Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan bisnis yang telah dijalani sampai saat ini, di mana yang selalu

menjadi pusat tujuan utama badan usaha atau perusahaan adalah memperoleh

keuntungan. Dalam melakukan kegiatan bisnis perusahaan dapat dikatakan berhasil

apabila dari masa ke masa dapat mengumpulkan keuntungan dengan meningkatkan

penjualan dan kemampulabaan secara memadai. Laba merupakan kelebihan

penghasilan di atas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap 2009 dalam Djuli

Sjafei Purba).

Persaingan antara badan usaha semakin kompetitif, sehingga setiap badan

usaha atau perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan yang lebih agar dapat

bertahan dan memenangkan persaingan demi tercapainya tujuan perusahaan yang

telah ditetapkan. Salah satu tujuan perusahaan yang utama adalah untuk memperoleh

laba atau keuntungan.

Perusahaan menuntut para akuntan untuk dapat semaksimal mungkin

mendayagunakan keahliannya baik itu dalam hal pemahaman metode maupun teknik

akuntansi yang terus mengalami perkembangan. Yang mana selalu mampu untuk

memaksimalkan dayaguna dalam memperoleh keuntungan yang tinggi, sebab

dengan keuntungan yang diperoleh tersebut perusahaan akan memiliki kemampuan

untuk dapat berkembang dan menjaga eskistensinya di dunia perekonomian, oleh

karena itu berbagai badan usaha atau perusahaan memiliki strategi yang tepat dalam

mengelolah finansialnya untuk menghidupkan dan menjalankan bisnisnya dengan

target akan minimnya kegagalan.

1
Seiring dengan perkembangan dunia usaha guna membantu para pemimpin

perusahaan dalam pengambilan keputusan, maka seorang akuntan perlu memahami

dan mengikuti setiap aktifitas dari masing-masing fungsi dalam perusahaan, salah

satunya adalah berkaitan dengan penentuan harga pokok produksi yang mana akan

dikalkulai untuk menentukan harga jual. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena

dengan adanya persaingan yang semakin kompetitif sehingga membuat penetapan

harga jual produk bukan hal gampang. Harga jual kerap kali ditentukan oleh harga

pasar, digunakan untuk menentukan target biaya yang diselaraskan dengan biaya-

biaya yang telah dikeluarkan dalam produksi.

Perusahaan manufaktur yang kita ketahui bahwa perusahaan ini merupakan

perusahaan yang mengelolah barang dan jasa yang mana diolah untuk dijual

kembali. Barang dan jasa yang dimaksudkan ini merupakan pemanfaatan dari

sumber daya yang ada, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya untuk mengelolah bahan baku,

setiap perusahaan manufaktur memerlukan biaya produksi, yang digunakan untuk

mengolah bahan baku atau barang setengah jadi menjadi produk jadi. Biaya ini

terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik, dimana biaya – biaya ini nantinya akan membentuk harga pokok

produksi dan harga pokok penjualan.

Biaya produksi merupakan salah satu bagian dari langkah-langkah yang harus

dilakukan perusahaan manufaktur dalam usaha meningkatkan manfaat sumber daya

yang dipakai. Pemanfaatan biaya terutama harus diserasikan terhadap tujuan yang

ingin dicapai oleh perusahaan, salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan

adalah memperoleh laba yang maksimal dengan mengeluarkan biaya yang serendah-

rendahnya, oleh karena itu dengan mengendalikan biaya produksi perusahaan

berharap akan mendapatkan laba yang besar.

2
Biaya produksi (out put cost) adalah biaya untuk memproduksi yang terdiri

dari bahan langsung, upah langsung dan biaya-biaya tidak langsung (Surjana Ismaya

2006 dalam Mukhlishotul Jannah) adapun mengatakan bahwa biaya produksi adalah

biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan proses pengolahan bahan baku

menjadi produk jadi (Mulyadi 2005 dalam Mukhlishotul Jannah), maka dari itu bisa

dikatakan bahwa biaya produksi merupakan keseluruhan biaya yang dibutuhkan

untuk memperoleh bahan baku dan membayar upah tenaga kerja serta biaya

operasional pabrik dalam kegiatan produksi bahan baku menjadi produk jadi.

Biaya produksi dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan disebabkan

oleh naiknya harga bahan baku di pasaran, sehingga perusahaan atau badan usaha

harus memperhatikan secara detail perhitungan biaya-biaya yang harus dikeluarkan,

agar biaya produksi badan usaha tersebut tidak mengalami kerugian yang sangat

besar.

