BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peran serta industri
indutri yang beroperasi di Indonesia. Salah satu perusahaan industri di Indonesia
yang berperan serta dalam pembangunan perekonomian di Indonesia adalah
perusahaan industri tekstil dan garmen.
Kondisi industri tekstil dan garmen di Indonesia memberikan peranan besar
dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia baik dalam pembukaan lapangan
kerja maupun kontribusi dalam PDB dan ekspor. Namun pada saat krisis moneter
terjadi tahun 1997, tercatat bahwa 121 perusahaan tekstil dan garmen yang
bangkrut diakibatkan oleh kurang kondusifnya iklim usaha industri tekstil di
dalam negeri. Selain itu, perusahaan industri tekstil di Indonesia masih kalah
bersaing dengan perusahaanperusahaan serupa yang ada di negara lain. Pada
periode 19851992, perkembangan kinerja industri tekstil dan garmen mengalami
peningkatan yang lebih baik. Industri ini menyumbangkan sekitar 35 persen
terhadap ekspor total manufaktur dan penciptaan lapangan kerja terbesar di sektor
manufaktur (Karseno & Adjie, 2001). Tingkat kinerja yang dihasilkan oleh
industri tekstil dan garmen tidak konstan, tercatat pada tahun 2012 ini, kinerja
ekspor perusahaan industri tekstil dan garmen mengalami kemerosotan sekitar 5%
setelah tahun 2010 mencapai US$11,2 miliar dan tahun 2011 US$13,3 miliar.
Penurunan ekspor ini disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang mengatur
tentang kenaikan upah buruh dan masalah BBM. Namun yang menjadi perhatian
khusus adalah karena perusahaan industri tekstil dan garmen di Indonesia tidak
mampu mempertahankan eksistensinya sehingga kalah bersaing dengan
perusahaan pesaingnya. Untuk mendukung kemajuan dari perusahaan tersebut,
manajemen harus memperhatikan modal kerja yang dimiliki dan tingkat likuiditas
perusahaan dalam rangka peningkatan profitabilitas perusahaan, sehingga
perusahaan mempunyai modal untuk dapat bersaing dengan perusahaan
perusahaan sejenis baik di dalam negeri maupun luar negeri. (TEMPO.CO,
JAKARTA)
Sebagai perusahaan yang berorientasi pada laba, maka laba mempunyai
peranan yang sangat dominan dalam sebuah perusahaan untuk menentukan
apakah perusahaan tersebut akan pailit atau dapat terus bertahan di dunia
perindustrian. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa perusahaan harus
terus berupaya untuk terus mengembangkan keunggulan kompetitifnya agar dapat
mempertahankan dan mengembangkan serta memajukan perusahaannya. Salah
satu cara agar perusahaan dapat mempertahankan serta memajukan perusahaannya
yaitu dengan terus memantau tingkat likuiditas perusahaannya. Perusahaan harus
dapat menjaga likuiditasnya dengan cara mengatur kewajiban jangka pendeknya.
Untuk menyeimbangkan antara laba yang akan dicapai dan mempertahankan
kelangsungan
hidup
perusahaan
sangat
sulit.
Perusahaan
pasti
sangat
melakukan
pembandingan
antara
laba
yang
dapat diketahui
diperoleh
dengan
menggunakan modal sendiri dengan laba yang diperoleh melalui modal asing.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas suatu
perusahaan antara lain tingkat pengembalian atas investasi, kinerja operasi dan
pemanfaatan aset, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan salah
satu indikator penilaian profitabilitas yaitu melalui pendekatan pemanfaatan aset
dengan menggunakan tingkat pengembalian aktiva (return on asset) atau yang
piutang
memiliki
pengaruh
yang
tidak
signifikan
terhadap
turnover) yang tinggi, maka tingkat profitabilitasnya juga tinggi. Peneliti juga
merasa bahwa sangat perlu untuk memperhatikan tingkat likuiditas dari suatu
perusahaan untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut layak untuk para
investor dapat berinvestasi. Selain itu untuk melihat peluang investasi dapat juga
dengan memperhatikan kinerja dari manajemen modal kerja perusahaan karena
manajemen modal kerja yang baik kemungkinan berdampak besar terhadap
profitabilitas perusahaan. Sebenarnya modal kerja memiliki beberapa indikator
penilaian, namun peneliti hanya menggunakan indikator perputaran modal kerja
dan perputaran persediaan karena penulis merasa bahwa perputaran modal kerja
dan perputaran persediaan merupakan indikator yang paling efektif untuk menilai
profitabilitas suatu perusahaan. Di samping itu, peneliti sebelumnya sudah
melakukan penelitian dengan menggunakan semua indikator penilaian modal
kerja. Hal ini yang membuat peneliti ingin menerapkan praktek dari teori ini
terhadap perusahaan industri tekstil dan garmen yang sudah terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) untuk tahun 20092012.
Oleh karena itu, skripsi ini berjudul :
Pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada Perusahaan industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar
di Bursa Efek Indonesia
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah sebelumnya, maka peneliti merumuskan
masalah dalam penelitian ini apakah likuiditas dan manajemen modal kerja
berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap profitabilitas
perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 20092012.
