Anda di halaman 1dari 38

Analisis Harga Pokok Penjualan Dan Penjualan Terhadap Laba

Bersih
(Studi Kasus Pada Perusahaan Dagang Sub Sektor Perdagangan
Eceran yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

USULAN PENELITIAN
Diajukan sebagai persiapan penelitian dalam rangka penulisan skripsi pada
Program Studi Administrasi Bisnis

Oleh
……………………
…………

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
SUKABUMI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Adanya persaingan dunia usaha di indonesia, dipicu karena semakin


banyak jenis usaha yang timbul dan berkembang secara pesat sehingga tingkat
persaingan usaha lebih ketat dan semakin sulit untuk dihindari. Kebanyakan
perusahaan berlomba-lomba dalam menaikkan nilai perusahaan dengan
memaksimumkan laba mereka karena hanya badan usaha yang memiliki kinerja
atau performa yang baik yang akan bertahan. Dalam persaingan usaha yang
semakin kompetitif perusahaan dituntut untuk semakin efisien dalam
menjalankan aktivitasnya terlebih dalam kondisi ekonomi saat ini yang penuh
dengan ketidakpastian dimana krisis ekonomi yang melanda dunia sangat berat
dan merusak segala sektor dari perekonomian, sehingga perlu mengoptimalkan
sumber daya yang dimiliki.
Secara umum, perusahaan merupakan suatu organisasi dimana suatu
tempat kegiatan terjadi dan tempat berkumpulnya semua operasi dengan kegiatan
usaha yang bersifat tetap, dilakukan secara terus menerus dan dikelola dengan
organisasi yang baik agar menghasilkan barang atau jasa. Tujuan perusahaan
adalah untuk memaksimalkan keuntungan (profit) dengan menekan biaya
pengeluaran sekecil mungkin yang terjadi pada proses penjualan. Keuntungan
atau laba merupakan selisih antara penjualan yang diterima dari pelanggan atas
barang atau jasa yang dihasilkan, dan biaya yang dikeluarkan untuk digunakan
dalam menghasilkan barang atau jasa.
Didalam perusahaan, laba yang diperoleh dari hasil kegiatan operasional
merupakan hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, agar
perusahaan tetap maju dan berkembang maka perusahaan harus bisa
mempertahankan kualitas barang dagangan dan pelayanannya. Ada dua faktor
penentu laba yaitu pendapatan dan beban. Apabila pendapatan lebih besar dari
pada beban maka akan diperoleh laba. Sehingga jika pendapatan setiap tahunnya
semakin meningkat sementara beban operasionalnya turun maka secara otomatis

1
2

akan diiringi oleh kenaikan laba.


Pasar modal telah menjadi bagian yang penting dalam aktivitas
pendanaan. Hal tersebut dikarenakan pasar modal menjadi penghubung antara
investor, perusahaan (entitas) dan institusi pemerintah melalui aktivitas tahapan
perdagangan instrumen keuangan jangka panjang. Pasar modal juga merupakan
tempat dimana dipertemukannya dua kepentingan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan tambahan dana (issuer).
Pasar modal sangat berperan penting di Indonesia dalam hal menunjang
pertumbuhan ekonomi sektor riil, hal ini dapat dilihat dari seiring pertumbuhan
pasar modal di Indonesia, dalam hal ini adalah aktivitas yang terdapat di Bursa
Efek Indonesia, akan seiring pula dengan bertambahnya jumlah entitas yang
aktivitasnya terdaftar di dalam Bursa Efek Indonesia (listing). Tidak hanya
sebatas mengawasi pergerakan jumlah entitas yang aktivitasnya terdaftar di dalam
Bursa Efek Indonesia (BEI), namun selanjutnya harus terus melakukan
pengawasan terhadap Indeks Harga Saham (IHS) setiap entitas, karena hal
tersebut menjadi bukti nyata pergerakan harga saham, sedangkan aktivitas
perkembangan perdagangan di Bursa Efek Indonesia dapat ditinjau dari Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) untuk keseluruhan entitas yang telah tercatat.
Perusahaan dituntut untuk senantiasa melakukan perbaikan dan
peningkatan kinerja guna meningkatkan nilai perusahaan di bursa efek (Pressure).
Jika perusahaan tidak mampu menaikkan nilai perusahaan di bursa efek, maka
perusahaan itu akan terancam pailit (Rationalization). Sebagian besar perusahaan
belum tentu dapat memenuhi tuntutan pasar untuk memiliki kinerja yang selau
meningkat dari tahun ke tahun. Kalaupun perusahaan mengalami peningkatan
dimungkinkan persentasenya tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan
perusahaan lain yang sejenis.
Harga pokok penjualan akan menjadi acuan dasar dalam penetuan harga
jual, sehingga selanjutnya volume penjualan dapat ditetapkan. Riwayadi
(2014:47) menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada
fungsi produksi. Fungsi produksi adalah fungsi yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Umumnya,keberhasilan perusahaan dapat dinilai
keberhasilan dan kemampuannya dalam memperoleh laba. Karena diharapkan
dengan laba yang diperoleh oleh
3

perusahaan, maka perusahaan dapat berkembang dan memperluas bidangnya.


Agar hal tersebut dapat tercapai, maka perusahaan harus bisa mempertahankan
volume penjualannya, sehingga laba yang diperoleh akan tetap statis.
Menurut Irham Fahmi (2012: 101) bahwa Laba bersih (net income) adalah
laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah
dikurangkan dengan pajak yang dihasilkan dari proses penjualan. Dari laba yang
diperoleh oleh perusahaan akan dapat diketahui kinerja perusahaan yang
bersangkutan.
Penjualan adalah usaha menyampaikan barang atau jasa yang dihasilkan
oleh produsen kepada konsumen dengan harga yang telah disepakati dengan
tujuan mengarahkan konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
Menurut Standar akuntansi keuangan (2009) dalam PSAK no. 23 paragraf kedua
menjelaskan bahwa penjualan barang meliputi barang yang diproduksi
perusahaan untuk dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali seperti
barang yang dibeli pengecer atau tanah atau properti lain yang dibeli untuk dijual
kembali sesuai dengan harga yang disepakati produsen dan konsumen.
Harga pokok penjualan akan menjadi acuan dasar dalam penetuan harga
jual, sehingga selanjutnya volume penjualan dapat ditetapkan. Riwayadi
(2014:47) menyatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang terjadi pada
fungsi produksi. Fungsi produksi adalah fungsi yang mengolah bahan baku
menjadi barang jadi. Umumnya,keberhasilan perusahaan dapat dinilai
keberhasilan dan kemampuannya dalam memperoleh laba. Karena diharapkan
dengan laba yang diperoleh oleh perusahaan, maka perusahaan dapat berkembang
dan memperluas bidangnya. Agar hal tersebut dapat tercapai, maka perusahaan
harus bisa mempertahankan volume penjualannya, sehingga laba yang diperoleh
akan tetap statis.
Fenomena yang terjadi dalam suatu perusahaan yaitu mulai bermunculan
perusahaan baru yang sejenis dan mengeluarkan produk yang sama sehingga
menambah pesaing baru dalam menjalankan usaha mengakibatkan pertumbuhan
laba terhambat. Dari fenomena tersebut maka terdapat masalah yang sering
terjadi terhadap laba yaitu naik turunnya laba perusahaan pada setiap tahunnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka harus adanya solusi yaitu dengan
cara merencanakan jumlah permintaan barang dari konsumen agar tidak terjadi
4

kerusakan barang yang tidak terjual ataupun yang masih dalam persediaan.
Dibawah ini terdapat tabel yang berisi tentang data penjualan, harga pokok
penjualan, dan laba bersih pada perusahaan perdagangan.
Tabel 1.1

Data Penjualan, Harga Pokok Penjualan, dan Laba Bersih pada Perusahaan
Perdagangan Eceran Periode 2016-2018.