Masih banyak badan usaha atau perusahaan yang melakukan kegiatan

produksinya tanpa memperhatikan biaya produksinya sehingga dalam penentuan

harga pokok penjualannya tidak seseuai dengan harga pasaran yang ada atau

harganya sangat tinggi, sehingga perputaran penjualannya lambat dan keuntungan

yang didapat dalam satu periode akuntansi sangat rendah dari jumlah pengeluaran

untuk biaya produksi.

Namun masalah yang ada disekitar kita adalah masih banyak perusahaan yang

kurang memperhatikan unsur-unsur yang terkandung dalam biaya produksi yang

mana dalam kegiatan perusahaannya masih mengeluarkan biaya-biaya produksi

tidak sesuai tujuan yang ingin diproduksi atau dengan kata lain masih sembarangan

dalam menentukan biaya produksi dan sehingga mendalam menentukan harga jual

yang kurang tepat dan keuntungan yang dihasilkan masih rendah akibat kurang

mantapnya dalam memperhatikan biaya produksi secara detail. Sehingga perlu

3
diterapkan perhitungan biaya produksi secara terperinci agar dapat meningkatkan

pendapatan dari penjualan.

Dalam penelitian ini penulis memilih untuk fokus pada usaha produksi ice

cream, perkembangan pasar produk makanan olahan di Indonesia merupakan

cerminan dari pertumbuhan pasar di kawasan Asia. Salah satunya adalah produk

makanan olahan ice cream yang telah lama menjadi pilihan konsumsi konsumen

Indonesia. Saat ini Eropa dan Amerika bukan lagi konsumen terbesar ice cream,

namun Asia Pasifik yang mendominasi. Kawasan Asia Pasifik menguasi pangsa

pasar sekitar 30% dari total pasar ice cream dunia, sedangkan Amerika menguasai

28%. Faktor pendukungnya adalah cuaca di kawasan Asia yang cenderung panas

dan tropis, sehingga cocok untuk mengonsumsi ice cream. Umumnya ice cream

disukai oleh kelompok usia muda dan kawasan Asia cenderung memiliki populasi

anak muda yang sangat besar (Euromonitor (2018) dalam Nisa Meilasani 2019).

Tapi tak dapat dipungkuri juga bahwa ice cream disukai oleh orang dewasa.

Ice cream merupakan makanan yang berasal dari Italia. Pada produk es krim,

terdapat fluktuasi permintaan disebabkan adanya special event yang dapat mengubah

besarnya permintaan. Special event dapat menjadi peluang bagi perusahaan untuk

memaksimalkan penjualan dan keuntungan.

Oleh karena itu saya meneliti usaha ice cream yang berada di Maumere. Usaha

ice cream ini merupakan salah satu usaha dari Biara Santo Kamilus, namun ice

cream yang dijual adalah jenis gelato. Nama gelato berasal dari Bahasa Italia yang

artinya "beku". Gelato terbuat dari bahan utama seperti susu, krim, dan gula.

Kemudian diberi tambahan variasi rasa mulai dari buah-buahan, kacang, dan bahan

perasa lainnya. Apabila dibandingkan dengan es krim pada umumnya, Gelato

memiliki kandungan lemak yang lebih rendah. Gelato biasanya mengandung sedikit

udara dan memiliki lebih banyak varian rasa daripada makanan penutup beku

4
lainnya, memberikan kepadatan dan kekayaan rasa yang membedakannya daripada

ice cream lainnya. Gelato disajikan layaknya ice cream pada umumnya, seperti

dalam cup, kon, gelas, isian roti maupun kue. Tempat ice cream yang letaknya di 30

meter dari Hotel Sylvia ini memiliki nama usahanya dengan nama Camillo Gelato.

Usaha ice cream ini kurang lebih sudah berproduksi selama 3 tahun dan tingkat

pengunjungnya cukup tinggi.

Saya memilih Camillo Gelato sebagai tempat penelitian saya karena menurut

saya ini menarik, karena usaha ini dikelolah oleh biarawan yang mana kita tahu

bahwa kebanyakan dari biarawan berpusat pada pelayanan rohani maupun pelayan-

pelayanan untuk orang sakit, namun kali ini berbeda merekapun turut terjun dalam

dunia bisnis industri makanan yang mana salah satunya adalah memproduksi ice

cream, ini merupakan pilihan yang sangat berbeda dengan biara atau seminari

lainnya yang ada di Maumere. Ice cream yang diolah benar-benar menggunakan

buah-buahan segar dan minuman-minuman yang memiliki kadar rendah alkohol.

