Anda di halaman 1dari 16

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance,

and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8, Hal 112-127

No. ISSN 2797-0760

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat: Tanggung Jawab


Pemerintah dalam Digitalisasi UMKM dan Perusahaan Rintisan (Start
Up)
Kartika Ayuningtyas 1* , Lia Ismatun Nabilla 2 , Mifta Audia Ilham3 , Rizky Firmansyah 4
Universitas Negeri Malang

*kartika.ayuningtyas.1804226@students.um.ac.id

Abstrak
Pandemi Covid-19 yang sedang melanda dunia mengharuskan pembatasan kegiatan manusia demi
memutus rantai penularan virus. Banyak yang terdampak dari pembatasan kegiatan ini, salah satunya di
bidang usaha masyarakat tak terkecuali Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan perusahaan rintisan.
Banyaknya pelaku usaha mengalami permasalahan yang menghambat digitalisasi yang akhirnya
berdampak pada keberlangsungan usaha mereka di masa pandemi. Pemerintah sebagai penerap kebijakan
pembatasan kegiatan masyakarat harus bertanggung jawab penuh sebagai bentuk solusi atas permasalahan
tersebut demi kemberlangsungan ekonomi usaha masyarakat. Penelitian ini menggunakan deskriptif studi
literatur dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan tujuan untuk memberikan gambaran mengenai
fenomena hamabatan UMKM dalam digitalisasi di masa PPKM dan bagaimana upaya pemerintah dalam
menanggapi hal tersebut. Hasil dari penelitian ini ialah: pemerintah telah memberikan tanggung jawab
secara responsif dengan berbagai program dalam mendukung digitalisasi. 1. Peningkatan kualitas sumber
daya manusia dengan program Prakerja. 2. Penyaluran modal usaha. 3. Pemerataan teknolog i. 4.Program
UMKM 5. Kemudahan usaha denga One Step Submission (OSS)
Kata kunci: UMKM, Perusahaan Rintisan, digitalisasi, kebijakan pemerintah PPKM, Tanggung Jawab
Pemerintah

Abstract
The Covid-19 pandemic currently sweeping the world requires restriction s on human activities in order
to break the chain of transmission of the virus. Many have been affected by the limitation of this activity,
one of which is in the community business sector, including Micro, Small and Medium Enterprises and
startup companies. Many business actors experience problems that hinder digitization which ultimately
have an impact on the sustainability of their businesses during the pandemic. The government as the
implementer of the policy of limiting community activities must take full responsibility as a form of
solution to these problems for the economic sustainability of community businesses. This study used a
descriptive literature study with a qualitative research approach with the aim of providing an overview of
the phenomenon of UMKM's Hamabat in digitalization during the PPKM period and how the government
was trying to respond to this. The results of this research are: the government has given responsibility
responsively with various programs to support digitization. 1. Improving the quality of human resources
through the Pre-Work program. 2. Distribution of venture capital. 3. Equitable technology. 4. UMKM
Program 5. Ease of business with One Step Submission (OSS).
Keywords: MSMEs, Start-up Companies, digitalization, PPKM government policies, Government
Responsibility

PENDAHULUAN
Indonesia menerapkan kebijakan sebagai respon untuk mengurangi penyebaran Covid-
19 dengan kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang menggantikan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebelumnya. Menurut Kementerian
Koordinator yang sekaligus sebagai ketua komite penanganan Covid-19 dan Pemulihan
Ekonomi Nasional, kegiatan tersebut bukan merupakan larangan kegiatan masyarakat tetapi
merupakan pengurangan kegiatan dalam skala mikro. Peraturan Pembatasan kegiatan adalah

112
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

suatu langkah kecil namun berarti besar, Kebijakan tersebut tentunya akan berdampak terhadap
perekonomian masyarakat, seperti penutupan bisnis, pemutusan hak kerja, hingga inflasi bahan
pangan. Selain itu menurut Rindam & Islamul, pembatasan tersebut akan mempengaruhi
terhadap beberapa masyarakat khususnya yang berpenghasilan rendah karena sangat
berpengaruh bagi ruang gerak mereka untuk mencari nafkah. Sebagian masyarakat yang
terdampak kebijakan tersebut mulai tertarik untuk mendirikan usaha khususnya usaha mikro
kecil menengah (UMKM) agar perekonomian mereka tetap tercukupi.
Perekonomian di Indonesia banyak di dukung oleh Sektor usaha mikro kecil dan
menengah sehingga sangat penting bagi masyarakat di masa PPKM dan WHF (Work From
Home). UMKM di klaim mampu bertahan menghadapi goncangan seperti krisis perekonomian
saat ini. Selain itu UMKM nasional dikenal memiliki karakteristik positif dalam menyerap
tenaga kerja yang besar, mengakomodir peran masyarakat miskin dan dominan dalam struktur
ekonomi (Menurut Abiaqsa,2011). Keberhasilan bisnis UMKM sangat penting dalam
pemahaman kelangsungan bisnis sehingga dapat membantu mendukung pembangunan ekonomi
di suatu negara (Chittithaworn dkk, 2011).
Selain UMKM Tren sektor bisnis yang sedang berkembang dengan pesat salah satunya
adalah perusahaan start up. Start up yaitu perusahaan baru atau perusahaan rintisan yang sedang
bertumbuh untuk dapat bertahan. (Salamzadeh & Kesim, 2015). Start up merupakan salah satu
perusahaan digital yang memprioritaskan atau mengutamakan kecepatan dan ketepatan dalam
dunia bisnis, Start up dirancang untuk menciptakan produk dan jasa ditengah ketidakpastian
yang ekstrem. Sehingga Start Up menjadi salah satu pilihan untuk mengembangkan usaha
dalam kondisi pembatasan saat ini. (Menurut Ries, 2011).
Transformasi digital terus mengalami perkembangan dalam sektor perekonomian. Hal
tersebut merupakan peluang tersendiri bagi pelaku UMKM dan Start Up. Menurut Babkin dkk
(2018) bahwa pelaku bisnis tidak hanya bekerja sama di bidang Manajemen tetapi juga ditingkat
Teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas usaha. Perubahan perilaku
bisnis dalam hal digitalisasi memberikan peningkatan loyalitas terhadap pelanggan dengan
layanan yang nyaman, penyederhanaan kegiatan transaksi dan transfer informasi lainnya
(Kvasny & Tatomyr, 2020). Manfaat lain dari transformasi digital adalah mendorong
terbentuknya inovasi baru, penawaran yang luas dan mendukung perkembangan perekonomian
(Rassool & Dissanayake, 2019). Pemanfaatan digital juga dapat melahirkan peluang bisnis yang
terintegrasi, strategis, efektif dalam layanan produk serta peka terhadap perubahan pasar yang
ada khususnya bagi UMKM dan Perusahaan rintisan agar mampu bersaing dan meningkatkan
value (Rahmatullah dkk, 2020).
Dalam kondisi krisis saat ini, masih banyak UMKM yang belum mengoptimalkan
penggunaan digital dalam berbisnis, mereka tidak memiliki strategi komunikasi pemasaran dan
daya saing yang cukup baik, apalagi dalam menghadapi kebijakan mengenai pandemi Covid-19.
Hal utama yang menjadi alasan adalah kurangnya pemahaman tentang telnologi. Menurut
(Sofyan & Thoriq, 2018) Pemanfaatan Media Digital bagi pelaku industri seperti UMKM dan
Start Up masih relatif kecil sehingga perlu edukasi terhadap penggunaan digital. Selain itu
faktor lainnya seperti, adanya sumber daya manusia, pemahaman bisnis, dan keterbatasan biaya
atau modal maka tidak sedikit UMKM yang mengalami kebangkrutan di saat pandemi Covid-
19(Sugiarti, Sari, Hadiyat,2020). Dalam penelitian sebelumnya bahwa, beberapa pelaku UMKM
mengaku belum mampu menggunakan internet dengan baik dan adanya keterbatasan
infrastruktur yang masih tidak layak terkait akses internet (Santoso, 2020). Padahal, jika pelaku
113
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

UMKM bisa memanfaatkan penggunaan media Sosial mampu mendongkrak penjualan produk
Kerajinan UMKM. Digital marketing Dengan memanfaatkan sarana media sosial seperti,
whatsapp, Instagram, Facebook dan media Sosial lainnya mampu meningkatkan Pendapatan
secara signifikan. Media tersebut Memudahkan mereka untuk memasarkan Produk yang
dihasilkan (Pradiani, 2017). Jaswadi, Iqbal, and Sumiadji (2015) Mengatakan bahwa komponen
penting Dalam keberlangsungan Bisnis adalah Pelanggan. Di masa seperti ini, banyak
pelanggan yang memilih untuk memenuhi kebutuhan secara daring. Selain lebih praktis, juga
bisa membantu dalam proses pencegahan penularan virus. Untuk itu, Pelaku UMKM yang
memahami perubahan ini, Langsung melakukan adaptasi. Adaptasi yang Dilakukan adalah
terkait promosi dan Penjualan. sebagai salah satu Strategi untuk bertahan dalam masa
Ketidakpastian yaitu dengan menjalankan adaptasi tersebut. Keberlangsungan dalam sebuah
Bisnis UMKM harus tetap bertahan jika Tidak ingin hilang dari pasar.
Permasalahan yang dihadapi oleh para pelaku usaha dalam digitalisasi juga menjadi
tanggung jawab pemerintah. Pemerintah harus mampu menyesuaikan diri antara dampak
kebijakan PPKM dengan hambatan para pelaku usaha. Hal ini diharapkan agar diharapkan
negara tidak terlalu menekan defisit. Oleh karena itu pemerintah membutuhkan strategi yang
dapat membantu mengatur perekonomian pelaku UMKM dan perusahaan rintisan. (silalahi dan
ginting 2020). Dalam karya ridwan zaelanali (2019) Peran pemerintah yang juga begitu besar
dalam mengarahkan pembangunan ekonomi merupakan modal dasar yang cukup baik untuk
mengarahkan pengembangan UMKM dan usaha lainnya di masa pandemi. Berdasarkan latar
belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peran
pemerintah dalam mengatasi hambatan atau permasalahan yang dihadapi oleh pelaku UMKM
dan Perusahaan rintisan dalam penerapan digital disaat Pemberlakuan pembatasan kegiatan
masyarakat.

KAJIAN PUSTAKA
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang disingkat dengan PPKM
sudah diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No.21 tahun 2020 mengenai Pembatasan Sosial
Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).
Dan Peraturan Pemerintah (PP) No.21 tahun 2020 disebut sebagai PSBB. Namun setelah
pemerintah memutuskan untuk membatasi kegiatan masyarakat. Seiring dengan itu kebijakan
tersebut dikeluarkan, kebijakan PSBB yang dulu di jalankan tidak lagi digunakan. Pemerintah
membuat kebijakan baru yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) hanya berlaku di beberapa
kabupaten atau kota yang terdapat di Pulau Bali dan Jawa. Pemerintah masih menggunakan
istilah kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk didaerah lain kecuali Jawa
dan Bali karena kebijakan PPKM itu tidak diterapkan atau dijalankan di seluruh daerah.
Wilayah yang diutamakan dapat menerapkan PPKM telah disebutkan oleh Instruksi Mendagri
(Inmendagri) Nomor 1 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan untuk
Pengendalian Penyebaran Covid-19. Hanya 7 (tujuh) provinsi di wilayah Indonesia yang hanya
akan menerapkan kebijakan PPKM ini.
Kebijakan yang dibuat pemerintah terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan
Masyarakat (PPKM) di Pulau Jawa dan Bali akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional
karena penduduk Indonesia berdomisili di Pulau Jawa hampir sekitar 50%-55% dan PDB
114
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Nasional disumbang dari Jawa Bali, jika Perekonomian mengalami penurunan di pulau Jawa
dan Bali maka akan berdampak terhadap perekonomian nasional di Indonesia. Untuk itu selama
kebijakan PPKM Jawa Bali diterapkan mulai tanggal 11 Januari sampai 25 Januari 2021 daya
beli masyarakat tetap terjaga karena hampir 60% pertumbuhan ekonomi kita ditopang oleh
konsumsi rumah tangga. Berbagai relaksasi dan Bansos (Bantuan sosial) tunai kepada
masyarakat agar disalurkan tepat waktu dan tepat pada sasaran. Program yang dibuat
pemerintah yaitu subsidi gaji kepada pekerja dan bantuan modal kerja kepada UMKM dapat
diteruskan dan diperluas untuk mampu menjaga dan meningkatkan daya beli masyarakat.

UMKM dan Perusahaan rintisan (Start Up)


Pemberlakuan kebijakan pembatasan tersebut akan berdampak langsung terhadap
masyarakat seperti UMKM. Menurut Purwanti (2012), UMKM atau Usaha Mikro Kecil
Menengah merupakan usaha perdagangan yang produktif tanpa ada campur tangan dari pihak
atau lembaga lain yang dilakukan oleh perseorangan atau pelaku usaha. Sedangkan UU No.20
Tahun 2008 mengartikan UMKM merupakan usaha perdagangan yang dikelola perorangan
yang merujuk pada ekonomi produktif dengan kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam
perundang-undangan. Kriteria tersebut dapat terbagi menjadi 3 yakni:
a) Usaha mikro, yaitu usaha dengan kekayaan bersih mencapai Rp. 50.000.000 dan tidak
termasuk aset bangunan dan tanah tempat usaha beroperasi. Dengan hasil penjualan paling
banyak Rp. 300.000.000
b) Usaha kecil, yaitu usaha yang berdiri baik kelompok atau perorangan serta bukan sebagai
cabang dari badan usaha lainnya. Dengan hasil penjualan bersih antara Rp. 300.000.000 –
Rp. 2,5.000.000.000.
c) Usaha menengah, yaitu usaha bukan cabang atau anak dari perusahaan utama dengan total
pendapatan bersih Rp. 2,5.000.000.000 – Rp. 50.000.000.
Pada tahun 1998 UMKM terbukti mampu bertahan dalam kondisi krisis ekonomi di
Indonesia karena anjloknya nilai mata uang serta hilangnya kepercayaan pasar dan publik saat
itu. Meskipun UMKM tahan terhadap berbagai kondisi perekonomian seperti saat ini,
menurunnya UMKM juga dapat terjadi karena ketidakmampuan dalam mengimbangi revolusi
industri saat ini. Banyak diantara pelaku UMKM masih kurang memahami tentang teknologi
dan persaingan pasar saat ini.
Andi Amri (2020). Mengatakan Bahwa kondisi UMKM saat pandemi terus mengalami
penurunan, UMKM perlu mengembangkan strategi dengan pemanfaatan teknologi dan digital
UMKM masih relatif dapat beroperasi dalam pembatasan kegiatan masyarakat saat ini.
Penggunaan teknologi, kegiatan operasional UMKM masih dapat dilakukan dengan online,
seperti marketing, penggunaan platform e-commerce dan yang lainnya yang secara tidak
langsung dapat mengurangi biaya operasional.
Penyesuaian strategi bisnis juga menjadi permasalahan bagi perusahaan rintisan.
Menurut Paul Graham 2012, perusahaan rintisan atau Start Up merupakan perusahaan yang
perusahaan yang didesain untuk berkembang dengan cepat. Dengan kata lain bahwa Perusahaan
rintisan harus mampu berkembang dan menyesuaikan diri dengan cepat dan mampu
mengimbangi perkembangan perekonomian saat ini. Perusahaan dituntut melahirkan inovasi
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan model bisnis yang cepat. Start Up tidak
hanya berkecimpung dalam perusahaan teknologi tapi juga berkembang dalam bisnis yang
lainnya. Dalam kondisi seperti ini perusahaan dituntut untuk mencari solusi bagaimana
115
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

perusahaan tetap bertahan dan menghasilkan profit. Saat ini Indonesia menempati urutan ke 5
sebagai negara dengan perusahaan start up terbanyak yaitu 2.213 perusahaan menurut
StartUpRanking.com (2021).

Digitalisasi
Digitalisasi menurut KBBI merupakan proses pemberian atau pemakaian sistem digital.
Transformasi digital mencakup digitalisasi prosedur dengan penekanan pada Efektivitas dan
inovasi digital dengan perhatian pada peningkatan produk fisik yang ada dengan Kemampuan
tingkat lanjut (Youngjin, Jr. Et al, 2012). Selain itu, inovasi digital berkaitan dengan Perubahan
dalam strategi, proses, dan penawaran perusahaan dan karena itu mengharuskan Perusahaan
untuk meninjau kembali logika organisasi. (MP Roshan Rasool, 2019). Guna menghadapi
transformasi digital ini, diperlukan berbagai kebijakan, Aturan, fasilitas dan sumber daya,
dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak misalnya. (Rahmatullah dkk, 2020).
Menurut Zafrullah, dkk (2018) Platform digital sebenarnya Merupakan salah satu
sarana untuk memperluas penjualan, Karena penggunaan platform digital dapat menggandakan
Kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), Termasuk penciptaan cadangan
devisa dan penciptaan lapangan Kerja. UMKM yang tidak memiliki kemampuan Untuk
beradaptasi dengan perubahan cenderung Kurang kompetitif. (Faizal Amir, Idah Zuhroh, 2018).
Para pelaku UMKM kini mulai merambah ke platform digital guna memenuhi kebutuhan
masyarakat yang telah beralih ke sistem digital. Untuk itu, para pelaku UMKM hendaknya
melakukan inovasi digital untuk mengikuti tren transformasi digital ini.

Peran pemerintah
Pemerintah adalah lembaga yang menjalankan wewenang atau kebijakan dan kekuasaan
dalam mengatur dan bertanggung jawab atas kehidupan sosial, ekonomi dan politik, suatu
Negara atau bagian-bagiannya. Pemerintahan sebagai pengurus yang dilaksanakan oleh negara
dalam mengadakan suatu kesejahteraan, kepentingan rakyatnya serta menjalankan dan
mengemban tugas eksekutif, legislatif dan yudikatif (Menurut kusnardi). Pemerintah juga
berperan langsung atas permasalahan-permasalahan dalam perekonomian yang dihadap oleh
rakyatnya. Peran pemerintah menjadi harapan terakhir bagi masyarakat untuk memberikan
keadilan dan kesejahteraan terutama di masa pandemi seperti ini.

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif studi literature dengan
pendekatan kualitatif. Menurut (Moleong, 2007: 21) Penelitian deskriptif kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan memberikan penjelasan mengenai fenomena yang terjadi pada masa
sekarang. serta menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai bagaimana
fakta-fakta dan hubungan antara fenomena yang diteliti.
Penelitian deskriptif kualitatif akan mengupayakan untuk mencari pemahaman tentang
kenyataan dari segi sumber yang sesuai dengan bidangnya. Menurut Burhan Bungin di dalam
proses penelitian data yang diperoleh yaitu tidak ada data yang salah karena semua data akan
dianggap benar semua. (Burhan Bungin dalam Purhantara, 2010: 59). Pada library research,
penelusuran pustaka tidak hanya untuk langkah awal menyiapkan kerangka penelitian (research

116
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

design) akan tetapi sekaligus memanfaatkan sumber-sumber perpustakaan untuk memperoleh


data penelitian (Studi Literature menurut (Zed, 2014.)) Data yang diperoleh dikompilasi,
dianalisis, dan disimpulkan sehingga mendapatkan kesimpulan yang tepat dari topik yang
dibahas yaitu PPKM dan Digitalisasi usaha.
Metode Pengumpulan Data
Subjek dalam penelitian ini adalah Pemerintah Indonesia. Untuk teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan,
jurnal, berita, website dan arsip tertulis lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang
diteliti. Kemudian data tersebut dianalisis dan diuraikan dalam fenomena kebijakan
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan tanggung jawab pemerintah dalam
digitalisasi UMKM dan Perusahaan Rintisan Startup.
Tahap analisis data
a) Sumber data yang telah dikumpulkan dibaca, peneliti harus menggali secara mendalam
bahan bacaan yang memungkinkan akan menemukan ide-ide baru yang terkait dengan judul
penelitian.
b) Membuat catatan penelitian dikatakan tahap yang paling penting dan juga merupakan puncak
dalam keseluruhan rangkaian penelitian.
c) Setalah membuat catatan-catatan penting, peneliti mengolah dan menganalisis untuk
mendapatkan suatu kesimpulan yang disusun dalam bentuk laporan penelitian
d) Tahap terakhir adalah penyusunan laporan sesuai dengan sistematika penulisan yang berlaku.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Jumlah UM KM
Sumber : BPS (2020)

Jumlah UMKM di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya. Sesuai dengan data yang
diambil dari BPS Indonesia bahwa jumlah UMKM pada tahun 2019 lebih dari 60 jt UMKM
yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat hingga
saat ini. Dalam kegiatan penyaluran kredit usaha UMKM Otoritas Jasa Keuangan mencatat
bahwa UMKM akan terus bertumbuh menjelang akhir 2020 (OJK 2020). Hal tersebut juga
sesuai dengan data BPS, Bahwa saat ini UMKM di Indonesia mencapai lebih dari 65 jt unit.
Dengan kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah yaitu PPKM, maka sebanyak 65 jt
Unit UMKM akan terdampak oleh kebijakan tersebut. Menurut Pakpahan (2020), sekitar 37.000
UMKM telah memberikan laporan bahwa UMKM terdampak kebijakan pandemi PPKM. Hal

117
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

ini ditandai dengan: sekitar 56% UMKM melaporkan terjadinya penurunan penjualan, 22%
melaporkan terjadi permasalahan pada pembiayaan dan permodalan, sekitar 15% terkait dengan
pendistribusian barang, dan 4% melaporkan kesulitan dalam pengadaan bahan baku.

Gambar 2. Startup ranking per country

Sedangkan Jumlah Start Up di Indonesia menempati ranking ke 5 terbanyak setelah


Canada dengan total 2.224 unit Start Up. Perusahaan rintisan ini juga terdampak dengan
kebijakan pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah. Berbagai Startup unicorn ikut
terdampak imbas kebijakan Covid-19. Terutama dibidang akomodasi dan pariwisata (Ayu
Shavira 2020).
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang menjadi penghambat pertumbuhan
Usaha Masyarakat yang disebabkan karena kebijakan pemerintah salah satunya adalah
digitalisasi. Digitalisasi dapat dikatakan sebagai sebuah solusi atau peluang karena merupakan
strategi jangka panjang agar usaha tetap terjaga eksistensinya di tengah pandemi Covid-19.
Bagaimana Ketersediaan teknologi digital di era revolusi industri 4.0 mendukung kegiatan
operasional UMKM dan perusahaan rintisan. Untuk mendukung hal tersebut para inovator
muda Indonesia mendorong transformasi digital di kalangan pelaku usaha yang pada akhirnya
dapat membantu sektor tersebut untuk bertahan di tengah pandemi.
Sebagai salah satu bentuk digitalisasi umkm penerapan digital marketing dalam
memasarkan produk usahanya. Digital marketing tersebut banyak memanfaatkan media sosial
seperti instagram, facebook, whatsapp dan lainnya. Popularitas media sosial dalam pemasaran
Digital terutama karena karakteristiknya yang Ramah pengguna dan ekonomis dibandingkan
dengan platform lain (misalnya, situs web). Selain Itu, memungkinkan interaksi kasual antara
Pelanggan dan produsen. Meski demikian menurut Faizal Amir, Idah Zuhroh, 2018, perlu
diperhatikan Bahwa pengelolaan konten mulai dari frekuensi Upload produk hingga tampilan
yang eye catching Menjadi kunci pemasaran melalui media sosial.
Pemanfaatan platform digital di tengah pandemi dapat membantu meningkatkan
produktivitas UMKM. Semakin meningkatnya transaksi e-commerce menjadikan alasan
mengapa produk UMKM dan startup harus mulai dipasarkan melalui platform digital. Menurut
DJKN Kemenkeu RI, Transaksi e-commerce meningkat sebesar 162% dari tahun 2017-2019.
Meskipun banyak keuntungan yang di dapat Tetapi pada nyatanya sebagian UMKM dan Start
Up yang masuk dalam digitalisasi industri 4.0 banyak menghadapi permasalahan atau hambatan
seperti Pengetahuan, sumber daya, geografis dan lainnya.

Analisis penelitian sebelumnya


118
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Tahun 2019
Penelitian yang dilakukan oleh Iwan Ridwan Zaelani (2019) dalam judul Peningkatan
Daya Saing Umkm Indonesia: Tantangan Dan Peluang Pengembangan Iptek yang menghasilkan
kesimpulan bahwa faktor yang menjadi penghambat digitalisasi UMKM dan perusahaan
rintisan adalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam ekonomi dan politik,
peran pemerintah yang kurang mengarahkan pengembangan UMKM, fasilitasi inovasi,
Kebijakan, institusi, dan sistem pendukung harus ditingkatkan dengan partisipasi proaktif dari
para ahli dan pembuat kebijakan untuk memberi manfaat bagi pelaku usaha. Pemerintah harus
memastikan bahwa keuntungan dari inovasi akan berdampak secara luas di seluruh masyarakat
untuk mencegah ketidaksetaraan sosial antara yang terkena dampak dengan yang tidak.
Pemerintah perlu mengatasi persoalan ini di tingkat pendidikan yang berpusat pada
pengembangan keterampilan kreatif, sosial dan emosional.
Penelitian selanjutnya dilakukan Emi Suwarni, Kristina Sedyastuti, A. Haidar Mirza
(2019) dengan judul Peluang Dan Hambatan Pengembangan Usaha Mikro Pada Era Ekonomi
Digital juga menghasilkan kesimpulan bahwa “Hambatan yang harus dihadapi adalah tingkat
aksesibilitas dan kapabilitas untuk melakukan go-digital. UMKM kurang mampu beradaptasi di
era ekonomi digital, serta rendahnya pengetahuan mengenai teknologi dan perkembangan pasar
saat ini”.

Tahun 2020
Penelitian pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Siti Indah Purwarning Yuwana (2020)
dalam Judul Strategi Revitalitas UMKM Menggunakan Teknologi Digital di Tengah Pandemi
Covid-19 ada beberapa kendala atau hambatan saat dilakukan penerapan digitalisasi pada
UMKM. Diantaranya tidak semua pelaku UMKM memiliki kompetensi yang sama dalam
menggunakan internet. Terutama pelaku usaha mikro, pada umumnya belum mampu
memanfaatkan internet. Mereka juga cenderung tidak mau sulit di awal untuk membangun
proses kegiatan usaha secara digital. Selain itu juga terkendala dengan belum mempunyai
infrastruktur telekomunikasi yang baik. Kendala lain yang dihadapi pelaku UMKM yang
menggunakan marketplace harus memiliki stok persediaan yang cukup, agar dapat memenuhi
permintaan konsumen yang fluktuatif.
Dalam Bukunya Hadion, dkk (2020) yang berjudul Digitalisasi UMKM juga
menjelaskan bahwa Kelemahan atau kendala dari digitalisasi UMKM yaitu banyaknya sumber
daya manusia yang belum terampil dalam bidang internet dan marketing online, keterbatasan
knowledge dari UMKM, sebagian besar UMKM ada di daerah pedesaan, masih belum banyak
adanya literatur digital, dan yang terakhir pemberdayaan UMKM masih dilakukan secara
parsial.
Kesimpulan dari literatur yang disebutkan bahwa permasalahan yang belum terselesaikan
mengenai digitalisasi usaha masyarakat mulai dari tahun 2019 sampai dengan 2020 saat
pandemi secara garis besar adalah sebagai berikut:

119
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Pemahaman teknologi

Gambar 3. Permasalahan yang dihadapi dalam Digitalisasi


(Sumber: Kadata.co.id)

UMKM dan perusahaan rintisan melakukan transformasi ke dalam ekosistem digital.


Namun tidak semua bisnis ini dapat memanfaatkan teknologi digital untuk bertahan di tengah
krisis pandemi saat ini. Tidak semua pelaku bisnis dan para konsumen siap menjalankan usaha
secara digital. Digitalisasi usaha masyarakat sangat dipengaruhi persepsi tentang optimisme dan
kompetensi dalam menggunakan internet. Pemahaman tentang teknologi di Indonesia sangat
tidak merata, khususnya para orang dewasa yang tidak terbuka dengan perubahan yang ada.
disisi lain pihak konsumen yang ternyata belum mampu menggunakan internet dan masih belum
menjangkau teknologi

Ketersediaan sumber daya dan permodalan


Sumber daya perusahaan mulai dari sumber daya manusia, sumber daya keuangan, dan
ketersediaan bahan baku harus memadai. Kurangnya motivasi dan inovasi sering menjadi
permasalahan digitalisasi. Jika sumber daya manusia tidak bisa melakukan inovasi dan motivasi,
maka usaha akan cenderung tidak dapat bertahan dipasar karena kalah bersaing dengan yang
lain. Disisi lain permodalan menjadi faktor penting karena digitalisasi membutuhkan biaya yang
cukup banyak. Para pelaku usaha yang akan berevolusi menggunakan digital juga harus
menyediakan produk yang lebih banyak, karena jumlah konsumen yang berfluktuatif.

Geografis
Aksesibilitas teknologi dan infrastruktur layanan teknologi (sinyal) di sebagian wilayah
geografis Indonesia masih kurang merata, hal tersebut tentu berpengaruh terhadap
perkembangan masyarakat terhadap informasi di Indonesia. Kenyataan ini yang menjadikan
perkembangan digitalisasi sangat lemah untuk wilayah terpencil. Sehingga dipastikan kemajuan
digitalisasi yang diharapkan untuk sektor usaha masyarakat dapat terhambat.

Budaya Masyarakat
Budaya masyarakat tradisional yang masih melekat hingga saat ini menjadi salah satu
faktor penghambat digitalisasi usaha masyarakat. Masyarakat yang masih memegang erat nilai
atas budayanya enggan untuk membuka diri dan pikiran atas perubahan yang ada. Motivasi
120
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

masyarakat untuk melestarikan budaya tradisional biasanya di dominasi oleh kalangan orang tua
dan orang dewasa.
Budaya masyarakat yang masih dilakukan dalam sektor perekonomian adalah pasar
tradisional. Sebagian besar para penjual di pasar tradisional masih beranggapan bahwa menjual
barang atau produk mereka secara langsung memberikan keuntungan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menjualnya secara online. Para pelaku pasar juga beranggapan bahwa
mereka akan mendapatkan kepercayaan atas transaksi yang dilakukan secara langsung atas
kesesuaian produk dan harga yang harus dibayarkan.

Regulasi Pemerintah
Regulasi pemerintah yang lambat atas peraturan yang ditetapkan untuk digitalisasi
usaha masyarakat juga akan menghambat digitalisasi UMKM dan Perusahaan rintisan. Tidak
jarang bahwa regulasi yang dibuat pemerintah masih lemah dan kadang dan malah menghambat
proses penyerapan teknologi terbaru ke dalam negeri.
Syarkawi 2019 (Dalam Ekonomi.bisnis.com) mengatakan bahwa Para Regulator harus
mengerti karakter alamiah dari sektor digital yang berbeda dengan sektor transaksi jual beli
tradisional. Sehingga pemerintah dan otoritas persaingan, seperti Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (KPPU) harus merumuskan regulasi disektor industri berbasis digital yang sesuai
kebutuhan agar tepat sasaran dan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi digital terutama
untuk usaha masyarakat.

Tanggung Jawab Pemerintah


Sudah menjadi tanggung jawab Pemerintah sebagai kedaulatan rakyat yang harus
mampu menyesuaikan antara penerapan kebijakan PPKM dengan permasalahan yang dihadapi
para pelaku usaha. Disaat pemerintah menerapkan kebijakan pembatasan kegiatan pandemi
covid-19 meskipun dengan ruang gerak yang terbatas, pemerintah juga memiliki tujuan agar
sektor usaha masyarakat dapat terus berjalan serta dapat menopang perekonomian Indonesia.
Selain itu pemerintah juga menyiapkan program-program pemerintah yang difokuskan untuk
para pelaku UMKM dengan tujuan mengurangi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh
UMKM dan perusahaan rintisan di saat digitalisasi.

Program pengembangan SDM


Sebuah kebijakan perlindungan sosial harus berdampak pada perubahan, terutama bagi
masyarakat miskin selama ini pandemi COVID-19. Pemerintah memberikan dukungan penuh
melalui Kementrian Ketenagakerjaan RI untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
dengan program prakerja. Peraturan tentang prakerja tertuang dalam Perpres No. 76 Tahun 2020
(Perubahan Peraturan presiden No. 36 Tahun 2020 tentang pengembangan kompetensi kerja
melalui program kartu prakerja). Program Kartu Prakerja sebagai bagian dari bantuan sosial
untuk penanggulangan dampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-l9) dan
pembekalan untuk menciptakan sumber daya yang mandiri dan inovatif di era digitalisasi.
Hasil penelitian terbaru dari Kurniawansyah dkk (2020: 130) di perlukan kebijakan
strategis untuk memberikan perubahan eksternalitas ekonomi di Indonesia. Program kartu
prakerja, yang sebelumnya tidak dimaksudkan untuk pandemi COVID-19, sekarang ditujukan
sebagai bantuan dampak covi-19 sesuai dengan perubahan peraturan dan aturan terkait
penerapan program kartu Prakerja. Menurut kurnianingsih, Fitri dkk (2020), Kebijakan
121
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

perlindungan sosial yang dalam program kartu Prakerja berdampak pada pendidikan digitalisasi
pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahaan yang ditujukan bagi pencari kerja, pekerja
buruh yang diberhentikan, yang membutuhkan bertambah kompetensi, termasuk pelaku usaha
mikro dan kecil.
Selain itu, Imam Royani Hamzah dan Siti Khusnia (2021) juga berpendapat bahwa,
Kartu prakerja dapat memberikan solusi atas semakin meningkatnya jumlah pengangguran
yang ada di Indonesia akibat dampak Covid-19. Manfaat kartu prakerja secara garis besar
adalah sebagai penunjang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
1) untuk meringankan biaya pelatihan para pekerja dan perusahaan
2) Mengurangi biaya dalam mencari informasi pelatihan kerja
3) Mendorong kebekerjaan
4) Menjadi tambahan materi dari pendidikan formal
5) Membantu daya beli masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19.

Bantuan Permodalan
BLT UMKM, merupakan program permodalan yang diberikan pemerintah kepada
pelaku usaha. Program ini ditujukan untuk memulihkan ekonomi dengan skema program
Bantuan Presiden (Banpres) agar UMKM dan perusahaan rintisan lebih produktif. Lili Marlinah
(2020) mengungkapkan Pemerintah memiliki skema dengan memberlakukan perluasan
pembiayaan bagi UMKM dengan stimulus bantuan modal kerja yang telah disiapkan, bantuan
tersebut akan diberikan langsung kepada para pelaku usaha masyarakat. Pemerintah telah
menyiapkan bantuan modal kerja darurat yang dirancang khusus bagi pelaku UMKM yang
merasakan dampak Covid-19. Karena hingga saat ini, sudah tercatat sekitar 41 juta pelaku
UMKM yang terhubung dengan lembaga pembiayaan maupun perbankan atau yang lainnya.
Sementara itu masih terdapat 23 juta pelaku UMKM yang belum pernah mendapatkan
pembiayaan dari lembaga keuangan maupun sistem lainnya yang menyediakan pembiayaan.
Karena itu bagi UMKM yang bankable penyalurannya akan melalui perluasan program KUR
sekaligus akan mendorong inklusi keuangan. Sedangkan bagi yang tidak bankable
penyalurannya bisa lewat UMi, Mekaar, maupun skema program lainnya.
M. Solchan (2020), menjelaskan bahwa realisasi stimulus dampak pandemi
covid-19 bagi pelaku UMKM bahwa realokasi dana senilai 2,8 triliun yang akan diperoleh dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta besaran bantuan yang akan diperoleh
pihak UMKM sebesar Rp. 2,4 juta kepada setiap pelaku UMKM. stimulus program tersebut
antara lain:
1) Bantuan akan diberikan kepada 12 juta UMKM. Menteri Koperasi dan UKM mengatakan
program produktif bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) program ini sifatnya
bantuan tunai dan bukan termasuk pinjaman yang harus dikembalikan kepada pemerintah.
2) Anggaran mencapai 22 Triliun. Dana Bantuan produktif dari pemerintah dengan anggaran
dana 22 triliun merupakan hibah bukan pinjaman atau kredit.
3) Cair pada 17 Agustus 2020 Menteri keuangan Sri Mulyani, mengatakan bahwa pemerintah
melalui kementerian koperasi dan UMKM melakukan verifikasi data pelaku UMKM yang
akan mendapatkan bantuan sebesar Rp. 2,4 juta. Bantuan tersebut untuk memperingati
HUT Kemerdekaan Indonesia
4) Kriteria Penerima Kriteria penerima adalah belum pernah atau sedang menerima pinjaman
dari perbankan. Dan akan ditransfer sebesar Rp.2,4 juta.
122
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

5) 4,3 Juta Nasabah Bank Rakyat Indonesia (BRI) Dapat Bantuan Direktur Utama Bank BRI
Sunarso, mengatakan bahwa pihaknya telah mencatat terdapat 4,3 juta nasabah yang
berpotensi menjadi calon penerima bantuan tersebut. Dengan data nasabah memiliki
tabungan dibawah 2 juta rupiah.

Pemerataan teknologi
Pada siaran pers Kominfo pada Maret 2020, pemerintah mendukung upaya industri
untuk mengembangkan sinergitas ekosistem dalam membangun infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi (TIK). Hal tersebut sejalan dengan Program Pemerintah dalam
pelaksanaan pemerataan akses teknologi informasi dan komunikasi di seluruh Indonesia. upaya
ini dilakukan agar seluruh daerah di Indonesia dapat terjangkau dengan fasilitas teknologi yang
merata serta kemudahan aksesibilitas masyarakat. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang merupakan penanggung jawab bidang komunikasi
dan informatika telah berfokus kepada pembangunan sektor telekomunikasi, dan tata kelola
internet, agar terciptanya masyarakat yang makmur sesuai dengan tujuan negara republik
Indonesia. Karena infrastruktur telekomunikasi ini sangat menjanjikan untuk pertumbuhan dan
pembangunan Indonesia yang lebih baik (Darman Fauzan Dhahir,2019).
Di era seperti sekarang, seluruh dunia memanfaatkan teknologi dengan baik untuk
negara lebih baik begitu pun Indonesia. Apabila infrastruktur komunikasi di Indonesia tidak
baik dan lancar hal ini akan berdampak besar terhadap pembangunan dan pertumbuhan di
Indonesia begitu pun sebaliknya, apabila pertumbuhan di Indonesia meningkat maka akan
meningkatkan infrastruktur dan meningkatkan pembangunan ekonomi di Indonesia. pemerataan
infrastruktur sangat erat dan saling ketergantungan satu sama lain terhadap pembangunan
ekonomi. (Rendi Astuti,2019), menjelaskan bahwa perkembangan infrastruktur pada umumnya
akan dapat meningkatkan mobilitas penduduk, juga memberikan kesempatan dan peluang bagi
usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah (UMKM) untuk membuka usaha yang dihasilkan
Program UMKM
Program UMKM yang dirancang oleh Kementerian Koperasi dan UKM bersama
Kementerian Komunikasi dan Informatika memperkenalkan program "UMKM Go Online"
untuk memfasilitasi UMKM untuk dapat bersaing di pasar yang lebih luas. Melalui program
UMKM Go Online ini, pemerintah bertujuan untuk mengubah 8 juta UMKM menjadi UMKM
yang paham atau mengerti mengenai digitalisasi pada tahun 2020 dengan mendukung mereka
dalam bergabung dengan platform pasar online. (Ito Masitoh,2020) mengatakan bahwa
dibentuknya program ini untuk meningkatkan kesadaran digital UMKM melalui kegiatan
seperti seminar, workshop, dan pelatihan digitalisasi UMKM dan juga dengan menyediakan satu
juta domain .id gratis yang dapat dimanfaatkan bagi UMKM untuk memperluas usahanya
melalui platform online

Regulasi Kemudahan usaha


Pemerintah juga membuat regulasi dan penyediaan fasilitas perpajakan,
penyederhanaan, harmonisasi regualsi dan perizinan, penciptaan lapangan berkualitas dan
kesejahteraan pekerja yang berkelanjutan dan pemberdayaan UMKM (Thomas Sumarsan,
2020). Salah satunya melalui Kemenkeu yakni dukungan kemudahan berusaha bagi Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan usaha lainnya. Regulasi tersebut mencakup
penyederhanaan prosedur perijinan melalui One Step Submission (OSS). Dalam prosedur one
123
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

step submission ini UMKM diberikan kemudahan perijinan dengan keringanan biaya saat
pembentukan Usaha, UMKM juga mendapatkan pembebasan biaya perijinan bagi Usaha Mikro
serta dukungan pembiayaan yang terjangkau bagi Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Dalam
peraturan yang di sampaikan oleh Kemenkeu ketika usaha sudah terbentuk, pemerintah juga
memberi penyederhanaan dalam administrasi perpajakan, insentif pajak dan kepabeanan.
Insentif pajak untuk UMKM meliputi:
 Pelaku UMKM mendapat fasilitas pajak penghasilan final tarif 0,5 persen (PP
23/2018) yang ditanggung pemerintah. Dengan demikian wajib pajak UMKM
tidak perlu melakukan setoran pajak dan pemotong atau pemungut pajak tidak
melakukan pemotongan atau pemungutan pajak pada saat melakukan
pembayaran kepada pelaku UMKM.
 Pelaku UMKM yang ingin Memanfaatkan fasilitas ini tidak perlu Mengajukan
Surat Keterangan PP 23 Tetapi cukup menyampaikan laporan Realisasi setiap
bulan.
Selain itu pemerintah juga menyediakan bantuan dan pendampingan hukum bagi pelaku usaha
serta pemberian pelatihan dan pendampingan sistem aplikasi pembukuan dan pencatatan
keuangan UMK.

SIMPULAN
Digitalisasi usaha merupakan salah satu bentuk solusi saat pemerintah menerapkan
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang hanya diterapkan di Pulau
Jawa dan Bali. Di sisi lain para pelaku UMKM dan perusahaan rintisan perlu menyesuaikan diri
dengan digitalisasi dan kebijakan pemerintah tersebut. Tetapi hal tersebut tidak mudah karena
mereka menghadapi banyak hambatan seperti kurangnya pemahaman teknologi, keterbatasan
modal, serta wilayah di Indonesia yang masih kurang merata atas infrastruktur layanan
teknologi.
Pemerintah Indonesia merespons baik akan permasalahan-permasalahan yang dihadapi
dengan gencar dalam pembentukan program pengembangan SDM melalui program pelatihan
seperti program pahlawan digital yang mengajak para inovator muda agar dapat lebih mampu
dalam menghadapi digitalisasi dan juga melalui program prakerja pemerintah. Selain itu
pemerintah juga berusaha dalam memberikan bantuan permodalan bagi usaha masyarakat.
Dalam hal pemerataan teknologi, pemerintah juga sedang melakukan proses pemerataan
akses teknologi informasi dam komunikasi di seluruh Indonesia agar dapat terjangkau fasilitas
teknologi yang merata. Pemerintah juga telah membuat regulasi dalam kemudahan mengurus
perijinan bagi usaha mikro kecil dan menengah, seperti pembebasan biaya perijinan dan
penyederhanaan prosedur perijinan.

DAFTAR PUSTAKA
Abiaqsa. 2011. Peran Perbankan Syariah dalam Pemberdayaan UMKM.
Amri, andi. (2020). Dampak Covid-19 Terhadap Umkm Di Indonesia. Jurnal Brand, Volume 2
No. 1, Juni 2020.
Amir, Faizal dan Idah Zuhroh. 2018. Digitalisasi Mikro, Kecil Usaha Sedang Dampak Afta-
Common Effective Preferential (Umkm) Di Jawa Timur,Indonesia. Jurnal
internasional Muhammadiyah Ekonomi dan Bisnis. Vol. 2 no. 2

124
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Ayu Shavira, P. (2020). Antropomorfisme Brand: Kampanye Digital Pencegahan Covid-19


