Anda di halaman 1dari 10

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN INDONESIA

Tugas Mata Kuliah

Etika Bisnis dan Profesi

Oleh:

Guindrayanti 200810301166

Syifa Lailatul Hidayah 200810301170

Rina Ummi Sofiana 200810301173

Rahmad Nizar Aryanto 200810301186

Salwa Aulia Sajiddah 200810301193

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jember

Tahun 2021
PENDAHULUAN

Sebuah profesi memiliki moral yang tinggi, yang biasanya dituangkan dalam bentuk
aturan yang khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang mengemban profesi
yang bersangkutan. Aturan ini sebagai aturan main dalam menjalankan profesi tersebut
yang biasa disebut sebagai kode etik yang harus dipenuhi dan ditaai oleh setiap profesi.
Setiap profesi memberikan pelayanan jasa pada masyarakat harus memiliki kode etik yang
merupakan prinsip-prinsip moral dan mengatur tentang perilaku professional.

Profesi akuntansi merupakan sebuah profesi yang menyediakan jasa atestasi


maupun non atestasi kepada masyarakat dengan dibatasi kode etik yang ada. Akuntansi
sebagai profesi memiliki kewajiaban untuk mengabaikan kepentingan pribadi dan mengikuti
etika profesi yang telah ditetetapkan. Kewajiban akuntansi sebagai profesioanl mempunyai 3
kewajiban yaitu, lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan
manajemen. Pasa akuntan dalam perusahaan tidak bias terlepas dari penerapan prinsip
Good Corporate Governance (CGCS) dalam perusahaab prinsip kewajaran (fairness),
akuntabilitas (accountability), transparansi (transparency), dan responsibilitas
(responsibility). Peran akuntan meliputi akuntan publik, akuntan internal, akuntan
pemerintahan, dan akuntan (pendidik). Pentingnya kode etik dalam suatu profesi adalah
berperilaku etis. Sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan perilaku
organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan bisnisnya.
Untuk menentukan status bisnis segabai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-
nilai pendiri perusahaan.

Dengan kode etik ini, akuntan tidak hanya perlu memiliki keterampilan terkait
akuntansi yang kuat. Namun, akuntan juga harus baik dan bermoral dalam bekerja. Profesi
audit harus mampu bertindak secara profesional dan beretika. Profesi akuntansi
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan dengan baik untuk pekerjaannya,
organisasinya, masyarakatnya, dan dirinya sendiri. Tindakan etis memperkuat kepercayaan
publik terhadap profesi audit, karena profesi audit adalah tentang melakukan tugas Anda
dengan standar profesional tertinggi dan memberikan tingkat kinerja tertinggi untuk
kepentingan publik.
PEMBAHASAN

