OLEH :
(110100302)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan
judul Gambaran X-ray pada Fraktur Tulang.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Orthopaedi dan
Traumatologi
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...................................................................................................... ii
Daftar Isi............................................................................................................... iii
BAB 1 Pendahuluan................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........
1.2 Tujuan..........2
BAB 2 Tinjauan Pustaka..........................................................................................3
2.1 Defenisi ............3
2.2
BAB 3 Kesimpulan... ............13
Daftar Pustaka ..14
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tulang adalah organ yang membentuk struktur tubuh dan sebagai
kerangka/ penyokong. Tulang tersusun atas sel-sel tulang, jaringan hidup lainnya,
pembuluh darah, serta mengandung mineral dan air. Tulang juga melindungi
organ vital, menyimpan mineral penting dan menghasilkan sel-sel darah baru.
Tulang saling terhubung satu sama lain dengan ligamen dan tendon dan
digerakkan oleh otot. Tempat dimana tulang bertemu disebut sendi dimana ini
memungkinkan adanya pergerakan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis dan atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma
tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang
(fraktur patologik).Meskipun tulang sangat kuat tetapi sering mengalami fraktur.
Fraktur akut, dimanapun lokasinya, dapat ditandai dengan nyeri, pembengkakan
dan hilangnya fungsi. Dalam beberapa kasus memungkinkan untuk mendengar
atau merasakan patah tulang akibat pergerakan ujung tulang yang patah satu
terhadap yang lain (krepitus). Krepitus tidak seharusnya diperiksa karena
menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan tambahan untuk jaringan lunak
disekitarnya.
Sinar-X sering digunakan untuk mengidentifikasi patah tulang sehingga
pemeriksaan ini penting dalam menunjang diagnosis dan terapi yang akan dipilih.
Film X-ray awalnya masih bersih sebelum terkena sinar-x. Radiasi x-ray akan
menghitamkan film. Warna yang gelap menunjukkan film terpapar sinar x. Daerah
yang putih menunjukkan film tidak terapapar atau sedikit terpapar sinar x akibat
sinar diserap oleh tubuh. Tulang menyerap sinar-x sehingga mereka muncul
sebagai daerah putih pada film. Kadang-kadang pewarna khusus yang disebut
kontras diberikan kepada pasien untuk membuat jaringan lunak (pembuluh darah,
saraf, usus, dll) muncul lebih baik.
Oleh karena besarnya peran foto x-ray pada kasus-kasus fraktur tulang,
maka penting untuk memiliki pengetahuan tentang gambaran-gambaran fraktur
pada foto x-ray.
1.2
Tujuan Penulisan
2.
gambaran x-ray pada beberapa jenis kasus fraktur tulang secara tepat
Meningkatkan kemampuan penulisan ilmiah di bidang kedokteran khususnya
di Bagian Orthopedi dan Traumatologi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1.
Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
epifisis dan atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma
tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang
(fraktur patologik).
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan
berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran,
atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau tidak langsung.
Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur di
tempat itu. Trauma tidak langsung bilamana titik tumpu benturan dengan
terjadinya fraktur berjauhan.
Tekanan yang berulang-ulang dapat menyebabkan keretakan pada tulang.
Keadaan ini paling sering ditemui pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur dapat
pula terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).
2.2.
Klasifikasi fraktur
Klasifikasi etiologis:
1. Faktor traumatik, terjadi karena trauma yang tiba-tiba
2. Faktor patologis, terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang
3. Faktor stres, terjadi karena adanya trauma terus menerus pada suatu daerah
tertentu
Klasifikasi klinis:
1. Fraktur tertutup (simple fraktur) adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai
hubungan dengan dunia luar.
2. Fraktur terbuka (compound fraktur) adalah fraktur yang mempunyai hubungan
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak.
3. Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur dengan komplikasi misalnya
malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.
4. Komplit-tidak komplit
a. Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh penampang tulang atau
melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
b. Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang
seperti:
i. Hairline fracture (patah retak rambut)
ii. Buckle fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).
iii. Greenstick fracture (mengenai satu korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak)
2.4.
Proyeksi X-ray
Proyeksi x-ray tergantung pada ketebalan dari jaringan yang akan
ditembusnya. Ketika tidak ada jaringan untuk ditembus atau sinar x tidak diserap,
warna gambar akan menjadi hitam.
2.5.
fraktur
pada
radiografi
tergantung
pada
hal-hal
yang
teridentifikasi pada hasil film yang sesuai dengan gambaran fraktur menurut
klasifikasinya. Fraktur ditandai oleh hilangnya kontinuitas korteks yang
ditunjukkan sebagai garis gelap yang melintasi gambaran tulang. Garis fraktur
tampak gelap karena jaringan lunak (biasanya hematoma) antara ujung tulang
yang patah yang mana kepadatannya kurang dari tulang itu sendiri. Gambaran
patah tulang mungkin muncul sebagai gambaran garis yang padat jika ujung
fraktur yang saling tumpang tindih. Sehingga sinar x mengalami pelemahan dua
kali lebih banyak.
