Anda di halaman 1dari 17

ETIKA PROFESI

BAB I SEKTOR INDUSTRI JASA

A. Pengertian Sektor Industri Jasa


Sektor ekonomi tersier (dikenal sebagai sektor jasa atau industri jasa) adalah
satu dari tiga sektor ekonomi, yang lainnya adalah sektor sekunder (manufaktur) dan
sektor primer (pertambangan, pertanian, dan perikanan). Definisi umum sektor
tersier adalah menghasilkan suatu jasa daripada produk akhir seperti sektor
sekunder. Kadang sebuah sektor tambahan, “sektor kuartener” diartikan sebagai
berbagi informasi (yang secara normal dimiliki oleh sektor tersier).
Bisnis sektor jasa yang semakin meningkat berfokus pada ide “ekonomi
pengetahuan” dengan memahami apa yang diinginkan konsumen dan bagaimana
mengirimkannya dengan cepat dan efisien. Satu contoh baik dari hal ini ialah industri
perbankan yang telah mengalami perubahan besar beberapa tahun belakangan ini.
Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, bank dengan cepat mengurangi
jumlah staf yang dibutuhkan. Banyak komunitas bank dan bangunan telah
bergabung untuk membentuk bisnis yang lebih ramping yang mampu menghasilkan
lebih banyak keuntungan dari basis pengguna luas. Kunci proses ini adalah
memperoleh informasi mengenai pengguna jasa dan memberikan mereka produk-
produk baru.
B. Pengertian Industri Jasa Keuangan
Menurut DFID (Department For International Development) sektor keuangan
adalah seluruh perusahaan besar atau kecil, lembaga formal atau informal di dalam
perekonomian yang memberikan pelayanan keuangan kepada konsumen, para
pelaku bisnis dan lembaga-lembaga keuangan lainnya. Dalam pengertian yang lebih
luas, meliputi segala hal mengenai perbankan, bursa saham (stock exchanges),
asuransi, credit unions, lembaga keuangan mikro dan pemberi pinjaman (money
lender).
C. Ciri-ciri Entitas Yang Termasuk Dalam Sektor Industri Jasa
Keuangan
1. Tidak memproduksi suatu barang
2. Tidak memiliki persediaan bahan baku
3. Aktivitasnya lebih kearah investasi
4. Mayoritas pengeluaran untuk membayar pegawai
5. Memiliki sumber permodalan yang mayoritas dari modal sendiri atau investasi
yang tidak memiliki bunga tinggi
6. Aktiva di neracanya mayoritas terdiri dari piutang, kas, dan aset tetap
D. Entitas-entitas Yang Termasuk Dalam Sektor Industri Jasa
Keuangan Di Indonesia
1. Bank BNI, Mandiri, BTN (milik pemerintah, bidang perbankan)
2. HSBC, ABN AMRO (bank milik swasta)
3. Prudential, AXA, (industri asuransi, milik swasta)
4. Askes, Asuransi (milik pemerintah)
BAB II PERATURAN PEMERINTAH YANG MENGATUR SEKTOR
INDUSTRI JASA KEUANGAN (SIJK)

A. Peraturan Pemerintah Yang Mengatur Sektor Industri Jasa

Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas
Jasa Keuangan
Guna Pungutan OJK : Pungutan OJK digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional, administratif, pengadaan aset, serta kegiatan pendukung lainnya. Jenis
pungutan, besaran pungutan, serta pihak yang dikenakan pungutan diatur secara
detail di dalam Peraturan Pemerintah ini
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah suatu lembaga negara yang didirikan
berdasarkan UU No.21 Tahun 2011 yang mandiri dan tidak terpengaruh oleh campur
tangan pihak lain, memiliki fungsi, tugas dan wewenang dalam pengaturan,
pengawasan dan penyelidikan kepada keseluruhan kegiatan di bidang jasa keuangan.
Pimpinan tertinggi Otoritas Jasa Keunagan adalah dewan komisioner uang memiliki
sifat kolektif dan kolegial. Anggota dewan komisioner yang memiliki tugas memimpin
pelaksanaan pengawasan pada setiap kegiatan jasa keuangan dan melaporkan
pelaksanaan tugasnya kepada dewan komisioner adalah kepala eksekutif.

