Anda di halaman 1dari 16

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN INDONESIA

Tugas Mata Kuliah


Etika Bisnis dan Profesi

Oleh :
Gilang Antono 210810301024
Aishawa Verena Agisty 210810301092
Tasya Noer Ayu Devita Putri 210810301098

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN INTEGRITAS PENYUSUNAN RESUME

Saya yang bertandatangan di bawah ini :


1. Nama : Gilang Antono
NIM : 210810301024
2. Nama : Aishawa Verena Agisty
NIM : 210810301093
3. Nama : Tasya Noer Ayu Devita Putri
NIM : 210810301098
Menyatakan bahwa resume terlampir adalah murni hasil pekerjaan kelompok kami sendiri.
Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat pelanggaran kaidah-kaidah akademik pada
karya ilmiah kami, maka kami bersedia menanggung sanksi-sanksi yang dijatuhkan
karena kesalahan tersebut, sebagaimana diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Plagiat di
Perguruan Tinggi.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya untuk dapat
dipergunakan bilamana diperlukan.

Jember, 14 Oktober 2022


Yang membuat pernyataan,

Gilang Antono Aishawa Verena Agisty

Tasya Noer Ayu Devita Putri

2
3
PENDAHULUAN

1. Memahami mengenai sebuah profesi yang sangat berdampak bagi bagian ekonomi
dan bisnis pada sebuah Negara untuk menunjang perekonomian tersebut. Profesi
akuntan sendiri merupakan seseorang yang sudah mentyelesaikan pendidikan formal
dibidang akuntan starta satu (S1). Serta sebagai seorang profesi akuntan mengenai
sebuah laporang keuangan sudah harus menguasai dan berbagai macam hal yang
harus ditaati oleh sebuah profesi akutan tersebut. Dalam profesi tersebut juga akan
mengatur mengenai organisasi organisasi yag berkaitan dalam sebuah profesi untuk
mengawasi dan membina kinerja kinerja dan sebuah wadah bagi profesi tersebut.
Dalam bagian Negara sekarang profesi ini sangat di butuhkan dan sangat penting
untuk mengelola tatanan sebuah laporan perekonomian tersebut. Maka dari itu perlu
adanya prinsip prinsip yang harus juga ditaati dalam sebuah profesi terutama dari
profesi akuntan tersebut, serta semakin lama dan bertambahnya tahun banyak hal
yang juga berubah dari aturan aturan dan bahkan prinsip yang ada bagi profesi terebut.
2. Topik tersebut menarik untuk dipelajari karena kami sebagai calon akuntan juga harus
bisa memahami dasar dasar dari pofesi akuntan yang akan kami kerjakan kedepannya
dan juga berharap bisa memahami yang harus di teliti dan ditaati oleh seorang profesi
akuntan. Serat dapat lebih memahami mengenai aturan aturan yang mengikat dari
profesi akuntan tersebut agar tidak melakukan pelanggaran dan menjadi hukuman.

