Anda di halaman 1dari 4

Nama : Eko Tri Cahyono

Kelas : HESC

Nim : 102180086

Pengertian Opini Audit

Opini audit adalah pendapat yang diberikan oleh akuntan publik atau auditor atas proses audit
yang telah dilakukannya pada instansi tertentu. Dalam hal ini auditor akan melakukan penilaian
atas laporan keuangan yang disajikan dan kemudian memberikan pendapatnya tentang kualitas
dari perusahaan yang diaudit.

Jenis Opini Audit dan Contohnya

Dalam standar profesional akuntan publik yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia
laporan/opini audit yang menyimpang dari standar terdiri dari empat kategori, yaitu:

1. Opini Wajar dengan Bahasa Penjelasan

Opini ini sebenarnya masih merupakan pendapat yang berisi pendapat “wajar tanpa
pengecualian” hanya saja ada kondisi tertentu yang mengharuskan auditor menambah
kalimat penjelas dalam paragraf pendapat. Artinya, terdapat tambahan kalimat penjelas
dari paragraf dalam laporan standar. Sesuai dengan standar profesional akuntan, keadaan-
keadaan yang mengharuskan auditor menambah kalimat penjelas tersebut adalah:

 Pendapat auditor yang sebagian pendapatnya didasarkan atas laporan auditor


lainnya

 Menghindari laporan keuangan yang menyesatkan, sebab adanya keadaan tertentu


yang sifatnya luar biasa.

 Laporan keuangan, ternyata memiliki format yang berbeda dari pedoman yang
ada dalam prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI
 Keuangan yang dilaporkan ternyata dipenuhi oleh unsur ketidakpastian, misalnya
peristiwa di masa yang akan datang dan tidak bisa diperkirakan hitungannya pada
saat laporan audit dilaksanakan.

 Adanya keraguan yang cukup besar berdasarkan fakta audit, jika perusahaan
dalam melangsungkan usahanya di masa depan

 Adanya perubahan material diantara dua periode, baik dalam penerapannya atau
prinsip akuntansi yang digunakan.

 Keadaan lain yang memiliki hubungan erat dengan audit atas laporan keuangan.

 Tidak disajikannya data keuangan kuartal yang diwajibkan oleh BAPEPAM


(Badan Pengawas Pasar Modal)

2. Pendapat wajar dengan pengecualian

Opini audit wajar dengan pengecualian diberikan oleh auditor apabila setelah


melakukan pemeriksaan ditemukan beberapa kondisi berikut ini:

 Tidak mencukupinya bukti yang sifatnya kompeten atau karena pihak manajemen
perusahaan membatasi ruang lingkup kewenangan audit secara sengaja.

 Ditemukan penyimpangan-penyimpangan dari standar yakni prinsip-prinsip


akuntansi yang telah berlaku secara umum (standar akuntansi keuangan) di dalam
laporan yang disusun pihak manajemen. Laporan ini memiliki dampaknya cukup
materil terhadap tingkat kewajaran penyajian laporan keuangan yang disajikan.

Dalam menyatakan opini audit ini, Auditor harus secara tegas mencantumkan kalimat
“dengan pengecualian” dalam laporannya. Selain itu auditor juga harus menguatkan
pendapatnya dengan mencantumkan beberapa paragraf penjelas sebagai alasan mengapa
pendapat itu dikeluarkan. Di dalam standar profesional akuntan publik ditegaskan bahwa,
untuk pendapat dengan pengecualian agar dihindarkan penggunaan frasa “tergantung
pada” (subject to) karena frasa tersebut maknanya tidak jelas sehingga dapat di salah
tafsirkan oleh pihak pemakai laporan.

3. Pendapat Tidak Wajar

Opini audit ini umumnya diberikan oleh auditor ketika menemukan bahwa laporan
keuangan yang disajikan ternyata tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
secara umum atau standar akuntansi keuangan yang berlaku. Dalam memberikan
pendapat ini, akuntan publik harus menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami
mengenai alasan dasar dikeluarkannya pendapat tersebut. Selain itu, Auditor juga harus
menjelaskan dampak dari pendapatnya terhadap laporan keuangan, hasil usaha
perusahaan hingga arus kas yang ada. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar,
paragraf pendapat harus berisi penunjukkan langsung ke paragraf terpisah yang
menjelaskan dasar untuk pendapat tidak wajar tersebut.

Sebagai contoh misalnya, kesalahan dalam menyajikan nilai aktiva tetap perusahaan yang
disajikan dalam neraca ternyata didasarkan pada penilaian kembali nilai aktiva.
Seharusnya dalam menyajikan nilai aktiva tetap harus didasarkan pada harga perolehan.
Penyusutan aktiva tetap dihitung berdasarkan nilai tersebut.

4. Pernyataan Tidak Memberikan Pendapat

Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan oleh auditor apabila, adanya


pembatasan terhadap ruang lingkup audit, sehingga tidak dapat melaksanakan yang
cukup untuk memungkinkan auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan yang di
audit nya. Jika pernyataan tidak memberikan pendapat disebabkan karena adanya
pembatasan ruang lingkup audit, auditor harus menunjukkan dalam paragraf terpisah,
alasan mengapa audit yang dilakukannya tidak berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam pendapat ini, Auditor harus
menyatakan bahwa ruang lingkup audit yang telah dilakukannya, tidak cukup memadai
untuk dijadikan dasar sebagai bukti untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
Auditor juga harus menjelaskan beberapa keberatan lain yang berhubungan dengan
tingkat kewajaran penyajian informasi dari laporan keuangan berdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum.

Sebagai contoh misalnya ketika pelaksanaan audit, ternyata pihak manajemen perusahaan
enggan untuk melaksanakan inventori taking. Bukti-bukti yang mendukung harga
perolehan aktiva tetap sebelum tahun dilaksanakannya audit ternyata tidak bisa disajikan
oleh perusahaan karena hilang dari arsip perusahaan. Dalam hal ini, Auditor tidak dapat
menggunakan prosedur audit lainnya terhadap persediaan dan aktiva tetap.

5. Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan

Jenis opini yang satu ini diberikan oleh auditor atas dasar keadaan tertentu yang tidak
memiliki dampak secara langsung terhadap pendapat wajar. Perbedaan dari kenis opini
ini terletak pada paragraph penjelasan yang diberikan oleh auditor terkait dengan keadaan
tertentu yang telah dinyatakan sebelumnya.

Beberapa jenis keadaan yang dapat memicu modified unqualified opinion adalah:

1. Sebagian dari pendapat auditor ditarik dari pendapat auditor independen lainnya

2. Tidak tersedianya aturan yang jelas terkait dengan laporan keuangan sehingga
berpotensi dianggap menyimpang dari SAK (Standar Akuntansi Keuangan).

3. Adanya pengaruh ketidakpastian peristiwa masa yang akan datang dan hasilnya
tidak dapat diperkirakan.

Anda mungkin juga menyukai