Dari penggunaan bahan baku mentah dan setengah jadi seperti buah-buahan

segar dan minuman rendah alkohol membuat saya benar-benar tertarik untuk

meneliti biaya produksi serta harga pokok produksi yang dikeluarkan oleh tersebut

dapat meningkatkan penjualan dan berpengaruh signifikan pada laba yang

dihasilkan, sehingga saya mengambil judul “Analisis Pengaruh Biaya Produksi

dan Harga Pokok Produksi terhadap Laba”.

5
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perhitungan biaya-biaya produksi dan penggunaan harga pokok

produksi pada usaha Camillo Gelato ?

2. Bagaimana pengaruh biaya produksi dan harga pokok produksi pada keuntungan

usaha Camillo Gelato ?

1.3 Tujuan Penelitian

Bedasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan perhitungan biaya produksi dan penggunaan

harga pokok produksi pada usaha Camillo Gelato.

2. Mengetahui dan menjelaskan adanya pengaruh biaya produksi dan penggunaan

harga pokok produksi terhadap laba usaha Camillo Gelato.

6
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Akuntansi Biaya

Menurut Siregar dkk (2014:10, dalam Rois Ma’arif 2018) akuntansi biaya dapat

didefinisikan sebagai proses pengukuran, penganalisisan, perhitungan, dan pelaporan

biaya, profitabilitas, kinerja operasi. Informasi akuntansi biaya dirancang untuk

keperluan manajer. Manajer mengambil keputusan hanya untuk perusahaannya

sendiri maka kriteria penting informasi akuntansi biaya adalah relevansi informasi

bagi pengambilan keputusan oleh manajer. Akuntansi biaya menghasilkan informasi

untuk memenuhi berbagai macam tujuan yaitu untuk tujuan penentuan kos produksi,

pengendalian biaya, tujuan pengambilan keputusan khusus, dan untuk kepentingan

internal perusahaan. Selanjutnya akuntansi biaya membantu perusahaan dalam

merencanakan dan pengawasan biaya pada aktivitas perusahaan.

2.2 Tujuan Akuntansi Biaya

Menurut Siregar dkk (2014:10-12, dalam Rois Ma’arif 2018), tujuan dari akuntansi

biaya, yang diantaranya sebagai berikut ini:

a. Penganggaran

Anggaran adalah perancanaan manajemen yang tertulis dan dinyatakan dalam

satuan rupiah. Anggaran yang realistis akan meningkatkan koordinasi

antarindividu, terlaksananya kebijakan manajemen, dan tercapainya tujuan yang

telah ditetapkan. Anggaran juga dapat meningkatkan harmoni antara manajer

dan karyawan.

b. Pengendalian

Pada perusahaan kecil, pengendalian terhadap karyawan dapat dapat dilakukan

dengan pengawasan secara fisik, sedangkan dalam perusahaan besar,

7
pengendalian dilakukan dengan menggunakan alat, yaitu perencanaan dan

pelaporan.

c. Penentuan Harga

Manajemen harus dapat menentukan harga produk yang dapat menutup semua

biaya dan menghasilkan laba. Penjualan sangat dipengaruhi oleh fungsi

permintaan dan penawaran, namun untuk menentukan harga yang

menguntungkan harga yang menguntungkan, perlu diperhitungkan biaya dengan

cermat.

d. Penentuan Laba

Akuntansi biaya digunakan untuk menghitung harga pokok penjualan dalam

suatu periode. Harga pokok penjualan kemudian akan dibandingkan dengan

pendapatan untuk menghitung laba.

e. Pemilihan Alternatif

Akuntansi biaya menyediakan informasi berbagai pendapatan dan biaya yang

berasal dari berbagai kegiatan. Dengan informasi ini, manajemen dapat

membuat keputusan jangka panjang dan jangka pendek untuk memasuki pasar

baru, mengembangkan produk baru, menghentikan produk, membeli atau

membuat sendiri komponen produk, serta membeli atau menyewa suatu aktiva.

2.3 Pengertian Biaya dan Kos

Menurut Siregar dkk (2014:23, dalam Rois Ma’arif 2018), akuntansi biaya yang

berasal dari Amerika mengenal dua istilah yang berhubungan dengan biaya, yaitu

cost dan expence. Di Indonesia, Cost dan expence diterjemahkan dalan beberapa

istilah yaitu cost diterjemahkan menjadi harga perolehan atau kos dan expence

diterjemahkan menjadi biaya atau beban.

