Anda di halaman 1dari 11

Akuntansi Koperasi Konsumen

A. Pengertian Koperasi Konsumen

Koperasi komsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen dengan menjalankan
kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi.Kegiatan utama koperasi ini adalah membeli
barang atau jasa.Koperasi Komsumen Menjembatani produsen dengan konsumen yang
membutuhkan barang-barang atau jasa, atau bisa dibilang koperasi ini bisa disebut Perantara
antara produsen dan konsumen. Tujuannya adalah untuk memberikan keuntungan sebesar-
besarnya bagi anggotanya dengan cara mengadakan barang atau jasa yang murah, berkualitas,
dan mudah didapat. Sewaktu era orde baru ada pembedaan nama untuk koperasi yang usahanya
lebih dari satu jenis. Kebijakan ini dimaksudkan agar mempermudah dalam hal pembinaan.
Yaitu antara koperasi yang dikhususkan tumbuh di desa-desa dan perkotaan. Untuk perkotaan,
namanya KSU alias Koperasi Serba Usaha dan KUD untuk di pedesaan.

Koperasi Konsumen adalah sebagai pemilik dan pengguna jasa koperasi, anggota berpartisipasi
aktif dalam kegiatan koperasi. Keanggotaan koperasi konsumen atau pendiri koperasi konsumen
adalah kelompok masyarakat misal: Kelompok PKK, Karang Taruna, Pondok Pesantren.
Pemuda dan lain-lain yang membeli barang-barang untuk kebutuhan hidup sehari-hari seperti
sabun, gula pasir, minyak tanah. Di samping itu Koperasi Konsumen membeli barang-barang
konsumen dalam jumlah besar sesuai dengan kebutuhan anggota.koperasi Konsumen
menyalurkan barang-barang konsumsi kepada para anggota dengan harga layak. Berusaha
membuat sendiri barang-barang konsumsi untuk keperluan anggota dan di samping pelayanan
untuk anggota. Koperasi Konsumsi juga boleh melayani umum.

Berdasarkan uraian di atas, maka aktivitas utama koperasi konsumen terdiri dari:

1. Pembelian
2. Pengeluaran kas
3. Penjualan
4. Penerimaan kas

B. Akun akun koperasi konsumen


Akun akun yang terdapat pada koperasi konsumen yaitu:
1. Pembelian adalah rekening yang hanya digunakan untuk menampung aktivitas
pembelian barang dagangan koperasi.
2. Partisipasi bruto anggota adalah kontribusi anggota kepada koperasi sebagai
imbalan penyerahan barang dan jasa kepada anggota, yang mencakup harga
pokok dan paritsipasi neto. Dengan kata lain, partisipasi bruto adalah nilai total
penjualan produk perusahaan, barang dan jasa, kepada anggota koperasi.
3. Partisipasi neto anggota adalah kontribusi anggota terhadap hasil usaha koperasi
yang merupakan selisih antara partisipasi bruto dengan beban pokok. Dengan kata
lain, partisipasi neto adalah laba yang timbul akibat penjualan produk perusahaan,
barang dan jasa, kepada anggota koperasi.
4. Pendapatan dari non anggota adalah penjualan barang dan jasa kepada pihak
selain anggota koperasi.
5. Beban perkoperasian adalah beban sehubungan dengan gerakan perkoperasian
dan tidak berhubungan dengan kegiatan usaha.
6. Sisa Hasil Usaha (SHU) menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima
selama periode tertentu dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh
penghasilan itu. SHU ini setelah dikurangi dengan beban-beban tertentu akan
dibagikan kepada para anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-
masing.
7. Persediaan adalah untuk menunjukkan jumlah barang dagangan yang dimiliki
koperasi pada awal atau akhir periode tertentu.
8. Harga Pokok Penjualan digunakan untuk menampung harga pokok/ harga beli
barang yang dijual di dalam suatu periode akuntansi.
9. Beban pokok adalah harga beli dari barang yang dijual kepada anggota koperasi.
Jadi pada dasarnya beban pokok adalah harga pokok penjualan untuk barang yang
dijual kepada anggota koperasi.
10. Potongan penjualan/ potongan tunai digunakan untuk menampung jumlah diskon
atau pengurangan yang diberikan pihak penjual kepada konsumen karena telah
membayar secara tunai atau dalam waktu yang telah ditentukan.
11. Retur penjualan digunakan untuk menampung sejumlah barang yang telah dijual
tetapi dikembalikan lagi oleh pihak pembeli karena ada ketidaksesuaian dengan
pesanan.
12. Potongan pembelian digunakan untuk menampung sejumlah diskon yang telah
diberikan pihak produsen/ supplier kepada pihak pembeli karena telah membayar
secara tunai atau dalam waktu yang ditetapkan.
13. Beban pemasaran digunakan untuk menampung keseluruhan beban yang
dikeluarkan koperasi untuk mendistribusikan barang dagangannya hingga sampai
ke tangan pelanggan.
14. Beban ini mencakup beban iklan, komisi perantara, komisi wiraniaga, dan lain-
lain.Beban administrasi dan umum digunakan untuk menampung keseluruhan
beban operasi kantor.
15. Beban ini mencakup gaji manajer koperasi, gaji manajer produksi, beban listrik,
air dan telepon, beban depresiasi, dan lain- lain.
C. Metode pencatatan
Metode yang dapat digunakan untuk mencatat transaksi koperasi Konsumen yaitu:

1. Metode Perpetual, adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal- hal yang berkaitan
dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi konsumen, dimana persediaan
dicatat dan dihitung secara detail, baik pada waktu dibeli maupun dijual. Metode ini lebih
cocok digunakan di dalam koperasi yang memiliki frekuensi transaksi yang tidak terlalu
tinggi tetapi nilai transaksinya besar.
2. Metode Periodik (Fisik) adalah metode yang digunakan untuk mencatat hal-hal yang
berkaitan dengan persediaan barang dagangan di dalam koperasi konsumen, dimana
persediaan dicatat dan dihitung hanya pada awal dan akhir periode akuntansi saja untuk
menentukan harga pokok penjualannya.Metode ini paling banyak dipakai oleh koperasi
yang frekuensi transaksinya tinggi.
D. Kegiatan koperasi konsumen
Kegiatan koperasi konsumen adalah menjembatani antara produsen dan konsumen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Adapun kegiatan utama koperasi konsumen adalah membeli
barang secara bersama-sama yang disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya.Misalnya koperasi
yang mengelola minimarket atau toko serba ada. Tentunya koperasi jenis ini biasanya tidak
memproduksi barang sendiri. Oleh karena itu dalam aktivitasnya koperasi harus membeli barang-
barang yang akan di jual baik ke anggota maupun non anggota. Pembelian barang dapat
dilakukan melalui agen yang ditunjuk oleh produsen.
E. Kendala koperasi konsumen
1. Permodalan
Permodalan sangat penting dalam koperasi konsumen karena kegiatan koperasi ini membeli
barang kepada supplier.
2. Keuntungan sedikit
Keuntungan koperasi konsumen mungkin tidak seefisien koperasi produksi karena koperasi ini
membeli barang bukan memproduksi sendiri.
F. Keuntungan koperasi konsumen
Keunggulan koperasi konsumen adalah banyak diminati masyarakat karena koperasi konsumen
banyak menjual barang barang kebutuhan sehari hari yang biasanya diminati masyarakat. Selain
itu juga dapat:
1. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan mudah 2. Harga lebih murah atau
sama dengan harga pasar
2. Kualitas barang lebih terjamin
3. Sisa hasil usaha yang diperoleh dikembalikan kepada anggota
4. Ongkos-ongkos penjualan maupun ongkos pembelian dapat dihemat.
G. Siklus Akuntansi Koperasi
1. Transaksi
Koperasi “Maju Terus” adalah koperasi yang bergerak dalam penjualan barang-barang
kebutuhan sehari-hari masyarakat di suatu daerah pemukiman di wilayah kota Tasikmalaya.
Koperasi ini didirikan pada pertengahan Januari 2010 dan memiliki 500 anggota.Koperasi ini
menyewa sebuah bangunan ruko 2 lantai sebesar Rp 36.000.000,- untuk jangka waktu 2 tahun,
sebagai tempat usaha. Lantai 1 digunakan sebagai toko dan lantai 2 sebagai kantor koperasi.
Koperasi ini menjual produknya baik kepada anggota maupun nonanggota. Pada awal Maret
2010, koperasi ini mulai beroperasi dan staf akuntansi menyajikan neraca berikut:

Kas

Sewa Kantor Dibayar Dimuka 36.000.000

Perlengkapan Kantor

3.000.000

Simpanan Pokok

Peralatan Kantor

40.000.000

Simpanan Wajib

Total Aktiva

300.000.000

Total Kewajiban
Selama bulan Maret 2010, transaksi-transaksi yang terjadi sebagai berikut:

5/3/2010 Koperasi Maju Terus membeli barang dagangan berbagai jenis barang kebutuhan
sehari-hari senilai Rp 140.000.000, Rp 85.000.000 dibayar tunaii dan sisanya akan dibayar dalam
waktu 2 bulan

10/3/2010 Koperasi menjual barang dagangan berbagai jenis kebutuhan sehari- hari kepada
anggota senilai Rp 96.000.000. Dari total penjualan tersebut Rp 41.000.000 dibayar tunai dan
sisanya belum dibayar pembeli. Koperasi menetapkan harga pokok penjualan sebesar 85% dari
harga jual.

12/3/2010 Koperasi membeli barang dagangan senilai Rp 32.000.000,- secara tunai.

15/3/2010 Koperasi membayar sebagian utang usaha sebesar Rp 15.000.000,--

20/3/2010 Koperasi menjual barang dagangan kepada masyarakat umum non anggota senilai Rp
72.000.000 secara tunai. Koperasi menetapkan harga pokok penjualan sebesar 85% dari harga
jual.

29/3/2010 Koperasi membayar beban listrik, air PAM, dan telepon sebesar Rp 1.300.000,- secara
tunai.

30/3/2010 Koperasi membayar gaji pegawai sebesar Rp 2.400.000 dan gaji pengurus sebesar Rp
2.000.000 secara tunai.
2. Jurnal
Pencatatan Dengan Metode Perpetual Jika dicatat dengan metode perpetual, koperasi diwajibkan
memiliki kartu stok/kartu persediaan untuk mencatat arus keluar masuknya barang dagangan.
Setiap jenis produk harus memiliki satu kartu stok/kartu persediaan. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk mencatat arus keluar masuknya persediaan barang dagangan, antara lain
FIFO, LIFO, dan Rata-rata (Average). Kartu persediaan berguna untuk melihat dan
mengendalikan arus keluar masuknya barang serta menghitung harga pokok penjualan barang
dari suatu transaksi tertentu atau secara keseluruhan. (Mengenai metode pencatatan dan
pembuatan kartu stok/kartu persediaan akan dibahas secara khusus)
Piutang adalah tuntutan atau tagihan kepada pihak lain atas uang, barang dan jasa. Piutang dapat
terjadi karena adanya:

• Operasi normal perusahaan, yaitu dari penjualan barang atau jasa secara kredit.
• Penjualan aktiva tetap, penjualan modal saham. Dan lain-lain transaksi diluar dari transaksi
usaha.
Piutang dapat dibagi menjadi piutang usaha, karena berasal dari penjualan barang dan jasa secara
kredit, dan piutang lain-lain yang berasal dari selain penjualan kredit, misalnya piutang kepada
karyawan, persekot biaya dan pitang kepada perusahaan afiliasi. Piutang dapat juga dibagi antara
piutang yang tidak diperkuat dengan promes, yaitu piutang usaha, dan piutang yang diperkuat
dengan promes (pernyataan tertulis akan melunasi pada tanggal tertentu), yaitu piutang wesel.

