Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERNIKAHAN

Guru Mapel PABP :


Siti Muzayanah

Nama Kelompok :
1. ADHINNI LAILIYA WAHYUNINGTIAS (02)
2. AHMAD HAFEDZ FIRDAUS (03)
3. DITA EKA PRATIWI (06)
4. FIRDA YULIA ARIYANTI (11)
5. GERY FERDY RIVALFDI (12)
6. M. ENDRY YUSUF (25)
7. NUR RAHMA APRILIA (26)
8. NURUL HIDAYATUL FITRI (27)
9. RIZKY NUR AINI (30)
10.SETYAJI LAKSONO (34)

SMA NEGERI 01 PORONG


Tahun Ajaran 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

            Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
Pendididkan Agama Islam ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat dan pengikutnya yang selalu
memegang teguh seluruh ajaran-Nya.

            Kami haturkan terima kasih atas bimbingannya serta pihak-pihak yang terkait dalam
pembentukan makalah yang telah membantu selama berlangsungnya penyelesaian makalah
ini.

            Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang membangun agar pembuatan makalah kami dapat lebih baik
lagi dimasa yang mendatang.

            Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan menjadisalah satu sumber
informasi yang layak diketahui terutama generasi muda sekarang ini
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Apabila berbicara mengenai pernikahan maka dapatlah kita memandang dari 2 segi.
Dimana pernikahan merupakan sebuah perintah agama. Sedangkan, di sisi lain ialah ssatu-
satunya jalan penyaluran sex yang disahkan oleh agama dari sudut pandang ini, maka pada
saat orang melakukan pernikahan pada saat yang bersamaan dia bukan saja memiliki
keinginan untuk melakukan perintah agama, namun juga memiliki keinginan memenuhi
kebutuhan biologis nya yang secara kodrat memang harus disalurkan.

Sebagaimana kebutuhan lain nya dalam kehidupan ini, kebutuhan biologs juga harus
dipenuhi. Agama Islam juga telah menetapkan bahwa satu-satunya jalan untuk memenuhi
kebutuhan biologis manusia ialah hanya dengan pernikahan. Pernikahan ialah hal yang sangat
menarik jika kita mencermati kandungan makna tentang masalah Pernikahan. Di dalam Al-
Quran telah dijelaskan bahwa pernikahan juga dapat membawa kedamaian dalam hidup
seseorang (litaskunu ilaiha). Ini berarti pernikahan sesungguhnya bukan hanya sekedar
sebagai sarana penyaluran kebutuhan sex semata, namun lebih dari itu pernikahan juga
menjanjikan perdamaian hidup bagi manusia dimana setiap manusia dapat membangun surge
dunia di dalamnya. Semua hal itu akan terjadi apabila pernkahan tersebut benar-benar di
jalani dengan cara yang sesuai dengan jalur yang sudah ditetapkan Islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi pernikahan ?

2. Apa rukun dan syarat nikah ?

3. Apa tujuan dari pernikan ?

4. Bagaimana hukum pernikahan ?

5. Apa saja hak dan kewajiban suami istri ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui makna dari pembahasan itu

2. Untuk memahami hikmah, hukum-hukum, serta tujuan pernikahan

3. Agar bias memilih pasangan hidup dengan tepat menurut pandangan Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Pernikahan atau nikah menurut bahasa ialah berkumpul dan bercampur.
Pernikahan menurut Istilah ialah ijab dan qabul (‘aqad) yang menghalalkan
persetubuhan antara lelaki dan perempuan yang diucapkan oleh kata-kata yang
menunjukkan nikah, menurut peraturan yang ditentukan oleh Islam.
Perkataan Zawaj digunakan di dalam Al-Quran bermaksud pasangan dalam
penggunaaannya perkataan ini bermaksud perkawinan Allah SWT menjadikan
manusia untuk berpasang-pasangan, menghalalkan perkawinan dan mengharamkan
zina.

Nikah menurut syari’at nikah juga berarti akad. Sedangkan, pengertian


hubungan badan itu hanya metafora saja.

Islam adalah agama yang syumul (universal). Agama yang mencakup semua
sisi kehidupan. Tidak ada satu pun masalah dalam kehidupan ini yang tidak
dijelaskan. Dan tidak ada satu pun masalah yang tidak disentuh nilai Islam, walau
masalah tersebut Nampak kecil dan sepele. Itulah Islam, agama yang memberi rahmat
bagi sekalian alam. Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari
mulai bagaimana mencari kriteria calon pendamping hidup, hingga bagaimana
memperlakukan nya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntutnya.
Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan
yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntutan sunnah
Rasulullah Saw, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana, namun tetap penuh
dengan pesona.

