Anda di halaman 1dari 26

“INDAHNYA

MEMBANGUN
MAHLIGAI
RUMAH TANGGA”
Disusun Oleh:
Anjelika Ayunda
Fania Maulidina
Putra Umar
Rachma Dea
Shelvira Lokasari G

KELAS : XII OTKP 2


A. PENGERTIAN PERNIKAHAN
Secara bahasa arti “nikah” berarti
mengumpulkan,menggabungkan,atau menjodohkan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, “nikah” diartikan sebagai perjanjian antara
laki-laki dan perempuanuntuk bersuami istri (dengan resmi) atau
pernikahan. Sedang menurut syariah “nikah” berarti akad yang
menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya yang menimbulkan hak dan kewajiban masing-
masing.
B. TUJUAN PERNIKAHAN
1) Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi
2) Untuk mendapatkan ketenangan hidup
3) Untuk membentengi akhlak
4) Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT
5) Untuk mendapatkan keturunan yang salih
6) Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami.
C. HUKUM PERNIKAHAN
1) Wajib : bagi orang yang telah mampu baik fisik,mental,ekonomi,maupun akhlak
untuk melakukan pernikahan
2) Sunnah : bagi orang yang telah mempunyai keinginan untuk menikah namun
tidak dikhawatirkan dirinya akan jatuh kepada maksiat,sekiranya tidak menikah
3) Mubah : bagi yang mampu dan aman dari fitnah,tetapi tidak membutuhkannya
atau tidak memiliki syahwat sama sekali.
4) Haram : bagi orang yang yakin bahwa dirinya tidak akan mampu melaksanakan
kewajiban-kewajiban pernikahan,baik kewajiban yang berkaitan dengan
hubungan seksual maupun berkaitan dengan kewajiban-kewajiban lainnya
5) Makruh : bagi seseorang yang mampu menikah tetapi dia khawatir akan
menyakiti wanita yang akan dinikahinya,atau menzalimi hak-hak istri dan
buruknya pergaulan yang dia miliki dalam memenuhi hak-hak manusia, atau
tidak minat terhadap wanita dan tidak mengharapkan keturunan.
D. ORANG-ORANG YANG
TIDAK BOLEH DINIKAHI
(MAHRAM) Mahram (Orang yang tidak boleh dinikahi)
Keturunan Pernikahan Persusuan Dikumpul/dimadu
 Ibu dan  Ibu dari istri  Ibu yang  Saudara
seterusnya ke (mertua) menyusui perempuan dari
atas istri
 Anak perempuan  Anak tiri,bila  Saudara  Bibi perempuan
dan seterusnya ibunya sudah perempuan dari istri
ke bawah sicampuri sepersusuan
 Bibi,baik dari  Istri bapak (Ibu  Keponakan
bapak atau ibu tiri) permpuan dari
istri
 Anak perempuan  Istri anak
dari saudara (menantu)
perempuan atau
saudara laki-laki
E. RUKUN DAN SYARAT
PERNIKAHAN
1) Calon suami, syarat-syaratnya sebagai berikut:
• Bukan Mahram
• Orang yang dikehendaki
• Mu’ayyan (beridentitas jelas)
2) Calon istri, syaratnya adalah :
• Bukan mahram si laki-laki
• Terbebas dari halangan nikah (masa iddah atau berstatus sebagai
istri orang)
3) Wali, syaratnya yaitu :
• Orang yang dikehendaki,bukan orang yang dibenci
• Laki-laki,bukan perempuan atau banci
• Mahram si wanita
• Baligh, bukan anak-anak
• Berakal,tidak gila
• Adil, tidak fasiq
• Tidak terhalang wali lain
• Tidak buta
• Tidak berbeda agama
• Merdeka, bukan budak
4) Dua Orang Saksi, syarat saksi adalah :
• Berjumlah dua orang,bukan budak,bukan wanita, dan bukan orang fasik
• Tidak boleh merangkap sebagai saksi walaupun memenuhi kwalifikasi
sebagai saksi
• Sunnah dalam keadaan rela dan tidak terpaksa.
5) Shigat (Ijab Kabul) yaitu perkataan dari mempelai laki-laki atau
wakilnya ketika akad nikah. Syarat shighat adalah :
• Tidak tergantung dengan syarat yang lain
• Tidak terikat dengan waktu tertentu
• Boleh dengan bahasa asing
• Dengan menggunakan kata “tazwij” atau “nikah”, tidak boleh dalam
bentuk kinayah (sindiran)
• Qabul harus dengan ucapan “Qabiltu nikahaha/tazwijaha”
F. PERNIKAHAN YANG TIDAK
SAH
1) Pernikahan Mut’ah yaitu pernikahan yang dibatasi jangka waktu tertentu
2) Pernikahan Syighar yaitu pernikahan dengan persyaratan barter tanpa
pemberian mahar
3) Pernikahan Muhallil yaitu pernikahan seorang yang telah ditalak tiga
suaminya yang karenanya diharamkan rujuk kepadanya
4) Pernikahan orang yang ihram
5) Pernikahan dalam masa iddah
6) Pernikahan tanpa wali
7) Pernikahan dengan wanita kafir
8) Pernikahan dengan mahram, baik mahram karena pernikahan atau
karena sepersusuan.
*************
• Konsep Mahar
Sebelum Islam, Mahar dianggap
sebagai bentuk harga dari seorang
pengantin perempuan
Sesudah Islam, mahar adalah bentuk
kesungguhan cinta kasih yang
diwujudkan dalam shaduqat
(pemberian).
KONTROVERSI DALAM
PRAKTEK PERNIKAHAN

Poligami
Pernikahan Siri
Nikah Mut’ah
Nikah Beda Agama
POLIGAMI
 Dasar Hukum, Q.S. An-Nisa,4 : 3 dan 129.
 Latar belakang turunnya ayat :
 Pasca perang Uhud, banyak janda dan anak
yatim yang harta bendanya tidak terurus.
 Penekanan pada konsep keadilan, bukan pada
bilangan isteri.
Pembatasan jumlah isteri, dari yang tanpa
batas, menjadi maksimal empat dengan tetap
mengedepankan asas monogami.
….. LANJUTAN ….