A. Profesi Akuntan
Pada saat ini sebutan sebagai akuntan adalah mereka yang lulus dari
pendidikan srata satu (S1) progam studi akuntansi dan sudah memperoleh gelar profesi
akuntam melalui pendidikan tersebut. Bidang pekerjaan dan ruang lingkup tugas para
akuntan ini sangat luas dan beragam. Mereka dapat bekerja di sektor publik (BUMN
atau instalasi pemerintahan) maupun swasta. Pada sektor swasta (perusahaan dan
lembaga non pemerintahan) mereka bisa bekerja pada departement/bagian keuangan,
anggaran, audit internal.
Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis laporan
akuntansi, yaitu: (1) laporan akuntansi keuangan, atau lebih sering disingkat laporan
keuangan (financial statements) saja, dan (2) laporan akuntansi manajemen. Akuntan
publik mempunyai fungsi pokok nya yaitu melakukan pemeriksaan umum atas laporan
keuangan perusahaan sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungjawaban
manajemen.
Selain bekerja sebagai akuntan manajemen dan akuntan publik, para akuntan
juga dapat bekerja sebagai auditor internal. Lingkup tugas departemen audit internal
bisa sangat luas, yaitu meliputi berbagai jenis audit, antara lain: audit keuangan
(financial audit), audit manajemen/operasional (management/operational audit), audit
ketaatan (compliance audit), investigasi khusus (special investigation), audit sistem
informasi, dan sebagainya.
Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai kewajaran dari laporan
keuangan perusahaan, apakah laporan tersebut sudah disusun sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum. Tujuan dari management audit sendiri adalah untuk
melakukan penilaian atas kinerja organisasi, apakah kinerja organisasi tersebut sudah
mencapai tingkat efisiensi, efektivitas, dan keekonomian yang diharapkan.
Suatu kinerja disebut efektif jika tujuan yang ditetapkan oleh suatu unit
organisasi telah tercapai, tanpa memperhatikan aspek biaya. Suatu kinerja disebut
efisien jika memperoleh output tertentu, dikorbankan (dikonsumsi) input yang minimal.
Suatu kinerja disebut ekonomis bila dengan input tertentu, akan menghasilkan output
yang maksimal. Tujuan dari audit ketaatan adalah untuk menilai apakah kegiatan
operasi perusahaan telah mengikuti berbagai peraturan, kebijakan, dan prosedur yang
telah ditetapkan.
B. Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)
Organisasi Institu Akuntan Indonesia (dulu Bernama Ikatan Akuntan Indonesia)
disingkat IAI lahir 12 tahun setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada tanggal 23
Desember 1957 (T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal berdiri hanya ada sebelas akuntan
di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada
tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat dalam Berita Negara RI Nomor 24 tanggal 24
Maret 1959. Walaupun demikian, para anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI
tetap tanggal 23 Desember 1957.
Yang disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah mengikuti
Pendidikan akuntan secara formal berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954
dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan nama Ujian
Negara Akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari Departemen
Keuangan RI. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, para akuntan ini dapat
berprofesi baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan (sebagai akuntan
manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan public, akuntan sektor public).
Para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan public ini sepakat untuk
membentuk sub-organisasi tersendiri di bawah IAI pada tanggal 7 April 1977, yang saat
itu bernama Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP).
Belakangan nama IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen Akuntan Publik (disingkat
IAI-KAP). Selanjutnya peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 berubah menjadi
organisasi baru yang independent dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI). IAI-KAP kemudian dibubarkan, namun sebagai gantinya IAPI secara
kelembagaan mendaftarkan diri sebagai anggota IAI dan mendapat persetujuan dari IAI
pada tanggal 4 Juni 2007. Ikatan Akuntan Indonesia berbenah diri antara lain sepakat
untuk berganti nama baru menjadi Institut Akuntan Indonesia, namun dengan tetap
mempertahankan singkatan yang dipakai yaitu IAI.

C. Profesi Akuntan dalam Sorotan


Walaupun organisasi profesi IAI telah ada sejak tahun 1957, namun profesi ini
baru berkembang pesat pada era Pemerintahan Orde Baru sejalan dengan kebijakan
pemerintah Orde Baru untuk memprioritaskan pembangunan di bidang ekonomi.
Korelasi positif yang kuat dengan pertumbuhan profesi akuntan. Kemajuan dan
pertumbuhan ekonomi pada era Orde Baru juga berdampak positif bagi pertumbuhan
dan kemajuan profesi akuntan di Indonesia.
Namun sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa menjelang akhir abad ke-20
Indonesia tertimpa krisis ekonomi dan moneter yang berakibat runtuhnya pemerintahan
orde baru di bawah Presiden Soeharto. Pembangunan dibidang ekonomi tersebut tidak
diimbangi oleh pembangunan landasan moral yang kuat. Seluruh kehidupan ekonomi
sosial dan politik syarat dengan budaya KKN yang telah mengakar. Aparat birokrasi dan
penegak hukum telah tercemar virus KKN ini sehingga seluruh praktik bisnis dan
kehidupan masyarakat terperangkap ke dalam budaya KKN.
Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis dan
penyelenggaraan administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam tekanan
berat konflik kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke dalam
praktik-praktik yang tidak etis. Praktik tidak etis profesi akuntan ini bahkan juga
dilakukan oleh 10 KAP papan atas.
Sorotan terhadap profesi akuntan tidak saja terjadi di Indonesia tetapi juga di
Amerika Serikat baik terhadap akuntan manajemen maupun akuntan publik. Sorotan
terhadap citra profesi bahkan juga menimpa KAP peringkat dunia yang dikenal dengan
sebutan “The Big Five”. Namun sorotan paling tajam diberikan kepada KAP Arthur
Anderson karena pelanggaran etika dan pelanggaran tindak pidana berupa
pemusnahan dokumen kertas kerja dalam kaitanya dengan audit yang dilakukannya
pada Enron. Pelanggaran ini tidak saja mengakibatkan pimpinan puncaknya masuk
penjara tetapi juga KAP Arthur Anderson tersendiri tidak mampu lagi mempertahankan
eksistensinya karena kehilangan kepercayaan publik. Memulihkan citra profesi akuntan
merupakan tantangan bersama bila ingin profesi akuntan masih dihormati oleh publik.

D. Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia


Tujuan dari profesi audit adalah untuk melakukan tugas Anda dengan standar
profesional tertinggi dan untuk mencapai tingkat kinerja tertinggi untuk kepentingan
publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat kebutuhan dasar harus dipenuhi
(Prosiding Kongres VIII IAI 1998):
1. Kredibilitas: Orang membutuhkan kredibilitas dan sistem informasi.
2. Profesionalisme: Anda membutuhkan seseorang yang dapat diidentifikasi secara
jelas oleh akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas layanan: Keyakinan bahwa semua layanan yang digunakan oleh auditor
disediakan dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan: Pengguna jasa akuntansi harus dapat mempercayai bahwa
pemberian jasa oleh akuntan didasarkan pada kerangka etika profesional.

Faktor kunci dalam citra profesi akuntan adalah keberadaan dan perkembangan
profesi akuntan itu sendiri, yang ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap
pengguna jasa akuntansi, sedangkan kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat
kualitas jasa akuntansi (pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang akuntansi dan
disiplin terkait) serta kepatuhan dan kesadaran akuntan tentang kepatuhan terhadap
kode etik profesi akuntan. Struktur Kode Etik IAI terdiri dari empat bagian yang disusun
berdasarkan struktur/tingkatan, yaitu:

a. Prinsip etika (Disahkan kongres IAI untuk seluruh anggota IAI)