Melalui makalah yang singkat ini, insyaallah kami akan membahas


perkawinan menurut hukum Islam.

Pernikahan ialah sunnah karuniah yang apabila dilaksanakan akan mendapat


pahala tetapi apabila tidak dilakukan tidak mendapatkan dosa tetapi dimakruhkan
karena tidak mengikuti sunnah rasul.

Arti dari pernikahan ialah bersatunya dua insan dengan jenis berbeda, yaitu
laki-laki dan perempuan yang menjalin suatu ikatan dengan perjanjian atau akad.
B. TUJUAN PERNIKAHAN
Tujuan pernikahan ialah ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah
warohmah serta ingin mendapatkan keturunan yang solihah. Keturunan yang selalu
didambakan oleh setiap orang yang sudah menikah, karena keturunan merupakan
generasi bagi orang tuanya.

C. HUKUM PERNIKAHAN
1. Sunnah. Hukum ini berlaku bagi laki-laki yang mempunyai hajat
untuk wath’i (berhubungan suami istri) dan mempunyai bekal yang berhubungan
dengan nikah, yang mana bekal nikah tersebut dihitung setelah kebutuhan sang
laki-laki tersebut terrcukupi, seperti tempat tinggal, pembantu, kendaraan, dan
pakaiannya.
2. Khilaafu Al-Aulaa .(meninggalkan yang lebih utama). Hukum ini berlaku bagi
laki-laki yang hajat kepada wath’i, namun tidak mempunyai ongkos atau bekal
seperti yang dipaparkan di atas.
3. Makruh. Ini berlaku bagi laki-laki yang tidak punya bekal nikah dan tidak ada
hajat untuk wath’i.
4. Wajib. Ini berlaku bagi orang yang bernadzar nikah dan hukum nikah sunnah
atasnya.
5. Haram. Hukum ini diberikan kepada orang yang tidak bisa memenuhi hak
zaujiyyah (pernikahan).

D. MACAM-MACAM MAHRAM NIKAH


Mahram nikah dibagi dalam dua bagian besar, yaitu mahram muabbad dan ghairu
muabbad. Mahram muabbad adalah sebab-sebab mahram untuk selama-lamanya, diantaranya
adalah

1.             Nasab

Berdasarkan ayat Al-Qur'an yang telah dipaparkan di atas, sebab-sebab keharaman


nikah akibat nasab, ialah :

a. Ibu Kandung

Yang dimaksud ibu di sini adalah seorang wanita yang mempunyai hubungan nasab
dengan seorang laki-laki karena sebab kelahiran, baik dari pihak ibu maupun dari pihak laki.
b. Anak Perempuan Kandung

Maksud anak perempuan di sini adalah setiap wanita yang dinasabkan kepada seorang
laki-laki karena kelahiran, seperti anak perempuan kandung, cucu perempuan dan seterusnya.

c. Saudara Perempuan

Maksudnya adalah saudara perempuan dari pihak mana saja.

d. Bibi dari pihak ayah dan ibu.

Mereka adalah saudara-saudara perempuan ayah dan ibu dan seterusnya sehingga
termasuk pula bibi ayah.
e. Anak Perempuan Saudara Laki-Laki

Mereka adalah anak-anak perempuan saudara laki-laki dari semua pihak dan seterusnya
ke bawah. Begitu pula, dengan anak perempuan saudara perempuan dari semua pihak dan
seterusnya ke bawah.

Tidak diharamkan bagi seseorang untuk menikahi anak-anak bibi atau pamannya. Tidak
diharamkan juga baginya kakek dan nenek kecuali kakek nenek yang berasal dari ayah atau
ibu secara langsung ke atas.[7]

2.             Pernikahan
Adapun yang haram karena sebab pernikahan adalah
a. Ibu istri, neneknya dari pihak ibu, neneknya dari pihak ayah dan ibu.
b. Anak tiri perempuan yang ibunya sudah digauli.
c. Termasuk dalam pengertian ini anak perempuan dari anak perempuan tirinya,
cucu-cucu perempuannya dan terus ke bawah.
d. Istri anak kandung.
Termasuk dalam istilah ini adalah istri cucunya baik laki-laki maupun perempuan
dan seterusnya.

