Anda di halaman 1dari 79

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengertian laporan keuangan koperasi adalah laporan pertanggungjawaban pengurus atau


menejemen tentang koperasi. Selain itu, laporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari
system pelaporan keuangan koperasi. Pemakai utama dari laporan keuangan koperasi adalah para
anggota koperasi beserta pengurus atau manajemen koperasi. Pemakai lainnya adalah calon
anggota koperasi, bank, kreditor, dan kantor pajak. Modal koperasi ini bisa berasal dari modal
sendiri maupun pinjaman anggota ataupun lembaga. Maupun surat-surat hutang. Modal terdiri
dari 2 yaitu modal jangka panjang (Fasilitas Fisik) dan modal jangka pendek (Kegiatan
Operasional).

Sedangkan SHU koperasi yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besamya
partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapan koperasi. Dalam
pengertian ini, juga di jelaskan bahwa ada hubungan linear antara transaksi usaha anggota dan
koperasinya dalam perolehan SHU. Artinya, semakin besar transaksi (usahadan modal) anggota
dengan koperasinya, maka semakin besar SHU yang akan diterima. Hal ini berbeda dengan
perusahaan swasta, dimana dividen yang diperoleh pemilik saham adalah proporsional, sesuai
dengan besarnya modal yang dimiliki. Hal ini merupakan salah satu pembeda koperasi dengan
badan usaha lainnya. Berdasarkan Berdasarkan hal di atas, maka kami memutuskan menyusun
sebuah makalah yang kami beri judul “Laporan Keuangan Koperasi”

1. Apa yang dimaksud pelaporan keuangan koperasi itu?


2. Apa saja bentuk bentuk dari pelaporan keuangan koperasi ?
3. Siapa saja dan apa tujuan dari laporan keuangan koperasi?
4. Bagaimana karakteristik laporan keuangan koperasi ?
5. Bagaimana perlakuan khusus Akuntansi Laporan Koperasi ?
6. Bagaimana Pengukuran Unsur Akuntansi Koperasi ?
7. Apa saja jenis jenis akuntansi koperasi ?
8. Bagaimana Cara Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi ?
9. Apa Contoh dari Laporan Keuangan Koperasi ?
1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah:

1. Untuk Mengetahui mengenai Pelaporan Akuntansi Koperasi


2. Untuk Mengetahui apa saja bentuk-bentuk laporan keuangan koperasi
3. Untuk Mengetahui Siapa dan Apa Tujuan dari Laporan Keuangan Koperasi
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Laporan Keuangan Koperasi
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Perlakuan Khusus Akuntansi Laporan Keuangan Koperasi
6. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengukuran Unsur Akuntansi Koperasi
7. Untuk Mengetahui Jenis Akuntansi Koperasi
8. Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Penyusunan Laporan Keuangan Koperasi
9. Untuk Mengetahui Contoh dari Laporan Keuangan Koperasi

BAB II

PEMBAHASAN

PELAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Pelaporan Keuangan Koperasi

Pengertian laporan keuangan koperasi adalah laporan pertanggungjawaban pengurus atau


menejemen tentang koperasi. Selain itu, laporan keuangan koperasi juga merupakan bagian dari
system pelaporan keuangan koperasi. Laporan keuangan menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerjaserta perubahan posisi keuangan. Laporan keuangan juga
menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen, atau pertanggungjawaban manajemen atas
sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Laporan keuangan koperasi juga dibuat sesuai
standar PSAK yang akan membuat informasi yang disajikan menjadi lebih mudah dipahami,
mempunyai relevansi,keandalan dengan daya banding yang tinggi. Pelaporan Keuangan
Koperasi Setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat satu bulan sebelum
diselengggarakan rapat anggota tahunan, Pengurus menyusun laporan keuangan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya :

1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru lampau dan
perhitungan hasil usaha dari tahun yang bersangkutan serta penjelasan atas dokumen
tersebut.
2. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.Laporan keuangan
tersebut harus ditandatangani oleh semua anggota pengurus. Apabila salah seorang
pengurus tidak menandatangani laporan tahunan tersebut,anggota yang bersangkutan
harus menjelaskan alasannya secara tertulis. Persetujuan terhadap laporan tahunan
termasuk pengesahan perhitungan tahunan merupakan penerimaan pertanggung jawaban
pengurus oleh rapat anggota.
2.2 BENTUK-BENTUK LAPORAN KOPERASI

Bentuk-bentuk Laporan Koperasi

Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pasal 35. Disebutkan bahwa
setelah tahun buku Koperasi ditutup, paling lambat 1 (satu) bulan sebelum diselenggarakan rapat
anggota tahunan. Bentuk dan format laporan keuangan koperasi telah diatur oleh Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 27 tentang
Akuntansi Perkoperasian (Revisi 1998), sebagai berikut:

