Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI PUBLIK

RESTRUKTURASI PERUSAHAAN PEMERINTAH (PT PERTAMINA)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keuangan Publik


Dosen Pengampu : Deden M. Haris, S.Sos.,M.Si

NADIVA ZAHRA AUFANNIDA


3D
6661220044

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 menguraikan bahwa BUMN,
yang sebagian besar dimiliki oleh negara melalui penyertaan langsung dari
kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki maksud dan tujuan, seperti
memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi nasional dan pendapatan
negara, mencari keuntungan, menyediakan barang/jasa berkualitas tinggi
untuk kebutuhan umum, menjadi perintis dalam usaha yang belum dilakukan
oleh sektor swasta dan koperasi, serta aktif membimbing dan membantu
pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
Adanya peraturan tersebut mengakibatkan tanggung jawab atau
kepentingan yang mendesak bagi pemerintah sebagai pemilik utama BUMN
untuk merumuskan kebijakan dengan hati-hati, karena kebijakan yang
diimplementasikan dapat memiliki dampak signifikan terhadap kinerja
perusahaan BUMN dan pemenuhan amanat undang-undang. Meskipun diakui
bahwa manajemen BUMN untuk mencapai tujuan sesuai peraturan bukanlah
tugas yang mudah, seperti diuraikan oleh Jessica (2019), BUMN masih
mengalami kerugian di beberapa sektor sehingga tujuan kemakmuran sosial
belum optimal terpenuhi. Pada dasarnya, BUMN masih jauh tertinggal dari
perkembangan Badan Usaha Milik Swasta. Meskipun perusahaan swasta dan
BUMN memiliki fokus yang berbeda, sebagaimana dijelaskan oleh Estanto
(2018), BUMN tidak hanya berorientasi pada keuntungan semata, yang
mengakibatkan margin pendapatan BUMN setiap periode tidak sebesar
perusahaan swasta. Fokus utama BUMN lebih pada peningkatan kesejahteraan
rakyat, terutama dalam memenuhi kebutuhan pokok.
Kinerja BUMN saat ini belum optimal, dengan pengelolaannya masih
mengalami kerugian sehingga tujuan kesejahteraan sosial BUMN belum
tercapai secara maksimal. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
mengutamakan restrukturisasi BUMN untuk meningkatkan efektivitas dan
nilai perusahaan negara. Dalam restrukturisasi ini, terdapat program utama
yang mengacu pada Pasal 33 UUDNRI 1945, yaitu penataan kembali BUMN
dengan pemetaan yang lebih tajam untuk mencapai jumlah dan skala usaha
yang lebih ideal.
Berbagai negara menerapkan metode restrukturisasi seperti penggabungan,
peleburan, pengambilalihan (merger dan akuisisi), penjualan saham kepada
publik (IPO), penjualan mitra strategis (strategic sale), penjualan kepada
manajemen pengelola (MBO), Kontrak Manajemen, dan Pembentukan
Holding Company. Melalui pembentukan Holding Company, beberapa
BUMN pada sektor yang serupa dapat disatukan untuk meningkatkan
fleksibilitas perusahaan, memungkinkan anak perusahaan bergerak sebagai
entitas korporat murni. Holding Company sendiri merupakan perusahaan
