Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 3

1) Bagaimana makna reformasi pengelolaan BUMN/BUMD


2) Jelaskan Sasaran serta strategi reformasi badan usaha milik negara
3) Bagaimana Reformasi pengelolaan BUMN/D harus dijalankan agar berhasil
4. Analisislah Strategi reformasi badan usaha milik negara saat ini sesuai kajian saudara
JAWABAN
1. Pengelolaan BUMN
Keberadaan BUMN yang merupakan salah satu wujud nyata pasal 33 UUD
1945 memiliki posisi strategis bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun
demikian, dalam realitanya, seberapa jauh BUMN mampu menjadi alat negara untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat dan bangsa ini tergantung pada tingkat efisiensi
dan kinerja dari BUMN itu sendiri. Apabila BUMN tidak mampu beroperasi dengan
tingkat efisiensi yang baik, pada akhirnya akan menimbulkan beban bagi keuangan
negara dan masyarakat akan menerima pelayanan yang tidak memadai dan harus
menanggung biaya yang lebih tinggi.
Hingga akhir tahun 2004, jumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
dimiliki Pemerintah tercatat sebanyak 158 BUMN. Dari keseluruhan BUMN tersebut
sebanyak 127 BUMN mampu mencetak laba, jumlah ini jauh meningkat dari 103
BUMN di tahun 2003. Total keseluruhan laba yang dihasilkan adalah sebesar
Rp29,43 triliun (prognosa) atau meningkat 15 persen dibanding tahun sebelumnya.
Perkembangan yang positif ini juga didukung dengan semakin menurunnya kerugian
yang dialami BUMN secara keseluruhan. Untuk tahun 2004 total kerugian tersebut
turun sekitar 26 persen dibanding tahun 2003. Penurunan yang sama juga terjadi di
sisi kewajiban BUMN yaitu turun sebesar 8,6 persen. Dalam kurun waktu tersebut,
telah dilaksanakan restrukturisasi BUMN sesuai dengan Master Plan BUMN Tahun
2002–2006.
Di tahun 2005, diharapkan telah tersusun sebuah dokumen perencanaan
pengelolaan BUMN yang berkesinambungan dan komprehensif dalam rangka
penyempurnaan Master Plan BUMN sebelumnya. Master Plan BUMN Tahun 2005–
2009 ini pada intinya mengandung tiga kebijakan pokok pengelolaan BUMN, yaitu
restrukturisasi, profitisasi dan privatisasi untuk mensinergikan 158 BUMN yang ada
sehingga menciptakan nilai tambah bagi BUMN. Di sisi lain, telah terpetakannya
strategi pengembangan BUMN pada beberapa sektor akan membantu menajamkan
kebijakan lanjutan pengelolaan BUMN.
Di samping itu, kebijakan tersebut diiringi dengan pemantapan penerapan
prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance/GCG) di
dalam pengelolaan masing-masing BUMN. Sebagai tindak lanjut dari upaya ini
dilakukan langkah evaluasi terhadap penerapan prinsipprinsip tersebut pada seluruh
BUMN. Sementara itu, standar kerja serta aplikasi e-procurement yang merupakan
salah satu upaya peningkatan transparansi serta efisiensi didalam pengelolaan BUMN
juga diharapkan telah selesai disusun dan diterapkan di beberapa BUMN sebagai pilot
project.

