COMPETENCE
Oleh :
Khalid 120620220009
Shella Dwinanda 120620220020
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
baik harus disajikan secara wajar. Untuk memberikan keyakinan bahwa suatu
laporan keuangan tersebut dapat dipercaya. Akan tetapi kasus-kasus hukum yang
melibatkan manipulasi akuntansi pun kerap sering kita temui dilapangan. seperti
yang terjadi pada PT Bank Bukopin Tbk yang telah mengubah laporan keuangan
tiga tahun terakhir, yaitu tahun 2015, 2016, dan 2017. Menurut informasi yang
dihimpun oleh CNBC Indonesia dari para pihak yang mengetahui masalah ini,
modifikasi yang dilakukan adalah data kartu kredit di Bukopin. Jumlah kartu
kredit yang dimodifikasi juga cukup besar, lebih dari 100.000 kartu.
komisi Bukopin bertambah tidak semestinya, uniknya kejadian ini lolos dari
berbagai layer pengawasan dan audit. Mulai dari audit internal Bukopin, Kantor
otoritas sistem pembayaran yang menangani kartu kredit, serta OJK sebagai
2018).
1
Oleh karena itu profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam
beberapa tahun terakhir. Saat auditor menjalankan profesinya, auditor akan diatur
sesuai kode etik yang dikenal dengan Kode Etik Akuntan. Audit merupakan
sebuah proses memeriksa atau mengevaluasi laporan keuangan agar sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Tujuan adanya audit yaitu untuk meyakini kewajaran
penyajian laporan keuangan pada suatu perusahaan. Jasa auditor merupakan orang
yang berperan penting dalam proses audit tersebut, di mana auditor memiliki
tanggung jawab yang sangat besar dalam menganalisa dan mengevaluasi laporan
keuangan suatu perusahaan dan memastikan proses pembuatannya telah dibuat
dengan benar, disajikan dengan jujur, dan dapat dipercaya oleh publik.
Untuk menjadi auditor yang handal tentunya harus memenuhi kriteria-
kriteria atau ketentuan etika yang relevan. Ketentuan ini tercantum dalam Kode
Etik Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik
Indonesia. Kode etik menetapkan prinsip dasar etika profesi bagi auditor ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan. Prinsip-prinsip dasar yang harus
dipatuhi oleh auditor menurut kode etik yaitu diantaranya, integritas, objektivitas,
kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, dan perilaku profesional.
Dalam makalah ini kami akan mencoba membahas salah satu prinsip tersebut
yaitu terkait dengan kompetensi.
Kompetensi bisa diartikan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk
melakukan pekerjaan yang diberikan kepadanya dengan baik. Kompetensi
memungkinkan seseorang mewujudkan tugas yang berkaitan dengan pekerjaan
yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Wibowo, 2007;76). Seorang auditor yang
berkompeten dengan ketrampilan yang dimiliki akan dapat mengerjakan pekerjaan
dengan mudah, cepat, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
Kompetensi yang dimiliki dapat dibentuk diantaranya melalui pengetahuan dan
pengalaman, seiring dengan luas nya pengetahuan yang dimiliki maka kinerja
auditor pun menjadi dapat dipertanggungjawabkan.
1.2 Rumusan Masalah
Setelah penjelasan dari latar belakang penelitian tersebut, maka dapat
keuangan?
Dengan adanya rumusan masalah yang telah diungkapkan diatas, maka artikel
ini bertujuan untuk mengetahui apakah kompetensi ini dapat mempengaruhi dari
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
(a) Melaksanakan perikatan audit sesuai dengan standar profesi serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
(b) Memungkinkan diterbitkannya laporan auditor yang sesuai dengan kondisinya.
A2. Kecuali informasi yang disediakan oleh KAP atau pihak lain menyatakan
sebaliknya, tim perikatan dapat mengandalkan sistem pengendalian mutu KAP
dalam kaitannya dengan,
sebagai contoh:
a. Kompetensi personel melalui perekrutan dan pelatihan formal.
b. Independensi melalui akumulasi dan komunikasi informasi independensi yang
relevan.
c. Pemeliharaan hubungan dengan klien melalui sistem penerimaan dan
keberlanjutan klien.
d. Kepatuhan terhadap ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku melalui
proses pemantauan.