Uraian 2016 2017 2018


Harga Pokok
2,139,674,897 2,296,384,823 2,899,362,249
Penjualan

Penjualan 2,664,415,987 2,821,543,601 3,482,521,576

Laba Bersih 5,484,476,533 5,553,268,225 3,976,450,780

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat penjualan, harga pokok
penjualan, dan laba bersih mengalami peningkatan, pada tahun 2016 penjualan
meningkat sebesar Rp. 2,664,415,987 dan harga pokok penjualan meningkat
sebesar Rp. 2,296,384,823. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya laba
bersih mengalami penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2018 yaitu
sebesar Rp. 3,976,450,780. Permasalahan tersebut diduga dalam melakukan
pembelian barang dagangan perusahaan harus memperhitungkan biaya
transportasi yang dikeluarkan, agar perusahaan bisa menata ulang perencanaan
pengeluaran terkait pembelian barang dagangan dan biaya transportasi. Penyebab
lainnya yaitu kurangnya promosi dalam melakukan penjualan mengakibatkan
penjualan perusahaan berkurang, sehingga bisa menghambat perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Dengan mempertimbangkan berbagai hal dari uraian diatas, maka
perusahaan harus bisa meningkatkan proses penjualan dan meminimalkan harga
pokok perusahaan untuk meningkatkan profit atau laba yang diterima oleh
perusahaan setiap tahunnya. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul penelitian “Analisis Harga Pokok
Penjualan
5

Dan Penjualan Terhadap Laba Bersih (Studi Kasus Pada Perusahaan Dagang
Sub Sektor Perdagangan Eceran yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka


rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana harga pokok penjualan, penjualan, dan laba bersih pada


perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh harga pokok penjualan terhadap laba bersih pada
perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia ?
3. Bagaimana pengaruh penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan
dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini yaitu :

1. Untuk menggambarkan harga pokok penjualan, penjualan, dan laba bersih


pada perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh harga pokok penjualan terhadap laba bersih
pada perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh penjualan terhadap laba bersih pada
perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
6

1.4 Kegunaan Penelitian


Kegunaan dari penelitian ini ada dua, yaitu manfaat teoritis dan praktis.
1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu
pengetahuan khususnya untuk menambah wawasan bagi kalangan
akademik mengenai pengetahuan di bidang ekonomi khususnya
penjualan sebagai salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan laba.
2. Kegunaan Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
pengembangan ilmu pengetahuan. Hasil penelitian ini juga dapat
memberikan informasi kepada para manajemen perusahaan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi laba bersih perusahaan.
BAB II
KAJIAN TEORETIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Manajemen Keuangan


2.1.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan juga dapat diartikan sebagai pemeliharaan nilai
ekonomi atau kekayaan, dimana manajemen keuangan sangat penting dalam
organisasi perusahaan karena dapat mengukur profitabilitas yang akan di dapatkan
oleh perusahaan. Semua aktivitas organisasi perusahaan yang berhubungan
dengan usaha-usaha mendapatkan dana dengan biaya murah dan
menggunakannya secara efektif dan efisien (Sunarta, 2001).
Menurut (Musthafa, 2017:3) Manajemen keuangan menjelaskan tentang
beberapa keputusan yang harus dilakukan, yaitu keputusan investasi, keputusan
pendanaan atau keputusan pemenuhan kebutuhan dana, dan keputusan kebijakan
dividen.
Menurut (Sudana, 2009) “Manajemen keuangan merupakan salah satu
bidang fungsional dalam suatu perusahaan di samping bidang-bidang fungsional
lainnya, seperti pemasaran, produksi, dan sumber daya manusia.” Sebagai salah
satu bidang fungsional, manajemen keuangan pada dasarnya mempelajari :
1. Bagaimana suatu perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari berbagai
alternatif sumber dana yang tersedia sehingga diperoleh suatu kombinasi
pembelanjaan dengan biaya yang minimal.
2. Bagaimana perusahaan menggunakan dana yang dimilikinya dalam
bentuk investasi yang dinilai menguntungkan.
3. Bagaimana perusahaan mengatur penggunaan laba bersih, apakah
dibayarkan sebagai dividen atau ditahan dalam perusahaan untuk di
investasikan kembali.

7
8

Berdasarkan menurut para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa


manajemen keuangan merupakan salah satu pilar utama dalam membuat strategi
keuangan serta mengefektifkan dan menggolongkan alokasi-alokasi dana sesuai
kebutuhan perusahaan. Sehingga pengeluaran dan pemasukan perusahaan dapat
diatur dan tertata sesuai rencana.
2.1.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan memiliki banyak sekali manfaat untuk pelaku usaha
yang menggunakan manajemen keuangan, berikut adalah fungsi manajemen
menurut beberapa ahli.
Menurut (Sudana, 2009) secara spesifik fungsi keuangan diantara
perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain sangat bervariasi. Namun
demikian para pakar di bidang keuangan sepakat bahwa ada tiga fungsi keuangan
yang pokok, dan berkaitan dengan keputusan manajemen keuangan, yaitu sebagai
berikut :
1. Keputusan investasi, berkaitan dengan proses pemilihan satu atau lebih
alternative investasi yang dinilai menguntungkan dari sejumlah
alternatif investasi yang tersedia bagi perusahaan. Hasil dari keputusan
investasi yang diambil oleh manajemen perusahaan akan tampak di
neraca sebelah debet, yaitu berupa aktiva lancar dan aktiva tetap.
2. Keputusan pendanaan, berkaitan dengan proses pemilihan sumber dana
yang dipakai untuk membelanjai investasi yang direncanakan dari
berbagai alternatif sumber dana yang tersedia sehingga diperoleh suatu
kombinasi pembelanjaan yang paling efisien. Hasil dari keputusan
pembelanjaan tampak pada neraca sebelah kredit, yaitu berupa utang
lancar utang jangka panjang dan modal.
3. Keputusan Dividen, berkaitan dengan penentuan harga berapa besar
bagian laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan akan dibagikan
sebagai dividen kepada pemegang saham. Hasil dari keputusan dividen
dapat dilihat pada laporan laba rugi, yaitu pada laba setelah pajak dan
neraca di sebelah kredit yaitu pada pos laba ditahan. Keputusan dividen
ini sering di anggap sebagai bagian dari keputusan pembelanjaan,
karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi
sumber dana intern yang tersedia bagi perusahaan yang bersangkutan.

Menurut (Erni Ekawati, 2014:111) secara garis besar kegiatan-kegiatan di


dalam perusahaan yang melibatkan secara langsung manajer keuangan, dapat
dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu sebagai berikut :
9

1. Kegiatan perusahaan yang menyangkut keputusan investasi, yang


menyangkut jenis-jenis barang atau jasa yang diproduksi serta
bagaimana barang dan jasa tersebut diproduksi dan dikirim dan
investasi pada aktiva tetap apa yang diperlukan untuk menjalankan
proses produksi tersebut.
2. Kegiatan perusahaan yang menyangkut keputusan pendanaan, setelah
keputusan investasi dilaksanakan maka keputusan berikut yang harus
dipikirkan adalah bagaimana mendanai investasi tersebut.
3. Keputusan pendistribusian laba yang dihasilkan perusahaan, apakah
laba yang dihasilkan akan didistribusikan seluruhnya ditahan untuk
diinvestasikan kembali. Keputusan ini sering disebut sebagai keputusan
kebijakan dividen.
2.1.2 Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya menggambarkan beragam informasi yang dapat
memberikan manfaat terbaik dari informasi yang dihasilkan, khususnya biaya
merupakan salah satu factor penting dalam menentukan harga pokok produksi dan
harga jual produk. Pengendalian biaya harus didahului dan penentuan harga biaya
yang dibebankan untuk memproduksi satuan per unit produk.
Sebagaimana yang dikemukakan Mulyadi (2015:35) bahwa dalam ,setiap
arti sempit biaya adalah sebagai objek yang dicatat, di golongan, di ringkas. Dan
disajikan oleh akuntansi biaya. Sedangkan dalam arti luas biaya adalah
pengorbanan sumber ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang, Yang telah terjadi
untuk tujuan tertentu.
Menurut (Hongren, Datar, Foster, 2008:34) argues that “Cost as one of the
numbers of power that is sacrified or forgone to achieve certain goals.” Yakni
biaya (cost) sebagai salah satu sumber daya yang di korbankan (sacrified) atau
dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut (Riwayadi, 2014:17) mengemukakan bahwa : “Biaya adalah
segala sesuatu yang akan diukur dan hitung biayanya.” Sedangkan menurut
(Baldric Siregas. et al., 2013:10) mengemukakan bahwa “Cost is the cost of goods
or services that has provided benefits to be used to earn income”. Yang diartikan
bahwa biaya adalah kos barang atau jasa yang telah memberikan manfaat untuk
digunakan untuk memperoleh pendapatan.
1

Berdasarkan beberapa uraian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa


dalam menentukan harga pokok produksi harus memerhatikan beberapa aspek
penting dalam penentuannya seperti pencatatan, pengukuran, untuk menghasilkan
pendapatan yang maksimal bagi perusahaan serta menekan biaya yang tidak di
perlukan agar lebih effisien.
2.1.2.1 Tujuan Akutansi Biaya
Menurut Mulyadi (2006 ; 7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok,
yaitu
:
1. Penentuan Harga Pokok Produksi
2. Akuntansi Biaya Pencatatan
3. Pengambilan Keputusan Khusus
Usry & Carter (2006 ; 9) yang di alihkan bahasakan oleh Krista
mengemukakan pendapatnya bahwa :
“Akutansi biaya melengkapi manajemen dengan alat, yang diperlukan
untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki
kualitas dan efisiensi, erta membuat keputusan-keputusan yang bersifat
rutin maupun strategis.”

Menurut Supriyono (1999 ; 14-15) mengemukakan tujuan akutansi biaya


sebagai berikut :
1. Menyediakan data biaya yang diperlukan untuk perencanaan dan
pengendalian kegiatan
2. Menyediakan data biaya untuk pengambilan keputusan sehari-hari atau
proyek khusus yang memerlukan pemilihan alternatif yang harus di
ambil
3. Berpartisipasi dalam berkreasi dan menyusun budget
4. Menetapkan metode dan prosedur pengendalian dan perbaikan operasi
serta program pengurangan biaya
5. Mengembangkan system dan analisa biaya dalam rangka penentuan
harga pokok dan menganalisis penyimpangan dan pengendalian fisik
6. Menyusun laporan biaya.

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa pada dasarnya akutansi


biaya ditujukan untuk perencanaan, pengendalian, pengambilan keputusan. Dalam
pengendalian akutansi biaya memantau pengeluaran biaya yang sesungguhnya
1

sesuai dengan yang seharusnya. Akutansi biaya kemudian melakukan analisis


terhadap penyimpangan biaya yang sesungguhnya dengan biaya yang seharusnya.

2.1.3 Pengertian Harga Pokok Penjualan


Menurut Yadiati dan Wahyudi (2010: 137) Harga pokok penjualan adalah
seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang dijual atau harga
perolehan dari barang yang dijual. Ada dua manfaat dari harga pokok penjualan,
yaitu:
1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual
lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan
sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan
akan diperoleh kerugian.
Harga pokok penjualan ditentukan dengan mengurangkan persediaan
barang dagang pada akhir periode terhadap barang dagang tersedia barang dagang
tersedia dijual selama periode bersangkutan. Persediaan barang dagang akhir
periode ditentukan dengan melakukan perhitungan fisik persediaan yang tersedia.
Metode yang menentukan harga pokok penjualan dan jumlah barang dagang
tersedia untuk dijual seperti ini disebut dengan metode periodik.
Terdapat dua sistem pencatatan persediaan barang dagangan menurut
Yadiati dan Wahyudi (2010: 137), yaitu:
1. Sistem perpetual, pencatatan persediaan di mana setiap pembelian dan
penjualan barang dagangan akan dicatat pada perkiraan persediaan barang
dagangan (merchandise inventory) atau pada kartu-kartu persediannya,
sehingga harga pokok barang yang terjual (cost of merchandise sold) akan
langsung dapat diketahui dari kartu persediaan tanpa harus melakukan
perhitungan secara fisik.
2. Sistem periodik, pencatatan persediaan yaitu setiap pembelian dan
penjualan tidak dicatat pada perkiraan persediaan barang (merchandise
inventory), mutasi barang dagangan tidak dicatat, untuk mengetahui berapa
harga pokok barang yang terjual (cost of merchandise sold) harus
dilakukan
1

dahulu perhitungan secara fisik. Dengan kata lain, dengan sistem ini,
pencatatan hanya dilakukan pada saat pembelian (awal) dan pada saat
pekaporan (akhir).
Adapun Unsur-Unsur Harga Pokok Penjualan, yaitu:
1. Persediaan barang dagang awal
Persediaan barang dagang awal adalah salah satu persediaan pada awal
periode tahun buku berjalan sudah tersedia. Saldo persediaan barang
dagang awal bisa dilihat pada neraca saldo periode berjalan atau pada
neraca perusahaan atau neraca tahun sebelumnya.
2. Pembelian barang dagang
Mencatat harga beli barang dagangan yang dibeli selama satu periode
(sama dengan harga bersih). Akun persediaan digunakan hanya untuk
mencatat pembelian persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli
sebuah perusahaan dagang untuk dijual kembali kepada para konsumen.
3. Beban angkut pembelian
Dalam transaksi perdagngan barang, pengangkutan barang dari tempat
penjual ke tempat pembeli kerap kali harus dilakukan dengan alat
transportasi tertentu. Bermacam-macam alat transportasi tersedia untuk di
sewa. Siapa yang berkewajiban menanggung biaya transportasi, tergantung
dengan kesepakatan di antara penjuala dan pembeli yang biasanya
dituangkan dalam suatu perjanjian penjualan. Pihak pengangkut akan
mengajukan tagihan biaya angkut kepada penjual atau pembeli pembeli
tergantung pada isi perjanjian tersebut. Ketentuan pengangkutan bisa
berupa FUB shipping point atau FOB Destination. FOB adalah singkatan
dari free ono board. Syarat FOB shipping point adalah bahwa penjual
menanggung pengangkutan dan menyerahkan barang kepada pihak
pengangkut dan pembeli dibebaskan dari beban yang timbul hingga tempat
pihak pengangkut. Selanjutnya beban angkutan daritempat pengangkut ke
tempat pembeli menjadi tanggungan pembeli. Sebaliknya dalam syarat
FOB destination, penjual mengantarkan barang ke tempat pembeli dengan
biaya transportasi yang sepenuhnya menjadi tangggungan penjual.
1

4. Potongan pembelian
Potongan pembelian adalah suatu potongan yang ditawarkan sebuah
perusahaan kepada konsumennya jika pembayaran dilakukan lebih cepat.
5. Retur pembelian dan pengurangan harga
Perusahaan pemasok pada umumnya memberi kesempatan pembeli untuk
mengembalikan barang yang telah dibelinya karena barang rusak. Hal
seperti itu disebut retur pembelian. Dalam hal tertentu, pemasok
menawarkan kepada pembeli untuk tidak mengembalikan barang yang
tidak sesuai dengan pesanaan tersebut, tetapi pemasok memberi
pengurangan harga dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Hal semacam
itu disebut pengurangan harga pembelian. Bila situasi di atas terjadi, maka
pembeli akan mencatat kedua hal tersebut yang akan mengurangi biaya
perolehan perusahaan dalam pembukuan si pembeli.
6. Persediaan akhir
Persediaan akhir barang dagang adalah suatu persediaan pada tahun buku
berjalan yang tersedia di akhir periode. Saldo persediaan ini dapat diketahui
pada data penyesuaian perusahaan pada akhir periode Harga pokok
penjualan berisi tiga tipe beban yaitu:
a. Biaya produksi atau pembelian barang dagangan dalam suatu periode
tertentu.
b. Kerugian dalam persediaan barang dagangan.
c. Penurunan nilai harga atau barang.

2.1.4 Pengertian Penjualan


Menurut Swastha (2018: 8) Penjualan merupakan ilmu dan seni yang
mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain
agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya. Dengan adanya
penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang dan atau jasa antara
penjual dengan pembeli. Di dalam perekonomian, seseorang yang menjual sesuatu
akan mendapatkan imbalan berupa uang. Sedangkan, seorang pembeli akan
mendapatkan barang atau jasa.
1

2.1.4.1 Jenis-jenis Penjualan


Menurut Basu Swastha terdapat beberapa jenis penjualan, yaitu:
1. Trade Selling
Trade selling dapat terjadi bilamana produsen dan pedagang besar
mempersilahkan pengecer untuk berusaha memperbaiki distributor produk-
produk mereka. Hal ini melibatkan para penyalur dengan kegiatan
promosi, peragaan, persediaan, dan produk baru.
2. Missionary Selling
Dalam missionary selling, penjualan berusaha ditingkatkan dengan
mendorong pembeli untuk membeli barang-barang dari penyalur
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang bersangkutan mempunyai
distributor sendiri dalam mendistribusikan produknya ke masyarakat.
3. Technical Selling
Technical selling berusaha meningkatkan penjualan dengan pemberian
saran dan nasehat kepada pembeli akhir dari barang dan jasanya. Serta
menunjukan bagaimana produk atau jasa yang ditawarkan dapat mengatasi
masalah tersebut.
4. New Business Selling
New business selling berusaha membuka transaksi baru dengan merubah
calon pembeli menjadi pembeli. Jenis penjualan ini sering dipakai oleh
perusahaan asuransi.
5. Responsive Selling
Jenis penjualan seperti ini tidak akan menciptakan penjualan yang terlalu
besar meskipun layanan yang baikdan hubungan pelanggan yang
menyenangkan dapat menjurus kepada pembelian ulang. Contoh dari jenis
penjualan ini yaitu para pengemudi yang menghantarkan susu, roti, gas
untuk keperluan rumah tangga dan para pelayan di toko serba ada, toko
pakaian, dan toko spesial.
2.1.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan Penjualan
Dalam prakteknya, kegiatan penjualan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor sebagai berikut:
1

1. Kondisi dan Kemampuan Penjual


Penjual harus dapat meyakinkan kepada pembelinya agar dapat berhasil
mencapai sasaran penjualan yang diharapkan. Untuk maksud tersebut
penjual harus memahami beberapa masalah penting yang sangat berkaitan,
yakni:
a. Jenis dan karakteristik barang yang ditawarkan,
b. Harga produk,
c. Syarat penjualan, seperti: pembayaran, penghantaran, pelayanan purna
jual, garansi dan sebagainya.
2. Kondisi Pasar
Adapun faktor-faktor kondisi pasar yang perlu diperhatikan adalah:
b. Jenis pasarnya, apakah pasar konsumen, pasar industri, pasar penjual,
pasar pemerintah ataukah pasar internasional
c. Kelompok pembeli atau segmen pasarnya
d. Daya belinya
e. Frekuensi pembeliannya
f. Keinginan dan kebutuhannya
3. Modal
Akan lebih sulit bagi penjual untuk menjual barangnya apabila barang
tersebut belum dikenal oleh calon pembeli, dalam hal ini penjual harus
memperkenalkan dulu atau membawa barangnya ke tempat pembeli.
Untuk melaksanakan maksud tersebut diperlukan adanya serta usaha,
seperti: alat trasnport, tempat peragaan perusahaan baik di dalam
perusahaan maupun di luar perusahaan, usaha promosi dan sebagainya.
Semua ini hanya dapat dilakukan apabila penjual memiliki sejumlah modal
yang diperlukan untuk berjalannya sebuah perusahaan.
4. Kondisi Organisasi Perusahaan
Pada perusahaan besar, biasanya masalah penjualan ini ditangani oleh
bagian tersendiri (bagian penjualan) yang dipegang oleh orang-orang
tertentu atau ahli di bidang penjualan, lain halnya dengan perusahaan kecil
masalah penjualan ditangani oleh orang yang juga melakukan fungsifungsi
1

lain. Biasanya masalah ini ditangani sendiri oleh pemimpin dan tidak
diberikan kepada orang lain.
5. Faktor Lain
Faktor-faktor lain, seperti: periklanan, peragaan, kampanye, pemberian
hadiah, sering mempengaruhi penjualan. Namun, untuk melaksanakannya,
diperlukan dana yang tidak sedikit. Bagi peruusahaan besar, kegiatan ini
secara rutin dapat dilakukan. Sedangkan, bagi perusahaan kecil kegiatan
ini jarang dilakukan.

2.1.5 Pengertian Laba


Menurut Hery (2017:123) mengistilahkan laba sebagai keuntungan adalah
kenaikan dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi
peripheral (transaksi diluar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau
transaksi insidentil (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari seluruh
transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang
mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi
oleh pemilik.
Sujarweni (2015: 51) Laba merupakan tujuan utama perusahaan yang
berorientasi pada profit. Sehingga manajemen perusahaan perlu melakukan
perencanaan laba pada produk yang akan dijual. Untuk merencanakan laba perlu
mengadakan pengamatan kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
laba perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa jika berbicara tentang
laba pada dasarnya ada dua hal yang yang harus diperhatikan yaitu pendapatan
yang diperoleh perusahaan dan biaya atau beban yang dikeluarkan termasuk
bunga dan pajak. Yang mana beban bunga dan pajak merupakan komponen yang
dapat mempengaruhi laba bersih perusahaan.
Adapun jenis-jenis laba adalah sebagai berikut :
1. Laba Kotor
Laba kotor adalah penjualan dikurangi dengan harga pokok penjualan. Angka
laba, sebelum dikurangi ragam biaya operasional yang lain. Laba kotor ini indikasi
pertama apakah suatu kegiatan usaha dagang menguntungkan atau tidak.
1

2. Laba Bersih
Reeve dkk (2013:23) menyatakan bahwa laba bersih adalah “jika pendapatan
lebih besar daripada beban, selisihnya disebut laba bersih (net income atau net
profit). Jika beban melebihi pendapatan, selisihnya disebut rugi bersih (net loss).”
Laba bersih merupakan hasil operasi bisnis perusahaan selama periode waktu
tertentu. Laba bersih adalah jumlah uang yang tersisa setelah harga pokok
penjualan dan beban dikurangkan dari penjualan bersih. Penjualan bersih dan laba
bersih sama. Banyak perusahaan yang memiliki penjualan yang nilainya besar
tetapi tidak mendapatkan laba bahkan mungkin merugi.
Laba bersih dapat diartikan sebelum pajak dan sesudah pajak. Dalam menghitung
rasio laba bersih atas penjualan, banyak yang menggunakan laba bersih sebelum
pajak. Perhitungan ini berdasarkan pemikiran bahwa pemakian laba bersih
sebelum pajak akan akan lebih objektif dalam menilai kinerja manajemen karena
besarnya pajak akan sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.
Alasan lain mengapa laba bersih diperhitungkan sebelum pajak adalah karena
dapat saja terjadi bahwa laba bersih yang relatif besar yang diperhitugnkan
sesudah pajak sebenarnya merupakan hasil dari kemampuan perusahaan dari hasil
memanipulasi pajak. Jika demikian, mungkin saja laba sebelum pajak yang lebih
besar menghasilkan laba bersih yang lebih kecil jika dihitung sebagai laba sesudah
pajak. Dalam kasus ini, penilaian kemampulabaan antarperiode akan sulit
diberikan. Prestasi dalam menekan beban pajak seperti yang dimaksud di atas,
sebenarnya tidak ada hubungannya sama sekali dengan produksi dan kinerja
penjualan yang mempengaruhi hubungan antara laba dan pendapatan.

2.2 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk
melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya pengetahuan serta teori
yang digunakan dalam mengkaji penelitian. Dari beberapa penilitian terdahulu,
peneliti tidak menemukan kesamaan penelitian dengan judul yang sama seperti
judul penelitian penulis. Namun penulis mengambil beberapa penelitian sebagai
bahan
1

referensi dalam mengkaji penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian


terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama Judul Metode
No. Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
1. Putu Pengaruh Jenis Ada pengaruh
Rustami, Biaya penelitian secara
Ketut Kirya, Produksi, yang simultan dari biaya
dan Wayan Biaya digunakan produksi, biaya
Cipta Promosi, Dan adalah jenis promosi, dan
(2014) Volume penelitian volume penjulan
Penjualan kausal. terhadap laba pada
Terhadap Laba perusahaan Kopi
Pada Bubuk Banyuatis
Perusahaan Singaraja tahun
Kopi Bubuk 2010-2013.
Banyuatis
2. Ricky Pengaruh Pendekatan Bahwa PT. INTP
Kurniawan, Penjualan Dan penelitian dalam hal Gross
Kusni Harga Pokok yang Margin Ratio
Hidayati , Penjualan dilakukan mengalami
dan Cholifah Terhadap penulis adalah penurunan yang
(2015) Perubahan berbentuk signifikan. Dalam
Laba Kotor asosiatif, yaitu hal ini perusahaan
Pada Pt. penelitian dapat dikatakan
Indocement yang kurang berhasil
Tunggal bertujuan dalam
Prakarsa, Tbk untuk meningkatkan
mengetahui perolehan laba
hubungan kotor per tahunnya
antara dua bila dibandingkan
variabel atau dengan perolehan
lebih. laba kotor ditahun-
tahun sebelumnya.

3. Gede Nogi Pengaruh Penelitian ini Ada Pengaruh


Paranesa, Penjualan Dan menggunakan Positif Dan
Wayan Modal Sendiri desain Signifikan Secara
Cipta, dan Ni Terhadap Laba kuantitatif Parsial Dari
Nyoman Pada Ud kausal. Penjualan Dan
Yulianthini Aneka Jaya Modal Sendiri
(2016) Motor Di Terhadap Laba. Hal
Singaraja Ini Berarti
1

Periode 2012- Penjualan Dan


2014 Modal Sendiri
Berperan Secara
Parsial Dalam
Upaya Membentuk
Laba Pada Ud
Aneka Jaya Motor
Di Singaraja.

4. Mohamad Pengaruh Metode Dari Hasil Uji T Di


Rizal Nur Modal Usaha penelitian Peroleh Thitung
Irawan Dan Penjualan yang Modal Usaha
(2016) Terhadap Laba digunakan (2,598), Dan
Usaha Pada dalam Penjualan (3,227),
Perusahaan penelitian ini Lebih Besar Dari
Penggilingan adalah metode Ttabel (2,262)
Padi Ud. Sari penelitian Yang Berarti
Tani kuantitatif. Bahwa Variabel
Tenggerejo Modal Usaha Dan
Kedungpring Penjualan
Lamongan Mempunyai
Pengaruh Yang
Signifikan
Terhadap Laba
Usaha.