Kos adalah nilai kas atau setara kas yang dikeluarkan (dikorbankan) untuk

mendapatkan barang atau jasa, diharapkan dapat memberikan manfaat pada saat ini

8
maupun dimasa mendatang. Pada saat kos “telah dimanfaatkan” dalam rangka

menghasilkan pendapatan, maka kos tersebut akan menjadi biaya dan kos yang

belum dimanfaatkan dikelompokan sebagai aset. Sedangkan Biaya adalah kos

barang atau jasa yang telah memberikan manfaat yang digunakan untuk memperoleh

pendapatan. Pada saat akhir periode, biaya akan dikurangkan dengan pendapatan

dalam laporan laba rugi untuk menentukan besarnya laba atau rugi bersih yang

diperoleh pada masing-masing periode (Siregar dkk, 2014:23, dalam Rois Ma’arif

2018.

2.4 Klasifikasi Biaya

Menurut Siregar dkk (2014:25-32, dalam Rois Ma’arif 2018), pada dasarnya biaya

dapat diklasifikasikan berdasarkan pada hal berikut :

a. Berdasarkan Hubungan Biaya dengan Produk

1) Biaya langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dapat langsung ditelusur ke produk.

Contohnya adalah biaya bahan baku. Biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk membeli bahan baku dapat dengan mudah ditelusur

kedalam produk.

Contoh lainnya adalah biaya upah buruh bagian produksi.

2) Biaya Tidak Langsung

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat secara langsung dapat

ditelusur ke produk.

Contohnya adalah biaya sewa peralatan pabrik.

b. Berdasarkan Hubungan Biaya dengan Volume Kegiatan

1) Biaya Variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah proporsional

dengan perubahan volume kegiatan atau produksi tetapi jumlah per

9
unitnya tidak berubah.

2) Biaya Tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tidak terpengaruh oleh

volume kegiatan dalam kisaran volume tertentu.

3) Biaya Campuran (mixed cost)

Biaya campuran adalah biaya yang jumlahnya terpengaruh oleh volume

kegiatan perusahaan tetapi tidak secara proporsional. Bila tidak ada

kegiatan atau volume kegiatan nol biaya campuran tidak akan menjadi

nol, tetapi bila volume kegiatan bertambah banyak, biaya campuran akan

bertambah banyak.

c. Berdasarkan Elemen Biaya Produksi

1) Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah besarnya nilai bahan baku yang dimasukkan ke

dalam proses produksi untuk diubah menjadi barang jadi.

2) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja adalah besarnya biaya yang terjadi untuk

menggunakan tenaga karyawan dalam mengerjakan proses produksi.

Biaya tenaga kerja dibagi menjadi dua yaitu biaya tenaga kerja langsung

dan biaya tenaga kerja tidak langsung.

3) Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya yang terjadi di pabrik selain

biaya bahan baku maupun biaya tenaga kerja langsung. Biaya bahan

penolong dan tenaga kerja langsung adalah biaya overhead pabrik. Biaya

overhead pabrik lain adalah sewa pabrik, depresiasi peralatan pebrik, dan

asuransi pabrik. Biaya overhead pabrik sulit ditelusuri ke suatu produk.

10
Biaya produksi dapat diidentifikasi lebih lanjut menjadi biaya utama

(prime cost) dan biaya konversional (convension cost). Biaya utama

meliputi biaya tenaga kerja langsung dan biaya bahan baku. Biaya

konversi meliputi biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

d. Berdasarkan Fungsi Pokok Perusahaan

1) Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri atas tiga jenis biaya, yaitu biaya bahan baku, biaya

tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

2) Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum adalah biaya yang terjadi dalam rangka

mengarahkan, menjalankan, dan mengendalikan perusahaan untuk

memproduksi barang jadi. Biaya administrasi dan umum meliputi biaya

gaji pegawai, biaya perlengkapan, dan biaya utilitas.

3) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran meliputi berbagai biaya yang terjadi untuk memasarkan

produk atau jasa.

e. Berdasarkan Hubungan Biaya dengan Proses Pokok Manajerial

1) Biaya standar (standard cost)

Biaya standar adalah biaya yang ditentukan dimuka yang seharusnya

dikeluarkan untuk membuat sutau produk atau melaksanakan suatu

kegiatan.