Oleh Traveloka. Jurnal Ilmu Komunikasi, 10(2), 125–140
Babkin. Aleksandr. Dkk. (2018). The Analysis of Industrian Cooperation Models un The
Context of Forming Digital Economy. SHS Web of Conferences
Bungin, Burhan. (2008). Analisis data penelitian kualitatif: Pemahaman filosofis dan
metodologis ke arah penguasaan model aplikasi.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Chittithaworn, C., dkk. (2011) Factors Affecting Business Success of Small & Medium
Enterprises (SMEs) in Thailand. Asian Social Science Vol. 7, No. 5.
Darman Fauzan Dhahir.2019. Rancangan Straregi Kementerian Kominfo Republik Indonesia
Dalam Upaya Mengurangi Kesenjangan Digital. Jurnal Penelitian Komunikasi dan
Pembangunan. vol. 20 No. 2 (2019).
Emi Suwarni, Kristina Sedyastuti, A Haidar Mirza. 2019. Peluang dan Hambatan
Pengembangan Usaha Mikro pada Era Ekonomi Digital. Ikra-Ith Ekonomika.
Graham, P., (2012). Want to start a startup?. 2012.
Goh, Thomas Sumarsan, Edison Sagula. 2020. Regulasi Pemerintah untuk menyelamatkan
Perekonomian Indonesia Pada Masa Pandemi Covid-19. Vol. 4 No. 1
Jaswadi, Mohammad Iqbal, and Sumiadji. 2015. SME Governance in Indonesia – A Survey and
Insight from Private Companies. Procedia Economics and Finance 31(2015):387–398.
Kurnianingsih, F., Mahadiansar, M., & Setiawan, R. (2020). Implementation Processes of
Social Protection Policy in. Journal Governance and Public Policy, 7(3), 247–259.
Kurniawansyah, Heri. Dkk. (2020). Konsep Strategis Dalam Menangani Eksternalitas Ekonomi
dari Covid-19 pada Masyarakat Rentan di Indonesia. Indonesian Journal Of Sciences
and Humanitis. Vol.1. No.2. 2020:130-139.
Kominfo.go.id. Kementerian Kominfo Dukung Sinergitas Industri untuk Pemerataan
TIK.2020.https://kominfo.go.id/content/detail/25004/siaran-pers-no-
36hmkominfo032020-tentang-kementerian-kominfo-dukung-sinergitas-industri-untuk-
pemerataan-tik/0/siaran_pers diakses pada 19 Maret 2021.
Kvasniy. Liubov., Tatomyr. Irina. (2020). Ukraine In The Context Of Global and National
Modern Servisation Processes and Digital Economy. OKTAN Print Praha. 2020.
Marlinah, L. (2020). Peluang dan Tantangan UMKM Dalam Upaya Memperkuat Perekonomian
Nasional Tahun 2020 Ditengah Pandemi Covid 19. Jurnal Ekonomi, 22(2), 118–124.
Masitoh,Itoh,Dedi Rianto Rahardi.2020. Pengembangn Kompetensi Pendapatan Terhadap
Kinerja UMKM Pada Masa Pandemi Covid-19.Jurnal Manajemen, Vol.05 No.03
(2020)
Moleong, Lexy J. "Metode penelitian kualitatif." (2007).
Nasrudin, Rindam & Haq, Islamul. (2020). Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Masyarakat
Berpenghasilan Rendah. Salam: Jurnal Sosial dan Budaya Syar'i, 7(7), 639-648.
Pakpahan, Roida; Fitriani, Yuni. Analisa Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam
Pembelajaran Jarak Jauh di Tengah Pandemi Virus Corona Covid-19.Journal of
Information System, Applied, Management, Accounting and Research, [S.l.], v. 4, n.
2, p. 30-36, may 2020.
PERPRES No. 36 Tahun 2020 tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program
Kartu Prakerja.
Pradiani, Theresia. 2017. Pengaruh Sistem Pemasaran Digital Marketing Terhadap Peningkatan
Volume Penjualan Hasil Industri Rumahan. JIBEKA 11(2): 46–53.
125
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Purhantara, Wahyu. (2010). Metode penelitian kualitatif untuk bisnis. Yogyakarata:Graha Ilmu.
Purwanti, E. (2012). Pengaruh Karakteristik Wirausaha, Modal Usaha, Strategi Pemasaran
Terhadap Perkembangan UMKM Di Desa Dayaan Dan Kalilondo Salatiga.
Jurnal Among Makarti, Vol. 5.
Rahmatullah dkk. (2020). Utilization of Digital Technology for Management Effectiveness
Micro Small and Medium Enterprises. International Journal of Scientific &
Technology Research. Vol. 9.
Rahmatullah dkk. (2020). Utilization of Digital Technology for Management Effectiveness
Micro Small and Medium Enterprises. International Journal of Scientific &
Technology Research. Vol. 9
Rassool. Roshan., Dissanayake (2019). Digital Tranformation For Small & Medium Enterprises
(SMES) : With Special Focus On Sri Lanka Context As An Emerging Economy .
International Journal of Bussiness and management Review. Vol.7 No.4.
Rendi Astuti.2019. Infrastruktur dan Teknologi Dorong Kemajuan UMKM.Jurnal STIMI. Vol
17 No.2(2019).
Ries, E. (2015). The Lean Startup, New York : Crown Bussiness.
Royani Hamzah, Imam. Dkk. Kartu Prakerja di Tengah Pandemi Covid-19 dalam Perspektif
Maqashid Syariah. 2021. P-ISSN: e-ISSN: Vol 2 No.1 Januari 2021.
Salamzadeh, A., & Kesim, H. K. (2015). Startup companies: Life cycle and challenges.
Proceedings from EEE: The 4th International Conference on Employment, Education,
and Entrepreneurship. Belgia: Serbia.
Santoso, Rudi. (2020). Review of Digital Marketing & Business Sustainability of E-Commerce
During Pandemic Covid19 In Indonesia. Ilmu ekonomi terapan. Vol. 5. 38 – 39
Sari, N. A. (2019). Pengaruh Perkembangan Ekonomi Digital Terhadap Pendapatan Pelaku
Usaha UMKM di Kota Makassar. Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), 1689–1699.
Silalahi, D., & Ginting, R. (2020). Strategi Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia
Untuk Mengatur Penerimaan dan Pengeluaran Negara Dalam Menghadapi Pandemi
Covid-19. Jesya (Jurnal Ekonomi Dan Ekonomi Syariah), 3(2), 156-167.
Sulchan. Moch. Dkk (2020) Analisis Strategi dan Kebijakan Pemerintah Dalam Memberikan
Stimulus Ekonomi Terhadap UMKM Terdampak Pandemi Covid-19. Jurnal
Akuntansi dan Ekonomi. 2020.DOI:10.29407/jae.v6i1.14954.
Sofyan, Hadi, Iman Toriq. (2018). Peran Media Digital dalam Perkembangan Industri Kreatif.
Festival Riset Manajemen dan akuntansi. 677 – 679
Start Up Ranking. (2021). Startups ranking per country. Retrieved from
https://www.startupranking.com/countries.
Sugiarti. Y., Sari. Hadiyat. A M. (2020). Peranan E-Commerce Untuk Meningkatkan Daya
Saing Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Umkm) Sambal Di Jawa Timur. Jurnal
Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2 (2020)
Tayibnapis, Ahmad Zafrullah, dkk. 2018. Perkembangan Ekonomi Digital di Indonesia. Vol.8.
Wartaekonomi.co.id. 6 Kebijakan Pemerintah Optimalkan Teknologi untuk Pembangunan RI.
2019. https://www.wartaekonomi.co.id/read238577/6-kebijakan-pemerintah-
optimalkan-teknologi-untuk-pembangunan-ri.html Diakses pada 19 maret 2021
Y Yoo, RJ Boland Jr, K Lyytinen, A Majchrzak Organization for Innovation in the Digitized
World 23 (5), 1398-1408
126
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

Yunus, Nur Rohim & Rezki, Annissa. (2020). Kebijakan Pemberlakuan Lock Down Sebagai
Antisipasi Penyebaran Corona Virus Covid-19. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I.
Indonesia.
Zaelani, iwan Ridwa. (2019). Peningkatan Daya Saing Umkm Indonesia: Tantangan Dan
Peluang Pengembangan Iptek. Jurnal Transborders| Vol. 3 No. 1
Zed, M. (2014). Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

127

Anda mungkin juga menyukai