Tujuan OJK :
1. Agar keseluruhan kegiatan jasa keuanganya terselenggara secara teratur
2. Adil
3. Transparan adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah.
4. Akuntabel adalah dapat dipertanggung jawabkan atau diperhitungkan.
5. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil
B. Profesi –profesi yang ada dalam industri jasa keuangan
1. Akuntan
Posisi dimana seseorang bertanggung jawab untuk menghasilkan laporan
keuangan dan informasi akuntansi dalam perusahaan.
Tugas utamanya yaitu membukukan semua transaksi yang terjadi pada
perusahaan secara sistematis, periodik dan mampu dipahami oleh orang yang
membutuhkan laporannya, terutama internal perusahaan, manajer terlebih
pemilik.
Sistematis adalah segala usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut obyeknya. Sedangkan periodik artinya menurut periode
tertentu; muncul atau terjadi dalam selang waktu yg tetap.
Biasanya akuntan terdiri dari akuntan keuangan dan akuntan manajemen,
akuntan keuangan fungsinya membukukan segala aktivitas perusahaan dan
membuat laporan keuangan untuk eksternal perusahaan termasuk
pemilik,sedangkan akuntan manajemen menyusun informasi untuk bahan atau
keperluan intern perusahaan atau manajemen.
2. Internal Auditor
Fungsinya untuk mengaudit internal perusahaan untuk kepentingan internal
perusahaan, memastikan manajemen sudah melakukan kegiatan dengan kaida
efektif, efisien dan ekonomis untuk kemajuan perusahaan
3. Akuntan Publik
Akuntan ini adalah akuntan dari luar perusahaan untuk “memeriksa”
kegiatan perusahaan dan memberikan pendapat atas apa yang dilakukan
perusahaan, bisa dibilang mengetes kejujuran si manajemen perusahaan.
4. Akuntan Pajak
Dari segi namanya saja sudah kebayang, ngitungin pajaknya perusahaan,
namun bukan hanya sekedar menghitung. tapi menganalisa dan memberi saran
bagaimana transaksi yang harus dilakukan agar pajak yang dibayarkan
seminimal mungkin tanpa mencurangi peraturan perpajakan yang berlaku.
5. Akuntan Pemerintah
Akuntan yang bekerja di sektor pemerintah. menyusun laporan keuangan
pemerintah, juga melakukan fungsi audit atas instansi pemerintah atau
perusahaan dimana pemerintah sangat berkepentingan seperti bea cukai dan
pajak biasanya,sudut pandang yang dipakai bukan laba rugi, tapi sesuai aturan
pemerintah.
6. Akuntan Pendidik
Guru atau dosen, ya merekalah yang bisa disebut akuntan pendidik,
fungsinya ya pendidikan akuntansi untuk anak didik mereka, bukan hanya itu,
akuntan pendidik juga bisa melakukan penelitian tentang suatu isu atau
permasalahan yang berkembang dalam dunia akuntansi.
BAB III ETIKA PROFESI SEACARA UMUM