4
PEMBAHASAN

1.1 Profesi Akuntan


Seseorang yang dapat dikatakan akuntan adalah mereka yang telah lulus dari (S1)
program studi akuntansi dan telah memperoleh gelar profesi Akuntan melalui
pendidikan profesi akuntansi yang diselenggarakan oleh beberapa perguruan tinggi
yang telah mendapat izin dari Departemen Pendidikan Nasional atas rekomendasi dari
organisasi profesi Institut Akuntan Indonesia (IAI). Para akuntan dapat bekerja di sektor
swasta (perusahaan dan lembaga nonpemerintahan, mereka bisa bekerja pada
departemen/bagian Akuntansi, Keuangan, Anggaran, Audit Internal dan bagian lain
yang sejenis), dan sektor publik (BUMN, lembaga-lembaga negara, dan pemerintahan).
Dalam setiap organisasi (perusahaan), dapat dibedakan dua jenis laporan akuntansi,
yaitu: Laporan akuntansi keuangan dan Laporan Akuntansi Manajemen.
Laporan akuntansi keuangan atau biasa disingkat laporan keuangan (financial
statements) yang terdiri atas neraca (balance sheet), laporan laba-rugi (income
statement), laporan perubahan ekuitas (statement of changes in stockholders' sequity),
laporan arus kas (cash flow statement), dan catatan atas laporan keuangan (notes to
financial statements). Fungsinya adalah sebagai alat pertanggungjawaban manajemen
mengenai kinerja organisasi (perusahaan) yang dikelolanya kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders). Para pemangku kepentingan diantanya: pemegang saham,
kreditur, pelanggan, pemasok, pemerintah, bursa efek, badan pengawas pasar modal,
karyawan, media massa para aktivis lingkungan, masyarakat sekitar lokasi perusahaan,
dan sebagainya. Sederhanya, fungsi departemen akuntansi adalah melayani
manajemen dan masyarakat luas karena laporan yang dibuat oleh departemen
akuntansi bukan saja bermanfaat bagi manajemen, tetapi juga bagi masyarakat luas.
Kualitas laporan akuntansi tersebut menjadi sangat krusial karena bukan hanya
ditujukan bagi manajemen saja, tetapi bagi masyrakat luas. Sebelum laporan keuangan
diterbitkan, perlu ada jaminan bahwa penyajian laporan keuangan disajikan secara
wajar atau sesuai keadaaan. Pihak yang memberikan jaminan tersebut adalah pihak di
luar manajemen yang kompeten dan independen. Pihak ini sering disebut sebagai
akuntan publik, yang mempunyai tugas melakukan pemeriksaan umum atas laporan
keuangan perusahaan dan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan setelah

5
melakukan prosedur audit sebelum diterbitkan sebagai alat pertanggungiawahan
manajemen. Profesi akuntan publik diawasi oleh organisasi profesi itu sendiri, juga
diawasi oleh beberapa insitusi pemegang otoritas, seperti: pemerintah (di Indonesia
melalui Departemen Keuangan Republik Indonesia dan Badan Pengawas Pasar Modal
dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK), Public Company Accounting Oversight Board
(PCAOB) berdasarkan Sarbanes Oxley Act di Amerika Serikat, dan institusi lain yang
terkait.
Para akuntan juga dapat bekerja sebagai auditor internal yang bisa juga diisi oleh
orang dengan latar belakang pendidikan non-akuntansi. Pada perusahaan-perusahaan
besar, biasanya terdapat unit organisasi yang disebut departemen atau bagian audit
internal. Lingkup tugas departemen audit internal bisa sangat luas, yaitu meliputi
berbagai jenis audit, antara lain: audit keuangan (financial audit), audit
manajemen/operasional (management/operational audit), audit ketaatan (compliance
audit), investigasi khusus (special investigation), audit sistem informasi, dan
sebagainya. Tujuan penugasan audit keuangan adalah untuk menilai kewajaran dari
laporan keuangan perusahaan, apakah penyusunannya sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku umum atau tidak. Pihak auditor internal tidak berwenang untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan (hanya bisa memberikan
rekomendasi untuk menyempurnakan kualitas laporan keuangan). Tujuan dari
managemen audit adalah untuk melakukan penilaian atas kinerja organisasi, apakah
kinerja organisasi tersebut telah mencapai tingkat efektivitas (tujuan tercapai tanpa
memperhatikan aspek biaya), efisiensi (output tertentu dengan input minimal), dan
keekonomisan yang diharapkan (input tertentu, dihasilkan output yang maksimal).
Sasarannya adalah menilai kinerja entitas yang dilihat dari sudut efektivitas, efisiensi,
dan ekonomis-atau sering kali disingkat 3E (Sukrisno Agoes, 2004. Tujuan dari audit
ketaatan adalah untuk menilai kegiatan operasi perusahaan telah sesuai dengan
peraturan, kebijakan, dan prosedur yang telah ditetapkan atau tidak.
Terdapat tiga golongan pekerjaan yang dapat digeluti oleh akuntan, yaitu sebagai
akuntan manajemen, auditor internal, dan akutan publik. Semua lembaga
membutuhkan fungsi auntansi, tidak hanya perusahaan yang menginginkan laba.
Organisasi pemerintahan dan organisasi sosial-keagamaan (organisasi nirlaba) juga
memerlukan Fungsi Akuntansi, untuk bertugas mencatat dan membuat laporan
keuangan, minimal sebagai alat pertanggungjawaban. Akuntan yang bekerja pada