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya,
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh likuiditas dan
manajemen modal kerja terhadap profitabilitas baik secara parsial maupun secara
simultan pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2009 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan apabila ditanya pendapatnya
mengenai pengaruh likuiditas dan manajemen modal kerja terhadap
profitabilitas pada perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2012.
b. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk
menyempurnakan
penelitian
selanjutnya
yang
sejenis
dengan
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Likuiditas
2.1.1 Pengertian Likuiditas
Analisis keuangan yang berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk membayar utang atau kewajiban dikenal dengan nama analisis rasio
likuiditas. Dengan kata lain, rasio likuiditas berfungsi untuk menunjukkan
atau mengukur kemampuan peusahaan dalam memenuhi kewajibannya yang
sudah jatuh tempo baik kewajiban kepada pihak luar perusahaan (likuiditas
badan usaha) maupun di dalam perusahaan (likuiditas perusahaan).
Likuiditas (Riyanto, 1995 : 25) berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang
dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan
membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang
mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat memenuhi segala
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain
perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar.
Kemampuan membayar pada suatu perusahaan dapat dikatakan baik
apabila kekuatan membayarnya adalah besarnya sehingga dapat memenuhi
semua kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Dengan demikian,
kemampuan membayar itu dapat diketahui setelah membandingkan antara
11
12
jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh aktiva
lancar yang jumlah relatif lebih banyak.
2.1.2 Rasio likuiditas
Untuk menilai tingkat likuiditas suatu perusahaan, terdapat beberapa
rasio yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis dan menilai
posisi likuiditas perusahaan, yaitu :
1) Current Ratio
Adalah membandingkan antara total aktiva lancar dengan kewajiban
lancar (current assets/current liabilities). Tersedianya sumber
kas untuk
memenuhi kewajiban tersebut berasal dari kas atau konversi kas dari aktiva
lancar.
Selain itu, Current Ratio biasanya digunakan sebagai alat untuk
mengukur keadaan likuiditas suatu perusahaan, petunjuk untuk dapat
mengetahui dan menduga sampai dimanakah kiranya perusahaan, apabila
memberikan kredit berjangka pendek kepada nasabah dapat merasa aman atau
tidak. Dasar perbandingan tersebut dipergunakan sebagai alat petunjuk,
apakah perusahaan yang mendapat kredit itu akan mampu atau tidak mampu
untuk memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran kembali atau
pada pelunasan pada tanggal yang sudah ditentukan. Dasar perbandingan itu
menunjukkan apakah jumlah aktiva lancar itu cukup melampaui besarnya
kewajiban lancar, sehingga dapat diperkirakan apabila suatu saat dilakukan
likuiditas dari aktiva lancar dan ternyata hasilnya dibawah nilai dari yang
tercantum di neraca, namun masih tetap akan terdapat cukup kas ataupun
13
yang dapat dikonversikan menjadi uang kas di dalam waktu singkat, sehingga
dapat memenuhi kewajibannya (Tunggal, 1995 : 154).
Ketepatan current ratio menurut Tunggal (2000 : 155) tergantung dari
banyak faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Syarat kredit yang diterima dari pemasok disbanding dengan syarat
kredit yang diberika oleh perusahaan pada para pembeli
b. Waktu yang diperlukan untuk menagih piutang
c. Perputaran persediaan
d. Ciri-ciri program keuangan perusahaan
e. Musim tahun yang bersangkutan
f. Situasi konjungtur
g. Lamanya siklus modal kerja
h. Apakah perusahaan itu sedang diperluaskan/ diperkecilkan.
Current ratio yang tinggi menunjukkan posisi para kreditor yang baik
karena terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa utang perusahaan itu
akan dapat dibayar pada waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan
perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan ketat dan sesuai
semestinya. Di lain pihak, jika ditinjau dari sudut pemegang saham, suatu
current ratio yang tinggi tak selalu paling menguntungkan terutama apabila
terdapat saldo kas yang kelebihan dan jumlah piutang dan persediaan adalah
terlalu besar.
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah lebih banyak
mengandung risiko dari pada suatu current ratio yang tinggi, tetapi terkadang
suatu current ratio yang rendah justru menunjukkan bahwa pimpinan
perusahaan menggunakan telah aktiva lancar dengan sangat efektif, yaitu
apabila saldo disesuaikan dengan kebutuhan minimum saja dan perputaran
piutang dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat maksimum.
14
pedoman current ratio 2:1 atau 200% sudah ditetapkan sebagai ratio
minimum yang akan dipertahankan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan
dalam penarikan kredit jangka pendeknya juga harus selalu didasarkan pada
pedoman tersebut.
Setiap saat perusahaan harus mengetahui berapa kredit jangka pendek
maksimum yang boleh ditarik supaya pedoman current ratio tersebut tidak
dilanggar. Batas maksimum kredit jangka pendek yang boleh diambil agar
tidak mengganggu atau melanggar pedoman current ratio tertentu disebut
the line of credit atau maximum current indebtedness.
Apabila perusahaan menetapkan bahwa current ratio yang harus
dipertahankan adalah 3:1 atau 300%, ini berarti bahwa setiap hutang lancar
sebesar Rp.1,00 harus dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp.3,00 atau
dijamin dengan net working capital sebesar Rp.2,00. Dengan demikian maka
rasio modal kerja dengan hutang lancar adalah 2:1 karena modal kerja tidak
lain adalah kelebihan aktiva lancar dibandingkan hutang lancar.