3.             Persusuan.
Pengharaman akibat persusuan disebabkan adanya hukum yang menyatakan
bahwa pengharaman akibat persusuan adalah sebagaimana pengharaman akibat nasab. 
Golongan perempuan yang diharamkan akibat hubungan susuan ada delapan, yaitu[9]
-       Ibu seseorang dari susuan dan nasab ke atasnya, yaitu: ibu susuan dan para nenek

-       Keturunan dari susuan dan nasab di bawahnya. Mereka adalah anak perempuan susuan dan
anak perempuannya, cucu perempuan anak laki-laki susuan, dan anak perempuannya
meskipun turun.

-       Keturunan kedua orang tua dari susuan, yaitu saudara-saudara perempuan dari susuan, dan
keponakan perempuan dari anak laki-laki susuan serta anak perempuannya meskipun turun.

-       Keturunan langsung kakek dan nenek dari susuan. Yaitu bibi dari pihak bapak, dan bibi
dari pihak ibu susuan.

-       Ibu mertua dan neneknya dari susuan dan nasab ke atasnya. Meskipun telah terjadi
persetubuhan dengan istri ataupun tidak.

-       Istri bapak dan istri kakek dari susuan dan nasab ke atasnya. Meskipun bapak dan kakek
telah menggaulinya ataupun tidak sebagaimana diharamkan untuknya istri bapaknya dari
hubungan nasab.

-       Istri anak, istri cucu dari anak laki-laki dan anak perempuan sesusuan, dan nasab di
bawahnya. Meskipun anak telah menggauli istrinya atau tidak sebagaimana diharamkan
baginya istri anak-anaknya dari hubungan nasab.

-       Anak perempuan istri dari susuan, dan cucu perempuan dari anak-anaknya dan nasab di
bawahnya jika istri telah digauli. Jika dia belum digauli, maka keturunan dari susuan tidak
haram untuk dinikahi oleh bekas suaminya sebagaimana kondisi keturunan secara nasab.

 Sedangkan mahram ghairu muabbad adalah sebab-sebab mahram untuk sementara,


sifat kemahraman akan hilang bersamaan dengan hilangnya sebab. Yang termasuk dalam
mahram ghairu muabbad adalah:

1.             Memadu dua orang perempuan bersaudara

2.             Istri orang lain atau bekas istri orang lain yang sedang dalam iddah.

3.             Perempuan yang ditalak tiga kali.

4.             Pernikahan orang yang sedang dalam ihram.

5.             Menikah dengan budak padahal mampu menikah dengan perempuan merdeka.


6.             Menikah dengan perempuan pezina.

7.             Menikah dengan perempuan musyrik.

8.             Menikah dengan perempuan beda agama.

E. Rukun Nikah
Rukun pernikahan adalah sesuatu yang harus ada dalam pelaksanaan pernikahan,
mencakup :

1. Calon mempelai laki-laki dan perempuan


2. Wali dari pihak mempelai perempuan
3. Dua orang saksi
4. Ijab kabul yang  sighat nikah yang di ucapkan oleh wali pihak perempuan dan dijawab oleh
calon mempelai laki-laki.

F. Syarat Nikah

Adapun syarat dari masing-masing rukun tersebut adalah

1. Calon Suami, dengan syarat, diantaranya :

 Beragama Islam
 Berjenis kelamin Laki-laki
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak memiliki halangan untuk menikah

2. Calon Istri, dengan syarat, diantaranya :

 Beragama Islam ( ada yang menyebutkan mempelai wanita boleh beraga nasrani maupun
yahudi)
 Berjenis kelamin Perempuan
 Ada orangnya atau jelas identitasnya
 Setuju untuk menikah
 Tidak terhalang untuk menikah

3. Wali Nikah, dengan syarat, diantaranya :

 Laki-laki
 Dewasa
 Mempunyai hak perwalian atas mempelai wanita
 Adil
 Beragama Islam
 Berakal Sehat
 Tidak sedang berihram haji atau umrah
4.  Saksi Nikah, dengan syarat, diantaranya :

 Minimal terdiri dari dua orang laki-laki


 Hadir dalam proses ijab qabul
 mengerti maksud akad nikah
 beragama islam
 Adil
 Dewasa

5. Ijab Qobul, dengan beberapa syarat, diantaranya :

 Dilakukan dengan bahasa yang mudah dimengerti kedua belah pihak baik oleh pelaku akad
dan penerima aqad dan saksi. Ucapan akad nikah juga haruslah jelas dan dapat didengar oleh
para saksi.

