perempuan dari istri
3. Saudara perempuan (sekandung, 2. Rabibah, yaitu anak tiri (anak istri yang
seayah atau seibu). dikawin dengan suami lain), jika sudah
4. Bibi (saudara ibu, baik yang bercampur dengan ibunya.
sekandung atau dengan perantaraan 3. Istri ayah dan seterusnya ke atas.
ayah atau ibu). 4. Wanita-wanita yang pernah dikawini
5. Bibi (saudara ayah, baik yang oleh ayah, kakek sampai ke atas.
sekandung atau dengan perantaraan 5. Istri anaknya yang laki-laki (menantu)
ayah atau ibu). dan seterusnya ke bawah.
6. Anak perempuan dari saudara laki-
laki terus ke bawah.
7. Anak perempuan dari saudara
perempuan terus ke bawah.
5. Rukun dan Syarat Pernikahan

 Calon suami
 Calon istri
 Wali
 Dua orang saksi
 Ijab Kabul
6. Pernikahan yang Tidak Sah

 Pernikahan Mut’ah
 Pernikahan Syighar
 Pernikahan Muhallil
 Pernikahan Orang yang Ihram
 Pernikahan dalam Masa ‘Iddah
 Pernikahan tanpa Wali
 Pernikahan dengan Wanita Kafir (selain wanita-wanita ahli kitab)
 Menikahi Mahram
Pernikahan Menurut Undang-undng Perkawinan Indonesia
(UU No. 1 Tahun 1974)

 Di dalam negara RI, segala sesuatu yang bersangkutan paut dengan penduduk, harus mendapat legalitas
pemerintah dan tercatat secara resmi, seperti halnya kelahiran, kematian dan perkawinan. Dalam rangka tertib
hukum dan tertib administrasi, maka tata cara pelaksanaan pernikahan harus mengikuti prosedur sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang No. 1 Tahun 1974.
 Adapun pencatatan pernikahan sebagaimana termaktub dalam BAB 2 pasal 2 adalah dilakukan oleh Pegawai
Pencatat Nikah (PPN) yang berada di wilayah masing-masing. Karena itu PPN mempunyai kedudukan amat
penting dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia yaitu diatur dalam Undang-undang No. 32 Tahun
1954, bahkan sampai sekarang PPN adalah satu-satunya pejabat yang berwenang untuk mencatat perkawinan
yang dilakukan berdasarkan hukum Islam di wilayahnya. Artinya, siapapun yang ingin melangsungkan
perkawinan berdasarkan hukum Islam, berada di bawah pengawasan PPN.
Hak dan Kewajiban Suami dan Istri

 Dengan berlangsungnya akad pernikahan, maka memberi konsekuensi


adanya hak dan kewajiban suami istri, yang mencakup 3 hal, yaitu :
1. Kewajiban bersama suami dan istri
2. Kewajiban suami terhadap istri
3. Kewajiban istri terhadap suami
Hikmah Pernikahan

 Nikah disyariatkan Allah swt melalui al-Quran dan sunnah Rasul-Nya, di antaranya
sebagai berikut :
1. Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, dalam ikatan
suci yang halal dan diridhai Allah swt.
2. Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.
3. Terpeliharanya kehormatan suami-istri dari perbuatan zina.
4. Terjalinnya kerja sama antara suami dan istri dalam mendidik anak dan menjaga
kehidupannya.
5. Terjalinnya sillaturahim antar keluarga besar pihak suami dan pihak istri.
Perilaku mulia harus diterapkan dalam kehidupan rumah
tangga, antara lain sebagai berikut :

 Melaksanakan perintah Allah swt


 Melaksanakan perintah Rasulullah saw
 Memelihara keturunan dan memperbanyak umat
 Mencegah masyarakat dari dekadensi moral
 Mencegah masyarakat dari penyakit-penyakit yang ditimbulkan dari hubungan
seksual dengan berganti-ganti pasangan
 Melahirkan ketenangan jiwa
 Meniti jalan bertaqwa
 Memperkokoh dan memperluas persaudaraan

Anda mungkin juga menyukai