Anda di halaman 1dari 3

Slide 3

Baik, sebelum kami menjelaskan lebih jauh terkait materi jantung kewirausahaan, disini kami akan
memberikan gambaran sekilas terkait data statistik tentang pelaku usaha yang ada di Indonesia.
Dapat kita lihat bersama dari diagram segitiga di samping bahwa di Indonesia sendiri ternyata jenis
pelaku usaha yang paling banyak mendemoninasi negara kita itu adalah jenis usaha mikro, yaitu
usaha-usaha kecil berupa umkm-umkm yang dapat dengan mudah sekali kita temui di lingkungan
sekitar kita, contohnya seperti pedagang2 di pinggir jalan, ada pedagang roti, orang jual nasi goreng,
sate, bubur ayam, atau kafe2 kecil pinggir jalan dan masih banyak lagi. Nahh semua itu merupaka
contoh2 dari jenis pelaku usaha mikro itu sendiri. Dari diagram itu juga dpat kita lihat bahwa
persentase jumlah pelaku usaha mikro ini bahkan hamper mencapai 100 persen dari total pelaku
usaha di Indonesia yang sebesar 62.908. 077 unit usaha yaitu sebesar 62.106. 900 unit usaha dengan
persentase sebesar 98,70%.

Nahh Ternyata walaupun usaha mikro ini hanya merupakan usaha kecil atau dalam arti lain tidak
sebesar2 usaha2 lain seperti usaha menengah dan usaha besar namun usaha mikro ini ternyata
memiliki pengaruh yang besar terhadap perekomian di negeri kita. Disini kami mendapat data dari
bps tahun 2017 bahwa untuk  Usaha Mikro ini dia mampu menyerap sekitar 107,2 juta
tenaga kerja Indonesia yaitu sebesar (89,2%), jumlah persentase tersebut tentu saja
merupakan jumlah yang sangat besar untuk sebuah presentase angka penyerapan
tenaga kerja di Indonesia, nahh selanjutnya disusul oleh Usaha Kecil 5,7 juta (4,74%),
dan Usaha Menengah 3,73 juta (3,11%); sementara Usaha Besar menyerap sekitar 3,58
juta jiwa. Artinya secara gabungan UMKM menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional,
sementara Usaha Besar hanya menyerap sekitar 3% dari total tenaga kerja nasional,
Disini dapat kita lihat bahwa para usaha mikro ini sangat berperan sebagai penggerak
perekonomian di Indonesia. Apalagi di kala pandemic seperti ini, pasti banyak sekali
pelaku2 usaha di Indonesia itu yang terdampak. Oleh karena itu, di masa sekarang dan
kedepannya kita itu buth para wirausahawan2 yang inovatif, kreatif, mampu menfaatkan
peluang dan tentunya mampu bertahan dan survive di segala situasi khususnya di
situasi seperti ini agar roda perekonomian kita itu dapat terus berjalan gitu walau dimasa
sulit seperti ini.

Nah baik itu untuk pembukaannya, selanjutnya kita lanjut ke pembahasan tentang apa
itu jantung kewirausahaan. Jadi jantung dari kewirausahaan itu adalah kreatifitas dan
inovasi. Kreatifitas sendiri adalah Kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
cara-cara dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang (thingking new thing)
sedangkan inovasi adalah Kemampuan untuk menerapkan aktivitas dalam rangka
pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing)
Jadi untuk memulai sebuah usaha itu butuh yang namanya kreatifitas. Jadi para calon
wirausaha atau wirausahawan muda itu mereka harus kreatif dalam menemukan ide2
baru yang kiranya idenya nanti itu dapat menarik di pasaran atau dapat menarik banyak
konsumen. Bagaimana caranya? mungkin terlebih dahulu dia bisa menganilis pasar
(survey pasar), tentang barang apa atau masyarakat sedang butuh apa, dll.
Dan juga selain itu butuh yang namanya inovasi, jadi para wirausahawan itu mereka
tidak hanya mampu memikirkan ide tetapi dia juga dia harus mampu menerapkan ide
tersebut kedalam sebuah kegiata usaha, mereka juga mampu memecahkan masalah2
yang nantinya akan datang dan mampu memanfaatkan peluang2 yang ada.
Selama pandemi ini jujur saja banyak yang terhenti usahanya, sekitar 30 persen yang
usahanya terganggu. Sedangkan yang memang terganggu tapi menciptakan inovasi-
inovasi kreatif sekitar 50-70 persen, meskipun mereka terkena dampak,” kata Sekretaris
Kementerian Koperasi dan UKM Rully Indrawan kepada Liputan6.com, Jumat
(4/9/2020).