6
lembaga-lembaga pemerintahan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), dan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) sering disebut sebagai akuntan sektor publik. Akuntan
yang bekerja pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
berfungsi mirip dengan auditor internal di suatu perusahaan. Akuntan yang bekerja
pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), berfungsi mirip dengan auditor eksternal atau
akuntan publik bagi semua lembaga negara dan lembaga pemerintahaan.
Akuntan yang bekerja pada setiap satuan kerja di organisasi pemerintahan dan
lembaga-lembaga negara untuk menyusun laporan keuangan unit organisasi atau
lembaga negara tersebut, dapat dianggap sebagai akuntan manajemen. Dalam satuan
kerja pemerintahan, terkadang juga dibentuk Inspektorat Jenderal. Fungsi pokok
Inspektorat Jenderal ini mirip dengan audit internal, namun ruang lingkup tugasnya
terbatas untuk departemen/lembaga pemerintahan yang bersangkutan. Fungsi audit
internal untuk keseluruhan organisasi eksekutif pemerintahan dilakukan oleh Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Pada setiap satuan kerja
pemerintahan terdapat unit kesekretariatan (biro. bagian, atau seksi keuangan) yang
bertugas mencatat dan menyusun laporan realisasi anggaran serta laporan keuangan
satuan kerja pemerintahan yang bersangkutan. Pejabat atau petugas yang bekerja
pada unit kesekretariatan ini dapat dianalogikan dengan akuntan manajemen pada
sektor swasta.Pemerintah diwajibkan oleh konstitusi dan undang-undang untuk
membuat laporan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah serta
laporan keuangan (pusat dan daerah) diaudit terlebih dahulu oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) lalu kepada rakyatnya melalui DPR.
Seluruh akuntan di Indonesia bernaung di dalam organisasi yang disebut Institut
Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants). Dulu organisasi ini bernama
Ikatan Akuntan Indonesia , sub-sub organisasi yang bernama Institut berada
seluruhnya di bawah organisasi tunggal IAI dengan sebutan Kompartemen-
kompartemen. Seiring dengan makin bertambahnya spesialisasi bidang-bidang
pekerjaan, maka terbentuk pula sub-sub organisasi profesi, antara lain: Institut Akuntan
Publik Indonesia (Indonesian Institute of Public Accountants), Institut Akuntan
Manajemen Indonesia (Indonesian Institute of Management Accountants), Institut
Akuntan Sektor Publik (Indonesian Institute of Public Sector Accountants), dan Institut
Akuntan Pendidik Indonesia (Indonesian Institute of Education Accountants).

7
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan para akuntan
disebut suatu profesi karena:
1. Memerlukan pengetahuan akuntansi atau ilmu lain yang relevan melalui pendidikan
formal (knowledge);
2. Memerlukan keterampilan dengan memanfaatkan teknologi komputer dan sistem
informasi dalam mengolah data dan menyajikan laporan (skill); serta
3. Harus mempunyai sikap dan perilaku etis (attitude).