utama yang mengawasi anak perusahaan dalam satu grup perusahaan,
bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan nilai pasar perusahaan (market
value creation).
Holding merupakan pembentukan entitas hukum baru dengan kendali
asimetris yang mengawasi dua atau lebih BUMN, dengan tetap
mempertahankan eksistensi masing-masing BUMN (Makaliwe & Pranoto,
2013). Kebijakan holding diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi
perusahaan, dan langkah holdingisasi BUMN diharapkan akan menciptakan
value creation, efisiensi, serta meningkatkan kapasitas, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan pemerintah (Airlangga, 2019).
Salah satu sektor yang telah menerapkan kebijakan holding adalah sektor
minyak dan gas bumi. Minyak dan gas bumi (migas) merupakan komoditas
vital yang memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan banyak orang dan
berperan penting dalam perekonomian nasional. Pengelolaannya harus optimal
untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat (KPPU, 2017).
Keputusan untuk melakukan holding migas juga didorong oleh tantangan berat
dalam memperkokoh ketahanan energi di Indonesia. Negara ini menghadapi
peningkatan defisit minyak dalam beberapa tahun terakhir, dan potensi
penurunan harga minyak mentah dapat berdampak pada pendapatan negara
serta kebijakan energi dan fiskal di dalam negeri (Airlangga, 2019).
Berdasarkan regulasi tersebut pada tahun 2018, pemerintah memutuskan
untuk menjalankan kebijakan holding BUMN migas sesuai dengan PP Nomor
6 Tahun 2018. Dalam struktur holding ini, PT Pertamina dan PT Perusahaan
Gas Negara Tbk ditetapkan sebagai perusahaan induk, dengan PT Perusahaan
Gas Negara Tbk mentransfer kepemilikan 13.809.038.755 saham Seri B
kepada PT Pertamina.Tindakan restrukturisasi melalui holding ini tidak
berhenti pada tahun 2018, melainkan berlanjut pada tahun 2020 dengan
keluarnya Surat Keputusan Menteri BUMN nomor SK 198/MBU/06/2020
pada 12 Juni 2020. Keputusan ini mencakup pemberhentian, perubahan
nomenklatur jabatan, pengalihan tugas, dan pengangkatan anggota direksi PT
Pertamina. Beberapa kegiatan yang sebelumnya menjadi bisnis utama
perusahaan akan dijalankan oleh sub-h
Sub-holding yang telah terbentuk mencakup PT Pertamina Hulu Energi
untuk kegiatan hulu, PT Kilang Pertamina untuk kegiatan kilang dan
petrokimia, PT Pertamina Patra Niaga untuk kegiatan komersial dan
perdagangan, PT Pertamina Power Indonesia untuk kegiatan pembangkitan
listrik, energi baru, dan energi terbarukan, PT Perusahaan Gas Negara Tbk
untuk kegiatan gas, dan PT Pertamina International Shipping untuk kegiatan
pengiriman internasional.Implementasi kebijakan holding ini tentu akan
mempengaruhi nilai ekuitas PT Pertamina, menjadi salah satu indikator
nilai perusahaan.untuk peningkatan Perusahaan yang akan berpengaruh
terhadap kelangsugan hidup Perusahaan, Sehingga hal tersebut tentu
Meningkatkan aktiitas dalam memajukan dan mengembangkan Perusahaan