2) Biaya akrual (acrual cost)

Biaya akrual adalah biaya yang sesungguhnya terjadi untuk membuat

suatu produk atau melaksanakan suatu kegiatan

11
3) Biaya terkendali (controllable cost)

Biaya terkendali adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi

oleh seorang manajer tingkatan tertentu.

4) Biaya tidak terkendali (uncontrollable cost)

Biaya tidak terkendali adalah biaya yang tidak secara langsung dapat

dipengaruhi oleh seorang manajer tingkatan tertentu.

5) Biaya komitan (committed cost)

Biaya committed adalah biaya yang terjadi dalam upaya mempertahankan

kapasitas atau kemampuan organisasi dalam kegiatan produksi,

pemasaran, dan administrasi.

6) Biaya diskresioner (discretionary cost)

Biaya diskresioner adalah biaya yang besarnya kecilnya tergantung pada

kebijakan manajemen.

7) Biaya relevan (relevant cost)

Biaya relevan adalah biaya masa depan yang berbeda antara satu alternatif

dan alternatif lainnya.

8) Biaya kesempatan (opportunity cost)

Biaya kesempatan adalah manfaat yang dikorbankan pada saat satu

alternatif keputusan dipilih dan mengabaikan alternatif lain.

2.5 Biaya Produksi

2.5.1 Pengertian Biaya Produksi

a. Menurut Hansen dan Mowen (2006:40 dalam Mukhlishotul Jannah

2018), biaya produksi adalah biaya yang berkaiatan dengan pembuatan

barang dan penyediaan jasa.

12
b. Menurut Surjana Ismaya (2006:354 dalam Mukhlishotul Jannah 2018),

biaya produksi (out put cost) adalah biaya untuk memproduksi yang

terdiri dari bahan langsung, upah langsung, biaya dan biaya tidak

langsung.

c. Menurut Mulyadi (2005:9 dalam Mukhlishotul Jannah 2018), biaya

produksi adalah biaya-biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan

proses pengolahan bahan baku menjadi produk jadi.

2.5.2 Elemen-elemen Biaya Produksi

Dalam proses produksi, perusahaan manufaktur biasanya mengeluarkan

berbagai macam biaya. Biaya yang beraneka ragam tersebut dapat

dikelompokkan menjadi tiga golongan besar, yakni bahan langsung, tenaga

kerja langsung, dan overhead pabrik.

1. Biaya bahan baku langsung (Direct Material Cost)

Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung apabila bahan

baku tersebut merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk

selesai dan dapat ditelusuri langsung baik fisik maupun nilainya dalam

wujud produksi yang dihasilkan.

2. Tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost)

Suatu elemen produksi disebut biaya tenaga kerja langsung apabila biaya

tersebut dikeluarkan karena adanya upah kepada tenaga kerja yang

dipekerjakan untuk merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi

produk selesai. Biaya ini dapat ditelusuri secara langsung dan dapat

diukur dengan waktu yang dipergunakannya dalam keikutsertaannya

secara langsung membentuk produksi akhir.

3. Biaya overhead pabrik (Factory Overhead Cost)

13
Adalah biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung yang

timbul dan dibebankan terhadap pabrik guna membantu atau menunjang

dalam mengubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat di

telususri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead dapat di

kelompokan menjadi elemen sebagai berikut :

 Bahan baku tidak langsung adalah bahan yang digunakan dalam

penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan

biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk

selesai.

 Tenaga Kerja Tidak Langsung adalah tenaga kerja yang membantu

dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri

langsung kepala produk selesai.

2.6 Harga Pokok Produksi

2.6.1 Pengertian Harga Pokok Produksi

 Dunia dan abdullah (2012: 42, dalam Rois Ma’arif 2018), menyatakan

bahwa harga pokok produksi adalah biaya yang terjadi sehubungan

dengan produksi, yaitu jumlah biaya bahan langsung dan tenaga kerja

langsung.

 Siregar dkk (2014: 28, dalam Rois Ma’arif 2018), mendefinisikan harga

pokok produksi adalah biaya yang terjadi untuk mengubah bahan baku

menjadi barang jadi.

 Menurut Raiborn dan Kinney (2011:56, dalam Rois Ma’arif 2018), yaitu

Harga pokok produksi (cost of goods manufactured) (CGM) adalah total

produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan dan

ditransfer kedalam persediaan barang jadi selama sebuah periode.”