1.2 Organisasi Institut Akuntan Indonesia (IAI)


Organisasi Institut Akuntan Indonesia lahir 12 pada tanggal 23 Desember 1957
(T.M. Tuanakotta, 2007). Pada awal berdirinya, susunan pengurusnya terdiri atas:
Ketua : Prof. Soemardjo
Panitera : Drs. Go Tie Siem
Bendahara : Drs. Basuki T. Siddharta
Komisaris : Drs. Tan Tong Joe dan Drs. Hendra Darmawan
Pada saat itu, hanya ada sebelas akuntan di Indonesia. Anggaran dasar IAI baru
disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru dimuat
dalam Berita Negara RI Nomor 24 Tanggal 24 Maret 1959. Walaupun demikian, para
anggota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23 Desember 1957. Syarat
anggota IAI adalah telah mengikuti pendidikan akuntan secara formal berdasarkan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi
akuntan yang dikenal dengan nama Ujian Negara Akuntansi (UNA) serta telah
memperoleh register akuntan dari Departemen Keuangan RI. Para akuntan dapat
berprofesi baik di sektor swasta maupun sektor pemerintahan (sebagai akuntan
manajemen, akuntan pendidik, auditor internal, akuntan publik, dan akuntan sektor
publik).
Para akuntan yang berprofesi sebagai akuntan publik ini sepakat untuk membentuk
sub-organisasi tersendiri di bawah IAI pada tanggal 7 April 1977, yang saat itu bernama
Ikatan Akuntan Indonesia-Seksi Akuntan Publik (disingkat IAI-SAP). Penyebab
terbentuknya sub-organisasi tersendiri di bawah IAI karena pesatnya pertumbuhan
ekonomi yang dicapai pada era pemerintahan Orde Baru serta dengan dibukanya
kebijakan investasi bagi modal asing, memungkinkan pertumbuhan dan kemajuan yang
juga dicapai oleh mereka yang berprofesi sebagai akuntan publik. Belakangan nama

8
IAI-SAP diubah menjadi IAI-Kompartemen Akuntan Publik (disingkat IAI-KAP). Diawali
oleh para akuntan publik, para akuntan lainnya juga membentuk sub sub organisasi
sesuai dengan spesialisasinya, seperti: IAI-Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd),
IAI-Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM), dan IAI-Kompartemen Akuntan
Sektor Publik (IAI-KASP).
Terjadi peristiwa penting pada tanggal 23 Mei 2007 yang menandai tonggak baru
perubahan organisasi dalam tubuh IAI, di mana sub organisasi IAI-KAP berubah
menjadi organisasi baru yang independen dengan nama Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI). IAI-KAP kemudian dibubarkan, namun sebagai gantinya IAPI secara
kelembagaan mendaftarkan diri sebagai anggota IAI dan mendapat persetujuan dari IAI
pada tanggal 4 Juni 2007. Dengan diterimanya IAPI menjadi anggota IAI secara
kelembagaan, maka keanggotaan IAI pun mengalami perubahan dan perluasan. Ikatan
Akuntan Indonesia juga berbenah diri, antara lain sepakat untuk berganti nama baru
menjadi Institut Akuntan Indonesia. Selama beberapa periode kepengurusan, IAI cukup
dipimpin oleh seorang Ketua, Namun dengan makin besarnya organisasi dan makin
kompleksnya permasalahan yang dihadapi, maka pada dua periode kepengurusan IAI
telah dipimpin oleh satu badan pengurus yaitu Dewan Pengurus Nasional (DPN).
DPN merupakan suatu badan yang mirip dengan Dewan Direksi pada suatu
organisasi perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Persyaratan untuk menjadi
anggota IAI juga mengalami perubahan, seiring dengan masuknya IAPI sebagai
anggota IAI atas nama kelembagaan. Dulu, yang dapat menjadi anggota IAI hanya
seseorang yang bergelar akuntan, tetapi kini persyaratannya yaitu memperbolehkan
anggota lembaga yang bukan akuntan, asalkan memenuhi persyaratan tertentu yang
ditentukan oleh IAI. Pada akhir bulan Desember 2008 nomor register akuntan di
Departemen Keuangan telah sampai D-46,094, walaupun tidak semuanya terdaftar
sebagai anggota IAI.