Contoh klasik gambaran tumpang tindih yaitu adalah fraktur depresi pada
tulang tengkorak namun dapat juga dilihat pada fraktur tulang panjang. Penting
untuk mendapatkan dua sudut pandang yang tepat untuk semua yang dicurigai
patah tulang dan dislokasi. Pada beberapa kasus, fraktur atau dislokasi mungkin
hanya terlihat pada salah satu proyeksi. Dua pandangan juga penting untuk cukup
melihat seberapa berat fraktur pada lokasi tersebut.
Hal penting juga bahwa x-ray pada kasus fraktur harus selalu menampilkan
sendi di atas dan di bawah setiap yang dicurigai fraktur tulang panjang, kecuali
sudah jelas secara klinis bahwa cedera hanya di bagian paling distal dari
ekstremitas. Tetapi, sendi terdekat harus selalu disertakan pada foto x-ray. Dalam
keadaan tertentu, fraktur mungkin tidak terlihat pada radiografi pada saat
presentasi. Seperti pada: (a) fraktur tulang yang dominan melalui tulang spons
seperti patah tulang skafoid dan (b) stress fractures.
Jadi pada kasus fraktur, foto X-ray dari dua sendi yang berdekatan harus
diambil. Hanya foto dari corpus tulang saja tidak cukup. Satu dari dua kasus
fraktur bisa tidak ditemukan jika tidak dilakukan foto secara menyeluruh dari
tulang tersebut. Atau, cedera sendi bisa tidak diketahui jika hanya dengan satu
posisi foto x-ray pada sendi tersebut. Jadi foto kedua sendi yang berdekatan harus
dilihat.
Penyembuhan fraktur dapat dinilai dengan radiografi serial. Ada tiga fase
penyembuhan:
fase inflamasi: hematoma (gumpalan darah) terbentuk di lokasi fraktur.
fase Reparatif: tulang pada margin fraktur kehilangan pasokan vaskular yang
mengakibatkan resorpsi pada ujung tulang. Pada radiografi, patah tulang yang
sulit untuk terlihat pada awalnya, menjadi lebih mudah dilihat. Sel-sel yang
melapisi korteks mulai menghasilkan tulang yang belum matang (kalus). Hal ini
dipandang sebagai kalsifikasi samar di sekitar fraktur.
Fase Remodelling: kalus imatur diganti oleh tulang kompak (padat) pada korteks
dan tulang spons dalam rongga meduler.
Namun, pembacaan radiografi dari tulang dan sendi memerlukan
pendekatan khusus untuk mampu meninterpretasikannya atau beberapa memiliki
tanda-tanda khusus yang perlu dicari yaitu umumnya dengan pendekatan ABCS
seperti yang akan diuraikan berikut
1. Tulang serviks
pada orang dewasa atau <3mm pada anak-anak (ruang di depan prosessus,
sebelum bagian posterior tuberkel C1)
Cincin Harris C2 (dibentuk oleh: corpus anterior dan posterior C2, dan
Cartilage
Jarak yang sama antara tiap corpus vertebra
Soft tissues
Ketebalan jaringan lunak di anterior paraspinal (garis di depan badan vertebra)
C1-4 lebar tubuh vertebral ketiga
C5-7 seluruh lebar tubuh vertebral
Foto AP
proses spinosus
Keselarasan garisnya
Jarak antar prosesusnya
10
11
3. Bahu
Foto AP
Alignment
Sendi Glenohumeral : caput humerus harus berartikulasi dengan glenoid;
batas superior dari caput humerus harus memiliki penampilan walking
stick appearance (hilang pada dislokasi posterior - tampak seperti bola
lampu)
Sendi acromioclavicular : corpus inferior dari klavikula harus segaris
dengan prosesus akromion
Sendi coracoclavicular: jarak antara coracoid dan klavikula harus <1.3cm
Bones - lihat semua tulang untuk mencari fraktur
caput humerus dan lehernya
margin glenoid
klavikula
Body or neck of scapula
Apical oblique
Alignment dari kaput humerus dan glenoid ( glenoid seperti segitiga, tengah nya
adalah kaput humerus)
Carilah fraktur kaput humerus dan perhatikan marjin glenoid
Scapula Y view (lateral)
Alignment dari kaput humerus dan glenoid (kepala humerus harus di pusat
glenoid yang mana berada di tengah-tengah bentuk Y yang dibentuk oleh
scapulas blade + acromium + coracoid)
Catatan: pada pandangan lateral ini, sisi anterior adalah mengarah ke tulang rusuk
dan posterior yang jauh dari tulang rusuk
2. Siku
Foto Lateral
12
Alignment
Garis Radiocapitellar (dapat juga dilihat pada AP view) garis di tengah
sumbu panjang proksimal 2-3 cm dari radius harus transect ke lingkaran
capitellum (jika tidak, ada dislokasi kepala radial)
Garis Anterior humeral (pada anak-anak untuk menyingkirkan fraktur
supracondylar halus) - harus transect ke lingkaran capitellum, dengan
13
Lateral
Alignment
Normal tampak gambaran apple-in-cup (di atas piring) dibentuk oleh
radius, lunatum dan kapitatum
kemiringan palmar dari permukaan artikular radial harus 2-20 (mungkin
terjadi fraktur impaksi jika tidak)
Bones - khususnya:
Korteks radius distal dorsalis
fragmen tulang di posterior dari tulang karpal (fraktur triquetral)
14
15
16
7. Lutut
Foto AP
Alignment
Jarak garis vertikal yang dbentuk dari bagian yang paling medial dan
lateral epikondilus femoralis harus <5mm dari kondilus tibialis yang
berdekatan (jika lebih, mungkin terjadi fraktur plateau tibialis)
Bones
Femur - terutama permukaan kondilus
Tibia perhatikan dengan teliti setiap plateau tibialis (harus sangat halus),
tulang subkondralnya dan intercondylar eminence
fibula - kepala dan leher fibula
patela - lihat melalui femur
fragmen tulang di mana saja
17
Foto lateral
posisi patela - jarak dari patella ke tuberkulum tibialis harus sepanjang patela itu
sendiri 20% (dapat meningkat pada ruptur tendon patela)
permukaan artikular, femur dan patella, dan untuk setiap fragmen tulang
bursa suprapatella (terlihat sebagai bayangan gelap memanjang dari superior
patela, antara lemak prefemoral dan lemak suprapatellar)
lebar AP - harus <5mm (disebut 'strip suprapatellar' jika normal,
menunjukkan efusi sendi jika meningkat)
Fat-fluid level pada bursa suprapatella (menunjukkan fraktur intraartikular karena lemak berasal dari sumsum tulang)
Gambar 2.9 foto x-ray sendi lutut
18
tertinggi tengah, kemudian tarik garis kedua dari titik tertinggi posterior ke
titik tertinggi titik tengah - sudut lancip antara garis harus > 30 (sudut
tang berkurang menunjukkan fraktur calcaneal)
sendi talonavicular
BOnes
Tibia
fibula
Talus - terutama leher
calcaneum
dasar metatarsal 5
19
Gambar 2.10. Foto X-ray ankle dan tulang tarsal tampak AP dan lateral
20
Bones
Korpus metatarsal
Korpus palangeal
Fto oblik
Alignment
Sendi Lisfranc
o sisi medial basis metatarsal 3 harus segaris dengan cuneiform lateral
artikulasi Hindfoot (calcaneus dan talus) dengan midfoot (kuboid,
naviculare, cuneiformis)
Bones
Korpus metatarsal
Tulang Hindfoot
Gambar 2.11 Foto x-ray Tarsal AP dan oblik
21
2.6.
22
Fraktur Greenstick- tulang membengkok dan patah pada satu sisi saja.
Fraktur Hairline
Fraktur spiral
23
Fraktur Torus
24
25
26
BAB 3
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Salter. Robert B. Musculoskeletal Disorders-General and Specific in Textbook
of Disorder and Injuries of The Musculosceletal System, Third ed.
Pennsylvania: Williams & Wilkins, 1999.
2. Benson, Michael. 2010. Childrens Orthopaedics and Fractures. Third
Edition. Springer Verlag- London.
3. Cummings R, Davidson R, Armstrong P, Lehman W . Congenital Clubfoot.
The journal of bone and joint surgery. JBJS.org, Volume 84-A. number 2.
February 2002.
4. Tachdjian, M.O. : Pediatric Orthopedics, Second ed., vol. 4, WB. Saunders
Co., Philadelphia, 1990, pp. 2428 - 2541.
5. Cahyono BC. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV), Vol. 39. Jember :
Cermin Dunia Kedokteran, 2012.
6. PatelM. 2007. Clubfoot. www.emedicine.com [Akses pada tanggal 11 Mei
2016]
7. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. Congenital Deformities in Apleys
System of Orthopaedics and Fractures, 9th ed. London: Hodder Arnold, 2010,
p. 592.
8. Graham Apley, Solomon louis. Buku Ajar OrtopedidanfraktursistemApley.
Edisiketujuh .alihBahasaNugroho Edi. Jakarta: widyamedika, 1995.
9. Hussein S, Gomal J, Turcopostero-medial relese for congenital talipes
equinovarus.2007. Available from: www.gjm.com[ 11 Mei 2016].
10. PatelM. 2007. Clubfoot. www.emedicine.com [Aksespadatanggal 10
Maret 2016].
11. Hussein S, Gomal J, Turcopostero-medial relese for congenital talipes
equinovarus.2007. Available from: www.gjm.com[ 10 Maret 2016].
12. Anonym. 2005. Clubfoot Deformity. www.dubaibone.com [Akses pada
tanggal 10 Maret 2016].
13. Tachdjian Mihran O. Congenital Talipes Equinovarus In: Tachdjian
Mihran O [editor]: Clinical Pediatric Orthopaedics The Art of Diagnosis and
Principle of Management. Appleton & Lange, 1997; 12-24.