A. Pengertian Etika Dan Etika Profesi Secara Umum


Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah sebuah
sesuatu di mana dan bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau
kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup
analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung
jawab. St. John of Damascus (abad ke-7 Masehi) menempatkan etika di dalam kajian
filsafat praktis (practical philosophy).
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-
pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain
karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk
itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
B. Pengertian Etika Profesi Dalam Bidang Akuntansi
Etika Profesi Akuntansi yaitu suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan
baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap
pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu
pengetahuan khusus sebagai Akuntan.
Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai
etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi. Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari
etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang
meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif.
Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.
C. Cakupan Etika Profesi Dalam Bidang Akuntansi
1. Akuntan Publik
Yaitu seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada akuntan
di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk
memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja
dan audit khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa
konsultasi, jasa kompilasi, dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan
akuntansi dan keuangan.Ketentuan mengenai praktek Akuntan di Indonesia
diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang mensyaratkan bahwa
gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah menyelesaikan
pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen
keuangan R.I. Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di
Indonesia, seorang akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan
Ujian Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) dan kepada lulusannya berhak
memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan Publik” (BAP). Sertifikat akan
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat Akuntan Publik tersebut
merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik
sebagai Akuntan Publik dari Departemen Keuangan.
Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang telah baku yang merujuk
kepada praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju tempat profesi
ini berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally
Accepted Accounting Principle’s) dalam melaksanakan praktek akuntansi.
Sedangkan untuk praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally
Accepted Auditing Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik
melaksanakan tugas mereka, antara lain mengaudit Laporan Keuangan para
pelanggan.
Kerangka standar dari USGAAP telah ditetapkan oleh SEC (Securities and
Exchange Commission) sebuah badan pemerintah quasijudisial independen di
Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, tcrdapat pula AICPA
(American Institute of Certified Public Accountants) yang bcrdiri sejak tahun
1945. Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial
Accominting Standard Board) yang anggota-angotanya terdiri dari wakil-wakil
profesi akuntansi dan pengusaha.
2. Akuntan Pemerintah
Akuntan Pemerintah, adalah akuntan yang bekerja pada badan-badan
pemerintah seperti di departemen, BPKP dan BPK, Direktorat Jenderal Pajak dan
lain-lain.
3. Akuntan Pendidik
Akuntan Pendidik, adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan
akuntansi yaitu mengajar, menyusun kurikulum pendidikan akuntansi dan
melakukan penelitian di bidang akuntansi.
4. Akuntan Manajemen/Perusahaan
Akuntan Manajemen, adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan
atau organisasi. Tugas yang dikerjakan adalah penyusunan sistem akuntansi,
penyusunan laporan akuntansi kepada pihak intern maupun ekstern perusahaan,
penyusunan anggaran, menangani masalah perpajakan dan melakukan
pemeriksaan intern.
BAB IV ETIKA PROFESI AKUNTANSI

A. Pengertian Profesi Akuntansi


Profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian
di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang
bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau dagang, akuntan yang bekerja di
pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik.
Dalam arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan
oleh akuntan sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit,
akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
B. Pengertian Profesi Teknisi Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah
dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan
sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah
dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya.
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila diterjemahkan ke
dalam bahasa indonesia adalah menghitung atau mempertanggungjawabkan.
Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk
mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis.
Teknisi Akuntansi adalah adalah teknisi yang memiliki kompetensi untuk
menjadi tenaga pelaksana pembukuan pada dunia usaha, lembaga pemerintah dan
lembaga lainnya
Seorang teknisi akuntansi, lebih sering disebut atau akuntansi petugas
pembukuan, yang dipekerjakan oleh perusahaan untuk mencatat memproses dan
membuat laporan keuangan.
Teknisi Akuntansi yang professional adalah teknisi akuntansi yang yang sudah
memenuhi standar kopetensi yaitu: Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya
memerlukan standar pendidikan umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus,
pelatihan dan ujian profesioanl dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman
kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan yang normal untuk
anggota.Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk belajar dan
melakukan peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan
profesional anggota. Pemeliharaan kompetensi profsional memerlukan kesadaran
untuk terus mengikuti perkembengan profesi akuntansi, termasuk diantaranya
pernyataan-pernyataan akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional
maupun internasional yang relevan. Seorang teknisi akuntansi harus menerapkan
suatu program yang dirancang untuk memastikan terdapatnya kendali mutu atas
pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan standar nasional dan
internasional.
C. Prinsip Etika Profesi Akuntan
1. Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2. Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4. Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-
hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6. Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati leerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.
D. Prinsip Etlka Profesi Ikatan Akuntan Indonesia
1. Keanggotaan dalam IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) bersifat sukarela. Setiap
masing-masing angggota mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri
seperti diisyaratkan oleh hukum dan peraturan
2. Prinsip Etika Profesi dalam kode etik Ikatan Akuntansi Indonesia menyatakan
tanggung jawabnya kepada public, pemakai jasa akuntan dan rekan. Komitmen
yang berperilaku hormat dan bahkan hingga mengorbankan keuntungan pribadi.
BAB V KESEHATAN, KESELAMATAN, DAN KEAMANAN KERJA (K3)