1.3 Profesi Akuntan dalam Sorotan


Pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi positif yang kuat dengan pertumbuhan
profesi akuntan. Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi pada era Orde Baru juga
berdampak positif bagi pertumbuhan dan kemajuan profesi akuntan di Indonesia.
Menjelang akhir abad ke-20, Indonesia tertimpa krisis ekonomi dan moneter yang
berakibat runtuhnya pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Awalnya

9
krisis ekonomi di Indonesia dipicu oleh faktor eksternal. Namun banyak yang
mengatakan bahwa akar penyebab krisis yang sesungguhnya adalah karena
pembangunan di bidang ekonomi tersebut tidak diimbangi oleh pembangunan landasan
moral yang kuat. Seluruh kehidupan ekonomi, sosial, dan politik sarat dengan budaya
KKN yang telah mengakar. Aparat birokrasi dan penegak hukum telah tercemar virus
KKN ini sehingga seluruh praktik bisnis dan kehidupan masyarakat terperangkap ke
dalam budaya KKN.Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik
bisnis dan penyelenggaraan administrasi pemerintahan, mau tidak mau, berada dalam
tekanan berat konflik kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret ke
dalam praktik-praktik yang tidak etis.

1.4 Struktur Etika Institut Akuntan Indonesia


Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada empat
kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
3. Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Struktur Kode Etik IAI terdiri atas :
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi Aturan Etika
4. Tanya-Jawab Etika

10
Struktur Etika Institus Akuntan Indonesia

Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan adalah:


1. Integritas - bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan profesional dan bisnis.
2. Objektivitas - tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak semestinya dari pihak
lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional - untuk:
a) Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada
level yang disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya
bekerja memperoleh jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar
profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; dan
b) Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar profesional dan standar
teknis yang berlaku.
4. Kerahasiaan - menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari hasil hubungan
profesional dan bisnis.
5. Perilaku Profesional - mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
menghindari perilaku apa pun yang diketahui oleh Akuntan mungkin akan
mendiskreditkan profesi Akuntan.

11
1.5 Pengaturan dan Perizinan KAP
Sebuah fungsi utama dari organisasi profesi IAI adalah wadah untuk mengatur,
membina, dan mengawasi kualitas kerja dan perilaku anggotanya agar dapat menjaga
citra di mata publik. IAPI sebagai sub organisasi memiliki peran penting dan strategis
dalam perekonomian Negara, maka dari tu pengaturan dan pengewasan terhadap
kinerja dan keberadaan nya tidak bisa dilakukan oleh profesi itu sendiri. DPR sangat
ikut andil mengawasi agar pofesi KAP dapat menjalankan tugas dan wewenang dengan
kualitas tinggi maka dari itu wujud campur tangan dari pemerintah dan lembaga
legislatif ada pada produk peraturan dan perundang undangan serta pembentukan
badan/ lembaga pemerintahan melalui Undang Undang, Surat Keputusan Menteri
Keuangan dan Peraturan Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan.
Sementara itu, badan atau lembaga yang berkepentingan langsung untuk melakukan
pembinaan dan pengawasan atas kinerja profesi akuntan ialah :
1. Menteri Keuangan Republik Indonesia
2. Quality Review oleh Direktur Jenderal Keuangan
3. IAI dan kompartemen IAI yang terkait
4. Dewan Kehormatan IAPI
5. Dewan Review Mutu IAPI
6. Bapepam Lk
Peraturan terbaru yang mengatur akuntan public dalam bentuk perundang
undangan terdapat pada Undang Undang Nomer 5 Tahun 2011, maka dengan adanya
UU ini ketentuan lama yang lebih rendah seperti SK/ Peraturan Menteri Keuangan
terkait dinyatakan tidak berlaku lagi. Setidaknya ada 2 hal yang menarik dari terbitnya
UU Nomer 5 Thaun 2011, yaitu pertama ada apersyaratan pendidukan formal yang
diatur dalam pasal (6) huruf (a) yang berbunyi “…Yang dapat mengikuti pendidikan
profesi akuntan public adalah seorang yang memiliki pendidikan minilmal sarjana satra
1 (S1), diploma IV (D-IV), atau yang setara. Ketentuan pasal ini menunjukan bahwa
persyaratan pendidikan formal untuk menjadi akuntan tidak lagi harus bersala sarjana
akuntansi, namun sarjana lain dapt ikut bersaing. Kedua, adanya ketentuan baru
tentang sanksi pidana yang diatur pada beberapa pasal (Pasal 55 – 57). Ketentuan
pidana ini, bisa saja meningkatkan kepatuhan terhadap ketentuan kode etik profesi
namun sekaligus juga menjadi momok yang menakutkan bagi para praktisi Akuntan
Publik.