G. SEBAB PERNIKAHAN TIDAK SAH

a. Pernikahan Mut’ah, yaitu pernikahan yang dibatasi untuk jangka


waktu tertentu, baik sebentar maupun lama. Dasarnya adalah hadist
berikut : “Bahwa rasulullah saw melarang pernikahan mut’ah serta
daging keledai kampung (jinak) pada saat perang khaibar”. (H.R
Muslim)

b. Pernikahan syighar, yaitu pernikahan dengan persyaratan barter


tanpa pemberian mahar. Dasarnya adalah hadist berikut :
“Sesungguhnya rasulullah saw melarang nikah syighar. Adapun nikah
syighar yaitu seorang bapak menikahkan seseorang dengan putrinya
dengan syarat bahwa seseorang itu harus menikahkan dirinya dengan
putrinya, tanpa mahar diantara keduanya”. (H.R Muslim)

c. Pernikahan muhalil, yaitu pernikahan seorang wanita yang telah ditalak


tiga oleh suaminya yang karenanya diharamkan untuk rujuk kepadanya,
kemudian wanita itu dinikahi laki-laki lain dengan tujuan untuk
menghalalkan dinikahi lagi oleh mantan suaminya. Abdullah bin mas’ud
berkata : “Rasulullah melaknat muhallil dan muhallal lahu”. (H.R At-
Tirmidzi)

d. Pernikahan orang yang ihram, yaitu pernikahan orang yang sedang


melaksanakan ihram haji atau umrah serta belum memasuki waktu
tahallul, Rasulullah saw bersabda : “Orang yang sedang melakukan
ihram tidak boleh menikah dan menikahkan”. (H.R Muslim)

e. Pernikahan dalam masa iddah, yaitu pernikahan dimana seorang lelaki


menikah dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa iddah,
baik karena perceraian ataupun karena meninggal dunia. Allah swt
berfirman : “Dan janganlah kamu ber’azam (bertetap hati) untuk beraqad
nikah, sebelum habis masa iddahnya”. (Q.S. Al-Baqarah/2:235)
f. Pernikahan tanpa wali, yaitu pernikahan yang dilakukan seorang laki-
laki dengan seorang perempuan tanpa seizin walinya. Rasulullah saw
bersabda : “Tidak ada nikah kecual dengan wali”.
g. Pernikahan dengan wanita kafir selain wanita-wanita ahli kitab,
berdasarkan firman Allah swt : “Dan Janganlah kamu menikahi wanita-
wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak
yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik
hatimu”. (Q.S al-Baqarah/2:221)

h. Menikahi mahram, baik mahram untuk selamanya, mahram karena


pernikahan atau sepersusuan.

H. HAK DAN KEWAJIBAN PASANGAN SUAMI ISTRI


Hak dan kewajiban suami istri menckup 3 hal, yaitu :

 Kewajiban bersama antara suami-istri;


 Kewajiban suami terhadap istri; serta
 Kewajiban istri terhadap suami.

1. Kewajiban suami-istri, diantaranya :


a. Memelihara dan mendidik anak sebaik mungkin;
b. Berbuat baik terhadap mertua, ipar, kerabat lainnya baik dari suami /
istri;
c. Setia dalam hubungan rumah tangga dan memelihara keutuhannya;
d. Saling bekerjasama;
e. Menjaga penampilan lahiriah dalam rangka merawat keutuhan cinta
dan kasih saying diantara keduanya.

2. Kewajiban suami terhadap istri, diantaranya :


a. Menjadi pemimpin, memelihara, dan membimbing keluarga secara lahir dan
batin, serta bertanggung jawab atas kesejahteraan keluarga;
b. Memberi sandang, pangan, serta papan;
c. Bergaul dengan istri secara ma’ruf dan memperlakukan keluarganya dengan
baik;
d. Memberi kebebasan berfikir dan bertindak kepada istri sepanjang sesuai
norma agama.