1. Neraca
2. Perhitungan Hasil Usaha
3. Laporan Arus Kas
4. Laporan Promosi Ekonomi Anggota
5. Catatan atas Laporan Keuangan

Penjelasan :

1. Neraca

Neraca adalah ringkasan laporan keuangan yang artinya laporan keuangan disusun secara garis
besarnya dan tidak mendetail. Kemudian, neraca juga menunjukkan posisi keuangan baik berupa
aktiva (harta), kewajiban (hutang), dan modal perusahaan (ekuitas) pada periode tertentu.
Di dalam neraca disajikan berbagai informasi yang berkaitan dengan komponen yang ada pada
neraca. Secara lengkap, informasi yang disajikan dalam neraca meliputi :

• Jenis-jenis aktiva atau harta yang dimiliki

• Jumlah rupiah masing-masing jenis aktiva

• Jenis-jenis kewajiban atau hutang

• Jenis rupiah masing-masing jenis kewajiban atau utang

• Jenis-jenis modal

• Jenis rupiah masing-masing jenis modal

2. Modal

Berhasil tidaknya suatu koperasi sangat tergantung pada pengelolaan keuangannya. Pengelolaan
keuangan mencakup sumber pendanaan dan penggunaan modal koperasi dan banyak koperasi
gagal dan pengurusnya mengeluh semata-mata karena kekurangan modal. Sumber pendanaan
koperasi dikelompokkan menjadi tiga yaitu :

1) Modal sendiri, yaitu modal yang dikumpulkan langsung dari anggota koperasi
yang terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan sukarela, dana
cadangan dan hibah.
2) Modal dari pinjaman. Pinjaman berasal dari anggota, perorangan bukan anggota,
koperasi lain, dan pinjaman dari bank.
3) Penyertaan/Penanaman Modal.

Sedangkan penggunaan modal koperasi umumnya dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Modal untuk organisasi.


2. Modal untuk alat perlengkapan.
3. Modal kerja atau modal lancar.
4. Modal untuk uang muka kegiatan.

Modal Sendiri, terdiri dari :

Simpanan pokok adalah :


a. Simpanan yang harus dipenuhi oleh setiap orang pada waktu mulai
menjadi anggota suatu koperasi.
b. Besarnya tetap dan sama untuk setiap calon anggota.
c. Dapat diminta kembali sesudah keluar dari keanggotaan, dan kalau perlu
dikurangi karena kerugian-kerugian yang diderita koperasi.
d. Digunakan untuk modal pokok. Hal ini menanggung risiko rugi dan
untung sesuai dengan kehidupan koperasi

b) Simpanan wajib adalah :

a. Simpanan yang diwajibkan kepada anggota untuk membayar pada waktu tertentu,
misalnya sebulan sekali atau setiap kali memasukkan hasil bumi ke koperasi.
b. Dapat diminta kembali dengan cara yang ditentukan koperasi, misalnya sesudah
jangka waktu tertentu atau sekian persen dari jumlah total sewaktu-waktu. Hal ini
diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

c) Simpanan sukarela adalah :

a. Simpanan yang besarnya dan waktunya tidak tertentu, tergantung kerelaan


anggota atau perjanjian antara anggota dengan koperasi.
b. Dapat berupa simpanan giro (dapat diambil sewaktu-waktu), simpanan deposito
(diambil dalam waktu tertentu menurut perjanjian dan diberi bunga), dan
simpanan khusus untuk maksud tertentu misalnya untuk lebaran.

d) Dana cadangan adalah sejumlah uang yang diperoleh dari penyisihan sisa hasil usaha, yang
dimaksudkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi.

PENGGUNA DAN TUJUAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

A. PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Pengguna utama (main users) dari laporan keuangan koperasi adalah :

• Para anggota Koperasi

• Pejabat Koperasi

• Calon Anggota Koperasi


• Bank

• Kreditur, dan

• Kantor Pajak

Adapun tujuan atau kepentingan pemakai terhadap laporan keuangan koperasi, adalah:

• Menilai pertanggungjawaban pengurus,

• Menilai prestasi pengurus,

• Menilai manfaat yang diberikan Koperasi terhadap anggotanya

• Menilai kondisi keuangan Koperasi (rentabilitas, likuiditas, dan solvabilitas)

• Sebagai bahan pertimbangan untuk menemukan jumlah sumber-sumber daya dan jasa yang
akan diberikan kepada Koperasi

B. TUJUAN PELAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Tujuan Laporan Keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna bagi pemakai
utama dan pemakai lainnya.

Beberapa hal yang dapat diinformasikan oleh Laporan Keuangan:

• Manfaat yang diperoleh setelah menjadi anggota Koperasi Prestasi keuangan Koperasi selama
satu periode.

