Anda di halaman 1dari 12

Praktik Pengungkapan Sustainability Report PT Pertamina

Pemberitaan media masa pada pertengahan tahun 2018 terjadi kebocoran salah satu pipa milik
Pertamina di Balikpapan. Kebocoran tersebut berasal dari pipa bawah laut terminal Lawe-Lawe ke fasilitas
refinery  PT Pertamina, yang terputus. Minyak mentahpun bocor dan tumpah mengotori area diperkirakan seluas 
7.000 hektar, dengan panjang pantai terdampak di sisi kota Balikpapan dan  Kabupaten Penajam Pasir Utara
mencapai sekitar 60 kilometer.  (Mogabay.co.id) 
Pemberitaan media masa memberikan memberikan kesan yang bersifat negatif,  maka perusahaan
memerlukan media lain untuk memberitahukan bagaimana  upaya mereka dalam mengatasi isu lingkungan
tersebut. Dalam hal ini sustainability  report dapat dijadikan media oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan
kegiatan  mereka, baik berkaitan dengan ekonomi, lingkungan atau sosial.
PT Pertamina telah melakukan pelaporan sustainability report sejak tahun 2011 dengan Global
Reporting Initiatives (GRI) Standards. Sehingga terhitung sudah 8 tahun Pertamina menerbitkan sustainability
report. Konsistensi penerbitan dilihat dari tanggal/bulan penerbitan laporan.Tetapi pada tahun 2013 National
Center for Sustainability Reporting (NCSR) yang merupakan salah satu lembaga independen di Indonesia telah
memeriksa pemenuhan pernyataan standar pelaporan sustainability report yang dilakukan oleh Pertamina.
Dimulai pada tahun 2014, Pertamina mulai melakukan asesmen eksternal terhadap laporan keberlanjutannya.
Asesment untuk tahun 2014-2016 berturut-turut dikeluarkan oleh SGS, untuk tahun 2017 dikeluarkan oleh SR
Asia dan 2018 dikeluarkan oleh BSI. Asesmen untuk laporan tahun 2014 diterbitkan SGS pada bulan Maret
2014, untuk asesmen laporan tahun 2015 diterbitkan SGS pada bulan Maret 2016, untuk asesmen laporan tahun
2016 diterbitkan SGS pada bulan April 2017, dan asesmen laporan tahun 2017 diterbitkan SR Asia pada bulan
Juni 2018, sedangkan untuk asesmen laporan tahun 2018 diterbitkan BSI pada bulan Agustus 2019. Dari
penjelasan tersebut Pertamina telah berkomitmen dalam melaporkan sustainability report namun jika dilihat dari
waktu penerbitan asesmen eksternal Pertamina masih belum konsisten dalam jangka waktu penerbitannya.
Kinerja pengungkapan sustainability report atau laporan keberlanjutan milik PT Pertamina ditinjau dari
tingkat kelengkapan pengungkapan berdsasarkan GRI Standards adalah :

Berdasarkan tabel diatas dijelaskan seberapa besar tingkat pengungkapan sustainability report
Pertamina menggunakan indeks SRDI (Sustainability Report Disclosure Index), dapat dilihat bahwa tingkat
kelengkapan pengungkapan topik spesifik pada sustainability report Pertamina selama tahun 2017 hingga 2018
belum diungkapkan secara penuh. Dapat dilihat bahwa secara keseluruhan untuk pengungkapan topik spesifik
pada sustainability report Pertamina berdasarkan standar GRI dari total 77 item pengungkapan, pada tahun 2017
ada 17 item yang telah diungkapkan oleh Pertamina dengan persentase rata-rata sebesar 28%. Sedangkan di
tahun 2018 ada 27 item yang diungkapkan dengan persentase rata-rata 37%. Jika hasil tersebut dimasukan ke
dalam kriteria praktik pengungkapan sustainability report, maka diperoleh hasil dalam tabel berikut ini:
Dilihat nilai rata-rata pengungkapan sustainability report untuk tahun 2017 adalah 28% dan tahun 2018
adalah 37% sehingga praktik pengungkapan sustainability report Pertamina berada pada interval ke-dua yaitu
20%- 40%. yaitu pada kriteria kurang lengkap. Namun secara keseluruhan Pertamina telah mengalami
peningkatan jumlah pengungkapan dalam satu tahun, yang awalnya hanya ada 17 item pengungkapan ditahun
2017 meningkat menjadi 27 item ditahun berikutnya.
Hal ini membuktikan, bahwa Pertamina ingin berusaha memulihkan nama baik dan membentuk citra
positif didepan para shareholder dan stakeholder-nya melalui sustainability report yang diterbitkannya.
Pertamina ingin memperbaiki opini publik dan menunjukan kepada stakeholder-nya, bahwa pihaknya
bersungguh-sungguh dalam menanggulangi kebocoran pipa di Teluk Balikpapan.
Opini Kelompok :
1. PT Pertamina diharapkan dapat mengungkapkan secara lebih lengkap mengenai topik ekonomi, sosial dan
lingkungan sesuai jumlah pengungkapan pada GRI Standards. Karena Pertamina merupakan salah satu
perusahaan yang aktivitasnya bersinggungan dan berdampingan langsung dengan masyarakat.
2. Kedepannya sebaiknya Pertamina juga memberikan penjelasan atau alasan tidak mencantumkan suatu item
pengungkapan yang tidak dapat dipenuhi atau dianggap tidak relevan dalam laporan, sehingga para pembaca dan
pemakai sustainability report dapat memahami mengapa item tersebut tidak dapat dipenuhi.
3. Pertamina juga diharapkan lebih teliti dalam penerapan pengungkapan GRI Standards karena masih
ditemukan beberapa ketidaksesuaian isi laporan dengan standar yang digunakan.

Daftar Pustaka

Pertamina. “Sustainability Report 2017”. Melalui www.pertamina.com


“Sustainability Report 2018”. Melalui www.pertamina.com

GRI Standard . https://www.globalreporting.org/standards/ Global Sustainbility Standards Board . ( 2013 ) .

Global Initiative . https://www.globalreporting.org/resourcelibrary/Bahasa-Indonesian-G4-Part-One.pdf Global


Sustainbility Standards Board . ( 2016a ) .

GRI 101 : Landasan 2016 . Global Sustainbility Standards Board . ( 2016b ) .

GRI 102 : Pengungkapan Umum 2016 .Global Sustainbility Standards Board . ( 2016c ) . GRI 103 : Pendekatan
Manajemen 2016 . GRI . ( 2017 ) .

The GRI Standards : The Global Standards for Sustainability Reporting . www.globalreporting.org Harijanti , L.
( 2019 ) .

GRI and the SDGs an introduction to GRI 305 on Emission . September . Iqbal , D. ( 2019 ) . Rugi Segala Lini
Akibat Tumpahan Minyak Pertamina .