Adapun formulasi dari Current Ratio (CR) adalah sebagai berikut :
CR=
Aktiva Lancar
x 100
Hutanglancar
2) Quick Ratio
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya. Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar
dengan persediaan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva
lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta
16
menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu
menutupi hutang lancar.
Sawir (2009 : 10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap
baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :
QR=
Aktiva LancarPersediaan
x 100
Hutanglancar
17
dengan
berbagai
aktivitas
operasional
dan
finansial
perusahaan.
Disimpulkan bahwa modal kerja merupakan seluruh investasi
perusahaan ke dalam aktiva lancar yang meliputi persediaan, piutang, kas,
dan surat-surat berharga dimana seluruh investasi diharapkan kembali ke
dalam perusahaan dalam waktu paling lama satu tahun.
Mengenai pengertian modal kerja terdapat beberapa konsep yaitu
(Riyanto, 1995 : 57-58)
a)
Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam
dalam unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva
yang sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimulai
dari yang tertanam di dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu
yang pendek. Dengan demikian, modal kerja menurut konsep ini adalah
keseluruhan dari aktiva lancar, atau sering disebut juga sebagai modal
kerja kotor (gross working capital).
18
b)
c)
Konsep Kualitatif
Dalam konsep ini pengertian modal kerja juga dikaitkan dengan
besarnya jumlah utang lancar atau utang yang harus segera dibayar.
Dengan demikian maka sebagian dari aktiva lancar itu harus disediakan
untuk memenuhi kewajiban financial yang harus segera dibayar dimana
bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan untuk membayar operasi
perusahaan untuk menjaga likuiditasnya. Oleh karena itu modal kerja
menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang benar-benar
dapat digunakan untuk membayar operasi perusahaan mampu
mengganggu likuiditasnya yaitu yang merupakan kelebihan aktiva
lancar diatas utang lancar.
Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan. Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan
dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan.
Pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan dalam satu periode
accounting (current income) bukan periode berikutnya (future income).
Dari pengertian tersebut maka terdapat sejumlah dana yang tidak
menghasilkan current income atau jika menghasilkan current ratio yang
tidak sesuai dengan misi perusahaan yaitu non working capital,
sehingga besarnya modal kerja adalah:
1) Besarnya kas
2) Besarnya persediaan
3) Besarnya piutang (dikurangi bersarnya laba)
4) Besarnya sebagian dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap (besarnya
adalah sejumlah dana yang berfungsi untuk menghasilkan current
income tahun yang bersangkutan)
Apabila sumber modal kerja lebih besar daripada penggunaannya,
19
c. Ada penambahan utang jangka panjang, baik dalam bentuk obligasi atau
utang jangka panjang lainnya.
Penggunaan-penggunaan modal kerja yang mengakibatkan turunnya modal
kerja adalah sebagai berikut :
1. Berkurangnya modal sendiri karena kerugian, maupun pengambilan privasi
oleh pemilik perusahaan.
2. Pembayaran utang-utang jangka panjang.
3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan. Kebutuhan modal kerja terkadang tidaklah selalu tersedia
seperti yang diinginkan. Terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat
tergantung pada berbagai faktor. Pihak manajemen harus sesegera mungkin
memperhatikan faktor-faktor kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja
seperti, sifat umum atau tipe perusahaan, tingkat perputaran persediaan dan
piutang, business cycle, waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau
mendapatkan barang, syarat-syarat pembelian dan penjualan, tingkat resiko,
credit rating dari perusahaan dan lainnya.
Berdasarkan pengertian - pengertian yang telah dikemukakan, maka
dapat disimpulkan bahwa modal kerja merupakan dana yang diinvestasikan
dalam aset lancar yang digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya
untuk
menghasilkan
pendapatan
sesuai
tujuan
utama
didirikannya
perusahaan.
20
21
22
Penjualan
aktivalancarhutanglancar
23
sedangkan apabila rasio ini rendah artinya likuiditas perusahaan yang tinggi.
Semakin besar rasio perputaran modal kerja maka semakin baik suatu
perusahaan. Hal ini juga menunjukkan seberapa efektifnya pemanfaatan
modal kerja yang tersedia dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.
2.2.5 Rasio perputaran persediaan
Menurut Munawir (2002 : 77) Perputaran persediaan merupakan rasio
antara jumlah harga pokok barang yang dijual dengan nilai rata-rata
persediaan
yang
dimiliki
oleh
Perusahaan.
Perputaran
persediaan
menunjukkan berapa kali persediaan dijual dan diganti dalam waktu satu
periode. Dengan demikian, tingkat perputaran persediaan yang tinggi
mengindikasikan bahwa tingkat penjualan yang tinggi pada perusahaan.
Perputaran persedian ini dihitung dengan cara sebagai berikut :
ITO=
360
perputaran persediaan
24
2.3. Profitabilitas
2.3.1. Pengertian profitabilitas
Profit dalam kegiatan operasional merupakan elemen penting untuk
menjamin kelangsungan hidup perusahaan pada masa yang akan datang.
Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan
menciptakan laba dari pembiayaan yang dilakukan, kemampuan perusahaan
untuk dapat bersaing di pasar (survive) dan kemampuan perusahaan untuk
dapat melakukan ekspansi usaha (developt).
a. Menurut Greuning (2005 : 29) profitabilitas adalah suatu indikasi atas
bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan,
modal rata-rata dan ekuitas saham biasa rata-rata.
b. Profitabilitas perusahaan diindikasikan oleh laba (earnings). Menurut
Gitman (2003 : 599) : profitability is the relationship between revenues
and cost generated by using the firms assets both current and fixed in
productive activities.
c. Bringham dan Houston (2001 : 89) mengatakan bahwa profitabilitas
adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan.
d. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah
kelebihan (defisit) pengahasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi
(Harahap, 2001 : 226).
25
Gross profit
x 100
Sales
26
pajak.
Net Income
x 100
Sales
Net Income
Total Assets
27
Return on Investment=
Return on Equity=
2.3.2
Net Income
Total Equity
Rasio profitabilitas
Pengertian rasio profitabilitas menurut beberapa ahli adalah sebagai
berikut:
a. Bringham dan Daves (2004 : 1007) mengatakan bahwa profitability ratio
are a group of ratios that shows the combine effects of liquidity, assets
management, and debt on operations, yang berarti bahwa rasio
profitabilitas merupakan suatu kelompok rasio yang menunjukkan aspek
likuiditas, manajemen aset dan besarnya operasional perusahaan yang
dibiayai dari sumber utang.
b. Horne (2005 : 222), menjelaskan rasio profitabilitas adalah rasio
keuangan yang menghubungkan laba dengan penjualan investasi pada
perusahaan. Menurut Horne (2005 : 222), rasio profitabilitas terbagi atas
3 jenis yaitu :
28
karena
efisiensi
perusahaan
akan
diketahui
dengan
29
30
Return on Asset=
Net Income
Total Assets
Nama
Benny
(2012)
Judul
Analisis dan
Pengaruh
efisiensi
modal kerja,
likuiditas,
dan
solvabilitas
terhadap
profitabilitas
pada industry
otomotif
yang
terdaftar di
Variabel
Hasil penelitian
1. Secara parsial
Turnover, Current Ratio
Independen: Working capital
turnover, Current ratio danTotal
TotalAsset tidak berpengaruh terha
debt to total capital asset Return On Investment
Dependen : ROI
2. Secara Simultan
Turnover, Current Ratio
Total Asset tidak berpengaruh terha
Return on Investment
31
32
4
Nurhayati
(2010)
May Diana
(2013)
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Sektor
Industri
Makanan
Dan
Minuman
Yang
terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Pengaruh
Perputaran
Aktiva Tetap,
Piutang dan
persediaan
terhadap
Profitabilitas
Pada
Perusahaan
Otomotif
Yang
Terdapat di
Bursa Efek
Indonesia
V.independen : perputaran
1. secara
aktiva parsial,
tetap. Perputaran piutang dan
variabel
perputaran persediaaan Perputaran
V.Dependen : ROA
Aktiva
Tetap
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan
dalam
memprediksi
variabel return
on Asset.
2. Secara parsial,
variabel
perputaran
piutang
tidak
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap ROA
3. Secara parsial,
perputaran
persediaan
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap ROA
4. Secara
simultan, tidak
terdapat
33
34
35
H11
H2
Profitability (ROA)
(Y1)
H3
H4
36
Gambar 2.1
Kerangka konseptual
Sumber : diolah penulis, 2013
37
sehingga
mengakibatkan
menimbulkan
inefisiensi
dana
perusahaan
dan
menganggur
membuang
yang
akan
kesempatan
memperoleh laba.
Perputaran persediaan mengukur kecepatan rata-rata persediaan
bergerak keluar perusahaan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi
barang dagang yang nantinya akan dijual oleh perusahaan maka semakin
cepat pula bagi perusahaan untuk memperoleh laba. Semakin tinggi laba yang
dihasilkan oleh perusahaan maka akan semakin baik bagi kelangsungan hidup
38
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
merupakan data primer yang diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel,
grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan
oleh pihak lain (Umar, 2003 : 60). Data yang dikumpulkan berupa data
kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala rasio dan merupakan data sekunder
yang diperoleh melalui situs www.idx.co. Data sekunder yang digunakan dalam
40
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2008 : 115).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 36 populasi yang
merupakan perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 74), sampel adalah bagian populasi
yang
digunakan
untuk
memperkirakan
karakteristik
populasi.
Metode
41
Kode
Nama
1
ADMG
ARGO
ERTX
ESTI
HDTX
INDR
Polychem
Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
Eratex Djaya Tbk
Ever Shine Tex
Tbk
Panasia Indo
Resources Tbk
Indo Rama
Synthetic Tbk
Sampel
Kriteria
2
1
2
3
4
42
MYTX
Apac Citra
Centertex Tbk
PBRX
POLY
10
RDTX
11
RICY
12
SSTM
13
UNTX
Ricky Putra
Globalindo Tbk
Sunson Textile
Manufacturer Tbk
Unitex Tbk
5
6
7
8
3.4
dokumentasi, yaitu peneliti melakukan pengumpulan data sekunder atau data yang
diperoleh secara tidak langsung atau melalui media perantara yaitu internet
melalui situs Bursa Efek Indonesia dengan melihat laporan keuangan yang
diterbitkan setiap tahunnya baik dalam media cetak maupun data yang di
download dari internet melalui www.idx.co.id.
3.5
Variabel penelitian
43
Aktiva Lancar
x 100
Hutanglancar
c.
Penjualan
aktivalancarhutanglancar
44
Likuiditas
Perputaran
Modal
kerja
Perputaran
persediaan
Defenisi Operasional
Rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
untuk
melunasi
hutang
pada saat ditagih
CR=
Aktiva Lancar
x 100
Hutanglancar
Rasio
untuk
memperlihatkan Penjualan
WCT =
adanya efisiensi modal kerja
dalam
a. lancarh . lancar
pencapaian penjualan
Perputaran
persediaan
adalah
merupakan
rasio
antara jumlah harga
pokok
barang yang dijual
dengan
nilai
rata-rata
ITO=
Skala
Rasio
Rasio
Rasio
45
persediaan
yang dimiliki oleh
Perusahaan.
Rasio profititaabilas
adalah
rasio
yang
Profitabilitas
menghubungkan
( ROA )
laba dari penjualan
dan
investasi.
Sumber : diolah Penulis, 2013
3.6
ROA=
Rasio
dengan menggunakan software SPSS 16. Tahap awal yang dilakukan sebelum
melakukan pengujian hipotesis yaitu uji asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik
yang
dilakukan
terdiri
dari
uji
normalitas,
uji
multikolonieritas,
uji
ini
adalah,
uji
normalitas,
uji
multikolinieritas,
uji
distribusi data normal dapat digunakan untuk melihat normalitas data. Uji
Kolmogrov Smirnov, dalam uji pedoman yang digunakan dalam
pengambilan keputusan yaitu:
a. jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data tidak normal,
b. jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data normal.
Menurut Ghozali (2006 : 112), pada prinsipnya normalitas data dapat
dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari
grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusan :
1) jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2) jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak mengikuti arahgaris
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal,
maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji multikolinieritas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi di antara variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Erlina dan Mulyani (2007 : 107), menyatakan Multikolinearitas merupakan
kondisi dimana terjadi korelasi antar variabel - variabel independen suatu
penelitian atau dengan kata lain bersifat ortogonal. Variabel - variabel
independen yang bersifat ortogonal adalah variabel yang memiliki nilai
47
Uji heteroskedastisitas
Menurut Situmorang et al. (2009 : 63), Heteroskedastisitas dapat
dikatakan sebagai suatu situasi dimana dalam sebuah grup terdapat varians
yang
tidak
sama
diantara
sesama
anggota
grup
tersebut.
Uji
48
49
4.
Uji autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
50
Pada penelitian ini, uji autokorelasi dideteksi dengan uji DurbinWatson, karena uji ini yang umum digunakan. Uji ini hanya digunakan
untuk autokorelasi tingkat pertama (first order autokorelasi) dan
mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi.
3.7
berganda, uji sgnifikansi t-test serta uji signifikansi f-test. Menurut Rochaety
(2007 : 107) dengan uji hipotesis kita memusatkan perhatian pada peluang
kita membuat keputusan yang salah. Hipotesis diterima atau ditolak berdasarkan
informasi yang terkandung dalam sampel tetapi menggambarkan keadaan
populasi.
3.7.1 Analisis regresi berganda
Menurut Rochaety (2007 : 142) regresi berganda bertujuan untuk
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu
variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua
atau lebih variabel bebas. Model persamaannya adalah sebagai berikut :
Y= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e
Keterangan :
Y = variabel dependen yaitu profitabilitas
a = intercept/ koefisien yang menyatakan perubahan rata-rata variabel
dependen untuk setiap variabel independen sebesar satu atau yang
disebut konstanta.
51
b1, b2, b3 = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka
peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan
pada variabel independen. Bila b (+)
variabel dependen dan bila b (-) maka akan terjadi penurunan pada
variabel.
X1 = likuiditas yang diukur dengan rasio lancar (current ratio)
X2 = manajemen
= error
52
Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian yang telah dirancang oleh peneliti adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4
Jadwal Penelitian
No
1
Tahapan Penelitian
September
2013
Pengajuan proposal
skripsi
2
Bimbingan
proposal skripsi
3
Pengumpulan data
4
Pengolahan data
5
Bimbingan skripsi
6
Penyelesaian
penulisan laporan
penelitian
Sumber : diolah penulis, 2013
Oktober
2013
November
2013
Keteranga
n
1 minggu
2 minggu
1 minggu
1 minggu
1 minggu
2 minggu
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Data Penelitian
Populasi yang diteliti dalam penelitian ini adalah perusahaan tekstil dan
garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2009 - 2012.
Perusahaan yang dijadikan sampel berjumlah 9 perusahaan, sehingga data
penelitian secara keseluruhan berjumlah 36 (9 x 4) sampel. Daftar perusahaan
yang telah ditentukan dapat dilihat pada lampiran.