B. Identifikasi Masalah
Sehubung dengan uraian diatas, masalah maslah yang akan
diidentifikai dalam penyusunan makalain ini adalah sebgai berikut:
1. Bagaimana Perusahaan PT Pertamaina mengambil suatu Keputusan yang
tepat dalam megikuti dinamika perubahan persaingan yang keras
2. Sejauhmana penerpan restrukturasi perusaah berpengaruh terhadap
peningkatan aktifitas Kemajuan perusahan
3. Bagaiman Proses pengambilan Keputusan dalam restrukturasi PT
Pertamina

C. Pembahasan
PT Pertamina (Persero) merupakan salah satu BUMN Indonesia yang
memiliki peran besar dalam sektor energi, khususnya dalam pengolahan minyak
dari hulu hingga hilir serta kegiatan pemasaran. Dampaknya terhadap ekonomi
Indonesia sangat signifikan, karena banyak perusahaan di negara ini bergantung
pada produk hasil pengolahan minyak oleh PT Pertamina (Persero). Sebagai
perusahaan besar dengan teknologi canggih, PT Pertamina (Persero) selalu
berkomitmen untuk menyediakan layanan terbaik kepada pengunjung,
termasuk fasilitas hotspot di kantor-kantor mereka. Perusahaan ini memiliki
anak perusahaan yang beroperasi di sektor hulu, hilir, dan petrokimia. Melalui
kegiatan operasionalnya, PT Pertamina (Persero) memainkan peran penting
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak dan gas.
Selain itu, mereka juga terlibat dalam inisiatif konversi penggunaan bahan bakar
dari minyak tanah ke Gas LPG, menegaskan peran krusialnya dalam industri
energi Indonesia.
Sejak dimulainya perjalanannya enam dekade lalu, PT Pertamina (Persero)
telah mengalami berbagai perubahan organisasi. Ini mencakup perubahan nama
dari PT Eksploitasi Tambang Minyak Sumatera menjadi PT Perusahaan Minyak
Nasional (Permina) pada 1957, perubahan status menjadi Perusahaan Negara
(PN) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (Pertamina) pada 1971
setelah penggabungan dengan PN Pertamin, serta mendapatkan kepercayaan
pemerintah untuk mengelola Public Service Obligation (PSO) dalam usaha
menghasilkan dan mengolah minyak dan gas bumi. Selain itu, organisasi juga
mengalami transformasi visi menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia
dan melakukan restrukturisasi sebagai holding company di bidang energi,
seperti yang tergambar dalam Restrukturisasi PT Pertamina (Persero) pada
tahun-tahun berikutnya.
Merujuk penjabaran pada kerangka konseptual, bentuk holdingcompany
merupakan cara restrukturisasi organisasi yang dipilih oleh pemegang saham
(pemerintah Indonesia) selaku pemangku kepentingan (stakeholders) di PT
Pertamina (Persero) dalam merespon dinamika internal maupun eksternal untuk
kinerja Pertamina (Persero) yang lebih optimal, produktif, dan efisien. Gagasan
awal pembentukan holdingcompanysebagai pilihan untuk merestrukturisasi PT
Pertamina (Persero) adalah untuk optimalisasi manajemen (Pranoto et al.,
2013). Setidaknya, dengan beberapa BUMN yang bergerak di sektor yang sama
dengan PT Pertamina (Persero) di-holding-kan, dalam holdingtersebut akan
saling berbagi dukungan (share support) dalam hal sumber daya manusia
(human capital), distribusi (distribution), informasi (information), komunikasi
(communication), teknologi (technology)dan lain-lain. Di samping juga,
melalui pembentukan. holding, terjadi peningkatan fleksibilitas PT Pertamina
(Persero) dan subholdingyang pada akhirnya para subholdingakan bertindak
sebagai pure corporateyang profit oriented(berorientasi pada keuntungan).
Sebagai integrator operasional, seluruh penugasan-penugasan dari
pemerintah ke Pertamina mulai dari pendistribusian bahan bakar Jenis BBM
Tertentu (JBT) dan Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP), distribusi LPG 3 kg