MONGABAY . https://www.mongabay.co.id/2019/09/18/rugi-segala-lini-akibat-tumpahan-minyak-pertamina/
Iriyanto , F. N. , & Nugroho , P. I. ( 2014 )

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2021. Pelaporan Korporat. Jakarta Pusat: Ikatan Akuntansi Indonesia
PELAPORAN KEBERLANJUTAN (SUSTAINABILITY REPORTING)
Konsep bisnis awalnya menempatkan upaya menjaga kesinambungan entitas dan kesehatan
kesinambungan finansial sebagai perhatian utama. Namun mulai era akhir 1980an isu pembangunan yang
berkelanjutan mulai berhembus, terutama kepada entitas - entitas yang menggunakan sumber daya alam. Apakah
memang entitas hanya bertanggung jawab secara keuangan kepada pemilik modal? Tidakkah seharusnya entitas
juga bertanggung jawab terhadap generasi berikutnya atas pemanfaatan Sumber Daya Alam? Pertanyaan -
pertanyaan itulah yang kemudian membuat para lembaga internasional mulai serius memikirkan yang dimaksud
dengan pembangunan berkelanjutan.
Definisi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) dalam garis sejarah dapat ditarik ke tahun
1987, di mana istilah ini digunakan oleh komisi Persatuan Bangsa - Bangsal bidang lingkungan hidup dan
pembangunan seperti yang dikutip dalam Unerman (2011). "Development that meets the needs of the present
without compromising the ability of future generations to meet their own needs. It contains within it two key
concepts: the concept of needs, in particular the essential needs of the world's poor , to which overriding priority
should be given; and the idea of limitations imposed by the state of technology and social organization on the
environment's ability to meet present and future needs."
Dengan definisi di atas maka ditegaskan bahwa pembangunan tidak boleh mengorbankan kelangsungan
hidup generasi mendatang. Jika entitas memiliki visi bisnis yang terus berkelanjutan maka entitas akan memiliki
strategi pemikiran jangka panjang dan menghindari kegiatan bisnis berparadigma mencari laba jangka pendek.
Visi keberlanjutan tersebut selanjutnya diturunkan menjadi tujuan, program, dan aktivitas bisnis yang sesuai
dengan prinsip - prinsip keberlanjutan. Visi, tujuan, program, dan aktivitas tersebut kemudian diungkapkan
kepada publik dalam bentuk pelaporan keberlanjutan atau Sustainability Report (SR).
Dalam membahas pelaporan entitas yang selaras dengan keberlanjutan, khususnya lingkungan, banyak
ditemui istilah terkait yang mirip satu sama lain. Istilah - istilah tersebut misalnya : akuntansi lingkungan
(environmental accounting) ,akuntansi hijau (green accounting), triple bottom line reporting, Corporate Social
Responsibility Reporting, dan Environmental, Social and Governance (ESG).
Salah satu konsep yang mendasari pelaporan keberlanjutan adalah konsep triple bottom line yang menjadi
lazim di dunia akuntansi pada akhir 1990 - an. Konsep ini menganjurkan bahwa fokus dari proses akuntansi tidak
hanya pada transaksi - transaksi keuangan untuk menghasilkan laporan keuangan. Istilah triple bottom line
reporting ini pertama kali dicetuskan oleh John Elkington pada tahun 1994 dan menganjurkan nilai entitas juga
harus diukur dari tanggung jawabnya terhadap social (people) dan lingkungan (planet) (Elkington 1994).
Sesungguhnya setiap transaksi dan interaksi yang dilakukan oleh entitas dengan masyarakat (people) dan
lingkungan (planet) pasti akan menimbulkan hubungan sebab akibat satu sama lain. Hubungan sebab akibat
tersebut membutuhkan kegiatan pertanggungjawaban sosial lingkungan untuk menjaga keberlangsungan usaha
entitas di masa - masa yang akan datang. Salah satu bentuk pertanggungjawaban sosial entitas dituangkan dalam
kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Peraturan di Indonesia mengenai Sustainability Reporting (SR) salah satunya tertuang dalam Undang -
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) yang disahkan pada Juli 2007. Perundangan
ini mengamanatkan seluruh Perseroan Terbatas (PT) yang kegiatan usahanya berkaitan dengan sumber daya alam
untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan, serta menyajikan informasi kinerja kegiatan
tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut dalam laporan tahunan.
Selanjutnya, pada April 2012 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012
tentang Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perseroan. Pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini
senada dengan pengaturan dalam UU PT. Disebutkan bahwa setiap Perseroan memiliki tanggung jawab sosial
dan lingkungan. Namun demikian kewajiban untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut
hanya melekat pada Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan dengan
sumber daya alam. Peraturan Pemerintah ini juga kembali menegaskan bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial
dan lingkungan diungkapkan dalam laporan tahunan Perseroan dan dipertanggung jawabkan kepada Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
Selain UU PT, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga telah menerbitkan beberapa peraturan terkait
kewajiban penyampaian informasi tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan atau keberlanjutan. Peraturan
OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik, BAB II, Pasal 4,
menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan salah satu informasi yang wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan.
Pengaturan lebih lanjut tentang pengungkapan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan kemudian
dituangkan dalam Surat Edaran OJK (SEOJK) Nomor 30/SEOJK.04/2016 tentang Bentuk dan Isi Laporan
Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik . Bagian III, angka 1, huruf a, kembali menegaskan bahwa infromasi
tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan komponen minimum dari laporan tahunan. Selanjutnya pada
huruf h dijelaskan lebih jauh kandungan informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan tersebut. Pada
pengaturan ini juga disebukan bahwa penyajian informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan juga dapat
disajikan pada laporan tersendiri , sehingga tidak diwajibkan lagi untuk mengungkapkannya dalam laporan
tahunan.
Pada tahun 2017, OJK kembali menerbitkan POJK No.51/POJK.03/2017 tentang Penerapan Keuangan
Berkelanjutan bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan Publik. Terkait dengan pelaporan
kebrelanjutan, peraturan ini mewajibkan Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, dan Perusahaan Publik,
menyusun Laporan Keberlanjutan. Laporan Keberlanjutan dapat disusun secara terpisah dari laporan tahunan
atau sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan tahunan. Laporan Keberlanjutan tersebut wajib
disampaikan kepada OJK dan dipublikasikan di situs web atau media cetak/ media pengumuman lainnya yang
mudah terbaca publik jika belum memiliki situs web . Peraturan ini juga melampirkan acuan format laporan
keberlanjutan.

1. Definisi dan Manfaat Laporan Keberlanjutan


Laporan Keberlanjutan atau Sustainability Report (SR) memiliki definisi yang beragam.Menurut
Elkington (1997), SR adalah laporan yang memuat tidak saja informasi kinerja keuangan tetapi juga informasi
non - keuangan yang terdiri dari informasi aktivitas sosial dan lingkungan yang memungkinkan entitas
bertumbuh secara berkesinambungan (sustainable performance) . SR menurut World Business Council for
Sustainable Development (WBCSD) dapat didefinisikan sebagai laporan publik dimana entitas memberikan
gambaran posisi dan aktivitas entitas pada aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial kepada stakeholder internal
dan eksternalnya (WBCSD, 2002).
SR adalah pelaporan yang dilakukan oleh entitas untuk mengukur dan mengungkapkan (disclose) semua
kegiatan yang dilaksanakan entitas yang berkaitan dengan upaya pelestarian lingkungan sosialnya dan upaya
entitas untuk menjadi entitas yang akuntabel bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders), dalam upaya
mencapai tujuan kinerja entitas menuju pembangunan yang berkelanjutan. Melalui penerapan pelaporan
keberlanjutan diharapkan entitas dapat berkembang secara berkelanjutan (sustainable growth) dan didasarkan
atas etika bisnis (business ethics).
Munculnya SR tidak dapat dilepaskan dari berkembangnya akuntansi lingkungan dalam beberapa tahun
terakhir. Berkembangnya akuntansi lingkungan dewasa ini merupakan dampak dari pandangan kalangan
pengusaha yang mulai berubah. Mereka tidak lagi terfokus untuk mencari laba sebesar - besarnya, tetapi mereka
juga mulai peduli terhadap kontribusi yang dapat mereka berikan terhadap pembangunan berkelanjutan
lingkungan sekitarnya.
Dengan adanya penyampaian SR yang dilakukan oleh entitas maka terdapat tambahan informasi yang
dapat digunakan oleh oleh pihak - pihak berkepentingan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan
keputusan . Beberapa manfaat yang diperoleh oleh pihak pihak berkepentingan dari penyampaian SR adalah :
1) Bagi entitas SR berguna sebagai alat ukur pencapaian target kerja dalam isu triple bottom line
(ekonomi, sosial, lingkungan),
2) Bagi investor SR berguna sebagai alat kontrol atas capaian kinerja entitas sekaligus sebagai media
pertimbangan investor dalam mengalokasikan sumber daya keuangan yang mereka miliki terutama
dalam lingkup Sustainable & Responsible Investment (SRI),
3) Bagi pemangku kepentingan lainnya (media masa, pemerintah, akademisi, konsumen, dan lain - lain)
SR berguna sebagai tolak ukur menilai kesungguhan komitmen entitas terhadap pembangunan
berkelanjutan lingkungan sekitarnya dan masih banyak lagi manfaat yang diberikan oleh SR
Terdapat tiga aspek yang merasakan manfaat dari SR yaitu :
1) Aspek ekonomi, pada aspek ekomomi terdapat tiga manfaat yang diperoleh yait : mengurangi biaya life
cycle, meminimalisir risiko bisnis, serta keunggulan dalam sewa, hunian, dan penilaian (superior rent,
occupancy and valuation)
2) Aspek sosial, pada aspek sosial terdapat tiga manfaat yang diperoleh yaitu meningkatnya citra entitas,
transparansi, dan kolaborasi/ hubungan dengan pemangku kepentingan.
3) Aspek lingkungan, pada aspek lingkungan juga terdapat tiga manfaat yang diperoleh yaitu : mengurangi
penggunaan energi air dan emisi gas , mengurangi risiko lingkungan dan penggunaan yang lebih tinggi
terhadap sumber energi terbarukan.