b. Aturan etika (Disahkan oleh rapat anggota kompartemen atau institut profesi
sejenis)
c. Interpretasi aturan etika (Disahkan oleh pengurus kompartemen/institut profesi
sejenis)
d. Tanya jawab etika (Disahkan dewan standar profesi kompartemen/institut profesi
sejenis)
Prinsip Etika IAI
Saat ini, kode etik IAI yang disahkan pada kongres IAI VIII tahun 1988 terdiri
atas delapan prinsip, yaitu:
1. Tanggung Jawab Profesi
2. Kepentingan Publik
3. Integritas
4. Objektivitas
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku Profesional
Standar Teknis
1. Kepentingan Publik (Prinsip ke-2)
Setiap anggota berkewajiban untuk selalu bertindak demi kepentingan
bersama, menghormati kepercayaan publik dan profesionalisme. Prinsip 2:
Kepentingan publik mengandung arti:
a. Publik membutuhkan dan bergantung pada informasi (laporan keuangan,
laporan audit) yang disiapkan auditor untuk membuat berbagai jenis keputusan
bisnis, ekonomi, dan politik.
b. Efektivitas kepuasan publik ini tergantung pada kualitas informasi yang
disajikan oleh auditor.
c. Profesi audit akan mempertahankan posisi penting jika setiap auditor dapat
selalu menjaga kepercayaan publik.
d. Kepercayaan publik ini hanya dapat dihormati jika setiap akuntan dapat
menunjukkan komitmen dan dedikasinya terhadap profesionalisme yang tinggi.
2. Tangung Jawab Profesi (Prinsip ke-1)
Setiap anggota harus selalu memperhatikan pertimbangan moral dan
profesional dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya dalam segala
kegiatan yang dijalankannya. Sebagai konsekuensi logis dari kewajiban auditor
untuk menjaga kepercayaan publik, diperlukan tanggung jawab profesional. Prinsip
ini mengandung pengertian:
a. Masyarakat menuntut tanggung jawab profesi audit untuk selalu menjaga
kualitas informasi yang disampaikan.
b. Setiap akuntan seringkali menghadapi konflik kepentingan yang berbeda
dalam praktik profesinya.
c. Kepentingan publik hanya dapat diprioritaskan jika akuntan selalu
mempertimbangkan moral dan profesional dalam segala aktivitasnya.
3. Kompetensi (prinsip 3 sampai 8)
Setiap anggota harus melakukan layanan profesionalnya dengan hati-hati,
kompetensi dan perhatian dan berkewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja menerima layanan yang memanfaatkan
perkembangan terbaru dalam praktik, legislasi, dan teknologi. Istilah kompetensi
berarti ketangkasan, kemampuan, otoritas dan dominasi. Oleh karena itu,
kompetensi dapat diartikan sebagai domain dan kemampuan untuk menjalankan
profesinya guna menimbulkan kepercayaan publik. Dengan amanah tersebut,
masyarakat memberikan mandat dan kewenangan kepada pihak yang
berkepentingan untuk menjalankan profesinya.
Pengertian kompetensi meliputi tiga ranah, yaitu: kognitif
(pengetahuan/pengetahuan), afektif (sikap dan perilaku meliputi: etika, kecerdasan
emosional dan spiritualitas) dan psikomotor (keterampilan teknis/fisik). Untuk
profesi akuntansi, ketiga bidang kompetensi tersebut meliputi:
a. Aspek kognitif yaitu, pengetahuan akuntansi dan disiplin terkait (pengetahuan)
b. Aspek afektif yaitu, sikap dan perilaku etis, keterampilan berkomunikasi
c. Aspek psikomotor, yaitu keterampilan teknis/fisik, misalnya penguasaan
teknologi informasi (komputer), audit teknis, dll.
E. Pengaturan dan Perizinan KAP
Fungsi utama organisasi profesi IAI adalah semacam “self regulatory body”,
yaitu sebagai wadah untuk mengatur, membina, dan mengawasi kualitas kinerja dan
perilakuanggotanya agar selalu dapat menjaga citra profesinya dimata publik. IAI-KAP
atau IAPIsebagai sub-organisasi dibawah IAI memegang peranan penting bagi
kehidupan bisnis danperekonomian. Karena perannya yang sangat strategis di dalam
bisnis dan perekonomian suatuNegara, maka pengaturan dan pengawasan terhadap
keberadaan dan kinerja KAP tidak cukuphanya dilakukan oleh organisasi profesi itu
sendiri. Pemerintah dan lembaga legislatif (DPR)sangat berkepentingan agar profesi
KAP dapat memberikan jasanya dengan kualitas yang tinggisebagaimana diharapkan
oleh publik. Wujud campur tangan pemerintah dan lembaga legislatifini dapat dilihat
melalui produk peraturan dan perundang-undangan serta pembentukanbadan/lembaga
pemerintah, antara lain :
1. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemberian Gelar Akuntan.
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik.
3. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa
AkuntanPublik (telah dicabut dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan
Nomor17/PMK.01/2008)
4. Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 359/KMK.06/2003 tentang Perubahan
atasKeputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik (telah dicabut dengan keluarnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
17/PMK.01/2008).
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik
(telah dicabut dengan keluarnya UU No.5 Tahun 2011, kecuali ketentuan-
ketentuantertentu dalam masa peralihan).
6. Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK)
yang berhubungan dengan audit atas Laporan Keuangan perusahaan-perusahaan
yang sedang dan telah menjadi perusahaan publik, dan
7. Peraturan perundang-undangan lain yang yang relevan.

Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk


melakukan pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan, antara lain:

1. Menteri Keuangan Republik Indonesia


2. Quality Reviewoleh Direktur Jenderal Lembaga Keuangan, Departemen
Keuangan Republik Indonesia
3. Institut Akuntan Indonesia (IAI) dan Kompartemen kompartemen IAI yang terkait
4. Dewan kehormatan IAPI
5. Dewan review mutu IAPI
6. Bapepam LK

KESIMPULAN

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan :


Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Adanya
kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional. Dan perbedaan dari kode etik
suatu profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan
yang mengatur etika profesi tersebut.
Pelanggaran kode etik tidak diadili oleh pengadilan, karena melanggar kode etik tidak
selalu berarti melanggar hukum, tapi pelanggaran kode etik akan diperiksa oleh majelis kode
etik dari setiap profesi tersebut.
REFERENSI

Agoes, Sukrisno. 2014. Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun Manusia
Seutuhnya Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai