Oleh:
Guindrayanti 200810301166
Universitas Jember
Tahun 2021
PENDAHULUAN
Sebuah profesi memiliki moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk
aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi
yang bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi tersebut
yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaai oleh setiap profesi.
Setiap profesi memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang
merupakan prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional.
Dengan kode etik ini, akuntan tidak hanya perlu memiliki keterampilan terkait
akuntansi yang kuat. Namun, akuntan juga harus baik dan bermoral dalam bekerja. Profesi
audit harus mampu bertindak secara profesional dan beretika. Profesi akuntansi
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dengan baik untuk pekerjaannya,
organisasinya, masyarakatnya, dan dirinya sendiri. Tindakan etis memperkuat kepercayaan
publik terhadap profesi audit, karena profesi audit adalah tentang melakukan tugas Anda
dengan standar profesional tertinggi dan memberikan tingkat kinerja tertinggi untuk
kepentingan publik.
PEMBAHASAN
A. Profesi Akuntan
Pada saat ini sebutan sebagai akuntan adalah mereka yang lulus dari
pendidikan srata satu (S1) progam studi akuntansi dan sudah memperoleh gelar profesi
akuntam melalui pendidikan tersebut. Bidang pekerjaan dan ruang lingkup tugas para
akuntan ini sangat luas dan beragam. Mereka dapat bekerja di sektor publik (BUMN
atau instalasi pemerintahan) maupun swasta. Pada sektor swasta (perusahaan dan
lembaga non pemerintahan) mereka bisa bekerja pada departement/bagian keuangan,
anggaran, audit internal.
Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis laporan
akuntansi, yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan
keuangan (financial statements) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan
publik mempunyai fungsi pokok nya yaitu melakukan pemeriksaan umum atas laporan
keuangan perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban
manajemen.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan
juga dapat bekerja sebagai auditor internal. Lingkup tugas departemen audit internal
bisa sangat luas, yaitu meliputi berbagai jenis audit, antara lain: audit keuangan
(financial audit), audit manajemen/operasional (management/operational audit), audit
ketaatan (compliance audit), investigasi khusus (special investigation), audit sistem
informasi, dan sebagainya.
Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai kewajaran dari laporan
keuangan perusahaan, apakah laporan tersebut sudah disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dari management audit sendiri adalah untuk
melakukan penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja organisasi tersebut sudah
mencapai tingkat efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang diharapkan.
Suatu kinerja disebut efektif jika tujuan yang ditetapkan oleh suatu unit
organisasi telah tercapai, tanpa memperhatikan aspek biaya. Suatu kinerja disebut
efisien jika memperoleh output tertentu, dikorbankan (dikonsumsi) input yang minimal.
Suatu kinerja disebut ekonomis bila dengan input tertentu, akan menghasilkan output
yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menilai apakah kegiatan
operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan, kebijakan, dan prosedur yang
telah ditetapkan.
B. Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)
Organisasi Institu Akuntan Indonesia (dulu Bernama Ikatan Akuntan Indonesia)
disingkat IAI lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23
Desember 1957 (T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal berdiri hanya ada sebelas akuntan
di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada
tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita Negara RI Nomor 24 tanggal 24
Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI
tetap tanggal 23 Desember 1957.
Yang disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah mengikuti
Pendidikan akuntan secara formal berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954
dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian
Negara Akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen
Keuangan RI. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, para akuntan ini dapat
berprofesi baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan (sebagai akuntan
manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan public, akuntan sektor public).
Para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan public ini sepakat untuk
membentuk sub-organisasi tersendiri di bawah IAI pada tanggal 7 April 1977, yang saat
itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP).
Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen Akuntan Publik (disingkat
IAI-KAP). Selanjutnya peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 berubah menjadi
organisasi baru yang independent dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). IAI-KAP kemudian dibubarkan, namun sebagai gantinya IAPI secara
kelembagaan mendaftarkan diri sebagai anggota IAI dan mendapat persetujuan dari IAI
pada tanggal 4 Juni 2007. Ikatan Akuntan Indonesia berbenah diri antara lain sepakat
untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap
mempertahankan singkatan yang dipakai yaitu IAI.
Faktor kunci dalam citra profesi akuntan adalah keberadaan dan perkembangan
profesi akuntan itu sendiri, yang ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap
pengguna jasa akuntansi, sedangkan kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat
kualitas jasa akuntansi (pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang akuntansi dan
disiplin terkait) serta kepatuhan dan kesadaran akuntan tentang kepatuhan terhadap
kode etik profesi akuntan. Struktur Kode Etik IAI terdiri dari empat bagian yang disusun
berdasarkan struktur/tingkatan, yaitu:
KESIMPULAN
Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.