Langkah - Langkah Penyusunan Laporan Keberlanjutan


Global Reporting Intiative (GRI) menganjurkan lima langkah dalam proses penyusunan SR yaitu
(https://www.globalreporting.org/reporting/getstarted/pages/default.aspx):
1) Prepare
Pada tahap ini manajemen mempersiapkan dan melakukan perencanaan tentang penentuan informasi yang
sebaiknya dilaporkan dalam SR entitas dan dampaknya terhadap entitas. Pada tahap ini juga dipikirkan
langkah - langkah yang akan dilaksanakan selanjutnya untuk menjalankan program pembangunan
berkelanjutan. Pada tahap ini entitas membuat action plan dan jika semuanya sudah didiskusikan maka
entitas dapat membuat " Kick Off Meeting".
2) Connect
Pada tahap ini manajemen entitas mengidentifikasikan pemangku kepentingan utama atau key stakeholder.
Sangat penting untuk mengetahui kegiatan yang perlu dilakukan entitas untuk membuat bisnis dan
lingkungan berkelanjutan dan informasi yang perlu dilaporkan. Pada tahapan ini entitas berdiskusi dengan
para pemangku kepentingan untuk mengidentifikasi informasi yang penting bagi pemangku kepentingan.
3) Define
Berdasarkan diskusi yang telah dilakukan entitas dengan para key stakeholder, entitas kemudian membuat
assessment internal. Diskusi internal dengan manajemen akan mengidentifikasikan hal - hal penting yang
perlu dilaporkan baik untuk kebutuhan internal dan eksternal. Perlu dipertimbangkan ruang lingkup dan
besarnya pengaruh entitas terhadap lingkungan, kapasitas, dan komitmen entitas. Hal ini akan membantu
kandungan informasi dan cara aktivitas entitas dilaporkan dalam SR.
4) Monitor
Pada tahapan ini entitas memonitor proses dan data untuk memastikan kualitas informasi yang akan
dilaporkan. Tetapkan target - target capaian yang akan dilaporkan dan menindaklanjuti (follow up) jika ada
target yang belum tercapai.
5) Report
Pada tahap ini dilakukan penulisan informasi yang telah dikumpulkan dan kemudian disusun sebagai
laporan SR. Laporan ini juga harus dikomunikasikan kepada para pemangku kepentingan untuk
mendapatkan masukan dan senantiasa dimutakhirkan.

2. Standar Pembuatan Laporan Keberlanjutan


Standar pembuatan SR salah satunya dapat mengacu ke pedoman yang diterbitkan oleh Global Reporting
Initiative ( GRI ) . Pada tahun 2018 , pedoman baru telah diberlakukan , yaitu GRI Sustainability Reporting
Standards atau GRI Standards ( GRIS ) . GRIS terbagi menjadi dua kelompok standar , yaitu Standar
Universal dan Standar Topik - Spesifik . Standar Universal terdiri dari Foundation ( GRI 101 ) , General
Disclosures ( GRI 102 ) , dan Managemet Approach ( GRI 103 ) . Standar Topik - Spesifik terdiri dari
Economic ( GRI 200 ) , Environmental ( GRI 300 ) , dan Social ( GRI 400 ) . Dalam GRI 101 dijelaskan
terdapat dua kelompok prinsip pelaporan , yaitu prinsip prinsip pelaporan untuk menentukan isi laporan
( reporting principles for defining report content ) dan prinsip - prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas
pelaporan ( reporting principles for defining report quality ) . Prinsip - prinsip tersebut mendasari pelaporan
menurut GRIS .

Prinsip - prinsip pelaporan untuk menentukan isi laporan terdiri dari empat prinsip yaitu : 1. Stakeholder
inclusiveness : entitas harus mengidentifikasi pemangku kepentingannya , dan menjelaskan respon entitas
terhadap ekspektasi rasional dan kepentingan dari para pemangku kepentingannya . 2. Sustainable context :
laporan harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih luas . 3. Materiality :
laporan harus mencakup aspek yang : ( a ) mencerminkan dampak ekonomi , sosial , dan lingkungan yang
signifikan dari entitas ; atau ( b ) secara substansial berpengaruhterhadap penilaian dan keputusan pemangku
kepentingan . 4. Completeness : laporan harus mencakup aspek material dan ruang lingkupnya , sehingga
dapat mencerminkan dengan memadai dampak ekonomi , lingkungan , dan sosial yang signifikan , serta
memungkinkan pemangku kepentingan menilai kinerja entitas pada periode pelaporan . Sementara itu ,
prinsip - prinsip pelaporan untuk menentukan kualitas pelaporan terdiri dari : 1. Accuracy : informasi yang
dilaporkan harus cukup akurat dan detil yang memungkinkan pemangku kepentingan menilai kinerja
entitas . 2. Balance : Laporan harus mencerminkan aspek positif dan negatif dari kinerja perusahaansehingga
memungkinkan penilaian kinerja secara keseluruhan .