4.2
54
gambaran atau deskripsi suatu data yang dapat dilihat dari rata-rata (mean),
standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range dan kemencengan
distribusi. Statistik deskriptif akan dijelaskan dalam tabel berikut ini
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
N
Minimum Maximum Mean
ROA
36
-42,050
47,740
-,04056
CR
36
41,03
225,30
112,0600
WCT
36
-917,96
442,67
-1,5039
ITO
36
1,20
12,19
5,4383
Valid N (listwise) 36
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Berdasarkan data dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa :
Std.
Deviation
13,511621
56,54518
200,28488
3,10433
55
56
1.
Uji normalitas
Uji data statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dilakukan untuk
57
Gambar 4.1
Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Dengan melihat gambar 4.1 (tampilan histogram), dapat disimpulkan
bahwa grafik yang ditunjukkan dalam histogram membentuk pola yang
simetris artinya pola yang tidak mencondong ke kanan maupun ke kiri. Hal
58
ini menunjukkan bahwa data yang diperoleh dan diolah telah terdistribusi
secara normal .
Gambar 4.2
Uji Normalitas Data
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Menurut pendapat Ghozali (2006 : 112), pendeteksian normalitas
dapat dilakukan dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal dari grafik, yaitu jika data (titik) menyebar di sekitar garis diagonal
dan mengikuti arah garis diagonal, hal ini menunjukkan bahwa data telah
terdistribusi secara normal. Gambar 4.2 menunjukkan bahwa data (titik)
menyebar di sekitar dan mendekati garis normal, hali ini sejalan dengan
hasil pengujian dengan menggunakan histogram yang menunjukkan bahwa
data telah terdistribusi secara normal. Maka dapat disimpulkan bahwa data
secara keseluruhan telah terdistribusi secara normal.
2. Uji multikolinieritas
59
VIF
1,462
1,020
1,471
penelitian ini
60
independen memiliki nilai VIF yang kurang dari 10 yaitu nilai VIF untuk
CR sebesar 1.462, nilai VIF untuk WCT sebesar 1.020 dan VIF untuk ITO
sebesar 1,471. Maka dari hasil tabel secara keseluruhan menunjukkan
bahwa tidak terdapatnya multikolinearitas antar variabel independen dalam
model ini.
3.
Uji Heterokedatisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah dalam model
61
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi.
Alasan mengapa titiktitik menyebar menjauh dari titiktitik yang lain
dikarenakan data penelitian yang berbeda antara data yang satu dengan data
yang lain.
4.
Uji autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hanya
digunakan
untuk
autokorelasi
tingkat
satu
(first
62
regersi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Kriteria untuk
penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
1) angka D-Wdi bawah -2 berarti ada autokorelasi positif
2) angka D-Wdi antara-2 sampai+2 berarti tidak ada autokorelasi
3) angka D-Wdi atas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Std. Error
Adjusted R of
the DurbinModel
R
R Square Square
Estimate
Watson
a
1
,447
,200
,124
12,642674 2,345
a. Predictors: (Constant), ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS , diolah Penulis, 2013
Tabel 4.4 menunjukkan hasil dari uji autokorelasi variabel penelitian.
Berdasarkan dari hasil uji autokolerasi, dapat dilihat bahwa dalam variabel
penelitian tidak terdapat autokolerasi yang ditunjukkan dari nilai Durbin
Watson (D-W) sebesar 2,345. Angka D-W berada diatas +2, yang
mengartikan bahwa terdapat autokorelasi negatif.
4.2.3
Analisis regresi
63
T
-2,045
2,559
-1,333
1,063
Sig.
,049
,015
,192
,296
ROA
Keterangan :
1) Konstansta sebesar -17,998 menunjukkan bahwa apabila tidak ada
variabel independen (X1 = 0, X2 = 0 dan X3 = 0) maka ROA sebesar
-17,998,
2) 1 sebesar 0,117 menunjukkan bahwa setiap kenaikan Current Ratio
sebesar 1% maka akan diikuti oleh kenaikan ROA sebesar 0,117 dengan
asumsi variabel lain tetap.
64
Tabel 4.6
Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00 0,199
Sangat rendah
0,20 0,399
Rendah
0,40 0,599
Sedang
0,60 0,799
Kuat
0,80 1,000
Sangat kuat
Sumber : Sugiyono, Metode penelitian Bisnis (2007: 183)
Koefisien determinasi (R square) menunjukkan seberapa besar variabel
dependen. Nilai R square adalah nol sampai dengan satu, apabila nilai R square
semakin mendekati satu, maka variabel variabel independen memberikan semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi-variabel dependen.
65
Sebaliknya, semakin kecil nilai R square, maka kemampuan variabelvariabel independen dalam menjalankan variasi-variabel dependen semakin
terbatas. Nilai R square memiliki kelemahan yaitu R square akan meningkat
setiap ada penambahan satu variabel independen meskipun variabel
independen tersebut tidak berpengaruh sognifikan terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.7
Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
Adjusted
R Std. Error of
Model R
R Square Square
the Estimate
Durbin-Watson
a
1 ,447
,200
,124
12,642674
2,345
a. Predictors: (Constant), ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan angka
0,124 atau 12,4%, artinya hanya 12,4% variasi dari profitabilitas bisa
dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 87,6% dijelaskan
oleh variasi atau faktor lain. Hal ini menunjukkan tingkat prediksi variabel
independen terhadap variabel dependen dikatakan rendah.