Piutang Biasa
Piutang biasa adalah piutang yang tidak disertai dengan kesanggupan atau janji formal secara
tertulis. Piutang biasa terdiri dari beberapa kelompok, yaitu:
a) Piutang kepada langganan yaitu piutang yang berasal dari penjualan barang dan
jasa secara kredit. Dalam penjualan barang ada tiga waktu yang penting, yaitu:
-Penerimaan uang.
-Pembuatan faktur.
-Penyerahan barang.
Dalam pelaksanaanya, piutang diakui pada saat penyerahan barang, adapun syarat penjualan dari
penyerahan barang, yaitu:
3. Free On Board Shipping Point (FOB-Shipping point).
Jika FOB-Shipping Point dikaitkan dengan piutang: FOB-Shipping Point dalam syarat ini
piutang diakui ketika barang sudah berpindah dari tangan penjual kepada tangan pembeli ketika
barang sudah keluar dari gudang penjual.
Jika FOB-Shipping Point dikaitkan dengan beban transportasi : Setelah barang dagangan
dimasukkan dalam transportasi (kapal, mobil,dll) untuk dikirim ke alamat si pembeli, maka
pihak pembelilah yang bertanggung jawab atas pembayaran akhir dari beban transportasi.
4. Free On Board Destination (FOB-Destination).
Jika FOB-Destination dikaitkan dengan piutang:

FOB-Shipping Point dalam syarat ini piutang diakui ketika barang sampai di gudang pembeli.
Barang berpindah dari tangan penjual kepada tangan pembeli pada waktu barang sudah sampai
di gudang pembeli.
Apabila FOB-Destination dikaitkan dengan beban transportasi: Dalam syarat ini pihak penjual
tidak membebankan beban angkut kepada pembeli saat mengirimkan barang-barang ketempat
tujuan, sehingga pihak penjualah yang memikul semua beban angkut.

b) Piutang Lain-Lain (selain dari aktivitas utama usaha) → tagihan kepada pihak lain
yang terjadi selain dari aktivitas utama usaha, sehingga harus dilaporkan secara
terpisah dari piutang-piutang yang lain. Contoh piutang lain-lain:

Uang muka pada karyawan.

■ Piutang pesanan untuk pembelian saham.

Piutang deviden.

Piutang bunga dan sebagainya.

c) Piutang penghasilan yaitu pendapatan yang masih akan diterima, maksudnya


pendapatan yang masih terjadi namun sampai akhir periode pendapatan tersebut
belum diterima.

Piutang Wasel

Dalam piutang wasel biasanya disertai dengan kesanggupan atau janji formal secara tertulis,
untuk membayarnya pada tanggal jatuh tempo.

Biaya Kerugian Piutang Usaha


Piutang usaha yang disebabkan dari transaksi penjualan kredit tanpa adanya perjanjian tertulis
secara khusus, maka penerimaan pelunasannya agak kurang terjamin. Jika suatu saat ada piutang
yang sudah tidak dapat diharapkan lagi pelunasannya, maka piutang tersebut perlu dihapuskan.
Piutang yang dihapuskan ini sifatnya merugikan perusahaan dan kerugian ini dianggap sebagai
beban usaha perusahaan.

Pencatatan Kerugian Piutang

Terdapat dua metode yang digunakan untuk mencatat adanya kerugian piutang, yaitu:

1) Metode Langsung (Direct Write-Off Method).

Pada metode ini, kerugian piutang tak tertagih, akan diakui sebagai beban setelah piutang itu
benar-benar tidak tertagih dan dihapuskan dalam perkiran piutang usaha. Pada saat piutang itu
dihapuskan, perkiraan “Piutang Usaha” di kredit dan yang di debet perkiraan “Kerugian
Piutang”. Contoh jurnalnya sebagai berikut:

2) Metode Cadangan (Allowance Method).

Pada metode ini, setiap akhir periode akuntansi perlu diadakan penaksiran besarnya kerugian
piutang yang mungkin akan terjadi. Dalam metode ini akun rekening kerugian piutang akan
didebit pada saat akhir periode akuntansi sedangkan akun rekening lawannya adalah dengan
membentuk rekening “Cadangan Kerugian Piutang (CKP)”. Namun ketika suatu saat piutang
usaha benar-benar dinyatakan tidak dapat ditagih, maka rekening Cadangan Kerugian Piutang
akan didebit dan rekening Piutang Usaha akan dikredit sebesar jumlah piutang yang dihapuskan.