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
Dengan upaya-upaya ini diperkirakan pencapaian indikator-indikator kinerja
BUMN akan menunjukkan peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Indikator-
indikator seperti laba yang dihasilkan, jumlah BUMN yang menghasilkan laba,
jumlah BUMN yang sehat serta angka tingkat hasil aset (return on asset/ROA)
diharapkan dapat mengalami peningkatan.
Kinerja BUMN masih belum optimal. Walaupun saat ini kinerja BUMN
secara umum telah menunjukkan adanya peningkatan, namun pencapaian tersebut
masih jauh dari hasil yang diharapkan. Dengan kinerja demikian, masih ada potensi
BUMN untuk membebani fiskal yang dapat mempengaruhi upaya mempertahankan
kesinambungan fiskal. Kinerja BUMN mempunyai pengaruh di sisi pendapatan dan di
sisi pengeluaran negara. Disisi pendapatan, BUMN menyumbang pada penerimaan
negara baik penerimaan pajak maupun bukan pajak. Sedangkan disisi pengeluaran,
jika BUMN memiliki kinerja yang rendah, pada akhirnya mengakibatkan beban
terhadap pengeluaran negara.
Pelaksanaan konsolidasi dan revitalisasi bisnis BUMN (2002-2004) memang
telah mampu meningkatkan kinerja BUMN. Hal ini dapat dilihat pada realisasi
penjualan tahun 2000-2003 yang meningkat rata-rata sebesar 17,8 persen per tahun.
Sementara itu laba bersih BUMN antara tahun 2000-2003 juga mencapai peningkatan
rata-rata yang cukup tinggi, yaitu 26,7 persen per tahun. Kalau pada tahun 2000 baru
mencapai sebesar Rp14 triliun, tahun 2001 meningkat sebesar 35,7 persen, dan tahun
2002 meningkat lagi sebesar 36,8 persen. Tahun 2003 laba bersih BUMN tersebut
telah mencapai sebesar Rp28 triliun atau meningkat dua kali lipat dibandingkan laba
bersih tahun 2000. Di sisi lain, meskipun jumlah BUMN yang sehat pada tahun 2003
turun menjadi 97 perusahaan dibanding tahun sebelumnya 102 perusahaan, akan
tetapi dari sisi jumlah pajak (PPh dan PPn) yang disetorkan kepada negara terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2001, jumlah pajak yang disetor sebesar Rp8,7
triliun, tahun 2002 sebesar Rp16,4 triliun atau naik 88,5 persen dan tahun 2003
meningkat lagi sebesar Rp22,1 triliun atau naik 34,8 persen dari tahun sebelumnya
dan pada tahun 2004 BUMN diharapkan akan mampu memberikan kontribusi kepada
negara sebesar Rp27 triliun yang berasal dari dividen Rp6 triliun, pajak sebesar Rp16
triliun dan privatisasi sebesar Rp5 triliun.
Masih banyak kendala serta permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan
BUMN dan upaya peningkatan kinerjanya. Permasalahan tersebut antara lain
disebabkan masih lemahnya koordinasi kebijakan antara langkah perbaikan internal
perusahaan dengan kebijakan industrial dan pasar tempat BUMN tersebut beroperasi,
belum terpisahkannya fungsi komersial dan pelayanan masyarakat pada sebagian
besar BUMN dan belum terimplementasikannya prinsip-prinsip Good Corporate
Governance secara utuh di seluruh BUMN. Di samping itu, belum optimalnya
kesatuan pandangan dalam kebijakan privatisasi di antara stakeholder yang ada
berpotensi memberikan dampak negatif dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan
kebijakan ini.
Ke depan, tantangan yang dihadapi adalah memberikan sumbangan yang
makin besar pada keuangan negara. Di samping itu masyarakat yang semakin
membutuhkan pelayanan yang baik serta iklim persaingan dunia usaha yang semakin
ketat menuntut terciptanya BUMN yang sehat, efisien serta berdaya saing tinggi, baik
dalam maupun luar negeri.

