Anda di halaman 1dari 3

TMK 2 EKSI4308/Auditing I

1 Kredibilitas kualitas pelaporan keuangan Indonesia dapat terancam jika regulator tidak
segera mengatur
penangung jawab laporan keuangan. Belajar dari kasus-kasus kecurangan keuangan
yang terjadi di indutri
keuangan akhir-akhir ini, salah satu penyebab terjadinya fraud seperti itu adalah karena
penanggungjawab
laporan keuangan, khususnya industri keuangan dan pasar modal, belum diwajibkan
bersertifikasi
Chartered Accountant (CA) dan menjadi anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Saat ini
jumlah akuntan
profesional yang menjadi anggota IAI dan memiliki sertifikat CA hanya berkisar di angka
20 ribuan Akuntan.
Padahal entitas yang menyusun laporan keuangan di Indonesia jumlahnya mencapai
hampir 3 juta
perusahaan jika menggunakan data perusahaan yang terdaftar di Direktorat Jenderal
Perpajakan per
Pebruari 2017. Artinya sangat banyak perusahaan yang mengandalkan penyusunan
laporan keuangannya
kepada individu yang bukan merupakan akuntan profesional.
Pemerintah telah mengatur adanya kewajiban entitas menyusun laporan keuangan, dan
dengan tegas
memberikan sanksi bagi entitas yang tidak membuat atau terlambat menyampaikan
laporan tahunannya.
Namun pemerintah tidak mengatur bahwa pembuatan laporan keuangan tersebut harus
dilakukan oleh
individu yang kompeten, yaitu seorang akuntan profesional.
Seseorang berhak menyandang sebutan Akuntan Profesional pemegang sertifikat CA,
setelah diuji
kompetensinya oleh IAI, sehingga memiliki kapabilitas dan kompetensi dalam mengelola
sistem pelaporan
yang menghasilkan laporan keuangan yang bernilai tinggi sesuai dengan prinsip tata
kelola, etika
profesional dan integritas. Seorang CA juga harus memenuhi persyaratan pengalaman
kerja di bidang
akuntansi. Dengan menjadi anggota IAI, seorang akuntan profesional akan dipantau
kewajibannya untuk
selalu menjaga kompetensinya melalui kegiatan pendidikan profesional berkelanjutan,
wajib mematuhi
kode etik dan standar profesi, serta akan diberikan sanksi jika melakukan pelanggaran
atas kode etik dan
standar profesinya.
Apabila penanggungjawab penyusunan laporan keuangan telah memiliki sertifikat CA dan
menjadi
anggota IAI, maka pengawasan dan pembinaan Akuntan Profesional dilakukan oleh IAI
sebagai asosiasi
profesi yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia, bersama dengan Pusat Pembinaan
Profesi
Keuangan Kementerian Keuangan sebagai instansi yang menyelenggarakan administrasi
Akuntan
Beregister.
IAI mengkhawatirkan kualitas laporan keuangan yang disusun oleh orang yang tidak
mengerti standar
akuntansi keuangan, tidak mengerti update akuntansi, hingga tidak mengenal kode etik
yang harus dimiliki
akuntan profesional. Padahal laporan keuangan berguna bagi penggunanya untuk
mengambil keputusan
ekonomi.
Untuk itu, IAI menekankan urgensi pengaturan yang jika tidak dapat berupa Undang-
undang Pelaporan
Keuangan, maka dalam waktu cepat dapat dikeluarkan peraturan oleh Otoritas Jasa
Keuangan sebagai
institusi yang mengawasi sektor keuangan dan pasar modal. OJK perlu segera mengatur
agar
penanggungjawab atau penyusun laporan keuangan entitas dibawah pengawasan OJK
diwajibkan
memiliki sertifikat CA Indonesia. Jika penyusun laporan keuangan tidak diperbaiki
kualitasnya maka bisa
jadi akan banyak lagi kasus fraud yang akan muncul kepermukaan dan merugikan publik.
Bedasarkan bacaan diatas kepatuhan terhadap kode etik bagi seorang akuntan sangat
diperlukan, dan
bermanfaat untuk keberlanjutan profesi akuntan itu sendiri. Sebutkan yang anda ketahui
manfaat kode etik
yang dibuat untuk profesi bedasarkan Duska et.al?
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyebutkan bahwa dalam penugasan
umum, auditor
ditugasi untuk memberi opini atas laporan keuangan suatu satuan usaha. Auditor dituntut
untuk
memberikan keyakinan memadai atas suatu laporan keuangan perusahaan, bahwa
laporan tersebut tidak
mengandung salah saji material yang nantinya akan menyesatkan pengguna laporan
keuangan. Opini
yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan, hasil
usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP, 2001).
Selanjutnya, dalam Pernyataan Standar Auditing No. 30 disebutkan bahwa auditor
bertanggung jawab
untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas
dalam
2 mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas, tidak lebih dari
satu tahun sejak
tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit (IAI, 2001:SA Seksi 341), oleh karena itu,
meskipun auditor
tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup perusahaan auditee, tetapi dalam
melaksanakan
pekerjaan audit, kelangsungan hidup (going concern) perusahaan perlu menjadi
pertimbangan auditor
dalam pemberian opini.
Berikan pendapat Saudara mengenai pentingnya informasi GC bagi pengguna Laporan
Keuangan? Apa
yang harus dilakukan oleh seorang Auditor apabila dalam pelaksanaan prosedur standar
audit yang
lainnya auditor menyimpulkan terdapat keraguan terhadap kemampuan perusahaan untuk
melanjutkan
usaha ?
Seorang auditor dalam menjalankan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya
sekedar
mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus disertai
dengan sikap
skeptisme profesional. Standar Profesional Akuntan Publik mendefinisikan skeptisme
profesional sebagai
sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan
3
evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit.
Jelaskan apa keterkaitan antara sikap skeptisme profesional dengan pencarian bukti audit!
Apakah dalam
melaksanakan tugasnya seorang Auditor harus selalu sinis, banyak bertanya, banyak
mengkritik, atau
bersikap dingin sepanjang waktu?
Jawab : FULL JAWABAN 15K , 0813-1129-1022
1. Setidaknya adabeberapa alasan seperti dikutip dari Duskaet al.(2003), yaitu ….

2. Going concern  merupakan asumsi akuntansi …

3. Skeptisisme, berasal dari kata skeptis… FULL JAWABAN 15K , 0813-1129-1022

Anda mungkin juga menyukai