5. Mukhlishotul Pengaruh Metodologi Berdasarkan Hasil


Jannah Biaya Produksi penelitian Penelitian Dan
(2018) Dan Tingkat yang Pembahasan, Dapat
Penjualan digunakan Disimpulkan
Terhadap Laba dalam Bahwa Terdapat
Koto penelitian ini Pengaruh
Pt Indocement adalah Signifikan Antara
Tunggal penelitian Biaya Produksi Dan
Perkasa, Tbk. asosiatif Penjualan Terhadap
kausal yaitu Laba Kotor Pada
hubungan PT. Indocement
yang bersifat Tunggal
sebab Perkasa,Tbk, Baik
akibat. Secara Parsial
Maupun Simultan.
2

2.3 Kerangka Pemikiran


Manajemen Keuangan merupakan Grand Theory. Manajemen keuangan
sangat berperan penting dalam mengelola kegiatan keuangan perusahaan, hal ini
berkaitan dengan agar lancarnya siklus keuangan pada perusahaan.
Menurut Irham Fahmi (2018:2) bahwa, Manajemen Keuangan adalah
penggabungan dari ilmu dan seni yang membahas, mengkaji serta menganalisis
tentang bagaimana seorang manajer keuangan mempergunakan seluruh
sumberdaya perusahaan dalam mencari dana, mengolah dana dan membagi dana
dengan tujuan memberikan Profit atau kemakmuran bagi para pelaku usaha dan
pemegang saham serta suistainability (keberlanjutan) usaha bagi perusahaan.
Middle-Range Theory pada penelitian ini ialah akutansi biaya yang
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan harga pokok produksi dan
harga jual produk. Pengendalian biaya didahului dengan penentuan biaya yang
harus dikeluarkan atau dibebanlan dalam kegiatan produksi untuk memproduksi
suatu produk.
Sebagaimana yang dikemukakan Mulyadi (2014:8) bahwa, dalam arti
sempit biaya merupakan objek yang dicatat, digolongkan, diringkas, dan disajikan
oleh akuntansi biaya. Sedangkan dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang di ukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk tujuan tertentu.
Applied Theory yang digunakan pada penelitian ini adalah harga pokok
penjualan, penujualan, dan laba bersih.
Menurut Yadiati dan Wahyudi (2010: 137) yang dimaksud dengan harga
pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang
yang dijual atau harga perolehan dari barang yang dijual. Jika harga jual lebih
besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan sebaliknya,
apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan akan diperoleh
kerugian. Untuk menghitung harga pokok penjualan yaitu dengan cara
mengurangi harga pokok dari barang yang tersedia dijual dengan persediaan akhir
barang dagang. Elemen dari harga pokok penjualan yaitu persediaan barang jadi
atau yang dikenal inventory. unsur-unsur persediaan antara lain: persediaan awal,
pembelian, persediaan akhir, dan persediaan tersedia untuk dijual. Dapat
disimpulkan bahwa harga pokok
2

penjualan sangat berpengaruh terhadap laba, perusahaan mengeluarkan biaya atau


yang biasa disebut dengan harga pokok penjualan untuk mendapatkan barang
dagangan tanpa mengubah bentuk barang tersebut untuk dijual kembali kepada
konsumen dengan memperhitungkan biaya ongkos angkut pembelian pada setiap
kegiatannya transaksinya dalam menghasilkan laba.
Menurut Swastha (2018: 8) penjualan atau menjual merupakan ilmu dan
seni mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang
lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkannya. Dengan adanya
penjualan dapat tercipta suatu proses pertukaran barang dan atau jasa antara
penjual dengan pembeli. Dimana penjual akan mendapatkan imbalan berupa uang,
sedangkan pembeli akan mendapatkan barang. Terdapat beberapa indikator dari
penjualan yang dikutip dari Kotler oleh Swastha (2005: 404) yaitu mencapai
penjualan, mendapatkan laba, menunjang pertumbuhan perusahaan. Unsur-unsur
penjualan terdiri dari 4 yaitu: penjualan kotor, retur penjualan, potongan
penjualan, dan penjualan bersih. Penjualan bersih dihasilkan dari penjualan kotor
setelah dikurangi dengan retur dan potongan penjualan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan laba
perusahaan naik atau turun, perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin
meningkatkan penjualan setiap tahunnya. Agar penjualan mengalami peningkatan
dan lancar maka penjual harus bisa mempengaruhi pribadi seseorang untuk
membeli produk yang ditawarkan, karena selain dari memenuhi kebutuhan
konsumen penjual juga mencapai apa yang diinginkannya yaitu mendapatkan
keuntungan.
Hery (2017:123) mengistilahkan laba sebagai keuntungan adalah kenaikan
dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi peripheral
(transaksi diluar operasi utama atau operasi sentral perusahaan) atau transaksi
insidentil (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari seluruh transaksi lainnya
serta peristiwa maupun keadaan-keadaan lainnya yang mempengaruhi entitas,
tidak termasuk yang berasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
2

Dapat disimpulkan dari kedua faktor diatas yaitu penjualan dan harga
pokok penjualan sangat mempengaruhi laba satu sama lainnya, dan juga bahwa
laba bisa mengalami kenaikan maupun penurunan bisa dilihat dari kedua faktor
tersebut.
Untuk mempermudah dalam memahami kerangka pemikiran, maka akan
digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Grand Theory MANAJEMEN KEUANGAN


James C. Van Horne & J. L. Massie

Middle Theory AKUNTANSI BIAYA


Charles T. Horngren, Srikant M. Datar,
George Foster

Applied Theory
Harga Pokok Penjualan (X1)
Penjualan (X2)
Laba Bersih (Y)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas maka penulis membuat gambaran


paradigma penelitian sebagai berikut :
2

Harga Barang yang Dibeli

Quantity Barang yang Dibeli Harga Pokok


Penjualan

Ongkos Angkut

Return Pembelian
Laba Perusahaan
Potongan Pembelian

Harga Barang/Jasa Yang Dijual Penjualan

Quality Barang/Jasa yang Dijual

Return Penjualan

Potongan Penjualan

Gambar 2.2
Paradigma Penelitian

2.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2017: 63) Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Menurut Sugiyono (2017: 69) Hipotesis assosiatif merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah assosiatif, yaitu menanyakan hubungan
antara dua variabel atau lebih, maka penulis menentukan hipotesis sebagai
berikut:
2

H1 : Terdapat pengaruh harga pokok penjualan terhadap laba bersih pada


perusahaan dagang sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.

H2 : Terdapat pengaruh penjualan terhadap laba bersih pada perusahaan dagang


sub sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian merupakan sasaran yang akan dijadikan informan atau
pemberi informasi dengan tujuan untuk memperoleh data yang dibutuhkan selama
melaksanakan penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
Manajemen Pemasaran. Dalam penelitian ini objek penelitiannya adalah Analisis
Harga Pokok Penjualan Dan Penjualan Terhadap Laba Bersih Di Perusahaan
Dagang Sub Sektor Perdangangan Eceran pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dalam penelitian ini, variabel yang diteliti adalah analisis harga pokok
penjualan dan penjualan terhadap laba bersih. Dimana bentuk hubungan ini adalah
hubungan sebab akibat bila X1 dan X2 maka Y. ketiga variable ini dikelompokkan
dalam dua jenis yaitu :
1. Variabel Independent (X)
Variabel ini sering disebut sebagai variable stimulus, predictor, atau
sering disebut dengan variable bebas yang artinya adalah merupakan
variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya
atau timbulnya variabel dependen (terikat). ( Sugiyono, 2010;39 )
Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga
pokok penjualan dan penjualan.
2. Variabel Dependent (Y)
Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria,
konsukuen atau yang biasa disebut variabel terikat yang artiya adalah
variabel yang dipengaruhi, atau yang menadi akibat, karena adanya
variabel bebas. ( Sugiyono, 2010:39 )
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba
bersih.

25
2

3.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang digunakan yaitu menggunakan metode kuantitatif.
Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang terdiri dari data yang berupa
angka atau data kualitatif yang di ubah menjadi angka. Penelitian kuantitatif
adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan
secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2015).

3.3 Model Penelitian


Model penelitian merupakan abstraksi dari fenomena-fenomena yang
sedang diteliti. Dalam penelitian ini, maka model penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut:

Harga Pokok Penjualan (X1)

laba bersih (Y)

Penjualan (X2)

Gambar 3.1 Model Penelitian

3.4 Operasionalisasi Variabel


Operasionalisasi variabel penelitian merupakan penjelasan dari masing
masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap indikator-indikator
yang membentuknya untuk menerangkan variabel penelitian yang menjadi
konsep, dimensi, indikator, ukuran, skala, dan item yang diarahkan untuk
memperoleh nilai dari variabel lainnya. Operasionalisasi variabel pada penelitian
ini yaitu tentang
2

analisis harga pokok penjualan dan penjualan terhadap laba bersih di bursa efek
indonesia. Berikut merupakan daftar operasionalisasi variabel yang digunakan
pada penelitian ini.

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel

No. Variabel Definisi Indikator Ukuran Skala


1. Harga Pokok Harga Pokok HPP HPP = Nominal
Penjualan Penjualan barang
(X1) adalah seluruh tersedia
biaya yang untuk di
dikeluarkan jual –
untuk persediaan
memperoleh akhir
barang yang
dijual atau
harga
perolehan dari
barang yang
dijual
(Winwin
Yadiati dan
Ilham
Wahyudi,
2010)
2. Penjualan penjualan Penjualan Penjualan Nominal
(X2) merupakan bersih =
ilmu dan seni penjualan
mempengaruhi kotor –
pribadi yang (retur
dilakukan oleh penjualan
penjual untuk + potongan
mengajak penjualan)
orang lain agar
bersedia
membeli
barang/jasa
yang
ditawarkannya
(Basu
Swastha,
2018)
2

3. Laba Bersih Laba yang Laba Laba Nominal


(Y) diperoleh bersih
perusahaan =
merupakan pendapatan
ukuran yang – beban
seringkali usaha
digunakan
untuk menilai
berhasil atau
tidaknya
manajemen
perusahaan
(Mulyadi,
2009)
Sumber : Diolah Penulis (2020)

3.5 Populasi dan sampel


Menurut Sugiyono (2015), populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap
bisa mewakili populasi (Mulyadi, 2014). Sampel akan diambil berdasarkan jumlah
populasi yang telah diketahui sebelumnya. Metode pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Nonprobability Sampling
dengan teknik Sampling Jenuh.
Menurut Sugiyono (2015) Nonprobability Sampling merupakan teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Sedangkan
menurut Sugiyono (2017: 85) Sampling Jenuh merupakan teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Dalam hal ini
peneliti menggunakan 12 laporan keuangan perusahaan dagang sub sektor
perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.
2

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas


3.6.1 Uji Validitas

Uji validitas adalah uji yang mengukur ketepatan suatu alat ukur dalam
menjalankan fungsi ukurannya. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan
kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisoner
tersebut. Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas
adalah menggunakan korelasi Bivariate Pearson (Produk Momen Pearson).
Standar keputusan validitas yang disampaikan oleh (Sugiyono, 2017) yaitu :
“Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor
faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan
besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat.
Jadi berdasarkan analisis faktor itu dapat disimpulkan bahwa instrumen
tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik”.

Pembuktian validitas dilakukan dengan rumus :

𝑟𝑥𝑦 𝑛 (∑𝑋𝑌)−(∑𝑋)(∑𝑌)
= √𝑛(∑𝑋2 )−(∑𝑋)2√𝑛(∑𝑌)2− (∑𝑌)2

Keterangan :

r = Pearson Product Moment

Correalation n = Jumlah sampel

X = Nilai tiap pertanyaan atau iten

Y = Nilai total

3.6.2 Uji Reliabilitas

Menurut (Sugiyono, 2015), reliabilitas adalah sebuah instrumen yang


digunakan untuk mengukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Jadi kata kunci
untuk syarat kualifikasi suatu instrumen pengukuran adalah konsistensi.Dalam
penelitian ini menggunakan Cronsbach’s Alpha. Rumusnya adalah sebagai berikut
:
3

2
𝑛
𝑟11 = ( ) (1 − ∑𝑏 )
𝑛−1 𝑡

Keterangan :

𝑟11 = reliabilitas instrumen

n = banyaknya pertanyaan

∑𝜎2 = jumlah varian butir


𝜎2 = variable total

Ghozali (2013) mengklasifikasikan nilai Cronbach’s Alpha sebagai


berikut :

a. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,00 – 0.20 dikatakan kurang reliabel


b. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,21 – 0.40 dikatakan agak reliabel
c. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,41 – 0.60 dikatakan cukup reliabel
d. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,61 – 0.80 dikatakan reliabel
e. Nilai Cronbach’s Alpha antara 0,81 – 1.00 dikatakan sangat reliable

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2017: 224) teknik pengumpulan data merupakan


langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Ada beberapa cara pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian yaitu:

1. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penelitian.
3

2. Studi Pustaka
Studi pustaka yaitu mempelajari, meneliti, mengkaji, serta menelaah
bacaan-bacaan, jurnal dan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti. Kegunaan studi pustaka adalah untuk memperoleh
sebanyak mungkin dasar-dasar teori yang diharapkan akan menunjang
pengolahan data.

3.7.1 Sumber Primer


Merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Data yang dimaksud yaitu berupa wawancara, jajak
pendapat dari setiap individu atau sekelompok orang serta hasil observasi
dari suatu objek, maupun kejadian atau hasil pengujian benda.
3.7.2 Sumber Sekunder
Merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data. Yang dimaksud dengan tidak langsung yaitu berupa
buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan
ataupun tidak dipublikasikan.

3.8 Teknik Analisis Data


Menurut Sugiyono ( 2017: 243) dalam peneltitian kuantitatif, teknik
analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.
Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode
statistik yang sudah tersedia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan statistik
parametrik.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu metode kuantitatif yang akan
menggunakan analisis melalui uji sebagai berikut:

3.8.1 Uji Asumsi Klasik


Menurut (Duli, 2019), uji asumsi klasik adalah persyaratan yang harus
dipenuhi pada analisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least
square. Tujuan pengujian asumsi klasik adalah untuk memberikan kepastian
bahwa
3

persamaan regresi yang didapatkan memiliki ketepatan dalam estimasi, tidak bias,
dna konsisten. Terdapat beberapa uji asumsi klasik yang sering digunakan yaitu
uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji normalitas, uji autokolerasi dan
uji linearitas. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas.

