Anda di halaman 1dari 11

Tantangan Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Di Tengah Wabah Covid-19

Berkepanjangan Yang Melanda Indonesia

Bima Jati 1173030020

Hukum Tata Negara (Siyasah)

Email : bimajati018@gmail.com

ABSTRAK : Pandemi berkepanjangan yang masih melanda Indonesia sangat berpengaruh bagi
kelangsungan usaha para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Hal ini didasari atas
semakin berkurangnya daya jual masyarakat akibat banyaknya sektor-sektor ekonomi nasional
yang terhambat. Sampai hari ini belum dapat dipastikan sampai kapan pandemi ini akan
berakhir dan pertumbuhan ekonomi nasional kembali stabil. Telah banyak upaya yang
dilakukan pemerintah untuk menciptakan kembali sebuah tatanan ekonomi yang stabil, namun
sampai hari ini hal itu belum lah cukup untuk dikategorikan stabil. Dalam penulisan ini
digunakan metode studi kepustakaan yakni dengan menggali beberapa refernsi yang mampu
mendukung penelitian ini dan dengan pendekatan yuridis, sosiologis, serta historis. Adapun
tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskusikan bagaimana usaha mikro, kecil dan
menengah dapat bertahan dalam situasi pandemi. Sehingga mampu kembali dan terus
memberikan kontribusi besar kembali terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

KATA KUNCI : UMKM, Covid 19, Upaya Pemerintah

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki sumber daya alam paling
melimpah di dunia bahkan sampai hari ini. Hal ini dibuktikan dengan gaya produksi yang sampai
sekarang masih dilakukan di negeri ini, walaupun perkembangan teknologi dan laju
pertumbuhan pasar global telah banyak berubah. Produksi berupa pengolohan bahan mentah
menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang sampai masih menjadi salah satu pondasi
ekonomi negara merupakan sebuah gambaran konkret betapa masih belum teradaptasi dengan
sempurna spirit revolusi industri yang telah lama digaungkan sejak berabad-abad yang lalu.

Menurut sejarah, pembagian negara-negara didunia selain dari letak geografisnya juga dibagi
berdasarkan kekuatan politik serta ekonomi nya. Adapun salah satu hal utama yang
berpengaruh besar kekuatan politik serta ekonomi suatu negara adalah ketergantungannya
dengan negara lain. 1 Semakin suatu negara membutuhkan negara lain untuk terus
berkembang, maka semakin kecil harapan suatu negara itu untuk maju dan mandiri.

1
Tan Malaka, Thesis, Yogyakarta, Octopus, 2014, hlm 24
Realitas pandemi berkepanjangan yang terjadi di Indonesia sampai hari ini pun tidak bisa
dipungkiri merupakan bukti konkret bahwa sejatinya Indonesia masih sangat bergantung pada
negara lain, walaupun dengan sumber daya alam dan sumber daya mansia yang begitu
melimpah Indonesia masih belum saja mampu menciptakan sebuah solusi penyelesaian bagi
pandemi yang mengancam keselamatan hidup serta keberlangsungan hidup masyarakat
banyak. Hal ini dibuktikan atas ketidakmapanan teknologi yang ada di Indonesia hari ini,
mengharuskan pemerintah melakukan impor alat tes tersebut dari China. Belum jelas seberapa
banyak alat tes yang diimpor, maupun seberapa banyak uang yang dikeluarkan namun dari sini
dapat dilihat bahwa Indonesia sampai hari masih menjadi pasar yang amat menjanjikan dimata
dunia, mengingat bahwa kuantitas penduduknya merupakan salah satu yang terbanyak di
dunia.2

Hal diatas dikuatkan dengan Teori Pembagian Kerja Negara-Negara dalam Skala Internasional.
Teori tersebut berpendapat bahwa setiap negara memiliki sepsialiasi produksinya tersendiri,
dengan pertimbangan kesesuaian terhadap keuntungan komparatif yang dimilikinya. Sehingga
berdasarkan teori ini pula negara-negara di dunia diklasifikan berdasarkan spesialisasi
produksinya yakni ; negara agraris yang memproduksi hasil pertanian dan ; negara industri yang
memproduksikan barang industri.3

Kendati demikian kebanyakan negara-negara agraris mengalami ketertinggalan dari segi


ekonomi ketimbang negara industri. Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap
perkembangan kedua jenis negara tersebut adalah inovasi produksi. Seiring berjalannya waktu
dan hubungan saling menguntungkan yang terjalin, negara industri mengembangkan teknologi
untuk mempermudah produksi industrinya sekaligus produksi negara-negara agraris. Bahkan
tidak dapat dipungkiri bahwa negara-negara industri tersebut telah mampu bersaing dengan
negara agraris dalam hal produksi beberapa hasil pertanian. Sehingga negara-negara yang pada
awalnya hanya berfokus pada produksi dan distribusi hasil pertanian termasuk diantaranya
Indonesia secara mau tidak mau harus rela produksi hasil pertaniannya berharga murah karena
mudah dan murah pula ongkos produksinya serta haru pula meningkatkan teknologinya agar
tidak semakin jauh tertinggal.

Adapun peranan UMKM dalam mendongkrak ekonomi negara adalah sangat besar.
Kementerian Koperasi dan UKM RI melaporkan bahwa secara jumlah unit, UMKM memiliki
pangsa sekitar 99,99% (62.9 juta unit) dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia (2017),
sementara usaha besar hanya sebanyak 0,01% atau sekitar 5400 unit. Usaha Mikro menyerap
sekitar 107,2 juta tenaga kerja (89,2%), Usaha Kecil 5,7 juta (4,74%), dan Usaha Menengah 3,73
juta (3,11%); sementara Usaha Besar menyerap sekitar 3,58 juta jiwa. Artinya secara gabungan
2
https://money.kompas.com/read/2020/03/18/132707426/erick-thohir-pesan-5000000-alat-tesvirus-corona?page=all

3
Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 16-17
UMKM menyerap sekitar 97% tenaga kerja nasional, sementara Usaha Besar hanya menyerap
sekitar 3% dari total tenaga kerja nasional.4

Atas latar belakang yang telah dipaparkan diatas penulis berinisiatif untuk mendiskusikan
beberapa pertanyaan peneliatan yakni ; bagaimana kelanjutan keberlangsungan umkm di
Indonesia ketika pandemi covid 19 melanda, sejauh mana upaya pemerintah untuk
membangun kembali UMKM yang menjadi salah satu pondasi ekonomi negara, serta tantangan
seperti apa yang akan datang pada pelaku UMKM kedepannya.

USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM)

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Pasal 1 dan 6 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diklasifikan berdasarkan jumlah kekayaan
bersih serta penjualan tahunan terbanyak. Adapun spesifikasinya adalah sebagai berikut :

A. Usaha Mikro

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
yang jumlah bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

B. Usaha Kecil

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

C. Usaha Menengah

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang
perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
4
https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62
tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan keterangan sejarah, umkm mulai dipandang serius sebab terbukti mampu
memberikan dampak yang signifikan terhadap perkonomian nasional dimulai sejak terjadinya
krisis yang menimpa Indonesia tahun 1997 diawali dengan krisis nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS dan krisismoneter yang berdampak padaperekonomian Indonesia yakni resesi
ekonomi. Hal ini merupakan pelajaran yang sangat penting untuk kembali mencermati suatu
pembangunan ekonomiyang benar-benar memiliki struktur yang kuat dan dapat bertahan
dalam situasi apapun.

Ketika krisis ekonomi menerpa dunia memperburuk kondisi ekonomi di Indonesia. Kondisi
krisis terjadi priode tahun 1997 hingga 1998, hanya sektor UMKM yang mampu tetap berdiri
kokoh. Data Badan Pusat Stastistik merilis keadaan tersebut pasca krisi ekonomi jumlah UMKM
tidak berkurang, justru meningkat pertumbuhannya teruas, bahkan mampu menyerap 85 juta
hingga 107 juta tenaga kerja samapai tahun 2012. Pada tahun itu jumlah pengusaha di
Indonesia sebanyak 56.539.560 unit. Dari jumlah tersebut, UMKM sebanyak 56.534.592 unit
atau sebesar 99,99%. Sisanya sekitar 0,01% atau sebesar 4.968 unit adalah usaha bersekala
besar.5

COVID 19

Sampai hari ini, Indonesia masih dihebohkan oleh sebuah pandemi bernama Covid-19, yaitu
sebuah virus mematikan yang memiliki tingkat penularan tinggi. Berbagai upaya telah dilakukan
pemerintah dari berbagai negara yang terkena dampak darinya, mulai dari kebijakan lockdown
sampai tes masal. Telah banyak kemajuan didapatkan dengan kebijakan-kebijakan tersebut di
negara-negara lain terkecuali salah satunya adalah di Negara Indonesia.

Sejatinya virus merupakan sebuah mikroorganisme, yaitu organisme kecil yang hanya mampu
dilihat melalu media mikroskopik. Sebagai sebuah makhluk hidup, virus pun tentu mampu
melakukan evolusi sebagaimana makhluk hidup yang lain. Namun dalam sejarah evolusi,
makhluk hidup nyaris tidak pernah melakukan evolusi kecuali ketika ia dihadapkan dengan
kondisi tertentu yang mengharuskannya untuk berevolusi. Mengingat sebelum menjangkit
kepada manusia, virus Covid-19 hanya berinangkan pada hewan seperti kelewar, tenggiling,
dsb.6

Dalam tinjauan filosofis manusia selaku satu-satunya hewan yang diciptakan dengan akal,
kehendak bebas, dan segala kesempurnaannya harus mampu mempertanggungjawabkan apa
5
Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM (Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia, Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos,
Vol. 6 No. 1 Tahun 2017

6
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Evolusi
yang telah terjadi, karena bukan tidak mungkin kondisi yang mengakibatkan evolusi pada
organisme-organisme lain diluar manusia, bahkan manusia lain disebabkan oleh segilintir
manusia pula. Bahkan tidak sedikit perubahan yang diprakarsai oleh manusia berdampak pada
munculnya stres sosial yang juga tidak sedikit dialami oleh manusia di berbagai penjuru dunia
hari ini terkhusus bagi masyarqkat Indonesia yang sampai hari ini belum mampu terlepas dari
belenggu virus yang sewaktu-waktu mampu membahayakan kesehatan bahkan nyawanya,
sekaligus terus membayangi dan melatar belakangi berbagai permasalahan ekonomi yang
menimpanya.7

UPAYA PEMERINTAH

Dalam hal perbaikan pertumbuhan ekononomi, cukup banyak upaya yang telah dilakukan oleh
Pemerintah dari mulai pemberian Bantuan Langsung Tunai, Bantuan UMKM. Bahkan sejak awal
kedatangan pandemi di Indonesia pun pemerintah telah memperhatikan dengan seksama
bagaimana nasib perekonomian nasional terutama sektro UMKM. HAL ini dibuktikan dengan
diundangkannya Undang-Undang No 24 Tahun 2019 Tentang Ekonomi Kreatif pada bulan
Oktober kala itu. Setelah itu barulah Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 23
Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional Dalam Rangka
Mendukung Kebijakan Keuangan Negara Untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid 19) dan/atau Mengahadapi Ancaman yang Membahayakan Perekonomian
Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan Serta Penyelamtan Ekonomi Nasional, dimana
dalam peraturan pemerintah inu sangat ditekankan penyelamatan Badan Usaha Milik Negara
dari dampak ekonomi akibat pandemi.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kualitatif, yakni analisis data secara
induktif dan dikonstruksikan menjadi hipotesis atau bahkan teori.8 Adapun pendekatan
dilakukan dengan pendekatan yuridis, historis, serta sosiologis. Melalui perantara berbagai
literatur yang mendukung analisis walau dengan keterbatasan data yang tersedia, semoga
tulisan ini mampu memberikan kajian yang cukup komprehensif serta sedikitnya mampu
memberikan solusi terhadap permasalahan sebagaimana yang telah disebutkan diatas.

Pendekatan historis yang digunakan dalam penelitian ini ditujukan agar mampu memenuhi
kebutuhan analisis sosial secara mendalam mengenai berbagai macam teanformasi sosial yang

7
Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005, hlm. 32.

8
Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu & Metode Penilitian, Bandung, Pustaka Setia, 2015, hlm 235
terjadi serta berbagai perkembangan normatif yang terjadi.9 Sehingga dapat ditemukan nilai-
nilai normatif yang dapat digunakan sebagai alternatif penyelesaian masalah sosial dan
ekonomi khususnya yang terjadi di Indonesia akibat pandemi ini.

PEMBAHASAN

Semenjak pandemi covid 19 masuk dan melanda Indonesia, tidak sedikit para pelaku usaha
yang mengalami kerugian terutama para pelaku usaha umkm. Terlebih dari pada itu para
pelaku usaha yang tergolong menengah atau bahkan besar sekalipun banyak yang mengalami
kerugian besar dan juga mengakibatkan masyarakat yang bekerja di usaha tersebut kehilangan
pekerjaannya dan terpaksa diberhentikan karena keterdesakan kondisi perusahaan.

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik, sepanjang tahun 2020 sebesar
35,56% perusahan di Indonesia memilih untuk mengurangi jumlah tenaga kerjanya. 10 Hal ini
tentu akan menjadi pemicu bagi tenaga yang diberhentikan untuk memulai usaha sebagai
wirausahawan. Sehingga secara singkat persaingan usaha di kalangan pelaku UMKM akan
meningkat secara drastis.

Ditengah keterdesakan kondisi ekonomi seperti sekarang ini, peningkatan taraf persaingan
usaha tidak akan mampu membawa dampak yang cukup signifikan bagi perkembangan
ekonomi masyarakat. Hal ini didasari atas banyaknya pembatasan-pembatasan kegiatan
perekonomian masyarakat, seperti Lock Down, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
sampai yang terbaru adalah dikeluarkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri No 11 Tahun 2021
Tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat Corona Virus Disease 2019 Di
Wilayah Jawa dan Bali.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pertumbuhan ekonomi pada riwulan IV 2020 sebesar -
2,19% (yoy) membaik dari pertumbuhan triwulan III 2020 sebesar-3,49% (yoy), namun dengan
dikeluarkan nya kembali Instruksi Menteri Dalam Negeri diatas tentu akan sangat
mempengaruhi pula pertumbuhan ekonomi nasional yang sebelumnya sempat membaik.11
Dampak yang amat sangat terasa adalah terhadap para pelaku UMKM mengingat bahwa
omsetnya pasti akan mengalami penurunan signifikan karena penurunan daya konsumsi
masyarakat secara langsung dan nyaris serentak.

9
Bagong Suyatno, Sosiologi Ekonomi, Jakarta, Kencana, Hlm. 51

10
https://www.bps.go.id/publication/2020/09/15/9efe2fbda7d674c09ffd0978/analisis-hasil-survei-dampak-covid-19-terhadap-
pelaku-usaha.html

11
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/newsrelease/Pages/sp_233321.aspx#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan
%20Pusat%20Statistik,%2C49%25%20(yoy).&text=Dengan%20perkembangan%20tersebut%2C%20pertumbuhan%20ekonomi,
%2C07%25%20pada%20tahun%202020.
Walaupun menurut statement yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan
Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan beda Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB). PPKM Darurat merupakan kebijakan yang baru diumumkan pemerintah dan akan
diberlakukan 3-20 Juli mendatang. Sementara PSBB diterapkan di masa awal pandemi 2020
lalu. Sedangkan berdasarkan sifatnya PSBB adalah bottom-up sedangkan PPKM ini bersifat top-
down.12

Secara yuridis Instruksi Menteri diatas berstatus sah secara hukum. Namun apabila ditinjau
lebih dalam, melalui sudut pandang lain tentunya ketentuan sedemikian pun masih memiliki
celah hukum atau bahkan kecacatan yang layak untuk dipertanyakan terlebih kebijakan
sedemikian telah berulang kali ditetapkan namun tidak memberikan dampak yang signifikan
terkhusus pada angka kasus penyebaran covid di masyarakat. Adapun celah dan kecacatan yang
dimaksud antara lain ;

A. Belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan Pasal 8 Poin 2 dan 3 Undang-Undang No 12


Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan j.o Undang-Undang No 15
Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan. Karena dalam instruksi menteri tersebut tidak dapat
ditemukan suatu naskah akademik. Adapun ketentuan tersebut berbunyi ;
"(2)Materi yang diatur dan keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai konsepsi Rancangan
Undang-Undang yang meliputi:
a. latar belakang dan tujuan penyusunan;
b. sasaran yang ingin diwujudkan; dan
c. jangkauan dan arah pengaturan.
(3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang telah melalui pengkajian dan
penyelarasan dituangkan dalam Naskah Akademik".

B. Tidak sejalan dengan teori efektifitas hukum karena telah terbukti tidak memberikan
dampak yang signifikan berupa kemaslahatan masyarakat. Adapun teori ini berisikan
bagaimana hukum dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya serta faktor-faktor yang
mempengaruhi berjalannya suatu ketentuan hukum atau peraturan perundang-undangan.

Efektifitas penegakan hukum sangat berkaitan satu sama lain dengan efektivitas hukum. Agar
hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk menegakan sanksi tersebut.
Suatu sanksi dapat di laksanakan kepada seluruh masyarakat dalam bentuk ketaatan
(Complience). Dengan kondisi tersebut bisa menunjukan sebagai indikator bahwa peraturan
12
https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2021/07/02/11461111/apa-beda-psbb-dengan-ppkm-
darurat-ini-penjelasan-menko-luhut
atau hukum tersebut adalah efektif. Dalam hal efektivitas peraturan perundang-undangan,
tergantung pada beberapa faktor, diantaranya yakni :

-Pengetahuan tentang substansi (isi) Perundang-Undangan;

- Cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut;

-Institusi yang terkait dengan ruang lingkup Perundang-Undangan di dalam masyarakatnya;

-Bagaimana proses lahirnya suatu perundang-undangan, yang tidak boleh dilahirkan secara
tergesa-gesa untuk kepentingan instan (sesaat), yang di istilahkan oleh Gunnar Myrdall sebagai
Sweep Legislation, yang memiliki kualitas buurk dan tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.