A.4 Kode Etik menetapkan prinsip dasar etika profesional, yang mencakup:
a. Integritas;
b. Objektivitas;
c. Kompetensi dan kecermatan profesional;
d. Kerahasiaan; dan
e. Perilaku professional
5
d. Pengetahuan industri yang relevan dengan bidang usaha klien.
e. Kemampuan menggunakan pertimbangan profesional.
f. Pemahaman tentang kebijakan dan prosedur pengendalian mutu KAP.
Paragraf 12
Pengukuran kompetensi seorang auditor tidak mudah. Pada umumnya auditor
merupakan lulusan program pendidikan akuntansi dari perguruan tinggi di
Indonesia atau luar negeri. Auditor yang memiliki sertifikasi profesi merupakan
suatu indikator bahwa kompetensinya terukur dan diakui asosiasi, sehingga
idealnya setiap auditor memiliki sertifikasi profesi dari IAPI. Demikian juga
ketentuan UU mewajibkan setiap akuntan publik dan anggota IAPI harus
menempuh kegiatan pendidikan profesional berkelanjutan minimal 40 SKP yang
13 setara dengan 40 jam pelatihan setiap tahun, atau sekitar 2,5% dari jumlah
waktu efektif dalam satu tahun. Oleh karena itu indikator yang cukup obyektif
untuk menentukan kompetensi auditor yaitu meliputi:
6
a. rasio jumlah auditor yang memiliki sertifikasi profesi yang diterbitkan oleh
IAPI terhadap jumlah keseluruhan staf profesional;
b. rasio rata-rata jumlah jam pengembangan dan pelatihan 21 kompetensi
dibandingkan dengan jumlah jam efektif dalam setiap tahun per auditor.
7
04 Seorang auditor harus memiliki "tingkat keterampilan yang umumnya dimiliki"
oleh auditor pada umumnya dan harus menggunakan keterampilan tersebut
dengan "kecermatan dan keseksamaan yang wajar"
05 Para auditor harus ditugasi dan disupervisi sesuai dengan tingkat pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan sedemikian rupa sehingga mereka dapat
mengevaluasi bukti audit yang mereka periksa. Auditor dengan tanggung jawab
akhir untuk suatu perikatan harus mengetahui, pada tingkat yang minimum,
standar akuntansi dan auditing yang relevan dan harus memiliki pengetahuan
tentang kliennya. Auditor dengan tanggung jawab akhir bertanggung jawab atas
penetapan tugas dan pelaksanaan supervisi asisten.
Menurut Penelitian
8
untuk bekerja sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa
permasalahan.
4. Murniasih & Sudarma (2016), Kompetensi akan mendorong suatu komitmen
tertentu, karena auditor merasa diterima pada organisasinya, sehingga lebih
menunjukkan kualitas performa di organisasi.
5. Suhendra et al (2012), kompetensi auditor adalah auditor yang dengan
pengetahuan dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit
secara objektif, cermat dan seksama.
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP 2001) menyebutkan bahwa audit
harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis
yang cukup sebagai auditor, sedangkan standar umum ketiga (SA seksi 230 dalam SPAP,
2001) menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalitasnya dengan cermat dan seksama (due
professional care). Sedangkan Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan
bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya
mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah
membuat kesalahan. Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Sri
Lastanti (2005) mendefinisikan kompetensi adalah ketrampilan dari seorang ahli. Dimana
ahli didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau
pengetahuan yang tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan
pengalaman. Adapun Bedard (1986) dalam Sri lastanti (2005) mengartikan keahlian atau
kompetensi sebagai seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan prosedural
yang luas yang ditunjukkan dalam pengalaman audit. Berdasarkan uraian di atas dapat
ditarik kesimpulan bahwa kompetensi auditor adalah auditor yang dengan pengetahuan
dan pengalaman yang cukup dan eksplisit dapat melakukan audit secara objektif, cermat
dan seksama.
9
mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi ini mencakup sifat, motif, sistem nilai,
sikap, pengetahuan dan keterampilan di mana kompetensi akan mengarahkan tingkah
laku, sedangkan tingkah laku akan menghasilkan kinerja. Beberapa penelitian terdahulu
menyatakan bahwa kompentensi berpengaruh langsung terhadap kualitas audit.
Kompetensi dan independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Interaksi
independensi dan etika auditor terhadap kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan
kualitas audit berpengaruh signifikan, sedangkan kompetensi dan etika auditor tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (Alim, dkk, 2007)
1
0
BAB III
KESIMPULAN
1
1
DAFTAR PUSTAKA
1
2