Kendati begitu, ia menyebut beberapa pelaku UMKM sudah mulai bangkit lantaran


mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam skema Pemulihan Ekonomi Nasional
(PEN) seperti relaksasi KUR, subsidi bunga, modal kerja, serta Bantuan Presiden
(Banpres) Produktif untuk usaha mikro dalam bentuk hibah.

“Banyak program yang saat ini masih berjalan seperti Banpres produktif untuk usaha
mikro, kemudian program-program yang lain baru dimulai, jadi kita belum ada data
berapa jumlah UMKM yang bangkit, tapi diharapkan pada September kita sudah
memiliki data, juga diharapkan September ekonomi kita bangkit,” ujarnya.

Kementerian Koperasi dan UKM mencatat setidaknya sejak pandemi terjadi, penjualan
di e-commerce naik hingga 26 persen atau mencapai 3,1 juta transaksi per hari.

Oleh karena itu, Kementerian Koperasi dan UKM terus berupaya mendorong dan
mempercepat UMKM agar go digital.

Program-program pelatihan dan pendampingan terus dilakukan Kementerian Koperasi


dan UKM bekerjasama dengan berbagai marketplace besar seperti Shopee, Blibli,
Tokopedia, Grab dan lainnya.

Alasan kerja sama tersebut, dari 64 juta UMKM yang ada, ternyata baru 13 persen atau
8 juta UMKM yang hadir dalam platform digital.

Oleh sebab itu, Kementerian Koperasi dan UKM berkomitmen hingga akhir tahun 2020
menargetkan 10 juta UMKM untuk masuk ke ekosistem digital.

Target 2 juta usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) go digital melalui gerakan
Bangga Buatan Indonesia (BBI) yang digagas oleh pemerintah telah melampaui target.
Tercatat, per akhir Desember 2020, jumlah UMKM yang memasuki ekosistem digital
mencapai 3,8 juta.

Bahkan, per Maret 2021, jumlah UMKM yang memasuki ekosistem digital kembali


melonjak menjadi 4,8 juta. Atau bertambah 1 juta UMKM hanya dalam waktu empat
bulan saja.

"Jadi, itu sudah meningkat UMKM yang ada di Bangga Buatan Indonesia," kata Ketua
Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA) Bima Laga dalam acara Dialog Rabu
Produktif bertajuk Langkah Tingkatkan Geliat Transaksi, Rabu (28/4/2021).
Bima mengungkapkan, pesatnya peningkatan jumlah UMKM yang tergabung dalam
ekosistem digital tersebut sebagai dampak dari pandemi Covid-19.

Sebab, selama pandemi berlangsung pemerintah berkomitmen untuk membatasi


mobilitas sosial dan ekonomi masyarakat. Salah satunya dengan menyarankan
melakukan aktivitas transaksi berjualan dari rumah guna memutus mata rantai
penyebaran virus corona jenis baru itu.

"Karena mayoritas pandemi orang di rumah dan mayoritas orang membeli


secara online. Tentunya memang e-commerce itu satu hal yang bisa diandalkan untuk
berjualan," tekannya.

Maka dari itu, dia memprediksi ke depan tren pergerakan UMKM ke dalam ekosistem
digital akan terus meningkat. Hal ini pun sejalan dengan ramalan Bank Indonesia atas
meningkatnya jumlah UMKM untuk go digital.

"Dan secara transaksi e-commerce menurut data dari Bank Indonesia itu juga


mengalami kenaikan," ujarnya

Anda mungkin juga menyukai