3. Kewajiban istri terhadap suami, diantaranya :


a. Taat kepada perintah suami;
b. Selalu menjaga kehormatan keluarga;
c. Bersyukur atas nafkah yang diterima dan menggunakannya dengan sebaik-
baiknya; serta
d. Membantu suami dalam mengatur rumah tangga sebaik mungkin.
I. HIKMAH PERNIKAHAN

1)      Memelihara jenis manusia


2)      Memelihara ketutunan
3)      Menyelamatkan masyarakat dari dekadensi moral
4)      Menyelamatkan masyarakat dari penyakit
5)      Ketenangan spiritual
6)      Saling tolong menolong anrata suami dan istri
7)      Menumbuhkan emosi kebapakan dan keibuan
BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN

Pernikahan adalah akad nikah (Ijab Qobul) antara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya  sehingga  menimbulkan  kewajiban dan  hak  di  antara  keduanya melalui  kata-
kata  secara  lisan, sesuai  dengan  peraturan-peraturan  yang  diwajibkan  secara  Islam.
Pernikahan merupakan sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana yang dijelaskan oleh
Rasulullah:

“nikah itu Sunnahku, barang siapa membenci pernikahan, maka ia bukanlah ummadku”.
Hadis lain Rasulullah Bersabda:
“Nikah itu adalah setengah iman”.

Maka pernikahan dianjurnya kepada ummad Rasulullah, tetapi pernikahan yang


mengikuti aturan yang dianjurkan oleh ajaran agama Islam. Adapun cangkupan pernikahan
yang dianjurkan dalam Islam yaitu adanya Rukun Pernikahan, Hukum Pernikahan, Syarat
sebuah Pernikahan, Perminangan, dan dalam pemilihan calon suami/istri. Islam sangat
membenci sebuah perceraian, tetapi dalam pernikahan itu sendiri terkadang ada hal-hal yang
menyebabkan kehancuran dalam sebuah rumah tangga.  Islam secara terperinci menjelaskan
mengenai perceraian yang berdasarkan hukumnya. Dan dalam Islam pun dijelaskan mengenai
fasakh, khuluk, rujuk, dan masa iddah bagi kaum perempuan.

B.    KRITIK DAN SARAN

Berdasarkan apa yang telah kami jelaskan dalam makalah mengenai pernikahan ini pasti
ada kekurangan maupun kelebihannya. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan dapat menambah wawasan pembaca mengenai pernikahan berdasarkan Islam.
Adapun kritik maupun saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah
ini baik dari segi penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis
mengharapkan pembaca dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.
DAFTAR PUSTAKA
http://aldy-firdani.blogspot.com/2014/01/makalah-pernikahan-dalam-agama-islam.html

http://sulselku.com/hak-dan-kewajiban-suami-istri-menurut-islam-dan-uu/

https://www.google.co.id/amp/s/dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/hukum-
pernikahan/amp

http://islammakalah.blogspot.com/p/blog-page_27.html

https://hukum-islam.net/syarat-dan-rukun-nikah-dalam-islam-lafadz-akad-menurut-
ada-berapa-hukum/

http://nikahcerairujuk.blogspot.com/2017/07/nikah-rukun-dan-syarat-nikah-dalil.html
LAMPIRAN

CAST :
11.ADHINNI LAILIYA WAHYUNINGTIAS (02)
12.AHMAD HAFEDZ FIRDAUS (03)
13.DITA EKA PRATIWI (06)
14.FIRDA YULIA ARIYANTI (11)
15.GERY FERDY RIVALFDI (12)
16.M. ENDRY YUSUF (25)
17.NUR RAHMA APRILIA (26)
18.NURUL HIDAYATUL FITRI (27)
19.RIZKY NUR AINI (30)
20.SETYAJI LAKSONO (34)
NAMA : ADHINNI LAILIYA W. NAMA : NUR RAHMA APRILIA

ABSEN : 01 ABSEN : 26

PERAN : MC PERAN : MC

NAMA : M. ENDRY YUSUF

ABSEN : 25

PERAN : DOA
NAMA : SETYAJI LAKSONO NAMA : KHIFTIAH AULIA
ABSEN : 34 ABSEN : 17
PERAN : AYAH MEMPELAI WANITA PERAN : IBU MEMPELAI WANITA

NAMA : GERY FERDY RIVALDI


ABSEN : 12
PERAN : AYAH
MEMPELAI PRIA
SERTA PETUGAS
KUA
NAMA : AHMAD HAFEDZ FIRDAUS
ABSEN : 03
PERAN : SUAMI

NAMA : NURUL HIDAYATUL FITRI


ABSEN : 27
PERAN : ISTRI
NAMA : FIRDA YULIA ARIYANTI NAMA : DITA EKA PRATIWI
ABSEN : 11 ABSEN : 06
PERAN : PENGIRING / SAKSI PERAN : PENGIRING / SAKSI

NAMA : RIZKY NUR AINI


ABSEN : 30
PERAN : PENGIRING / SAKSI

Anda mungkin juga menyukai