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
Sasaran yang hendak dicapai dalam pengelolaan BUMN lima tahun
mendatang adalah meningkatnya kinerja dan daya saing BUMN dalam rangka
memperbaiki pelayanannya kepada masyarakat dan memberikan sumbangan terhadap
keuangan negara.
Kebijakan pengelolaan BUMN diarahkan pada:
1. Melakukan koordinasi dengan departemen/instansi terkait untuk penataan
kebijakan industrial dan pasar BUMN terkait. Hal ini diperlukan dalam
kerangka reformasi BUMN yang menyeluruh. Langkah-langkah perbaikan
internal BUMN saja tidaklah cukup, keberhasilan pengelolaan BUMN harus
disertai dengan kebijakan secara sektoral yang umumnya menyangkut masalah
proteksi, monopoli atau struktur pasar, subsidi dan peran pemerintah,
2. Memetakan BUMN yang ada ke dalam kelompok BUMN public service
obligation (PSO) dan kelompok BUMN komersial (business oriented),
sehingga kinerja BUMN tersebut dapat meningkat dan pengalokasian
anggaran pemerintah akan semakin efisien dan efektif, serta kontribusi BUMN
dapat meningkat,
3. Melanjutkan langkah-langkah restrukturisasi yang semakin terarah dan
efektif terhadap orientasi dan fungsi BUMN tersebut. Langkah restrukturisasi
ini dapat meliputi restrukturisasi manajemen, organisasi, operasi dan sistem
prosedur dan lain sebagainya,
4. Melanjutkan langkah privatisasi yang selektif dan sesuai arah
pengembangan BUMN terkait agar daya saing, kualitas dan kuantitas
pelayanan, serta kontribusi kepada keuangan negara dari BUMN tersebut
dapat meningkat,
5. Memantapkan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
(GCG), yaitu transparansi, akuntabilitas, keadilan dan responsibilitas pada
pengelolaan BUMN PSO maupun BUMN komersial. Arah kebijakan tersebut
dijabarkan ke dalam program pembangunan sebagai berikut:
a. Program Pembinaan
b. Program Pengembangan Badan Usaha Milik Negara Program ini
bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja BUMN. Kegiatan-kegiatan
pokok yang dilakukan dalam program ini adalah:
1. Penyelesaian upaya pemetaan fungsi masing-masing BUMN,
sehingga fungsi BUMN terbagi secara jelas menjadi BUMN PSO dan
BUMN komersial;
2. Pemantapan upaya revitalisasi BUMN, antara lain melalui
penerapan GCG dan Statement of Corporate Intent (SCI); serta 3.
Pemantapan pelaksanaan restrukturisasi BUMN, termasuk melanjutkan
privatisasi dan divestasi.
Sumber : https://www.bphn.go.id/data/documents/ae-2011-8.pdf

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
2. Arah Strategis BUMN

Roadmap BUMN 2016—2019 menjelaskan secara tuntas tujuan yang ingin


dicapai dalam peningkatan daya saing perusahaan negara. Ide dasar roadmap ini
sebetulnya tidak berbeda jauh dengan blueprint reformasi Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang diluncurkan pada 1999. Dengan asistensi
McKinsey, masterplan BUMN dirancang dengan tujuan perampingan jumlah
BUMN, pembentukan beberapa holding company, dan kerja sama dalam rangka
menciptakan sinergi.
Roadmap ini menjelaskan target yang diinginkan pemerintah sampai dengan
empat tahun ke depan. Termasuk di antaranya adalah pengurangan jumlah BUMN
sehingga mencapai target 85 BUMN ideal, pembentukan beberapa Holding
Company (HC) baru, target lebih banyak BUMN masuk dalam
daftar Fortune 500, serta penciptaan nilai yang terus meningkat.
Sinergi antar-BUMN sudah dicanangkan sedari lama, tapi pelaksanaannya agak
tersendat. Alternatif strategi melalui konsolidasi BUMN baru efektif
pada holding Semen Indonesia dan Pupuk Indonesia. Secara signifikan, hasil
optimal pada holding BUMN sektor pertanian atau kehutanan belum terlihat.
Penciptaan sinergi melalui sharing resource sudah sebagian dilaksanakan, tapi
belum terlihat optimal. Misal, terkait dengan rencana PGN dan Pertagas dalam
rencana utilisasi pipa gas (open access) yang masih terhambat. Kendati demikian,
beberapa kemajuan (progress) terlihat, seperti utilisasi Anjungan Tunai Mandiri
(ATM) Himbara yang berpotensi terjadi penghematan secara signifikan.
Rencana percepatan pembentukan HC dalam rangka menciptakan efisiensi dan
produktivitas BUMN cukup penting dalam situasi persaingan global saat ini.
Studi Booz Allen di 2014 menunjukkan responden dunia usaha Indonesia adalah
yang paling tidak siap menghadapi integrasi pasar regional di ASEAN, kalah
dibandingkan kesiapan Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Isu
utamanya adalah ketidaksiapan menghadapi
pesaing multinational corporations (MNC), tingginya biaya logistik, kesulitan
adaptasi menjadi perusahaan skala regional, serta terbatasnya international talent.
Sumber : https://www.wartaekonomi.co.id/read166723/arah-strategis-bumn.html