4.2.4. Pengujian hipotesis
1. Uji signifikansi parsial
Uji t bertujuan untuk menguji apakah suatu variabel bebas
(independen) berpengaruh atau tidak terhadap variabel terikat
(dependen) secara parsial. Uji t menggunakan hipotesis seperti yang
dijelaskan berikut ini.
66
H0: b1,b2,b3= 0,
perputaran
artinya likuiditas,
persediaan
tidak
mempunyai
pengaruh
terhadap
Model
(Constant)
CR
WCT
ITO
Tabel 4.8
Hasil Uji t
Coefficienta
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
T
Sig.
-17,998
8,800
-2,045 ,049
,117
,046
,490 2,559 ,015
-,014
,011
-,213 -1,333 ,192
,888
,835
,204 1,063 ,296
Pa
a.Dependent Variable ; ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
67
68
69
dependen.
Pembuktian
dilakukan
dengan
cara
persediaan
mempunyai
pengaruh
terhadap
70
Anova
Mean
Model
Sum of Squares
Df Square
1Regression
1274,945
3
424,982
Residual
5114,791
32 159,837
Total
6389,736
35
a. Predictors: (Constant), ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable:
ROA
Sumber : Output SPSS, diolah Penulis, 2013
F
2,659
Sig.
,065a
4.3
71
72
yang ditunjukkan dengan Fhitung < Ftabel yaitu sebesar (2,659 < 2,90112 ) dengan
tingkat signifikan 0,065 > 0,05. Angka koefisien determinasi (Adjusted R Square)
menunjukkan angka 0,124 atau 12,4%, artinya hanya 12,4% variasi dari
profitabilitas bisa dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya 87,6%
dijelaskan oleh variasi atau faktor lain. Hal ini menunjukkan tingkat prediksi
variabel independen terhadap variabel dependen dikatakan rendah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah likuiditas yang diukur dengan
current ratio (CR) dan manajemen modal kerja yang diukur dengan perputaran
modal kerja (WCT) dan perputaran persediaan (ITO) memiliki pengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (ROA) pada perusahaan industri tekstil dan
garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini, variabel
independen yang digunakan adalah likuiditas (CR), perputaran modal kerja
73
tidak
74
tingkat signifikan 0,296 > 0,05 artinya tidak setiap kenaikan perputaran
persediaan (X3) akan diikuti oleh kenaikan profitabilitas (Y).
4. Penelitian secara simultan (uji F) dilakukan untuk menguji apakah variabel
independen yaitu likuiditas (X1), perputaran modal kerja (X2) dan perputaran
persediaan (X3) secara bersamasama akan berpengaruh terhadap variabel
dependen yaitu profitabilitas (Y). Dari hasil penelitian uji F, maka dapat
disimpulkan bahwa likuiditas (X1), perputaran modal kerja (X2) dan
perputaran
persediaan
(X3)
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap
profitabilitas (Y). Hal ini ditunjukkan dari tabel 4.9 bahwa Fhitung < Ftabel yaitu
sebesar (2,659 < 2,90112) dengan tingkat signifikan 0,065 > 0,05. Angka
koefisien determinasi (Adjusted R Square) menunjukkan angka 0,124 atau
12,4%, artinya hanya 12,4% variasi dari profitabilitas bisa dijelaskan oleh
variabel independen, sedangkan sisanya 87,6% dijelaskan oleh variasi atau
faktor lain. Hal ini menunjukkan tingkat prediksi variabel independen
terhadap variabel dependen dikatakan rendah.
5.2
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini tentunya memiliki keterbatasan dalam beberapa hal yang
75
5.3 Saran
Beberapa saran yang dapat dikemukakan penulis berkaitan dengan hasil
penelitian yang telah dilakukan antara lain:
1. Bagi pihak manajemen perusahaan disarankan untuk tetap mempertahankan
tingkat likuiditas yang dimiliki karena likuiditas (current ratio) yang baik
akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan dengan baik pula. Selain itu,
pihak manajemen juga harus memperhatikan variabelvariabel lain yang
dapat berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas yang tinggi sehubungan
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa variabel perputaran modal
kerja dan perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh terhadap
profitabilitas.
2. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat memperluas atau menambah
variabel penelitian tidak hanya terbatas pada tiga variabel, melainkan lebih
dari tiga variabel. Selain itu peneliti selanjutnya juga dapat memperpanjang
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. Faisal, 2005. Dasar- Dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Kelima, Penerbitan Universitas Muhammadiyah, Malang.
Agnes Sawir. 2003. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Bambang Riyanto, 1995. Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi keempat,
Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gajah Mada.
Brigham, Eugene dan Joel F Houston, 2001. Manajemen Keuangan II.
Jakarta:Salemba Empat
77
78
79
80
Umar, Husein, 2003. Metode Riset Akuntansi Terapan, edisi pertama Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Warren, Carl S, James M. Reeve, Philip E. Fess, 2005. Accounting, Pengantar
Akuntansi, edisi 21, alih bahasa oleh Aria Farahmita, Amanugrahani, dan
Taufik Hendrawan, PT Salemba Empat, Jakarta.
Weston, J. Fred and Brigham, Eugene F., 1993. Managemen Keuangan
(Managerial Finance), edisi 7 Jilid 1, Erlangga.
www.idx.com
www.repository.usu.ac.id
www.tempo.co
Lampiran i
Daftar Sampel Perusahaan-Perusahan Tekstil dan Garmen yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2009 - 2012.