14
Berdasarkan definisi harga pokok produksi menurut para ahli diatas, dapat

disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah biaya-biaya yang

dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Tiga elemen utama harga

pokok produksi yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.6.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi

Menurut Sodikin dan Riyono (2012:280, dalam Rois Ma’arif 2018), unsur-

unsur yang melekat pada harga pokok produksi terdiri atas :

1. Bahan Baku

Merupakan bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk

jadi dan dimasukan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.

Contohnya adalah kayu yang digunakan untuk membuat meja.

2. Tenaga Kerja Langsung

Merupakan tenaga kerja yang memiliki kinerja langsung terhadap proses

pengolahan barang, baik dengan menggunakan kemampuan fisiknya

maupun dengan bantuan mesin-mesin. Tenaga kerja langsung

memperoleh kontreprestasi yang disebut upah dan dikategorikan sebagai

upah tenaga kerja langsung. Jadi upah tenaga kerja langsung adalah

semua kontraprestasi yang diberikan kepada tenaga kerja langsung.

3. Biaya Overhead Pabrik

Merupakan komponen harga pokok produksi yang timbul dalam proses

pengolahan yang tidak dapat digolongkan dalam bahan baku dan tenaga

kerja langsung. biaya tenaga kerja ditambah semua biaya pada

departemen pembantu yang ada di pabrik apabila perusahaan memiliki

departemen pembantu di pabrik. Biaya overhead dikelompokkan atas

dasar tingkah laku perubahannya terhadap volume aktivitas, yaitu:

15
 Biaya overhead pabrik tetap, contohnya biaya asuransi pabrik dan

biaya penyusutan aktiva tetap.

 Biaya overhead pabrik variabel, misalkan sebagian biaya tenaga

kerja tidak langsung, biaya bahan penolong, biaya bahan bakar.

2.6.3 Metode Penentuan Biaya Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2017:17, dalam Rois Ma’arif 2018), dalam menghitung

unsur-unsur biaya ke dalam kos produksi, terdapat dua pendekatan yaitu : full

costing dan variable costing.

a. Full Costing

Full costing metode penentuan kos produksi yang memperhitungkan

semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dengan demikian

kos produksi menurut metode full costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut ini (Mulyadi, 2017:17, dalam Rois Ma’arif 2018):

Biaya bahan baku xxxx

Biaya tenaga kerja langsung xxxx

Biaya overhead Pabrik variabel xxxx

Biaya overhead Pabrik tetap xxxx

Biaya nonproduksi xxxx

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur

kos produksi ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap) ditambah dengan

biaya non produksi berupa biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum

(Mulyadi, 2017:17, dalam Rois Ma’arif 2018).

16
b. Variable Costing

Variable costing merupakan metode penentuan kos produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam

kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Dengan demikian kos

produksi menurut metode variable costing terdiri dari unsur biaya

produksi berikut ini (Mulyadi, 2012:18, dalam Rois Ma’arif 2018):

Biaya bahan baku xxxx

Biaya tenaga kerja langsung xxxx

Biaya overhead pabrik variabel xxxx

Biaya non produksi xxxx

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing terdiri

dari unsur kos produksi ( biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non

produksi ( biaya pemasaran variabel , biaya administrasi dan umum

variabel) dan biaya tetap, berupa biaya overhead pabrik tetap, biaya

pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap (Mulyadi, 2012:18,

dalam Rois Ma’arif 2018).

2.7 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

2.7.1 Metode Harga Pokok Pesanan

Menurut Dunia dan Abdullah (2016:54, dalam Rois Ma’arif 2018), metode

harga pokok pesanan adalah suatu sistem akuntansi biaya perpetual yang

menghimpun biaya menurut pekerjaan- pekerjaan (jobs) tertentu. Sistem ini

cocok untuk elemen-elemen pekerjaan yang unik dan biayanya mahal,

dimana barang/jasa yang diproduksi berdasarkan spesifikasi yang diminta

oleh pelanggan atau pemesan.

17
Berdasarkan perkerjaan-pekerjaan dan pesanan yang telah disetujui, maka

biaya-biaya produksi secara terus-menerus dicatat dan dibebankan kepada

masing- msing pekerjaan yang sedang dilaksanakan atau dihasilkan, seperti

bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Perkerjaan pesanan merupakan

suatu jumlah unit satuan produk, sehingga harga pokok produk per unit yang

dihasilkan dihitung dengan dengan membagi total biaya produk untuk

masing-masing pesanan dengan jumlah satuan produk dari pesanan tersebut

(Dunia dan Abdullah, 2016:54, dalam Rois Ma’arif 2018).