3.8.1.1 Uji Normalitas


Pengujian dilakukan menggunakan analisa Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dengan dasar pengambilan keputusan jika nilai signifikan lebih besar dari 0,05
maka data tersebut berdistribusi normal.
3.8.1.2 Uji Multikolinearitas
Dapat dideteksi dengan menggunakan nilai VIF (Variance Inflation
Factor) dan tolerance. Suatu data dikatakan tidak terdapat multikolineritas adalah
apabila angka hasil olahan tolerance > 0,10 dan VIF < 10.

3.8.1.3 Uji Heterokedastitas


Untuk mendeteksi terjadi tidaknya heteroskedastisitas pada model regresi
digunakan uji glejser dengan dasar pengambilan keputusan jika nilai signifikan
lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat heteroskedastisitas dalam model regresi.

3.8.1.4 Uji Autokorelasi


Penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbun
Watson (D-W). Cara mendeteksi apakah model yang digunakan mengalami gejala
autokorelasi adalah dengan melihat nilai statistik Durbin Watson.

3.8.2 Uji Kelayakan Model


Uji kelayakan model bertujuan untuk melihat sebaran varian yang
disebabkan oleh regresi dan varians yang disebabkan oleh residual. Dalam
penelitian ini variabel independen yang digunakan yaitu harga pokok penjualan
(X1), penjualan (X2), sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu laba
bersih (Y). Untuk menghitung uji f ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut:
3

R2
K
F  (1  R 2 )
nk1

Keterangan:
R = Nilai koefisien korelasi ganda
K = Jumlah variabel bebas (independent variable)
N = Jumlah sampel
R2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditentukan
F = Fhitung yang selanjutnya akan dibandingkan dengan Ftabel dengan signifikasi
0,05
(Riduwan, 2018) menyatakan bahwa cara untuk mencari nilai Ftabel dapat
mengunakan tabel dengan taraf signifikan a = 0,05, dan F dengan rumus:

Keterangan:
f ftabel  f(1a){( dbk ),(dbnk 1)
= ftabel
a = Taraf signifikasi sebesar 0,05
k = Jumlah variabel bebas
n = Jumlah Sampel

1.
Jika F hitung > F tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2.
Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

3.8.3 Regresi Linear Berganda


(Sugiyono, 2017) menyatakan bahwa “Analisis regresi ganda digunakan
oleh peneliti, untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel
3

dependen, bila dua variabel independen sebagai faktor prediktor dimanipulasi


(dinaik turunkan nilainya)”.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan persamaan regresi linear
berganda, karena variabel bebas dalam penelitian lebih dari satu. Adapun
persamaan regresi linear berganda menurut (Sugiyono, 2017) dapat dirumuskan
sebagai berikut:

Y*= a + b1X1 + b2X2


Keterangan:
Y* = Subyek dalam dependent variable yang diprediksikan
X = Independent variable
a = Harga Y ketika X = 0 (harga konstan)
b = Angka atau koefisien regresi yang menunjukan angka peningkatan ataupun
penurunan dependent variable yang disebabkan pada perubahan independent
variable.

3.8.4 Koefesien Korelasi Ganda


Korelasi ganda (multiple correlate) adalah suatu nilai yang memberikan
kuatnya pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih secara bersama-sama
dengan variabel lain. (Riduwan & Kuncoro, 2014).
Korelasi ganda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

r yx2 1yx2 r 2 2 r rr
yx1yx2x1x2
R yx1x2 
1 r x21x2

Dimana :
. = Korelasi antara variabel XI dengan X2 secara bersama-sama

dengan variabel Y
ry = Korelasi product moment antara XI dengan Y
3

ry = Korelasi product moment antara X2 dengan Y


= Korelasi product moment antara XI dengan X2

Hasil perhitungan yang telah diperoleh kemudian dapat diberikan


interpretasi terhadap kuatnya hubungan itu dengan menggunakan pedoman seperti
yang tertera pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Koefisien Korelasi Menurut Teori Guilford
Ordinal Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
Sumber: (Sugiyono, 2017)

3.8.5 Koefisien Kolerasi Sederhana


Untuk menguji seberapa besar pengaruh dari masing-masing variabel yaitu
menggunakan teknik Kolerasi Sederhana Product Moment. Menurut (Sugiyono,
2017) Kolerasi Product Moment yaitu untuk menguji hipotesis antara satu variabel
independen dengan satu variabel dependent. Kolerasi Product Moment dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut :

∑ 𝑥𝑦
ryx = √(∑ 𝑥2)(∑ 𝑦2)

Dimana :
ryx = banyaknya pasangan data X dan Y
∑ 𝑥𝑦 = hasil perkalian dari total jumlah variabel X dan variabel Y
∑ 𝑥2 = kuadrat dari total jumlah variabel X
∑ 𝑦2 = kuadrat dari total jumlah variabel Y
3

3.8.6 Koefisien Determinasi


Koefisiensi determinasi (R square atau R kuadrat) atau disimbolkan
dengan “R2” yang bermakna sebagai sumbangan pengaruh yang diberikan
variabel bebas atau variabel independent (X) terhadap variabel terikat atau
variabel dependent (Y), atau dengan kata lain, nilai koefisien determinasi atau R
square ini berguna untuk memprediksi dan melihat seberapa besar kontribusi
pengaruh yang diberikan kekuatan harga pokok penjualan dan penjualan secara
simultan terhadap laba bersih.
Apabila nilai koefisien determinasi dalam model regresi semakin kecil
(mendekati nol) berarti semakin kecil pengaruh semua variabel bebas terhadap
variabel terikatnya atau dengan kata lain, nilai semakin mendekati 100% berarti
semua variabel bebas dalam memberikan hampir semua informasi yang
diperlukan untuk memprediksi variabel terikatnya atau semakin besar pengaruh
semua variabel bebas terhadap variabel terikat (Ahmaddien & Syarkani, 2019).

3.8.7 Uji Hipotesis


3.8.7.1 Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Bertujuan untuk mengetahui kekuatan secara masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen. Pada rencana penelitian ini untuk
mengetahui seberapa besar kekuatan harga pokok penjualan dan penjualan secara
parsial mempengaruhi laba bersih.
Untuk menguji signifikan pengaruh variabel X terhadap variabel Y
digunakan rumus uji t menurut (Sugiyono, 2017) sebagai berikut :

t = 𝑟√𝑛−2
√1−𝑟2

Dimana :
r = nilai koefisien korelasi
n = jumlah sampel
t = t hitung yang selanjutnya akan dibandingkan dengan t tabel
3

Harga t selanjutnya dibandingkan dengan harga t tabel dengan db= n-1


maka ketentuannya :
1.
Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima.
2.
Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Anda mungkin juga menyukai