No
Kode
Nama
1
ADMG
ARGO
Polychem
Indonesia Tbk
Argo Pantes Tbk
Sampel
Kriteria
2
81
ERTX
ESTI
HDTX
INDR
MYTX
PBRX
POLY
10
RDTX
11
RICY
12
SSTM
13
UNTX
Ricky Putra
Globalindo Tbk
Sunson Textile
Manufacturer Tbk
Unitex Tbk
3
4
5
6
7
8
Lampiran ii
Tabulasi Hasil Rasio Return On Asset (ROA) periode 2009 2012
SAMPE
KODE
L
1
2
3
4
RDTX
MYTX
ARGO
ERTX
ROA(%)
2009
15.75
-1.27
-5.18
-25.95
2010
20.05
-12.39
-8.75
-42.05
2011
10.53
-6.52
-16.59
47.74
2012
10.33
-7.00
-7.67
1.43
82
5
6
7
8
9
PBRX
SSTM
RICY
INDR
HDTX
4.06
3.55
0.60
0.22
0.05
4.01
1.14
1.77
0.46
0.12
4.76
-2.86
1.90
-0.03
1.71
4.51
-1.75
2.02
-0.39
0.23
Lampiran iii
Tabulasi Hasil Rasio Likuiditas (CR) periode 2009 2012
SAMPE
KODE
L
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RDTX
MYTX
ARGO
ERTX
PBRX
SSTM
RICY
INDR
HDTX
CR (%)
2009
192.61
41.03
62.08
41.30
100.61
123.42
178.88
111.81
71.64
2010
217.65
43.39
60.90
41.82
122.68
201.12
181.79
108.81
84.61
2011
42.96
46.46
103.62
99.28
189.80
182.75
178.07
110.48
98.55
2012
61.10
50.38
78.88
103.85
99.74
172.07
225.30
112.20
92.52
83
Lampiran iv
Tabulasi Hasil Rasio Perputaran Modal Kerja (WCT ) periode 2009 2012
SAMPE
KODE
L
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RDTX
MYTX
ARGO
ERTX
PBRX
SSTM
RICY
INDR
HDTX
WCT(%)
2009
3.67
-2.59
-6.99
-3.67
442.67
4.83
2.72
202.62
-7.67
2010
2.26
-3.28
-5.24
-2.36
11.49
1.85
2.89
309.40
-14.29
2011
-2.55
-3.66
80.66
-278.89
3.09
1.90
3.01
293.66
-226.48
2012
-4.27
-3.63
-9.52
69.47
-917.96
3.09
2.24
24.09
-26.70
84
Lampiran V
Tabulasi Hasil Rasio Perputaran Persediaan ( ITO ) periode 2009 2012
SAMPE
KODE
L
1
2
3
4
5
6
7
8
9
RDTX
MYTX
ARGO
ERTX
PBRX
SSTM
RICY
INDR
HDTX
ITO (%)
2009
2010
2011
2012
7.39
8.62
5.68
5.08
4.33
1.64
2.02
5.74
4.94
6.49
12.02
5.94
5.53
3.71
1.71
2.33
7.22
3.73
8.06
12.19
5.98
3.52
4.77
1.25
2.26
7.78
5.68
11.07
8.05
4.50
12.05
5.04
1.42
2.29
1.20
4.55
Lampiran vi
85
Statistik Deskriptif
N
ROA
CR
WCT
ITO
Valid N (listwise)
36
36
36
36
36
Lampiran vii
86
Lampiran viii
87
Lampiran ix
88
Lampiran x
Hasil Uji Autokorelasi
89
Model Summaryb
Model
1
R
,447a
R Square
Adjusted R
Square
,200
,124
Std. Error of
the Estimate
12,642674
DurbinWatson
2,345
Lampiran xi
Hasil Uji Heteroskedastisitas
90
Lampiran xii
Hasil Analisis Regresi Berganda
91
Coefficienta
Model
(Constant)
Unstandardized
Coefficients
Std.
B
Error
-17,998
8,800
CR
,117
WCT
-,014
ITO
,888
a. Dependent Variable:ROA
,046
,011
,835
Standardized
Coefficients
Beta
,490
-,213
,204
Sig.
-2,045
,049
2,559
-1,333
1,063
,015
,192
,296
Lampiran xiii
Koefisien Determinasi
92
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
Model
R
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
a
1
,447
,200
,124
12,642674
2,345
a. Predictors: (Constant), ITO, WTC, CR
b. Dependent Variable: ROA
Lampiran xiv
Hasil Uji t (t test)
93
Coefficientsa
Model
(Constant)
CR
WCT
ITO
Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
T
-17,998 8,800
-2,045
,117
,046
,490 2,559
-,014
,011
-,213 -1,333
,888
,835
,204 1,063
Sig.
,049
,015
,192
,296
Lampiran xv
Hasil uji F ( F test )
94
ANOVAb
Sum of
Model
Squares
Df
Mean Square
1
Regression
1274,945
3
424,982
Residual
5114,791
32
159,837
Total
6389,736
35
a. Predictors: (Constant), ITO, WCT, CR
b. Dependent Variable: ROA
F
2,659
Sig.
0,065a
95