 Praktek poligami Rasulullah  pendekatan


sosial dan pendekatan dakwah, bukan
pendekatan seksual. Selama 28 tahun
Rasulullah menerapkan monogami hanya
dengan Siti Khadijah.
 Praktek poligami saat ini  lebih banyak
madlarat daripada maslahahnya.
==== LANJUTAN……..

 Surat An-Nisa’,4 : 3  bukan merupakan


anjuran untuk berpoligami apalagi disunahkan.
Tetapi merupakan respon atas kondisi dan
situasi yang terjadi pada waktu itu.
 Dampak negatif : kecemburuan, persaingan
tidak sehat, saling iri, anak-anak terlantar,
kekerasan dalam rumah tangga, dan lain-lain.
PERNIKAHAN SIRI
 Pengertian – Perbedaan dengan Nikah
resmi
 Hukumnya dalam Islam dan UU Negara
 Faktor Penyebab dilangsungkannya
 Dampak-dampak positif dan negatif
 Solusi
********
 Pengertian : Pernikahan yang meskipun telah
memenuhi rukun dan syarat pernikahan sesuai
ketentuan syar’i, namun tidak dicatatkan di KUA/
Pegawai Pencatat Nikah.
 Perbedaan :
Nikah Resmi  mempunyai akta nikah,
sah secara agama dan secara hukum
Nikah Siri  Tidak ada akta nikah,
sah secara agama, tidak sah secara
hukum.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
 Status Hukumnya
Secara Hukum Islam, nikah siri adalah
sah dimata Allah selama pelaksanaannya
memenuhi ketentuan-ketentuan syar’i,
seperti adanya calon mempelai, wali,dua
orang saksi, mahar, ijab dan qabul.
~~~~~~
Secara Hukum Nasional, nikah siri tidak sah
secara hukum, karena merupakan
pelanggaran terhadap UU no.1 Tahun
1974 tentang perkawinan pasal 2:
(1) Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut
hukum masing-masing agamanya dan
kepercayaannya itu
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan
perundang-undangan yang berlaku
****************
 Faktor Penyebab dilangsungkannya :
 Menghindari zina
 Belum ada kesiapan moril dan materiil
 Menghindari prosedur yang berbelit
 Tidak ada biaya untuk administrasi
pernikahan
 Alasan untuk bisa berpoligami
 Dan lain-lain.
---------------
 Dampak Positif
 sah secara agama
 terhindar dari pergaulan bebas dan
dosa
 ada ketenangan batin
……..
 Dampak Negatif
 tidak ada kepastian hukum
 status anak tidak jelas, karena tidak ada bukti
autentik dari pernikahan orang tuanya.
 bila terjadi perceraian,isteri dan anak tidak akan
mendapatkan hak-hak yang seharusnya didapatkan
misalnya, hak waris, hak asuh,hak pendidikan anak
dan sebagainya.
 memunculkan imej negatif di kalangan masyarakat
 memicu terjadinya kekerasan dalam rumah
tangga.
======
 Solusi
 Segera lakukan Itsbat Nikah
Pengajuan ke Pengadilan Agama agar
memperoleh penetapan pernikahan
dengan akta nikah sebagai buktinya.
 Walimatul Ursy jika dimungkinkan.
Menghindari pandangan negatif
masyarakat, pernikahan perlu di I’lankan
PERNIKAHAN MUT’AH
• Pengertian :
Pernikahan yang didasarkan pada jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan kedua belah
pihak.
• Hukumnya:
Pernikahan tersebut pernah terjadi pada masa
Rasulullah, namun kemudian Rasul melarangnya :
“ Saya pernah membolehkanmu melakukan nikah
mut’ah, namun Allah telah melarangmu sampai hari
akhir Pengadilan”.
```````
• Kalangan Syiah Isna Asyariyah sepakat bahwa nikah
mut,ah diperbolehkan atas dasar Q.S. An-Nisa’,4 :
24.
• Jumhur ulama melarang praktek nikah tersebut,
karena hanya didasarkan pada kesenangan semata
dan dalam jangka waktu tertentu.
• Hal tersebut menyalahi tujuan, fungsi dan prinsip-
prinsip pernikahan dalam Islam, yaitu mewujudkan
konsep keluarga sakinah yang dilandaskan pada
rasa kasih sayang yang harus dibina dan dipupuk
secara berkelanjutan.
PENUTUP
 Perkawinan merupakan penyatuan dua
manusia pada bentuk asal yang paling
hakiki ( nafsun wahidah – Q.S. Al-A’raf,7:
189), juga merupakan bentuk
keterkaitannya dalam satu kesatuan (min
anfusikum- Q.S. Ar-Ruum, 30 : 21), yang
akan dijadikan landasan dalam mewujudkan
rasa cinta kasih, saling menyayangi, saling
menghargai dan saling memotivasi menuju
terciptanya rumah tangga yang
bermartabat di hadapan Allah swt.

Anda mungkin juga menyukai