3 . Clarity : Entitas harus menyajikan informasi dalam format yang mudah untuk dipahami dan diakses oleh
pemangku kepentingan yang menggunakna laporan . 4 . Comparability : Entitas harus memilih ,
mengkompilasikan , dan melaporkan informasi secara konsisten . Informasi yang dilaporkan harus disajikan
sedemikian rupa sehingga pemangku kepentingan dapat menganalisis perubahan dalam kinerja entitas dari waktu
ke waktu , dan harus mendukung analisis perbandingan relatif terhadap entitas lain . 5. Reliability : Entitas harus
mengumpulkan , mencatat , mengkompilasikan , menganalisis , dan mengungkapkan informasi dan proses yang
dilakukan dalam mempersiapkan laporan sedemikian rupa sehingga dapat dievaluasi serta menunjukkan kualitas
dan materialitas informasi . 6 . Timeliness : Entitas harus melaporkan dalam skedul reguler sehingga informasi
tersedia tepat waktu bagi pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan . GRI 101 juga menjelaskan cara
menggunakan GRIS dan bentuk klaim atas penggunaan GRIS . GRI 101 menyebutkan terdapat dua pilihan dalam
penggunaan GRIS , yaitu opsi " core " dan opsi " comprehensive " . Perbedaan kedua pilihan tersebut terletak
pada penerapan GRI 102 dan GRI Topik - Spefisik . Terdapat beberapa pengungkapan di GRI 102 yang hanya
wajib diungkapkan jika entitas memilih " comprehensive " . Sementara terkait GRI Topik - Spesifik , pada " core
" entitas cukup mengungkapkan minimum 1 ( satu ) pengungkapan topik - spesifik . Namun jika entitas memilih
" comprehensive " maka entitas harus menetapkan seluruh pengungkapan topik - spesifik . Selanjutnya GRI 102
mengatur tentang pengungkapan umum yang harus disajikan semua entitas yang menerapkan GRIS dalam
menyusunan SR . Pengungkapan umum ini mencakup : 1. Profil organisasi Standar pengungkapan ini
memberikan gambaran tentang karakteristik organisasi dalam rangka memberikan konteks untuk pelaporan
selanjutnya yang lebih rinci terhadap bagian lain pedoman . Pengungkapan mencakup hal - hal seperti berikut :
Nama organisasi b . Aktivitas , merk , produk , dan jasa C. Lokasi kantor pusat d . Lokasi operasi e . Status badan
hukum dan kepemilikan f . Pasar yang dilayani Skala organisasi h . Informasi tentang pegawai dan pekerja
lainnya i . Rantai pasokan j . Perubahan organisasi yang signifikan dan rantai pasokannya k . Prinsip atau
pendekatan kehati - hatian L Inisiatif eksternal m . Keanggotaan asosiasi 2. Strategi Standar pengungkapan ini
menyajikan pernyataan dari pembuat keputusan paling senior dari organisasi ( seperti Direktur Utama ,
Komisaris Utama , atau posisi senior yang setara ) tentang relevansi keberlanjutan terhadap organisasi dan
strategi organisasi untuk menuju keberlanjutan . Pernyataan tersebut harus menyajikan visi secara keseluruhan ,
strategi jangka pendek , jangka menengah dan jangka panjang , terutama yang berkaitan dengan pengelolaan
ekonomi , lingkungan , dan dampak sosial , yang disebabkan oleh organisasi dan turut memberikan kontribusi ,
atau dampak yang dapat dihubungkan dengan kegiatannya sebagai akibat dari hubungan dengan orang lain
( seperti pemasok , orang atau organisasi dalam masyarakat lokal ) . Pernyataan juga harus menyajikan
penjelasan mengenai dampak , risiko dan peluang . Organisasi harus menyediakan dua bagian narasi singkat
tentang dampak , risiko , dan peluang . 3. Etika dan Integritas Standar pengungkapan ini memberikan gambaran
tentang : a . Nilai - nilai organisasi , prinsip , standar , dan norma perilaku . b . Mekanisme internal dan eksternal
untuk memperoleh saran tentang perilaku etis dan sesuai aturan atau hukum serta untuk melaporkan
kekhawatiran tentang perilaku yang tidak etis atau melanggar hukum dan integritas Tata kelola Standar
pengungkapan ini memberikan gambaran tentang : a . Struktur tata kelola b . Pendelegasian kewenangan C. d .
Penanggung jawab tingkat eksekuif untuk topik ekonomi , lingkungan , dan sosial Mekanisme konsultasi dengan
pemangku kepentingan untuk ekonomi , lingkungan , dan sosial e . Komposisi organ tata kelola tertinggi dan
komite - komitenya f . Ketua organ tata kelola tertinggi 8 . Proses nominasi dan pemilihan organ tata kelola
tertinggi h . Konflik kepentingan i . Peran organ tata kelola tertinggi dalam menetapkan tujuan , nilai - nilai , dan
strategi j . Pengetahuan kolektif dari organ tata kelola tertinggi k . Evaluasi kinerja organ tata kelola tertinggi L
Identifikasi dan manajemen dampak ekonomi , lingkungan , dan sosial m . Efektivitas proses manajemen risiko n
. Review topik ekonomi , lingkungan , dan sosial 0 . Peran organ tata kelola tertinggi dalam pelaporan
keberlanjutan P. Pengkomunikasian isu - isu kritis 9- Sifat dan jumlah isu - isu kritis I. Kebijakan remunerasi S.
Proses penetapan remunerasi t . Keterlibatan pemangku kepentingan dalam remunerasi u . Rasio total
kompensasi tahunan V. Persentase peningkatan rasio kompensasi tahunan 5. Stakeholder engagement Standar
pengungkapan ini memberikan gambaran tentang keterlibatan pemangku kepentingan organisasi selama periode
pelaporan . Pengungkapan mencakup : a . Daftar kelompok pemangku kepentingan yang dilibatkan oleh
organisasi b . Perjanjian perundingan bersama C. Identifikasi dan seleksi pemangku kepentingan 4 .

d . Pendekatan organisasi untuk keterlibatan pemangku termasuk frekuensi keterlibatan jenis dan kelompok
pemangku kepentingan dan indikasi apakah ada keterlibatan yang dilakukan secara khusus sebagai bagian dari
proses penyusunan laporan . e . Topik utama dan masalah yang telah diangkat melalui keterlibatan pemangku
kepentingan dan bagaimana organisasi telah menanggapi topik - topik utama dan masalah , termasuk melalui
pelaporannya . 6. Profil Laporan Standar pengungkapan ini memberikan gambaran tentang informasi dasar
tentang laporan tersebut , konten indeks GRI , dan pendekatan untuk mencari asurans pihak eksternal .
Pengungkapan mencakup : a . Entitas yang tercakup dalam laporan keuangan konsolidasi b . Penentuan isi
laporan dan ruang lingkup topik C. Daftar topik material d . Penyajian kembali informasi e . Perubahan pada
pelaporan f . Periode pelaporan g . Tanggal terbaru untuk laporan sebelumnya ( jika ada ) h . Siklus laporan
( seperti tahunan , dua tahunan , dan sebagainya ) Kontak untuk pertanyaan mengenai laporan atau isinya i . j .
Klaim penerapan GRIS k . Indeks GRI 1. Asurans dari pihak eksternal Berikutnya adalah GRI 103 yang
menjelaskan tentang pendekatan manajemen . Pengungkapan pendekatan manajemen ini mencakup : 1.
Penjelasan tentang topik material dan ruang lingkupnya 2. Penjelasan tent#ang pendekatan manajemen dan
komponennya 3. Evaluasi tentang pendekatan manajemen Setelah GRI 101 , GRI 102 , dan GRI 103 , GRIS
menjelaskan standar pengungkapan topik spesifik , yang terdiri dari GRI 200 ( ekonomi ) , GRI 300
( lingkungan ) , dan GRI 400 ( sosial ) . Tabel 1 menyajikan rincian pengungkapan untuk masing - masing topik -
spesifik .

14.1.6 Standar - Standar SR Lain Selain GRI Selain GRI , terdapat standar lain yang berkaitan dengan SR seperti
ISO 14001 : 2004 , ISO 26000 , dan AA1000 . ISO 14001 : 2004 merupakan standar internasional tentang sistem
manajemen lingkungan yang membahas berbagai aspek pengelolaan lingkungan . ISO 14001 : 2004 menetapkan
kriteria untuk sistem manajemen lingkungan dan untuk dapat disertifikasi . ISO 14001 : 2004 tidak menetapkan
persyaratan untuk kinerja lingkungan , tetapi memetakan kerangka yang dapat digunakan entitas untuk
membangun sebuah sistem manajemen lingkungan yang efektif . Hal ini dapat digunakan oleh setiap organisasi
terlepas dari jenis kegiatan atau sektornya . Penerapan ISO 14001 : 2004 dapat memberikan jaminan kepada
manajemen entitas dan karyawan serta pemangku kepentingan eksternal bahwa dampak lingkungan telah diukur
dan penanganannya ditingkatkan . Manfaat menggunakan ISO 14001 : 2004 adalah (
http://www.iso.org/iso/home/standards/managementstandards/iso14000.htm ) : Mengurangi biaya pengelolaan
sampah 1 . 2 . Penghematan konsumsi energi dan material 3. Biaya distribusi yang lebih rendah 4. Peningkatan
citra entitas di kalangan regulator , pelanggan dan masyarakat.