Karakteristik pekerjaan pada sistem atau metode harga pokok pesanan ( job

order costing), yaitu sebagai berikut (Dunia dan Abdullah, 2016: 54, dalam

Rois Ma’arif 2018):

1. Tiap pekerjaan harus dapat diidentifikasikan menurut sifat fisiknya dan

masing-masing biaya.

2. Dengan kata lain bahwa setiap pekerjaan harus dapat dibedakan secara

fisik sehingga perbebanan biaya dapat dibedakan dan dicatat dengan

tepat untuk pekerjaan yang bersangkutan.

3. Permintaan atau pemakaian bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung

diidentifikasikan menurut nomor dari masing-masing pekerjaan (job

number).

4. Overhead pabrik yang merupakan biaya produksi tidak langsung

biasanya dibebankan (applied) kepada masing-masing pekerjaan

berdasarkan suatu tarif yang ditetapkan lebih dahulu (predetermined

rate).

5. Setiap pekerjaan mempunyai daftar biaya (job order cost sheet) atau

kartu harga pokok.

18
2.7.2 Metode Harga Pokok Proses

Menurut Dunia dan Abdullah (2016:86, dalam Rois Ma’arif 2018) metode

harga pokok proses lebih terfokus pada departemen-departemen dalam pabrik

atau pusat pusat biaya dan proses produksi. Pada metode ini seluruh biaya

produksi baik bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik dapat

diidentikasikan dan diakumulasi menurut pekerjaan khusus tersebut, akan

tetapi untuk yang menghasilkan barang secara masal/banyak dan homogen

secara berkesinambungan, maka dapat digunakan metode harga pokok proses

yang mengakumulasi data biaya berdasarkan departemen-departemen dimana

proses produksi dilakukan.

Karakteristik metode harga pokok proses adalah sebagai berikut (Dunia dan

Abdullah, 2016:87, dalam Rois Ma’arif 2018) :

1. Biaya-biaya diakumulasikan menurut departeman atau pusat biaya.

2. Biaya produksi atau pengolahan dibebankan kepada akun barang dalam

proses dari masing-masing departemen.

3. Jumlah unit dari barang dalam proses dalam setiap departemen harus

dinyatakan dalam bentuk tingkat penyelasaiannya dan unit yang diangap

selesai, diperoleh dengan mengkonvensionalkan jumlah unit yang belum

selesai secara proposional dengan tingkat penyelesaian pada akhir

periode.

4. Biaya-biaya per unit dihitung menurut departemen atau pusat biaya.

Pada saat produksi selesai dalam suatu departemen produksi, jumlah unit

yang selesai dan biaya yang dipindahkan kedepartemen produksi

berikutnya atau gudang barang jadi.

5. Untuk mengumpulkan, mengikhtisarkan, dan, menghitung biaya secara

total maupun per unit menurut masing-masing departemen digunakan

19
formulir laporan biaya produksi.

2.8 Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2010:65, dalam Rois Ma’arif 2018), dalam perusahaan

berproduksi umum, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka

waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :

a. Menentukan harga jual produk. Perusahaan yang berproduksi bertujuan

memproses produknya untuk memenuhi persediaan digudang dengan demikian

biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan

informasi biaya produksi per satuan produk. Biaya produksi per unit merupakan

salah satu data yang dipertimbangkan untuk menentukan harga jual produk.

b. Memantau realisasi biaya produksi. Informasi biaya produksi yang dikeluarkan

dalam jangka waktu tertentu digunakan untuk memantau apakah proses

produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan apa yang

diperhitungkan sebelumnya. Dalam hal ini, informasi biaya produksi digunakan

untuk membandingkan antara perencanaan dengan realisasi.

c. Menghitung laba atau rugi periodik. Laba atau rugi bruto dihitung dengan

membandingkan antara harga jual produk per satuan dengan biaya produksi per

satuan. Informasi laba atau rugi bruto diperlukan untuk mengetahui kontribusi

produk dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.

d. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang

disajikan dalam neraca. Saat manajemen dituntut untuk membuat

pertanggungjawaban secara periodik, manajemen harus menyajikan laporan

keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat

informasi harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok persediaan

produk dalam proses. Biaya yang melekat pada produk jadi yang belum terjual,

dalam neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya

20
produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam

proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan

produk dalam proses.

