Koperasi konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir atau pemakai
barang atau jasa. Karena koperasi tidak memproduksi sendiri produknya maka koperasi
konsumen harus melakukan pembelian barang-barang yang akan dijualnya. Untuk membeli
barang-barang tersebut koperasi harus mengeluarkan uang sebagai bukti pembayaran, baik
pada saat terjadinya transaksi maupun di kemudian hari. Dengan adanya barang dagangan
mengharuskan koperasi melakukan aktivitas penjualan kepada konsumen langsung yang
menjadi anggota koperasi maupun yang bukan merupakan anggota koperasi. Dari aktivitas
penjualan barang ini koperasi akan memperoleh penerimaan uang dari pelanggan.
Berdasarkan uraian di atas, maka aktivitas utama koperasi konsumen terdiri dari:
1. Pembelian 3. Penjualan
2. Pengeluaran kas 4. Penerimaan kas
C. Metode Pencatatan
Metode yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi koperasi konsumen yaitu:
1. Metode Perpetual, adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi konsumen, dimana persediaan dicatat
dan dihitung secara detail, baik pada waktu dibeli maupun dijual. Metode ini lebih cocok
digunakan di dalam koperasi yang memiliki frekuensi transaksi yang tidak terlalu tinggi
tetapi nilai transaksinya besar.
2. Metode Periodik (Fisik) adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi konsumen, dimana
persediaan dicatat dan dihitung hanya pada awal dan akhir periode akuntansi saja untuk
menentukan harga pokok penjualannya. Metode ini paling banyak dipakai oleh koperasi yang
frekuensi transaksinya tinggi.
Penyelesaian:
Beban pokok (HPP kepada anggota) = 80% x penjualan ke anggota (partisipasi bruto
anggota)
= 80% x Rp 60.000.000,00
= Rp 48.000.000,00
HPP kepada non anggota = 80% x penjualan ke non anggota
= 80% x Rp 40.000.000,00
= Rp 32.000.000,00