Perolehan Kembali Piutang Yang Telah Dihapuskan Hal ini bisa terjadi ketika piutang yang telah
dihapuskan diterima kembali pelunasannya, adapun kemungkinan yang terjadi yakni:

1. Perolehan kembali piutang “terjadi pada tahun yang sama” dari penghapusan piutang. 2.
Perolehan kembali “terjadi pada tahun yang berbeda atau tahun berikutnya” dari
penghapusan piutang.
Contohnya:

Pada tanggal 1 Oktober 2021, piutang PT. Cahya sebesar Rp. 10.000.000,- dihapuskan karena
pailit dan sudah tidak dapat ditagih lagi. Maka jurnal penghapusan piutangnya sebagai berikut:

Setelah dihapuskan, ternyata PT. Cahnya menyatakan sanggup untuk membayar dan langsung
membayar piutangnya pada tanggal 20 Oktober 2021, maka akan di-jurnal:

1) Kesanggupan pembayaran tanggal 20 Oktober 2021


2) Kesanggupan dan pembayaran tanggal 20 Oktober 2021:

Penaksiran Kerugian Piutang

Terdapat 2 pendekatan yang digunakan dalam menaksir kerugian piutang, yaitu:

1) Pendekatan Laba Rugi

Menurut pendekatan ini “Jumlah Kerugian Piutang dapat ditentukan sekian persen dari hasil
penjualan bersih”. Sedangkan hasil penjualan bersih yang dimaksud adalah total penjualan bersih
atau dari penjualan kredit bersih. Mengingat bahwa timbulnya piutang usaha adalah berasal dari
penjualan kredit, maka taksiran kerugian piutang kiranya lebih tepat ditaksir melalui hasil
penjualan kredit bersih dari pada total penjualan bersih. Jadi, dalam hal ini penekanannya adalah
jumlah kerugian piutang dan bukan cadangannya.

2) Pendekatan Neraca (Balance Sheet Approach)

Berdasarkan pendekatan neraca, jumlah cadangan kerugian piutang atau yang disingkat CKP
ditentukan berdasarkan saldo piutang usaha. Saldo piutang usaha bisa berasal dari saldo piutang
awal, saldo akhir periode maupun dari saldo piutang usaha rata-rata (saldo awal ditambah saldo
akhir periode dibagi 2). Metode ini ditekankan pada jumlah cadangannya dan bukan
kerugiannya. Dalam pendekatan ini juga dikenal istilah yaitu “metode analisis umur piutang”,
maksudnya adalah debitur dikelompokkan kedalam masing-masing umur dari piutang tersebut.
Misalnya debitur dikelompokkan kedalam kelompok yang belum jatuh tempo dan kelompok
yang belum menunggak. Bagi piutang debitur yang telah jatuh tempo, semakin lama jaraknya
dengan saat jatuh temponya maka semakin besar pula kemungkinan tidak tertagihnya. Dengan
demikian dalam menaksir besarnya kerugian piutang, masing- masing kelompok umur piutang
ditentukan besarnya prosentase kerugian. Untuk menaksir tingkat kerugian piutangnya, maka
diperlukan data debitur untuk meng- analisisnya, daftar debitur memuat data sebagai berikut:

1) Daftar nama debitur

2) Jumlah saldo piutang masing-masing debitur

3) Tanggal jatuh tempo masing-masing debitur

4) Daftar penggolongan umur piutang baik belum jatuh tempo maupun yang telah lewat
jatuh temponya.

5) Prosentase kerugian piutang berdasarkan pengalaman-pengalaman tahun lalu.

Langkah-langkah yang digunakan dalam menaksir kerugian piutang berdasarkan metode analisis
umur piutang:

a) Membuat suatu tabel analisis umur piutang (aging schedule).


b) Menghitung besarnya taksiran kerugian piutang.
c) Membuat jurnal penyesuaian pada akhir periode.

Sehingga dalam metode analisis umur piutang dapat di asumsikan bahwa:


“Semakin lama umur piutang dari saat jatuh temponya, maka semakin besar juga tingkat
prosentse kerugian piutangnya. Logikanya adalah prosentase kerugian piutang untuk debitur
yang menunggak akan lebih besar dibanding dengan yang belum menunggak”.

Anda mungkin juga menyukai