Standar ISO lainnya adalah ISO 26000. ISO 26000 memberikan pedoman untuk bisnis dan organisasi agar dapat
beroperasi dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial . Beroperasi dengan bertanggung jawab secara
sosial berarti bertindak dengan cara yang etis dan transparan dengan memberikan kontribusi untuk kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat . ISO 26000 membantu menjelaskan tanggung jawab sosial , membantu bisnis dan
organisasi menerjemahkan prinsip - prinsip keberlanjutan ke dalam tindakan dan praktik terbaik yang berkaitan
dengan tanggung jawab sosial yang efektif secara global . Hal ini ditujukan untuk semua jenis organisasi terlepas
dari aktivitas mereka , ukuran atau lokasi . Standar ini diluncurkan pada tahun 2010 setelah lima tahun negosiasi
antara berbagai pihak di seluruh dunia . Perwakilan dari pemerintah , LSM , industri , kelompok konsumen dan
organisasi buruh di seluruh dunia terlibat dalam perkembangannya . ( http://www.iso.org/iso/ home / standards /
iso26000.htm ) . Standar berikutnya adalah AA1000 . AA1000 adalah standar berbasis prinsip yang bertujuan
membantu organisasi menjadi lebih akuntabel , bertanggung jawab dan berkelanjutan . AA1000 membahas isu -
isu yang mempengaruhi tata kelola , model bisnis dan strategi organisasi , serta memberikan bimbingan
operasional pada jaminan keberlanjutan dan keterlibatan pemangku kepentingan . AA1000 terdiri atas tiga
standar , yaitu ( http://www.accountability.org ) : 1 . The AA1000 Account Ability Principles Standard
( AA1000APS ) : menyediakan kerangka kerja bagi suatu organisasi untuk mengidentifikasi , memprioritaskan ,
dan menanggapi tantangan keberlanjutan . 2. The AA1000 Assurance Standard ( AA1000AS ) : menyediakan
metodologi untuk mengevaluasi sifat dan tingkat kepatuhan sebuah organisasi terhadap Prinsip Akuntabilitas .
The AA1000 Stakeholder Engagement Standard ( AA1000SES ) : menyediakan kerangka kerja untuk membantu
organisasi memastikan bahwa proses pelibatan pemangku kepentingan direncanakan , intens , dan memberikan
hasil . 3 . 14.1.7 Praktik Pelaporan Keberlanjutan Di Indonesia Perkembangan pelaporan keberlanjutan di
Indonesia tidak lepas dari peran sebuah lembaga yaitu National Center for Sustainability Reporting ( NCSR )
Indonesia . NCSR adalah sebuah wadah ( organisasi ) independen dalam rangka pengembangan , pembinaan ,
pengukuran , dan pelaporan atas implementasi kegiatan CSR / keberlanjutan entitas ( corporate sustainability ) .
NCSR Indonesia memiliki anggota dari korporasi , organisasi , dan individu - individu profesional yang
mempunyai visi dan komitmen yang sama dalam menerapkan dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan
di Indonesia . Anggota NCSR terdiri dari lima organisasi independen terkemuka , yaitu : Ikatan Akuntan
Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen ( IAI - KAM ) atau saat ini adalah Ikatan Akuntan Manajemen
Indonesia ( IAMI ) , Komite Nasional Kebijakan Publik ( KNKP ) , Forum for Corporate Governance in
Indonesia ( FCGI ) , Asosiasi Emiten Indonesia ( AEI ) , dan Indonesia Netherlands Asociation ( INA ) . NCSR
ini dideklarasikan pada tanggal 23 Juni 2005. NCSR setiap tahun menyelenggarakan ajang / penghargaan
Sustainability Reporting Awards ( SRA ) . Ajang tahunan SRA diselenggarakan atas kerjasama NCSR bersama
INA serta American Chamber of Commerce ( AMCHAM ) , dengan dukungan Kementerian Negara Lingkungan
Hidup , Kedutaan Besar Kerajaan Belanda , Komite Nasional Kebijakan Governance ( KNKG ) , Institut
Akuntan Manajemen Indonesia ( IAMI ) , Forum for Corporate Governance in Indonesia ( FCGI ) , dan Asosiasi
Emiten Indonesia ( AED ) .

SRA diharapkan dapat meningkatkan tanggungjawab entitas terhadap pemangku kepentingan utama dan
meningkatkan kesadaran entitas terhadap aspek transparansi dan akuntabilitas publik . SRA diberikan kepada
entitas yang telah mempublikasikan laporan keberlanjutan , baik yang diterbitkan secara terpisah maupun
terintegrasi dalam laporan tahunan . Terdapat 3 ( tiga ) kriteria yang digunakan sebagai penilaian ajang
penghargaan SRA , yaitu sebagai berikut : 1. Kelengkapan ( completeness ) , meliputi : profil entitas , dampak
penting , kebijakan sosial / lingkungan , komitmen manajemen , target dan tujuan kebijakan sosial / lingkungan ,
layanan produk dan jasa , kebijakan pengadaan bahan baku dan isu - isu yang terkait dengannya , kebijakan
pelaporan dan pembukuan , dan hubungan antara pelaporan sosial / lingkungan dengan masalah pembangunan
yang berkelanjutan ( sustainability development ) , sistem manajemen ( management system ) serta tata kelola
entitas ( corporate governance ) . 2. Kepercayaan ( credibility ) , meliputi : pencapaian utama saat ini ,
penyebutan anggota tim yang bertanggung jawab untuk isu sosial / ekonomi , sistem manajemen dan integrasinya
ke kegiatan usaha , perencanaan ketidakpastian dan manajemen risiko , proses audit internal , ketaatan
( compliance ) atau ketidaktaatan terhadap peraturan , data - data mengenai dampak sosial / ekonomi , data - data
keuangan konvensional yang berhubungan , laporan keuangan sosial / lingkungan dan full cost accounting ,
akreditasi atau sertifikasi ISO , penjabaran mengenai interaksi dengan pihak terkait atau proses dialog ,
pemanfaatan masukan dari pihak - pihak yang terkait , serta pernyataan dari pihak ketiga . 3. Komunikasi
( communication ) , meliputi : tata letak dan penampilan , kemudahan dipahami , dibaca , dan proporsional uraian
setiap bagian , mekanisme komunikasi dan umpan balik ( feedback ) , ringkasan pelaporan ( executive summary )
, tersedia petunjuk kemudahan untuk membaca laporan , pemanfaatan sarana intranet dan internet , acuan bagi
website dan pelaporan lain , dan hubungan antar pelaporan , kesesuaian grafik , gambar dan foto dengan narasi ,
dan integrasi dengan laporan keuangan ( financial statement ) . Sampai saat ini ada sekitar 40 entitas di Indonesia
dari berbagai sektor yang telah membuat laporan keberlanjutan dan mereka pun ikut ambil bagian dalam acara
SRA setiap tahunnya yang diselenggarakan oleh NCSR . PT . Kaltim Prima Coal adalah perusahaan pertama di
Indonesia yang membuat laporan keberlanjutan pada tahun 2005. Kemudian pada tahun tahun berikutnya jumlah
perusahaan yang membuat laporan keberlanjutan terus bertambah . Kondisi ini menunjukkan bahwa semakin
tingginya kesadaran sebagian besar perusahaan di Indonesia terhadap pembangunan berkelanjutan dan
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan . Berikut adalah daftar entitas di Indonesia yang telah menyusun
laporan keberlanjutan sampai saat ini : 1 . PT Aneka Tambang , Tbk ( Persero ) 2 . PT Kaltim Prima Coal
( Persero ) 3 . PT Astra International , Tbk ( Persero ) 4 . PT Telkom Indonesia , Tbk ( Persero ) 5 . PT Batubara
Bukit Asam , Tbk ( Persero ) 6. PT Holcim Indonesia , Tbk ( Persero ) 7. PT Perusahaan Gas Negara , Tbk
( Persero ) 8 . PT Pertamina Geothermal , Tbk ( Persero ) 9 , PT Unilever Indonesia , Tbk ( Persero ) 10. PT
Bakrieland Development , Tbk ( Persero ) 11. PT Perkebunan Nusantara XIII , ( Persero )