A. Pengertian, Peran, Dan Tujuan K3


Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan Kerja, biasa disingkat K3 adalah suatu
upaya guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif
dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat - tempat kerja untuk
melaksanakan tugas dan kewajiban bersama dibidang keselamatan, kesehatan, dan
keamanan kerja dalam rangka melancarkan usaha berproduksi. Melalui Pelaksanaan
K3LH ini diharapkan tercipta tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Jadi, pelaksanaan K3 dapat meningkatkan Efisiensi dan
Produktivitas Kerja.

Peran K3
1. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktifitas nasional.
2. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipasi dari
perusahaan.

Syarat - Syarat K3

1. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran


2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
3. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
4. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu kebakaran atau
kejadian - kejadian lain yang berbahaya
5. Memberi pertolongan pada kecelakaan
6. Memberi alat - alat perlindungan daripada pekerja
7. Mencegah dan mengendalikan timbul atau penyebab luasnya suhu, kelembapan,
kotoran, asap, vas, gas, hembusan angin, cuaca, atau radiasik, suara, dan
getaran.
8. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun
psikis, peracunan, infeksi, dan penularan.
9. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai
10. Menyelanggarakan suhu dan kelembapan udara yang baik
11. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
12. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
13. Memelihata keserasian antara tenaga kerja, alat kerja , linngkungan cara dan
proses kerjanya.
14. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau
barang.
15. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
16. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
17. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Tujuan K3

1. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi - tingginya baik buruh, petani,
nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja - pekerja bebas.
2. Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan - kecelakaan akibat
kerja perlu memelihara dan meningkatkan kesehatan efisiensi dan daya
produktivitas kerja serta meningkatkan kegairahan dan kenikmatan kerja.
B. Hukum Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang
Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan menggantikan Veilligheids
Reglement pada Tahun 1910 (Stb. No. 406). Mengatur tentang syarat-syarat
keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap
undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan jenis
perlindungan prevensif yang diterapkan untuk mencegah timbulnya Kecelakaan Kerja
(K2) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menegaskan bahwa perlindungan terhadap Pekerja/buruh di
tempat kerja merupakan hak yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan pekerja/buruh.
Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan
K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan.
UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketetuan-ketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan
Pasal 3 : Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama
Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja , pemberian ganti
kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
C. Prosedur K3
Prosedur k3 memiliki fungsi yang sama namun keadaannya berbeda beda
karena kondisi dan keadaan yang berbeda beda, oleh karena itu setiap jenis
pekerjaan memiliki prosedur yang berbeda-beda pula. Sehingga prosedur k3 tidak
sembarangan ditetapkan dalam suatu pekerjaan, karena harus sesuai prosedur di
lapangan.
Prosedur kerja adalah Aturan-aturan atau cara kerja yang berlaku saat
melakukan suatu pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu. Biasanya prosedur
kerja ditunjukan kepada pekerja yang akan memulai suatu pekerjaan.
Prosedur kerja yang lengkap dan benar akan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam suatu
pekerjaan. Oleh karena itu para pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun wajib
mentaati prosedur kerja yang ditetapkan. Resiko kerja akan ada disetiap pekerjaan,
hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh jenis pekerjaan, besar pekerjaan,
pekerja yang telibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan kompetensi pekerja.
D. Identifikasi Timbulnya Bahaya
Bila pekerjaan yang kita lakukan merupakan rutinitas kita sehari-hari, tentu
telah dibuat SOP dan IBPRPP, kita tinggal mempelajarinya dan menerapkannya tahap
demi tahap dalam pekerjaan kita.
Sekarang bagaimanakah bila pekerjaan kita merupakan pekerjaan baru?
Tentu saja kita membutuhkan JSA (Job Safety Analisis) . Dalam pembuatan JSA
kita perlu melakukan identifikasi bahaya. Beberapa pertanyaan berikut akan
membantu kita dalam identifikasi bahaya, misalnya :
1. Apakah saya bisa terjatuh?
2. Apakah saya bisa terpeleset?
3. Apakah saya bisa tersandung?
4. Apakah saya bisa terjepit?
5. Apakah saya bisa tersengat listrik?
6. Apakah saya bisa tertabrak?
7. Apakah dapat menyebabkan saya sakit?
8. Apakah ada sumber bahaya di sekitar kita?
9. Apakah ada bahaya yang tidak terlihat?