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
3. Pengelolaan BUMN/D yang harus dijalankan agar berhasil adalah :
Masa Liberalisasi BUMN
Deregulasi dan liberalisasi di sektor perbankan yang mempengaruhi
keberadaan bank-bank BUMN berlangsung sampai point of no return. Bukan saja
karena tidak ada pilihan kebijakan lain, tetapi yang lebih penting karena deregulasi ini
telah membuat bank-bank di Indonesia berhasil menggalang dana dari masyarakat
dalam jumlah yang cukup signifikan, terutama yang diperlukan bagi target kontribusi
sektor swasta sebesar Rp131,6 triliun tehadap investasi total (55%). Kontribusi ini
memang diperlukan sebagai bagian dari penguatan peran sektor swasta dalam
pembangunan dengan strategi pada pertumbuhan yang berorientasi ekspor.
Keberhasilan tersebut membuat para penganjur kebijakan deregulasi memperoleh
konstituen yang semakin besar dalam politik, sehingga memperkuat tekanan pada
kekuatan-kekuatan antideregulasi untuk mengikuti langkah kebijakan serupa yang
diambil pada sektor moneter. Karena itu, kemudian deregulasi tidak saja pada sektor
industri dan perdagangan, tetapi juga meluas pada sektor-sektor infrastruktur, seperti:
telekomunikasi, listrik dan jalan. Sektor infrastr uktur, seper ti: telekomunikasi, listrik
dan jalan, yang secara tradisional menurut Pasal 33 UUD 45 harus dikuasai oleh
negara terpaksa juga harus dideregulasi dan diliberalisasi. Tekanan deregulasi dan
liberalisasi semakin kuat pada sektor ini karena juga memang adanya backlog
(perlambatan) yang tidak lagi sanggup dipenuhi oleh Negara melalui BUMN yang
ada, semacam: Telkom, PLN, dan Jasa Marga. Ketiga BUMN ini sudah sejak lama
masing-masing memonopoli, listrik, dan jalan.
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/147653-ID-none.pdf

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
4. Analisis

Memajukan kesejahteraan bagi seluruh rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945 yang selanjutnya lebih rinci diatur dalam Pasal 33 Undang- undang Dasar 1945
merupakan tugas konstitusional bagi seluruh komponen bangsa. Dalam kaitan di atas, dirasa perlu
untuk meningkatkan penguasaan seluruh kekuatan ekonomi nasional baik melalui regulasi sektoral
maupun melalui kepemilikan negara terhadap unit-unit usaha tertentu dengan maksud untuk
memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan
negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional,
di samping usaha swasta dan koperasi. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, swasta dan
koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan/atau
jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Peran
BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor dan/atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang
belum diminati usaha swasta. Di samping itu, BUMN juga mempunyai peran strategis sebagai
pelaksana pelayanan publik, penyeimbang kekuatan- kekuatan swasta besar, dan turut membantu
pengembangan usaha kecil/koperasi. BUMN juga merupakan salah satu sumber penerimaan negara
yang signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen dan hasil privatisasi.

Pelaksanaan peran BUMN tersebut diwujudkan dalam kegiatan usaha pada hampir seluruh sektor
perekonomian, seperti sektor pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, manufaktur, pertambangan,
keuangan, pos dan telekomunikasi, transportasi, listrik, industri dan perdagangan, serta konstruksi.