12. PT Indonesia Power , Tbk ( Persero ) 13. PT Indika Energy , Thk ( Persero ) 14. PT Timah , Tbk ( Persero )
15. PT CIMB Niaga , Tbk ( Persero ) 16. PT Pertamina , Tbk ( Persero ) 17. PT Indocement Tunggal Prakarsa ,
Tbk ( Persero ) 18. PT Semen Indonesia , Tbk ( Persero ) 19. PT Sari Husada ( Persero ) 20. PT Star Energy
Kakap , Tbk ( Persero ) 21. PT Bank Rakyat Indonesia , Tbk ( Persero ) 22. PT Bank Negara Indonesia , Tbk
( Persero ) 23. PT Bank Danamon , Tbk ( Persero ) 24. PT Freeport Indonesia , Tbk ( Persero ) 25. PT Medco
Energy International , Tbk ( Persero ) 26. PT Saptaindra Sejati ( Persero ) 27. PT Perusahaan Listrik Negara ,
Tbk ( Persero ) 28. PT Indosat , Tbk ( Persero ) 29. PT Jasa Marga , Tbk ( Persero ) 30. PT International Nickel
Indonesia , Tbk ( Persero ) 31. PT United Tractor , Tbk ( Persero ) 32. PT Fajar Surya Wisea , Tbk ( Persero ) 33.
PT Pembangunan Jaya Ancol , Tbk ( Persero ) 34. PT Adaro Indonesia , Tbk ( Persero ) 35. PT Astra Agro
Lestari , Tbk ( Persero ) 36. PT Petrosea , Tbk ( Persero ) 37. PT Express Transindo Utama ( Persero ) 38. PT
Bank Mandiri , Tbk ( Persero ) 39. PT Bakrie Sumatra Plantation , Tbk ( Persero ) 40. PT Wijaya Karya , Tbk
( Persero ) 14.2 LAPORAN TERINTEGRASI ( INTEGRATED REPORTING ) 14.2.1 Latar Belakang
Pelaporan keuangan telah lama menjadi laporan utama entitas kepada pemilik modal . Laporan keuangan lebih
menekankan pada penyajian informasi transaksi keuangan masa lalu . Untuk melengkapinya entitas menyusun
laporan manajemen ( management report ) . Laporan manajemen umumnya memberikan informasi mengenai
prospek entitas ke masa depan . Perkembangan ( growth ) entitas , inovasi perusahaan , perubahan teknologi
pasar , atau perubahan strategi entitas lazim dijelaskan dalam laporan manajemen . Kedua laporan tersebut ,
laporan keuangan dan laporan manajemen , disajikan di laporan tahunan . Oleh sebab itu laporan tahunan
semakin lama semakin tebal . Kemudian berkembang juga praktik Laporan / Pelaporan Keberlanjutan atau
Sustainability Report / Reporting ( SR ) . SR disusun berdasarkan panduan / standar penyusunan SR seperti
panduan yang diterbitkan GRI . Tujuan dari informasi yang ingin disampaikan dalam SR berbeda dengan tujuan
pelaporan keuangan . SR ini dapat disajikan sebagai bagian dari laporna tahunan ataupun laporan tersendiri .
Ketika digabungkan dalam laporan tahunan maka tentu hal tersebut membuat laporan tahunan semakin tebal .
Jikalau disajikan terpisah

tetap saja informasi yang perlu dibaca oleh para pemangku kepentingan semakin banyak . Banyaknya jenis dan
ketabalan laporan yang dihasilkan membuat pembaca ( contoh investor ) dapat kehilangan gambaran utuh dari
nilai tambah ( value added ) yang dilakukan oleh entitas . Hal inilah yang berusaha dijawab oleh konsep
Laporan / Pelaporan Terintegrasi atau Integrated Report / Reporting ( IR ) . IR memiliki konsep yang berbeda
dengan SR . Dalam pembuatan IR , entitas menyusun pelaporan yang berfokus pada upaya entitas menciptakan
nilai ( value creation ) yang akan bertahan dalam jangka panjang . Gambar 14.2 menjelaskan konsep IR dan
posisinya terhadap laporan - laporan lain Gambar 14.2 : Konsep Integrated Reporting 2000 2020 H Setiablity
Sumber : IIRC , 2011 Beberapa keunggulan yang ditawarkan oleh IR diantaranya : 1 ) menunjukkan komitmen
terhadap keberlanjutan bisnis kepada para pemangku kepentingan ; 2 ) membantu mengintegrasikan
sustainabilitas bisnis ke dalam strategi dan operasi ; 3 ) meningkatkan relasi dengan para pemangku kepentingan
utama ; 4 ) meningkatkan transparansi dan akuntabilitas entitas ; 5 ) menyederhanakan pelaporan eksternal
( Laporan Keuangan , Laporan Manajemen , Sustainability Report ) ; 6 ) menunjukkan posisi entitas sebagai
leader dan inovator , 7 ) meningkatkan relasi dengan komunitas investor , kreditur , dan mitra usaha ; 8 )
meningkatkan akses modal / pendanaan ; 9 ) meningkatkan reputasi dan memperkuat citra ( brand ) entitas ; serta
10 ) patuh terhadap regulasi . Konsep IR ini merupakan konsep baru sehingga sampai saat ini belum terdapat
standar penyusunan IR seperti halnya SR . Pada saat ini baru terdapat semacam kerangka konseptual IR yang
diterbitkan pada tahun 2013 oleh International Integrated Reporting Council ( IIRC ) yang didukung oleh
Yayasan Pangeran Charles , IIRC kini telah didukung oleh pelaku bisnis dan investor lebih dari 25 negara .
Selain itu , terdapat juga beberapa lembaga penyusun standar internasional yang duduk di dewan pengawas
penyusun standar IR , yaitu diantaranya adalah perwakilan International Accounting Standard Board ( IASB ) ,
International Federation of Accountants ( IFAC ) , dan GRI . 14.2.2 Definisi dan Manfaat Pelaporan tegrasi IIRC
mendefinisikan IR sebagai suatu proses yang didasarkan pada pemikiran yang terintegrasi yang menghasilkan
laporan terintegrasi secara berkala oleh sebuah organisasi tentang penciptaan nilai dari waktu ke waktu dan
komunikasi terkait mengenai aspek penciptaan nilai . IR adalah suatu komunikasi yang ringkas dan terintegrasi
tentang strategi , tata kelola , remunerasi , kinerja , dan prospek suatu organisasi dalam menghasilkan penciptaan
nilai S

dalam jangka pendek , menengah , dan jangka panjang . Perlu ditekankan bahwa sebuah IR bukan sekedar
penggabungan laporan keuangan dan laporan berkelanjutan . Dalam membuat IR fokus entitas adalah
melaporkan upaya entitas menciptakan nilai untuk keberlanjutan entitas di masa depan . Tujuan utama dari IR
adalah untuk menjelaskan kepada penyedia modal keuangan upaya organisasi menciptakan nilai dari waktu ke
waktu . Sebuah laporan yang terintegrasi menguntungkan semua pemangku kepentingan yang tertarik pada
kemampuan organisasi dalam menciptakan nilai dari waktu ke waktu , termasuk karyawan , pelanggan , pemasok
, mitra bisnis , masyarakat lokal , legislator , regulator dan pembuat kebijakan . Proses IR juga akan
menguntungkan manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola , karena mereka akan memiliki
informasi yang lebih baik dan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan tentang upaya organisasi dapat
menciptakan nilai dalam jangka pendek , menengah , dan panjang . 14.2.3 Perbedaan Laporan Terintegrasi dan
Laporan Keberlanjutan Secara umum , SR dan IR memiliki perbedaan tujuan . SR bertujuan untuk membantu .
organisasi dalam menetapkan tujuan , mengukur kinerja , dan mengelola perubahan menuju ekonomi global yang
berkelanjutan salah satu yang menggabungkan keuntungan jangka panjang dengan tanggung jawab sosial dan
peduli lingkungan . Sementara itu , IR berfokus utk melaporkan penciptaan nilai entitas dengan membuat semua
jenis pelaporan menjadi terpadu atau terintegrasi . IR adalah konsep baru penyusunan laporan tahunan . Oleh
sebab itu hubungan IR dan SR adalah seperti hubungan SR dengan laporan tahunan . SR merupakan bagian
intrinsik dalam IR dan menjadi fondasi dalam persiapan IR . SR mempertimbangkan relevansi keberlanjutan
sebuah organisasi dan juga membahas prioritas keberlanjutan dan topik utama dengan fokus pada dampak dari
tren keberlanjutan , risiko , dan peluang pada prospek jangka panjang dan kinerja keuangan organisasi . SR
merupakan hal mendasar untuk pemikiran terintegrasinya suatu organisasi dan proses pelaporan dalam
memberikan masukan untuk organisasi dalam mengidentifikasi masalah , tujuan strategis , dan penilaian
kemampuan untuk mencapai suatu tujuan dan menciptakan nilai dari waktu ke waktu . 14.2.4 Kerangka Prinsip
Pelaporan Terintegrasi Pada Desember 2013 , IIRC mengeluarkan kerangka prinsip pelaporan terintegrasi yang
bersifat internasional atau International Framework . Ditekankan oleh IIRC bahwa kerangka ini bersifat principle
- based dan tidak akan mengatur secara detil isi yang harus ada dalam IR . Kerangka ini dikembangkan melalui
due process , termasuk penerbitan discussion paper yang dikeluarkan IIRC pada tahun 2011 dan disebarkan ke
masyarakat global untuk dimintai masukan . Tujuan dari Kerangka Prinsip IR adalah untuk membangun panduan
prinsip dan elemen elemen yang mengatur keseluruhan isi IR dan untuk menjelaskan konsep dasar yang
mendukungnya . Kerangka Prinsip IR adalah suatu kerangka untuk : 1. Mengidentifikasi informasi untuk
dimasukkan secara terpadu dalam laporan , yang akan igunakan dalam menilai kemampuan organisas iptakan
nilai ; dan 2. Ditujukan kepada sektor swasta dari berbagai ukuran . Namun kerangka ini juga dapat diterapkan
dan disesuaikan seperlunya untuk digunakan oleh sektor publik dan organisasi nirlaba .

Berikut ini adalah pedoman prinsip - prinsip yang mendasari penyusunan IR , isi laporan , penyajian informasi :
1. Fokus strategi dan orientasi masa depan : IR harus memuat informasi mengenai strategi entitas dan mekanisme
strategi tersebut dalam menciptakan nilai untuk jangka pendek , menengah , dan jangka panjang , serta
dampaknya terhadap modal . 2. Konektivitas informasi : IR harus menunjukkan gambaran menyeluruh kombinasi
, keterhubungan , dan ketergantungan dari faktor - faktor yang mempengaruhi penciptaan nilai . 3.
Keterhubungan para pemangku kepentingan : IR harus menyediakan informasi tentang kualitas hubungan entitas
dengan para pemangku kepentingan utama . IR juga harus menjelaskan seberapa jauh perusahan memahami
kebutuhan para pemangku kepentingan dan merespon kebutuhan dan kepentingan mereka . 4 . Materialitas : IR
harus menunjukkan informasi hal - hal material yang secara substantif mempengaruhi proses penciptaan nilai
jangka pendek , menengah , dan panjang . Keringkasan : IR harus ringkas . 5 . 6 . Keandalan dan kelengkapan :
IR harus lengkap memuat hal - hal yang bersifat material dan bebas dari kesalahan material . 7 . Konsistensi dan
keterbandingan : informasi yang dimuat dalam IR harus konsisten dari waktu ke waktu dan dapat dibandingkan
dengan laporan entitas lain . IR mencakup delapan elemen isi laporan yang fundamental yang saling terkait satu
sama lain dan tidak saling eksklusif . Delapan elemen tersebut adalah : 1. Ikhtisar tentang organisasi dan
lingkungan eksternalnya : menggambarkan kegiatan yang dilakukan oleh entitas dan keadaan lingkungan tempat
entitas beroperasi . 2 . Tata kelola ( governance ) : menggambarkan tentang tata kelola entitas dalam mendukung
penciptaan nilai dalam jangka pendek , menengah , dan panjang . 3 . Model bisnis : menggambarkan model
bisnis entitas . 4 . Risiko dan peluang mengidentifikasi jenis risiko dan peluang entitas dalam proses penciptaan
nilai dalam jangka pendek , menengah , dan panjang . 5 . Strategi dan alokasi sumber daya : menjelaskan arah
tujuan entitas dan cara entitas mencapai tujuan - tujuan tersebut . 6 . Kinerja : menggambarkan sejauh mana
entitas telah mencapai tujuan - tujuan strategis entitas untuk periode pelaporan dan dampaknya terhadap
permodalan . 7 . Outlook : menggambarkan tantangan dan ketidakpastian yang mungkin dihadapi entitas di masa
depan dalam menjalankan strategi - strateginya dan potensi dari implikasinya terhadap model bisnis entitas dan
kinerja masa depan . 8. Dasar - dasar penyajian : mekanisme yang digunakan entitas untuk memutuskan
informasi yang material dan harus dilaporkan dalam IR , serta metode pengukuran dan evaluasi metode
pengukuran tersebut . Kerangka Prinsip IR yang disusun oleh IIRC memberikan skema proses penciptaan nilai
dalam entitas terjadi seperti yang digambarkan dalam Gambar 14.3 .

Sumber : IIRC , 2013 Model penciptaan nilai berdasarkan Gambar 3 menekankan bahwa penciptaan nilai oleh
entitas bergantung dari banyak faktor dan tidak hanya tertumpu pada entitas semata . Penciptaan nilai sangat
dipengaruhi oleh lingkungan eksternal entitas , keterkaitan antar pemangku kepentingan , dan dipengaruhi oleh
hubungan antar elemen . Lingkungan eksternal entitas termasuk lingkungan hidup , kondisi ekonomi , perubahan
teknologi , masalah - masalah sosial , dan tantangan kelestarian lingkungan . Lingkungan eksternal entitas
menciptakan konteks dari operasi entitas . Operasi entitas sangat dipengaruhi oleh keadaan dan perkembangan
lingkungan eksternalnya . Setiap model bisnis di dalam entitas terdiri dari berbagai masukan ( input ) melalui
aktivitas bisnis sehingga menghasilkan keluaran ( output ) yang terdiri dari produk , jasa , produk sampingan ,
dan limbah . Aktivitas dan keluaran entitas ini kemudian menciptakan hasil ( outcome ) yang memiliki efek
terhadap modal . Perlu ditekankan bahwa proses penciptaan nilai bukanlah sesuatu yang bersifat statis . Penilaian
ulang terhadap komponen - komponen penciptaan nilai perlu dilakukan secara berkala . 14.2.5 Permodalan
Entitas : Bukan hanya Finansial Dalam Kerangka Prinsip IR disebutkan bahwa modal entitas untuk menciptakan
nilai bukan hanya dari modal keuangan tapi bersumber dari enam jenis modal , yaitu sebagai berikut : 1.
Financial Capital Modal keuangan ( financial capital ) adalah sumber dana yang tersedia atau dimiliki oleh
sebuah organisasi atau entitas , dimana dana tersebut digunakan untuk produksi barang atau penyediaan layanan
jasa . Dana tersebut diperoleh melalui pembiayaan , seperti utang , ekuitas , atau hibah , ataupun dihasilkan
melalui operasi atau investasi .