Dan masih ada beberapa pertanyaan yang lain yang bisa kita kembangkan
sendiri sesuai jenis pekerjaan yang akan kita lakukan. Beberapa pertanyaan di atas
ditujukan untuk kita sendiri, bagaimana dengan rekan kerja kita?

Maka bantuan pertanyaan akan seperti :

1. Apakah mereka bisa terjatuh?


2. Apakah teman kita bisa terpeleset?
3. Apakah teman kita bisa terjepit?
4. Apakah teman kita bisa tertabrak?
5. Apakah teman kita bisa sakit?
6. Adakah sumber energi yang bisa menyebabkan mereka terluka?
7. Adakah sesuatu yang dapat menjatuhi teman kita?
8. Adakah bahaya yang tidak terlihat yang bisa mengenai teman kita (misal bahaya
listrik, bahaya radiasi sinar gamma dan lain-lain)

Setelah beberapa pertanyaan di atas ditemukan jawabannya tentu kita sudah


melakukan identifikasi bahaya. Langkah selanjutnya adalah menentukan tanda-tanda
bahaya, maka bantuan pertanyaannya adalah :

1. Apakah saya berhenti untuk melihat dan mendengar?


2. Apakah saya memahami pekerjaan yang akan saya lakukan?
3. Apakah saya tahu apa yang sedang terjadi?
4. Apakah ini aman atau tidak?
5. Apakah saya sedang melakukan kesalahan?
Bila semua pertanyaan-pertanyaan di atas ditemukan jawabannya, berarti kita
telah mampu melakukan identifikasi bahaya.

Selanjutnya bikla kita telah bisa melakukan identifikasi bahaya, yang perlu kita
lakukan adalah pengendalian resiko.

Beberapa pertanyaan berikut akan berguna dalam pengendalian resiko :

1. Apakah yang harus saya lakukan untuk memperbaikinya?


2. Bisakah saya membersihkannya?
3. Bisakah saya mengisolasinya atau memisahkan bahaya?
4. Apakah saya membutuhkan bantuan orang lain?
5. Adakah tempat untuk berlindung?
6. Bisakah dilakukan dengan cara yang lebih aman?
7. Apa saja APD yang harus digunakan?
8. Adakah bagian yang perlu diganti?

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang bisa dikembangkan sendiri agar kontrol
resiko yang kita lakukan benar-benar tepat.

Apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan selalu terdapat bahaya yang harus
kita kontrol dengan benar, agar bahaya dapat kita hilangkan bila mungkin atau dapat
kita kurangi kemungkinan terjadinya dan juga tingkat keparahannya.

Anda mungkin juga menyukai