Menurut Lawrence M. Friedmen efektivitas hukum dalam sistem hukum terdiri dari komponen
yang meliputi legal structure (struktur hukum), legal substance (substansi hukum), dan legal
culture (budaya hukum). Pembagian efektivitas hukmm dalam sistem hukmm kedalam tiga
komponen sebagian dimaksud, bertujuan untuk menganalisa bekerjanya suautu efektivtas
hukum dalam sistem hukum yang sedang beroperasi berjalan dala studi tentang hukum dan
masyarakat.
-Struktur hukum merupakan bagian dari sistem hukum yang bergerak dalam suatu mekanisme.
Termasuk dalam komponen struktur hukum antara lain lembaga pembuat
undang-undang/peraturan daerah, pengadilan, dan lembaga yang diberi wewenang untuk
menerapkan hukum serta lembaga yang diberi wewenang untuk melakukan penindakan
terhadap pihak yang melanggar ketentuan hukum.

-Budaya hukum diartikan keseluruhan sistem nilai, serta sikap yang mempengaruhi hukum

-Substansi hukum merupakan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. 13

Kendati demikian, baik dengan ataupun tanpa adanya pandemi sekalipun sejatinya persaingan
usaha akan semakin meningkat dari hari-hari ke hari. Mengingat bahwa bahwa manusia
merupakan mahluk yang tidak pernah terpuaskan. Maka dari itu dalam bidang usaha produksi
barang atau jasa skala mikro dan kecil sekalipun masih memiliki peluang untuk terus
berkembang selama inovasi, pembaharuan pola produksi serta distribusi dan pembacaan
kebutuhan pasar terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar.

KESIMPULAN

Keterbatasan pemasaran dalam masa pandemi serta turunnya daya beli masyarakat
mengakibatkan sulitnya para pelaku UMKM untuk mengembangkan usahanya. Telah begitu

13
Otong Rosadi dan Andi Desmon, Studi Politik Hukum, Yogyakarta, Thafa Media, 2013, hlm 20-21
banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk menghidupkan atau sekedar menguatkan
sektor UMKM di Indonesia, bahkan sampai kepada Pemberian Bantuan untuk Pelaku UMKM
walaupun hal sedemikian masih belum cukup memberikan dampak yang signifikan karena
kebijakan yang muncul setelahnya malah semakin menyulitkan para pelaku usaha terutama
kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kendati demikian sejatinya
masih ada cukup peluang bagi para pelaku usaha untuk mengembangkan usahanya yakni
dengan melakukan inovasi yang didasarkan atas pembacaan kebutuhan pasar hal sedemikian
akan mampu teratasi walau dengan waktu dan proses yang tidak mudah, bahkan tidak
menutup kemungkinan membutuhkan kerjasama dengan berbagai pihak terutama dalam hal
pengadaan modal dan pemasaran produk.
DAFTAR PUSTAKA

Buku & Jurnal

Andi Muawiyah Ramly, Peta Pemikiran Karl Marx, Yogyakarta, LKIS, 2013

Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, Hlm. 16-17

Bagong Suyanto, Sosiologi Ekonomi, Jakarta, Kencana, 2017

Beni Ahmad Saebani, Filsafat Ilmu & Metode Penilitian, Bandung, Pustaka Setia, 2015

Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Otong Rosadi dan Andi Desmon, Studi Politik Hukum, Yogyakarta, Thafa Media, 2013

Tan Malaka, Thesis, Yogyakarta, Octopus, 2014

Yuli Rahmini Suci, Perkembangan UMKM (Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia,
Jurnal Ilmiah Cano Ekonomos, Vol. 6 No. 1 Tahun 2017

Internet

https://money.kompas.com/read/2020/03/18/132707426/erick-thohir-pesan-5000000-alat-
tesvirus-corona?page=all

https://www.ukmindonesia.id/baca-artikel/62

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Evolusi

https://www.google.com/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2021/07/02/11461111/apa-
beda-psbb-dengan-ppkm-darurat-ini-penjelasan-menko-luhut

https://www.bps.go.id/publication/2020/09/15/9efe2fbda7d674c09ffd0978/analisis-hasil-
survei-dampak-covid-19-terhadap-pelaku-usaha.html
https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/newsrelease/Pages/
sp_233321.aspx#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik,
%2C49%25%20(yoy).&text=Dengan%20perkembangan%20tersebut%2C%20pertumbuhan
%20ekonomi,%2C07%25%20pada%20tahun%202020.

Anda mungkin juga menyukai