kepada masyarakat, penyaluran BBM 1 Harga, pembangunan infrastruktur
BBM/LPG di Indonesia Bagian Timur, dan gasifikasi di 56 pembangkit PLN,
harus dipastikan berjalan dengan baik. Dengan tugas tersebut, Direktorat
Logistik dan Infrastruktur harus memastikan keandalan seluruh infrastruktur
dan jaringan distribusi yang dimiliki holding sehingga bisa berjalan sinergis di
tengah restrukturisasi yang sedang dijalankan. ubholding Upstream,
Subholding Refining dan Petrochemical, Subholding Commercial and Trading,
Subholding Gas, Subholding Integrated Marine Logistics, dan Subholding
Power and New Renewable Energy.
Sesuai dengan peta jalan (roadmap) juga, tugas PT Pertamina (Persero)
sebagai holdingadalah melaksanakan pengelolaan portofolio dan sinergi bisnis
di seluruh grup PT Pertamina (Persero), mempercepat pengembangan bisnis
baru, serta menjalankan program-programnasional yang ditetapkan pemegang
saham (Pemerintah Indonesia) selaku pemangku kepentingan (stakeholders).
Di lain sisi, kegiatan-kegiatan yang sebelumnya merupakan sejumlah kegiatan
bisnis utama(core business) PT Pertamina (Persero) akan dijalankan para
subholdingsebanyak 12 entitas anak dan beberapa entitas anak portofolio yang
berfokus pada lini bisnis masing-masing Sehingga menjadi lebih efektif dan
optimal. Para subholdingakan menjalankan peran yang lebih kuat untuk
mendorong operational excellencePT Pertamina (Persero) secara keseluruhan.
PT Pertamina (Persero) memastikan restrukturisasi perusahaan akan terus
berlanjut, agar dapat mewujudkan aspirasi pemegang saham untuk menjadikan
Pertamina sebagai perusahaan global energi terdepan dengan nilai pasar US$
100 Miliar atau Rp 14.500 triliun (kurs Rp 14.500 per US$).
Organisasi di PT. PERTAMINA (Persero) merupakan zools atas alat
untuk menjalankan strategi perusahaan dalam mencapai visi dan misinya.
Organisasi di PT. PERTAMINA (Persero) dikelola dengan ujuan
memberdayakan dan meningkatkan kompetensi SDM yang ada, dengan
melakukan erricionent/enlargement job, serta pendekatan terhadap proses
bistis. Aktifitas ini dimunculkan dengan melakukan evaluasi dan usistan
perubahan organisasi unnik peningkatan efektifitas dan efisiensi
organisasiDengan adanya restrukturisasi, bezrti adanya suatu perubahan.
Perampingan struktur organisasi merupakan salah seu bagian dari program
restrukturisasi secata korporat. Pamikiran utama dalam. nemiliat struktur
sebuah organisasi tentunya untuk menshangun sebuah sistem yang dapat
mencapai tujuan-tujuannya dengan cara yang sebaik-baiknya dan seefesien
mungkin, dan untuk memastikan bahwa sistem in dapat selalu beradaptasi
terhadap.
1. Perubahan-penibahan dalam konsep persaingan bisnis\
2. Inovasi teknologi
3. Perubahan-perubahan dalam lingkungan bisnis
4. Kanajuan-kemajuan dalam pengetahuan ilmiah.
Dalam sebuah orgmisasi atau perusahaan yang masih pusti memiliki proses
bisnis. Yang membedakan antara penisahaan yang proses bisnisnya
tendokaanentasi dengan lengkap dan ada pala perusahaan yang proses
bisnisnya tidak texdokumentasi sama sekali. Thoses benis yang ada pada suatu
penusahaan merupakan aktivitas aktivitas yang dilakukan oleh penjahaan
dalam rangka menyerahkan produk dan jasa kepada pelanggan. Pada akhimya,
penyerahan produk dan jasa tersebut penisahaan menginginkan untuk dapat
mempemich keuntungan finansial, sehingga penyerahan produk kepada
pelanggan harus dilakukan dengan efisien. Berdasarkan tahapan restrukturisasi
yang dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) yang sesuai dengan strategi
kebijakan korporat, maka salah satu langkah yang dilakukan adalah melalui
downsizing. Downsizing yang dilakukan oleh PT Pertamina antara lain
meliputi:

• Tidak melakukan tambahan (rekruitmen) baru untuk mengganti pekerja


yang MPPK (Masa Pensiun Purna Kerja).
• Menawarkan pensiun dini (Golden Shake Hand) bagi para pekerja yang
telah memasuki usia 50 tahun, dengan memberikan pilihan: UN
1. Dengan memberikan paket penawaran "pesangon" yang menarik.
2. Suami istri yang bekerja di PERTAMINA, atau para pekerja di level
pelaksana yang berminat secara sukarela untuk melaksanakan pensiun
dini.
• Tidak mengisi formasi pekerja di level pelaksana (operasional/non
operasional) dengan tenaga organik (pekerja organik) akan tetapi
diserahkan kepada perusahaan jasa pemborong (outsourcing).
• Sedangkan para pekerja yang dipertahankan adalah para pekerja di bagian
pengawas (golongan 09 keatas). Dan bagi para pekerja yang berada pada
level pelaksana dilakukan oleh tenaga outsourcing (golongan 15 s/d 12)

Reformasi budaya dan sistem manjemen Setelah mengalami


restrukturisasi, PT Pertamina kini lebih fokus pada pelayanan pelanggan.
Upaya ini terlihat melalui penerapan "customer care" untuk merespons keluhan
pelanggan dengan cepat dan transparan, menghasilkan kemudahan dan
kenyamanan yang dirasakan oleh para pelanggan. Perubahan signifikan juga
terjadi dalam proses perijinan SPBU setelah PT Pertamina berubah menjadi
Persero, dengan penyederhanaan prosedur dan pemanfaatan teknologi
komputerisasi untuk memudahkan akses dan memberikan kenyamanan kepada
para pemohon. Meskipun demikian, masih ada kendala dalam proses perijinan
yang berasal dari pihak Pemerintah (Pemda).
Pemberdayan Kualtas Sumber Daya Manusia Implementasi kebijakan
korporat terkait dengan pengembangan sumber daya manusia (SDM) bertujuan
menghasilkan tenaga kerja yang profesional dan kompeten. Harapannya,
jumlah pekerja di PT Pertamina dapat dikurangi dari sekitar 1100 pekerja saat
ini, tetapi tetap memiliki kinerja yang lebih optimal. Dengan memiliki jumlah
sumber daya manusia yang lebih sedikit namun memiliki kinerja yang lebih
tinggi, perusahaan dapat meningkatkan daya saing dan mendorong
peningkatan produktivitas yang signifikan. Perusahaan telah mengembangkan
sistem manajemen karir berbasis kemampuan dan kinerja (merit system) untuk
meningkatkan efektivitas dan transparansi dalam pengembangan karir pekerja
PT Pertamina di masa depan.Sebagai bagian dari upaya menciptakan budaya
perusahaan yang mendukung transformasi, dilakukan program sosialisasi
untuk nilai-nilai unggulan yang dikenal sebagai FIVE-M (Focus, Integrity,
Visionary, Excellence, dan Mutual Respect). Untuk pengukuran kinerja,
perusahaan menggunakan "Ukuran Kerja Terpilih/UKT," yang bertujuan
meningkatkan pengembangan berkelanjutan dan mempercepat pencapaian
status sebagai perusahaan bertaraf internasional.
Efisiensi yang timbul dari program restrukturisasi di PT.
Pertamina(Persero) dapat diidentifikasi melalui tiga aspek utama:
penyederhanaan proses, peningkatan kepuasan pelanggan, dan pengurangan
biaya operasional. Program restrukturisasi ini menghasilkan peningkatan
efisiensi dengan menyempitkan jalur birokrasi dalam struktur organisasi,
mengurangi panjangnya alur yang harus diikuti dalam menjalankan suatu
tahapan.Selain penyederhanaan proses, fokus efisiensi di PT. Pertamina
(Persero) terpusat pada peningkatan kepuasan pelanggan. Setelah
restrukturisasi, pelayanan utama difokuskan pada pelanggan/konsumen
dengan harapan mereka merasakan kepuasan dalam menggunakan fasilitas dan
produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dampak positif dari restrukturisasi di PT. Pertamina (Persero) tercermin
dalam peningkatan efektivitas, yang dapat diamati melalui peningkatan sistem
kerja. Evaluasi kinerja perusahaan meningkat dari tahun ke tahun, disertai
dengan peningkatan hasil kinerja sumber daya manusia/pekerja di PT.
Pertamina (Persero). Para pekerja termotivasi untuk memberikan kontribusi
terbaik mereka demi kemajuan perusahaan, di mana imbalan sesuai dengan
prestasi yang dihasilkan.Efektivitas sistem kerja di PT. Pertamina (Persero)
semakin meningkat dengan penerapan SAP (System, Applications & Products
in Data Processing). Keberadaan SAP mempermudah, mempercepat, dan
menjadikan prosedur kerja lebih tepat. Penggunaan SAP tidak hanya membuat
proses kerja lebih efisien, tetapi juga meningkatkan efektivitas, contohnya
dalam pemantauan kas secara cepat, posisi stok setiap saat, dan hal-hal lainnya.
Hal ini dibuktikan (meskipun belum dapat terkonfirmasi sehubungan
dengan laporan. keuangan PT Pertamina (Persero) konsolidasian yang belum
rilis secam publik dan masih unauditeddengan capaian laba dan efisiensi yang
telah dicapai para subholdingtercatat membaik, setidaknya sampai dengan
semester satu tahun 2021, seperti:

1. Subholding Upstream telah mencetak laba sebesar satu miliar US Dollar


(kenaikan hingga 238persen) dengan efisiensi biaya operasional mencapai
92 persen dari target anggaran 2021, di samping juga
SubholdingUpstreamtelah menemukan potensi baru cadangan minyak dan
gas bumi sebesar 204,7 juta rupiahbarel di Kalimantan Timur dan Jawa
Baratyang siap diekplorasi dan eksploitasi. 2. Subholding Refining &
Petrochemical telah mencetak laba sebesar 322 juta US Dollar atau
mengalami peningkatan margin keuntungan hingga 324 persen dari target
anggaran2021.
2. Subholding Gas telah mencetak laba sebesar 185 juta US Dollar, setara
dengan kenaikan. hingga 357 persen dari target anggaran 2021.
3. Subholding Power & New Renewable Energy (NRE) telah mencetak laba
sebesar 56,8 juta US Dollar (peningkatansebesar 150persen) dengan
efisiensi biaya operasional mencapai 87 persen dari target anggaran 2021.
4. Subholding Integrated Marine Logistics telah mencetak laba sebesar 73,4
juta US Dollar dengan efisiensi biaya operasional tercatat di angka 82
persen dari target anggaran 2021, d samping juga SubholdingIntegrated
Marine Logisticstelah meningkatkan vessel utilization-nya sebesar 99.8
persen atau meningkat sebesar 11 persen dari target anggaran 2021.
5. Subholding Commercial & Trading melalui PT Pertamina Lubricants telah
mencetak laba sebesar 146,8 juta US Dollar atau meningkat hingga sebesar
10,7 persen dari raihan laba yang dibukukan tahun lalu (year-on-year), di
samping juga realisasi Pertashop sebanyak 2.547unit dan
pengembanganaplikasi My Pertamina dengan pengguna yang sudah
teregistrasi sebanyak 13,7 juta pengguna