2. Manufactured Capital Modal produksi ( manufactured capital ) adalah modal yang dimiliki organisasi atau
entitas berupa benda - benda fisik yang digunakan untuk mendukung proses produksi barang ataupun penyedian
jasa . Modal produksi terdiri dari , antara lain , bangunan , peralatan , mesin , infrastruktur ( jalan , jembatan ,
sistem pengolahan limbah dan air ) dan lain - lain . Modal produksi umumnya dibuat oleh organisasi lain
( eksternal ) , tetapi aset tersebut juga dapat diproduksi oleh organisasi pelapor untuk dijual atau disimpan untuk
digunakan sendiri . 3 . Intellectual Capital Modal intelektual ( intellectual capital ) adalah modal yang dimiliki
oleh organisasi atau entitas berupa pengetahuan organisasi yang tak berwujud . Modal intelektual terdiri dari ,
antara lain , properti intelektual seperti hak cipta serta hak dan lisensi cipta perangkat . Modal intelektual
organisasi mencakup tacid knowledge , sistem , prosedur , dan protokoler . Human Capital 4 . Modal manusia
( human capital ) adalah modal yang dimiliki oleh organisasi atau entitas berupa kemampuan , kompetensi , dan
pengalaman karyawan , serta motivasi untuk berinovasi . Termasuk didalamnya adalah : a ) kemampuan
menyelaraskan dan mendukung kerangka tata kelola organisasi , pendekatan manajemen risiko , dan etika nilai -
nilai ; b ) kemampuan memahami , mengembangkan , dan menerapkan strategi organisasi , c ) loyalitas dan
motivasi untuk meningkatkan proses barang dan jasa , termasuk kemampuan mereka untuk memimpin ,
mengelola , dan berkolaborasi . 5 . Social and Relationship Capital Modal sosial dan hubungan ( social and
relationship capital ) adalah modal yang dimiliki oleh organisasi atau entitas lembaga - lembaga dan hubungan
diantara masyarakat , kelompok - kelompok pemangku kepentingan , dan jaringan lainnya , serta kemampuan
untuk berbagi informasi , baik secara individu maupun kolektif . Modal sosial dan hubungan meliputi : 1 )
berbagi norma - norma , nilai - nilai umum , dan perilaku ; 2 ) hubungan pemangku kepentingan dan kepercayaan
serta kesediaan untuk melibatkan organisasi yang telah mengembangkan dan mengupayakan untuk membangun
dan melindungi bersama pemangku kepentingan eksternal ; 3 ) aset takberwujud terkait dengan merek ( brand )
dan reputasi yang telah dikembangkan oleh entitas ; dan 4 ) lisensi sosial untuk organisasi dapat beroperasi
( misalnya persetujuan dengan suku adat setempat ) . Natural Capital 6 . Modal alam ( natural capital ) adalah
modal yang dimiliki oleh organisasi atau entitas berupa sumber daya alam yang ada di lingkungan , baik itu yang
dapat diperbarui dan yang tidak dapat diperbarui . Sumber daya ini berperan dalam penyedian barang dan jasa
yang mendukung masa lalu , saat ini , dan masa depan dari sebuah organisasi atau entitas . Modal alam terdiri
dari , antara lain , air , tanah , mineral , udara , hutan , keanekaragaman hayati serta ekosistem . 14.2.6 Contoh
Integrated Reporting Entitas Berikut adalah link untuk contoh - contoh IR yang telah diterapkan oleh beberapa
entitas : 1. Integrated Report Vodacom 2017
http://www.vodacom-reports.co.za/integrated-reports/i-2017/pdf/full-integrated.pdf Integrated Report NedBank
2017 2 . https://www.nedbank.co.za/content/dam/nedbank/site-assets/AboutUs/Information % 20Hub / Integrated
% 20Report / 2017 / 2017 % 20Nedbank % 20Group % 20Integrated % 20 Report.pdf

3. Integrated Report Crown Estate 2017 https://www.thecrownestate.co.uk/media/2081/integrated-annual-report-


2016-17.pdf 4. Integrated Report Transnet 2018 https://www.transnet.net/Investor Relations / AR2018 / Transnet
% 201R % 202018.pdf 5. Integrated Report Sasol 2018 https://www.sasol.com/sites/default/files/financial reports
/ Sasol % 20IR_Web.pdf 14.3 PELAPORAN KEBERLANJUTAN ( SUSTAINABILITY REPORTING ) DAN
PELAPORAN TERINTEGRASI ( INTEGRATED REPORTING ) SR adalah suatu bentuk pelaporan yang
memadukan pelaporan sosial , lingkungan , keuangan , dan tata kelola secara integral dan terpadu dalam satu
paket pelaporan korporasi , dalam pelaporan ini terdapat dua jenis informasi yang disajikan yaitu infomasi yang
bersifat kuantitatif yang menjelaskan tentang informasi keuangan dan informasi yang bersifat kualitatif yang
menjelaskan tentang informasi sosial dan lingkungan . Tujuan dari SR adalah untuk menjamin sustainabilitas
atau keberlangsungan korporasi , sosial , dan lingkungan di masa - masa mendatang . Adapun pedoman yang
lazim digunakan oleh sebagian besar korporasi dalam praktik SR adalah pedoman yang diterbitkan Global
Reporting Intiative ( GRI ) . Sebagian besar masih menggunakan standar GRI generasi ke - 4 ( G.4 ) , namun
sebenarnya GRI telah memberlakukan standar baru pada tahun 2018 yang disebut sebagai GRI Standards .
Sementara itu , IR merupakan konsep pelaporan tahunan yang menyediakan satu laporan yang sepenuhnya
mengintegrasikan informasi keuangan dan non - keuangan entitas ( termasuk environmental , social ,
governance , dan intangibles ) . Dengan semakin sadarnya sebagian besar korporasi terhadap kondisi krisis
lingkungan yang kian parah saat ini mampu mengubah paradigma bisnis yang menganjurkan bahwa dalam
berbisnis selain untuk memperoleh laba ( profit ) , korporasi perlu juga peduli dan bertanggung jawab
melestarikan lingkungan ( planet ) serta meningkatkan kesejahteraan sosial ( people ) . Kondisi seperti ini
membuat SR dan IR menjadi tren pelaporan korporasi saat ini . Dalam menyikapi tren seperti ini akan banyak
tantangan dan hambatan yang menghadang dalam implementasi SR dan IR kedepannya . Dengan adanya tren
korporasi yang mulai menggunakan SR dan IR menjadi tantangan baru sekaligus peluang bagi profesi akuntan
dan dunia pendidikan untuk menyediakan sumber daya manusia yang kompeten menguasai SR dan IR untuk
memenuhi banyaknya permintaan korporasi kedepannya . Namun di sisi lain terdapat juga hambatan dalam
implementasi SR dan IR saat ini dengan adanya paradigma akuntansi yang masih konvensional dan masih adanya
resistensi dari para akuntan itu sendiri . Para Akuntan masih beranggapan bahwa : 1 ) Akuntansi hanya
memfokuskan pada kebutuhan informasi dari stakeholder dominan yang memberi kontribusi dalam penciptaan
nilai entitas ; 2 ) Akuntansi hanya memproses dan melaporkan informasi yang material dan dapat diukur ; 3 )
Akuntansi mengadopsi asumsi entitas sehingga entitas diperlakukan sebagai entitas yang terpisah dari pemilik
dan pemangku kepentingan lainnya , sehingga jika suatu transaksi tidak secara langsung berdampak pada nilai
entitas maka diabaikan dalam pelaporan akuntansi ; dan 4 ) Masyarakat dan lingkungan adalah sumber daya yang
tidak berada dalam area kendali dan tidak terikat dalam executory contract dengan entitas .

Anda mungkin juga menyukai