Keuangan
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pungutan oleh Otoritas
Jasa Keuangan
Guna Pungutan OJK : Pungutan OJK digunakan untuk membiayai kegiatan
operasional, administratif, pengadaan aset, serta kegiatan pendukung lainnya. Jenis
pungutan, besaran pungutan, serta pihak yang dikenakan pungutan diatur secara
detail di dalam Peraturan Pemerintah ini
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah suatu lembaga negara yang didirikan
berdasarkan UU No.21 Tahun 2011 yang mandiri dan tidak terpengaruh oleh campur
tangan pihak lain, memiliki fungsi, tugas dan wewenang dalam pengaturan,
pengawasan dan penyelidikan kepada keseluruhan kegiatan di bidang jasa keuangan.
Pimpinan tertinggi Otoritas Jasa Keunagan adalah dewan komisioner uang memiliki
sifat kolektif dan kolegial. Anggota dewan komisioner yang memiliki tugas memimpin
pelaksanaan pengawasan pada setiap kegiatan jasa keuangan dan melaporkan
pelaksanaan tugasnya kepada dewan komisioner adalah kepala eksekutif.
Tujuan OJK :
1. Agar keseluruhan kegiatan jasa keuanganya terselenggara secara teratur
2. Adil
3. Transparan adalah keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang diambil
oleh pemerintah.
4. Akuntabel adalah dapat dipertanggung jawabkan atau diperhitungkan.
5. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan
stabil
B. Profesi –profesi yang ada dalam industri jasa keuangan
1. Akuntan
Posisi dimana seseorang bertanggung jawab untuk menghasilkan laporan
keuangan dan informasi akuntansi dalam perusahaan.
Tugas utamanya yaitu membukukan semua transaksi yang terjadi pada
perusahaan secara sistematis, periodik dan mampu dipahami oleh orang yang
membutuhkan laporannya, terutama internal perusahaan, manajer terlebih
pemilik.
Sistematis adalah segala usaha untuk meguraikan dan merumuskan sesuatu
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang
berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab
akibat menyangkut obyeknya. Sedangkan periodik artinya menurut periode
tertentu; muncul atau terjadi dalam selang waktu yg tetap.
Biasanya akuntan terdiri dari akuntan keuangan dan akuntan manajemen,
akuntan keuangan fungsinya membukukan segala aktivitas perusahaan dan
membuat laporan keuangan untuk eksternal perusahaan termasuk
pemilik,sedangkan akuntan manajemen menyusun informasi untuk bahan atau
keperluan intern perusahaan atau manajemen.
2. Internal Auditor
Fungsinya untuk mengaudit internal perusahaan untuk kepentingan internal
perusahaan, memastikan manajemen sudah melakukan kegiatan dengan kaida
efektif, efisien dan ekonomis untuk kemajuan perusahaan
3. Akuntan Publik
Akuntan ini adalah akuntan dari luar perusahaan untuk “memeriksa”
kegiatan perusahaan dan memberikan pendapat atas apa yang dilakukan
perusahaan, bisa dibilang mengetes kejujuran si manajemen perusahaan.
4. Akuntan Pajak
Dari segi namanya saja sudah kebayang, ngitungin pajaknya perusahaan,
namun bukan hanya sekedar menghitung. tapi menganalisa dan memberi saran
bagaimana transaksi yang harus dilakukan agar pajak yang dibayarkan
seminimal mungkin tanpa mencurangi peraturan perpajakan yang berlaku.
5. Akuntan Pemerintah
Akuntan yang bekerja di sektor pemerintah. menyusun laporan keuangan
pemerintah, juga melakukan fungsi audit atas instansi pemerintah atau
perusahaan dimana pemerintah sangat berkepentingan seperti bea cukai dan
pajak biasanya,sudut pandang yang dipakai bukan laba rugi, tapi sesuai aturan
pemerintah.
6. Akuntan Pendidik
Guru atau dosen, ya merekalah yang bisa disebut akuntan pendidik,
fungsinya ya pendidikan akuntansi untuk anak didik mereka, bukan hanya itu,
akuntan pendidik juga bisa melakukan penelitian tentang suatu isu atau
permasalahan yang berkembang dalam dunia akuntansi.
BAB III ETIKA PROFESI SEACARA UMUM
Peran K3
1. Setiap Tenaga Kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam
melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi
serta produktifitas nasional.
2. Setiap orang yang berbeda ditempat kerja perlu terjamin keselamatannya
3. Setiap sumber produksi perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien.
4. Untuk mengurangi biaya perusahaan jika terjadi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat hubungan kerja karena sebelumnya sudah ada tindakan antisipasi dari
perusahaan.
Syarat - Syarat K3
Tujuan K3
1. Untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi - tingginya baik buruh, petani,
nelayan, pegawai negeri, maupun pekerja - pekerja bebas.
2. Untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaan - kecelakaan akibat
kerja perlu memelihara dan meningkatkan kesehatan efisiensi dan daya
produktivitas kerja serta meningkatkan kegairahan dan kenikmatan kerja.
B. Hukum Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Indonesia
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Undang-undang
Keselamatan Kerja diundangkan pada tahun 1970 dan menggantikan Veilligheids
Reglement pada Tahun 1910 (Stb. No. 406). Mengatur tentang syarat-syarat
keselamatan kerja, kewajiban dari pengurus, sanksi terhadap pelanggaran terhadap
undang-undang ini dan juga mengatur tentang Panitia Pembina Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
Perlindungan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang merupakan jenis
perlindungan prevensif yang diterapkan untuk mencegah timbulnya Kecelakaan Kerja
(K2) dan Penyakit Akibat Kerja (PAK). Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja menegaskan bahwa perlindungan terhadap Pekerja/buruh di
tempat kerja merupakan hak yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan yang
mempekerjakan pekerja/buruh.
Permenaker No. 4 Tahun 1995 Tentang Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Instruksi Menaker RI No. 5 Tahun 1996 Tentang Pengawasan dan Pembinaan
K3 pada Kegiatan Konstruksi Bangunan.
UU No. 14 Tahun 1969 tentang Ketetuan-ketentuan Pokok Mengenai
Ketenagakerjaan
Pasal 3 : Tiap tenaga kerja berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi
kemanusiaan
Pasal 9 : Tiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan,
kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moril kerja serta perlakuan yang sesuai dengan
martabat manusia dan moral agama
Pasal 10 : Pemerintah membina norma perlindungan tenaga kerja yang meliputi
norma keselamatan kerja, norma kesehatan kerja, norma kerja , pemberian ganti
kerugian, perawatan dan rehabilitasi dalam hal kecelakaan kerja
Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 : Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.
C. Prosedur K3
Prosedur k3 memiliki fungsi yang sama namun keadaannya berbeda beda
karena kondisi dan keadaan yang berbeda beda, oleh karena itu setiap jenis
pekerjaan memiliki prosedur yang berbeda-beda pula. Sehingga prosedur k3 tidak
sembarangan ditetapkan dalam suatu pekerjaan, karena harus sesuai prosedur di
lapangan.
Prosedur kerja adalah Aturan-aturan atau cara kerja yang berlaku saat
melakukan suatu pekerjaan dalam bidang pekerjaan tertentu. Biasanya prosedur
kerja ditunjukan kepada pekerja yang akan memulai suatu pekerjaan.
Prosedur kerja yang lengkap dan benar akan dapat mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam suatu
pekerjaan. Oleh karena itu para pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun wajib
mentaati prosedur kerja yang ditetapkan. Resiko kerja akan ada disetiap pekerjaan,
hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh jenis pekerjaan, besar pekerjaan,
pekerja yang telibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan kompetensi pekerja.
D. Identifikasi Timbulnya Bahaya
Bila pekerjaan yang kita lakukan merupakan rutinitas kita sehari-hari, tentu
telah dibuat SOP dan IBPRPP, kita tinggal mempelajarinya dan menerapkannya tahap
demi tahap dalam pekerjaan kita.
Sekarang bagaimanakah bila pekerjaan kita merupakan pekerjaan baru?
Tentu saja kita membutuhkan JSA (Job Safety Analisis) . Dalam pembuatan JSA
kita perlu melakukan identifikasi bahaya. Beberapa pertanyaan berikut akan
membantu kita dalam identifikasi bahaya, misalnya :
1. Apakah saya bisa terjatuh?
2. Apakah saya bisa terpeleset?
3. Apakah saya bisa tersandung?
4. Apakah saya bisa terjepit?
5. Apakah saya bisa tersengat listrik?
6. Apakah saya bisa tertabrak?
7. Apakah dapat menyebabkan saya sakit?
8. Apakah ada sumber bahaya di sekitar kita?
9. Apakah ada bahaya yang tidak terlihat?
Dan masih ada beberapa pertanyaan yang lain yang bisa kita kembangkan
sendiri sesuai jenis pekerjaan yang akan kita lakukan. Beberapa pertanyaan di atas
ditujukan untuk kita sendiri, bagaimana dengan rekan kerja kita?
Selanjutnya bikla kita telah bisa melakukan identifikasi bahaya, yang perlu kita
lakukan adalah pengendalian resiko.
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang bisa dikembangkan sendiri agar kontrol
resiko yang kita lakukan benar-benar tepat.
Apapun jenis pekerjaan yang kita lakukan selalu terdapat bahaya yang harus
kita kontrol dengan benar, agar bahaya dapat kita hilangkan bila mungkin atau dapat
kita kurangi kemungkinan terjadinya dan juga tingkat keparahannya.