Dalam kenyataannya, walaupun BUMN telah mencapai tujuan awal sebagai agen
pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi, namun tujuan tersebut dicapai dengan biaya yang
relatif tinggi. Kinerja perusahaan dinilai belum memadai, seperti tampak pada rendahnya laba yang
diperoleh dibandingkan dengan modal yang ditanamkan. Dikarenakan berbagai kendala, BUMN belum
sepenuhnya dapat menyediakan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi bagi masyarakat dengan
harga yang terjangkau serta belum mampu berkompetisi dalam persaingan bisnis secara global. Selain
itu, karena keterbatasan sumber daya, fungsi BUMN baik sebagai pelopor/perintis maupun sebagai
penyeimbang kekuatan swasta besar, juga belum sepenuhnya dapat dilaksanakan.
Di lain pihak, perkembangan ekonomi dunia berlangsung sangat dinamis, terutama berkaitan dengan
liberalisasi dan globalisasi perdagangan yang telah disepakati oleh dunia internasional seperti
kesepakatan mengenai World Trade Organization (WTO), ASEAN Free

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/
Trade Area (AFTA), ASEAN Framework Agreement on Service, dan kerjasama ekonomi regional
Asia Pacific (Asia Pacific Economic Cooperation/APEC).

Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan keberadaannya dalam


perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan
budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan
pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata-
kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).
Peningkatan efisiensi dan produktifitas BUMN harus dilakukan melalui langkah-langkah
restrukturisasi dan privatisasi. Restrukturisasi sektoral dilakukan untuk menciptakan iklim usaha yang
kondusif sehingga tercapai efisiensi dan pelayanan yang optimal. Sedangkan restrukturisasi perusahaan
yang meliputi penataan kembali bentuk badan usaha, kegiatan usaha, organisasi, manajemen, dan
keuangan. Privatisasi bukan semata-mata dimaknai sebagai penjualan perusahaan, melainkan menjadi
alat dan cara pembenahan BUMN untuk mencapai beberapa sasaran sekaligus, termasuk didalamnya
adalah peningkatan kinerja dan nilai tambah perusahaan, perbaikan struktur keuangan dan manajemen,
penciptaan struktur industri yang sehat dan kompetitif, pemberdayaan BUMN yang mampu bersaing
dan berorientasi global, penyebaran kepemilikan oleh publik serta pengembangan pasar modal
domestik. Dengan dilakukannya privatisasi BUMN, bukan berarti kendali atau kedaulatan negara atas
BUMN yang bersangkutan menjadi berkurang atau hilang karena sebagaimana dinyatakan di atas,
negara tetap menjalankan fungsi penguasaan melalui regulasi sektoral dimana BUMN yang
diprivatisasi melaksanakan kegiatan usahanya.

Pentingnya penataan yang berkelanjutan atas pelaksanaan peran BUMN dalam sistem perekonomian
nasional, terutama upaya peningkatan kinerja dan nilai (value) perusahaan, telah diamanatkan pula oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) melalui Ketetapan Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis -
Garis Besar Haluan Negara Tahun 1999 - 2004. Tap MPR tersebut menggariskan bahwa BUMN,
terutama yang usahanya berkaitan dengan kepentingan umum, perlu terus ditata dan disehatkan melalui
restrukturisasi dan bagi BUMN yang usahanya tidak berkaitan dengan kepentingan umum dan berada
dalam sektor yang telah kompetitif didorong untuk privatisasi.

Penataan sistem pengelolaan dan pengawasan BUMN telah dilakukan Pemerintah pada waktu
yang lalu dan kiranya akan terus berlanjut. Salah satu langkah yang telah dilakukan adalah dengan
penataan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengatur BUMN. Pada tahun 1960, telah
dikeluarkan Undang-undang Nomor 19 Prp. Tahun 1960 dengan tujuan mengusahakan adanya
keseragaman dalam cara mengurus dan menguasai serta bentuk hukum dari badan usaha negara yang
ada.
Sumber : https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/19TAHUN2003UUPenj.htm

This study source was downloaded by 100000824167813 from CourseHero.com on 05-31-2022 10:11:27 GMT -05:00

https://www.coursehero.com/file/70480481/USAHA-USAHA-MILIK-NEGARA-DAN-DAERAHdocx/

Anda mungkin juga menyukai