2.9 Pengertian Laba

Laba merupakan selisih pendapatan dan keuntungan setelah dikurangi beban dan

kerugian. Laba merupakan salah satu pengukur aktivitas operasi dan dihitung

berdasarkan atas dasar akuntansi akrual.

 Menurut Al.Haryono Jusup (2006:23 dalam Rois Ma’arif 2018), Laba (atau

rugi) adalah selisih lebih (atau kurang) antara pendapatan dengan biaya.

 Menurut Sujana Ismaya (2006:450 dalam Rois Ma’arif 2018), Laba (gain)

adalah Setiap keuntungan keuangan, laba atau manfaatnya dan kelebihan

pendapatan di atas biaya.

Menurut Kasmir (hal 303, dalam Rois Ma’arif 2018), dalam praktiknya, laba yang

diperoleh perusahaan terdiri dari dua macam, yaitu:

1. Laba kotor (gross profit), dan Laba kotor adalah laba yang diperoleh sebelum

dikurangi biaya-biaya yang menjadi beban perusahaan. Artinya laba

keseluruhan yang pertama sekali perusahaan peroleh. Sementara laba bersih

merupakan laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban

perusahaan dalam satu periode tertentu, termasuk pajak.

2. Laba bersih (net profit) Menurut Sujana Ismaya (2006:450 dalam Rois Ma’arif

2018), Laba kotor (gross Profit) adalah selisih lebih antara penjualan dengan

biaya pokok.

2.10 Kerangka Berpikir

Pada dasarnya perusahaan melakukan aktivitas dalam rangka mencapai tujuan

perusahaan. Aktivitas perusahaan yang maksimal dalam menghitung biaya produksi

yang dikeluarkan dan mengunakan harga pokok produksi yang sesuai dalam

21
penetuan harga jual diharapkan dapat mempermudah perusahaan dalam meraih

keuntungan dan laba yang optimal.

Kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :

Biaya Produksi

Laba

(Profitabilitas)

Harga Pokok
Produksi

2.11 Hipotesis

H1 : Biaya Produksi berpengaruh positif terhadap laba

H2 : Harga Pokok Produksi berpengaruh positif pada Laba

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian

Metode penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian asosiatif kausal yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, yaitu variabel

independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang

dipengaruhi).

Dalam penelitian dapat dirincikan variabel-variabel yang digunakan :

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Biaya Produksi dan Harga

Pokok Produksi, sedangkan

b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Laba.

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengolahan data menggunakan aplikasi

SPSS.

3.2 Tempat dan Waktu

Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian pada Usaha Camillo Gelato di

Maumere.

3.3 Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari proses wawancara, jadi di sini penelitian akan mendapatkan

data melalui wawancara bersama kepala bagian produksi ice cream Camillo Gelato.

3.4 Metode Pengambilan dan Jenis Data

Pengertian teknik pengumpulan data menurut Arikunto (2002:134 dalam ) adalah

cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data, di mana

cara tersebut menunjukan pada suatu yang abstrak, tidak dapat di wujudkan dalam

benda yang kasat mata, tetapi dapat dipertontonkan penggunaannya.6 Dalam hal

pengumpulan data ini, penulis terjun langsung pada objek penelitian untuk

23
mendapatkan data yang valid, maka peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode Obsevarsi

Observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencataan

secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Observasi

ini menggunakan observasi partisipasi, di mana peneliti terlibat langsung dengan

kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai

sumber data penelitian. Dalam observasi secara langsung ini, peneliti selain

berlaku sebagai pengamat penuh yang dapat melakukan pengamatan terhadap

gejala atau proses yang terjadi di dalam situasi yang sebenarnya yang langsung

diamati dalam proses kegiatan produksi pada usaha Camillo Gellato.

b. Metode Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua

pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Dalam

hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, di mana seorang

pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat.

Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus mampu

menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan

merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya.

Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis)

yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan

disampaikan kepada informan.

Disini peneliti akan melakukan wawancara kepada bagian produksi ice cream

pada usaha Camillo Gelato agar mengetahui biaya produksi dan penggunaan

harga pokok produksi.

24
c. Metode Dokumentasi

Melalui metode dokumentasi, peneliti gunakan untuk menggali data berupa

dokumen berupa foyo maupun video terkait kegiatan produksi ice cream pada

usaha Camillo Gelato.

25

Anda mungkin juga menyukai