12
Perbedaan penting antara Undang Undang Nomor 5 Tahun 2011 dengan
peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 yang disampaikan oleh Pusat
Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
Republik Indonesia (2011) ialah
NO Subtansi PMK Nomor UU Nomor 5 Tahun 2011
17/PMK.01/2008

1. Jenis Jasa Atestasi Asuransi (Pasal 3)

2. Proses menjadi Registrasi Akuntan S!, D IV, dan setara, lulus USAP
Akuntan Publik Negara, S1 yang diselenggarakan ISAI (Pasal
Akuntansi, lulus 6)
USAP, dan PPAk

3. Bentuk Usaha KAP Perseorangan, Perseorangan, Persekutuan,


Persekutuan, Perdata, Perdata, Firma, Bnetuk Usaha lain
Firma sesuai karakteristik profesi akuntan
publik, yang ada dalam UU (Pasal
12)

4. Kerja sama antar Tidak di Atur Organisasi Audit Indonesia (OAI)


KAP (Pasal 33-34)

5. Jumlah pegawai Minimal 3 Minimal 2 ( Pasal 27)


Profesional
pemeriksa KAP

6. Pihak Terasosiasi Tidak di atur Diatur (Pasal 52)

7. Kedaluarsa Tidak Diatur Diatur 5 tahun


tuntutan atau
gugatan

Secara garis besar UU NO 5 Tahun 2011 ini tentang Akuntan Publik terdiri dari 16
bab dan 62 pasal dengan sistematika sebagai berikut:
BAB JUDUL PASAL
I Ketentuan Umum 1-2
II Bidang Jasa 3-4
III Perijinan Akuntan Publik 5-11
IV Kantor Akuntan Publik 12-23
V Hak, Kewajiban dan Larangan 24-31
VI Penggunaan nama KAP 32
VII Kerja sama KAP 33-40
VII Biaya Perizinan 41-42
IX Asosiasi Profesi AP 43-44

13
X Komite Profesi AP 45-48
XI Pembinaan dan Pengawasan 49-52
XII Sanksi Administratif 53-54
XIII Ketentuan Pidana 55-57
XIV Kadaluarsa Tuntutan atau Gugatan 58
XV Ketentuan Peralihan 59
XIV Ketentuan Penutup 60-62

1.6

14
KESIMPULAN

15
DAFTAR PUSTAKA

Ardana Cekik, Agoes Sukrisno. (2014). Etika Bisnis dan Profesi Tantangan Membangun
Manusia Seutuhnya, Jakartas Selatan : Salemba Empat.

Ikatan Akuntansi Indonesia, Institut Akuntan Publik Indonesia, dan, & Institut Akuntan
Manajemen Indonesia. (2020). KODE ETIK AKUNTAN INDONESIA.

16

Anda mungkin juga menyukai