D. Kesimpulan
Meskipun Subholding Commercial & Trading, terutama melalui
produk pelumas yang diproduksi PT Pertamina Lubricants, berhasil mencatat
laba, PT Pertamina Patra Niaga sebagai aktor utama pada Subholding
Commercial & Trading belum memberikan kontribusi maksimal. Hal ini dapat
berdampak negatif terhadap kinerja keseluruhan PT Pertamina (Persero)
karena adanya inefisiensi dalam kegiatan bisnisnya. Inefisiensi ini terlihat pada
dilema yang dihadapi PT Pertamina Patra Niaga dalam menyesuaikan harga
produk BBM non subsidi, terutama BBM bersubsidi, yang konsumsinya
mencapai 70-80 persen dari total produk BBM yang diperdagangkan.
Meskipun harga BBM non subsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite,
dan Pertamina Dex telah mengalami penyesuaian sejak April 2022,
penyesuaian tersebut masih di bawah harga keekonomiannya.
Ketidaksesuaian harga BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Solar
dengan harga keekonomiannya dapat berdampak signifikan pada beban
operasional, seperti biaya eksplorasi dan/atau biaya bahan baku impor yang
menjadi lebih mahal. Sementara itu, harga jual kepada konsumen tidak
mengalami perubahan. Dalam jangka panjang, implikasinya terkait dengan
kebijakan transisi energi yang merupakan komitmen pemerintah berdasarkan
Paris Agreement, di mana Indonesia diharuskan menyediakan energi bersih
dan ramah lingkungan. Tantangan yang dihadapi Subholding Commercial &
Trading, terutama oleh PT Pertamina Patra Niaga, belum memungkinkan
pemenuhan maksimal terhadap kewajiban penyediaan energi bersih dan ramah
lingkungan sesuai dengan mandat Paris Agreement.
Setelah selesainya restrukturisasi PT Pertamina (Persero), terlihat
bahwa pengaturan holding-subholding sebagai bagian dari restrukturisasi
adalah pilihan yang tepat yang diambil oleh pemerintah Indonesia selaku
pemegang saham. Hal ini terkait dengan hasil positif dari pembentukan enam
subholding, yang mencakup optimalisasi laba dan efisiensi biaya operasional
yang signifikan. Melalui restrukturisasi ini, wewenang PT Pertamina (Persero)
sebagai perusahaan induk dan subholding-nya menjadi lebih jelas karena
adanya struktur organisasi yang lebih ramping (lean), membawa dampak
positif pada kecepatan, ketangkasan (agile), dan kekompakan perusahaan
dalam pengambilan keputusan.
Meskipun demikian, PT Pertamina (Persero) perlu menghadapi dengan
bijak dan hati-hati kewajiban pelayanan umum atau PSO (Public Service
Obligation) yang diberikan khusus oleh pemerintah Indonesia sebagai
pemegang saham. Di satu sisi, perusahaan harus memenuhi fungsi pelayanan
umum dalam menyediakan BBM, tetapi di sisi lain, dihadapkan pada tuntutan
untuk menjadi lebih produktif demi optimalisasi laba dan efisiensi biaya
operasional. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan komitmen terkait
penyediaan energi bersih dan ramah lingkungan berdasarkan mandat Paris
Agreement, serta dengan cermat memanfaatkan peluang ekspansi bisnis di
pasar energi Eropa

E. Saran
Sesuai dengan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai
berikut:

1. Dalam melaksanakan restrukturisasi harus dilakukan secara tepat apa


yang akan direstrukturisasi sehingga dalam merestrukturisasi tidak hanya
menggunakan pendekatan peraturan tetapi juga perlu menggunakan
pendekatan visi dan misi.
2. Untuk menghadapi kendala yang ada, maka perlu dilakukan evaluasi
dalam proses untuk menyukseskan program restrukturisasi.
3. Memperbaiki kendala internail yaitu penguasaan skill pegawai,
Meningkatkan keterbatas sarana dan prasarana, meingkatkan budaya
manajmen kerja yang baik,
REFERENSI
NABIL, M. M. (2022). ANALISIS KOMPARATIF NILAI PASAR WAJAR
EKUITAS PT PERTAMINA (PERSERO) SEBELUM DAN SETELAH
HOLDING BUMN MIGAS (Doctoral dissertation, Politeknik Keuangan
Negara STAN).
Nathania, K., & Dewi, F. G. (2023). PENGARUH RESTRUKTURISASI
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA PERATURAN
PEMBENTUKAN BUMN PRIORITAS 2021). Jurnal Riset Ekonomi dan
Akuntansi, 1(2), 105-123.
Pangestu, R. A. (2023). Analysis of Dynamics and Restructuring of PT Pertamina
(Persero). JKMP (Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik), 11(2), 120-
128.
Pangestu, RA (2023). Analisis Dinamika dan Restrukturisasi PT Pertamina
(Persero). JKMP (Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik) , 11 (2), 120-
128.
Widjoseno, JBC, Mahmudah, S., & Musyafah, AA (2022). KAJIAN YURIDIS
TERHADAP PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY PADA PT
PERTAMINA. Jurnal Hukum Diponegoro , 11 (3).

Anda mungkin juga menyukai