• Transaksi, kejadian, dan keadaan yang mengubah sumber daya ekonomis, kewajiban, dan
kekayaan bersih dalam satu periode.

• Informasi penting lainnya yang mungkin mempengaruhi likuiditas dan solvabilitas.

Informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan :

• Sumber daya ekonomis yang dimiliki Koperasi.

• Kewajiban yang harus dipenuhi oleh Koperasi.

• Kekayaan bersih yang dimiliki oleh anggota dan Koperasi sendiri.


• Transaksi, kejadian, dan keadaan yang terjadi dalam suatu periode yang mengubah sumber
daya ekonomis, kewajiban, dan kekayaan bersih Koperasi

• Sumber dan pengguna dana serta informasi-informasi lain yang mungkin mempengaruhi
likuiditas dan solvabilitas Koperasi

2.3 KARAKTERISTIK LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Mengingat pemakai laporan keuangan koperasi adalah anggota koperasi, pengurus, pengawas
serta stakeholder lain (pemerintah, kreditur dan pihak lain yang berkepentingan) maka laporan
keuangan harus memenuhi ketentuan dalam penyajian kualitatif laporan keuangan, antara lain:

1. Karakteristik yang bersifat spesifik dari laporan keuangan koperasi diantaranya adalah:
a. Laporan keuangan merupakan bagian dari laporan pertanggungjawaban pengurus
selama satu periode akuntansi, yang dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai
hasil kerja pengelolaan koperasi:
b. Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari sistem pelaporan koperasi
yang ditujukan untuk pihak internal maupun eksternal koperasi.
c. Laporan keuangan koperasi harus berdayaguna bagi para anggotanya, sehingga
pihak anggota dapat menilai manfaat ekonomi yang diberikan koperasi dan
berguna juga untuk mengetahui:

• Prestasi unit kegiatan koperasi yang secara khusus bertugas memberikan pelayanan kepada para
anggotanya selama satu periode akuntansi tertentu;

• Prestasi unit kegiatan koperasi yang secara khusus ditujukan untuk tujuan bisnis dengan non
anggota selama satu periode akuntansi tertentu;

• Informasi penting lainnya yang mempengaruhi keadaan keuangan koperasi jangka pendek dan
jangka panjang.

Laporan Keuangan Koperasi mempunyai karakteristik tersendiri,sebagai berikut:


a) Laporan Keuangan merupakan bagian dari pertanggung jawaban
pengurus kepada para anggotanya di dalam Rapat Anggota
Tahunan (RAT).
b) Laporan keuangan biasanya meliputi neraca/laporan posisi
keuangan, laporan Sisa Hasil Usaha, dan laporan arus kas yang
penyajiannya dilakukan secara komparatif.
c) Laporan Keuangan yang disampaikan pada RAT harus
ditandatangani oleh semua anggota pengurus Koperasi (UU
No.25/1992, pasal 36, ayat 1)
d) Laporan Rugi-Laba menyajikan hasil akhir yang disebut Sisa Hasil
Usaha (SHU).
e) SHU yang berasal dari transaksi anggota maupun non anggota
didistribusikan sesuai dengan komponen-komponen pembagian
SHU yang telah diatur dalam AD atau ART Koperasi.
f) Laporan keuangan Koperasi bukan merupakan laporan keuangan
konsolidasi dari Koperasi-Koperasi.
g) Posisi keuangan Koperasi tercermin pada neraca, sedangkan Sisa
Hasil Usaha tercermin pada perhitungan hasil usaha
h) Laporan Keuangan yang diterbitkan oleh Koperasi dapat
menyajikan hak dan kewajiban anggota beserta hasil usaha dari
dan untuk anggota.
i) Alokasi pendapatan dan beban pada perhitungan hasil usaha
kepada anggota dan bukan anggota.
j) Modal Koperasi dibukukan terdiri dari:

• Simpanan-simpanan

• Pinjaman-pinjaman

• Penyisihan dari hasil usahanya termasuk cadangan serta sumber-sumber lainnya

k) Pendapatan Koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku


dikurangi dengan penyusutan-penyusutan dan beban-beban dari
tahun buku yang bersangkutan disebut Sisa Hasil Usaha
I) Keanggotaan atau kepemilikan pada Koperasi tidak
dapat dipindahkan dengan dalih apapun

PERLAKUAN KHUSUS AKUNTANSI KOPERASI

Perlakuan Khusus Akuntansi Koperasi

Tujuan laporan keuangan koperasi adalah menyediakan informasi mengenai posisi keuangan,
kinerja dan informasi yang bermanfaat bagi pengelola, anggota koperasi dan pengguna lainnya
dalam pengambilan keputusan.

Penyajian informasi laporan keuangan koperasi harus memperhatikan ketentuan SAK ETAP
yang merupakan informasi kualitatif antara lain:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk
dipahami oleh pengguna:

b. Relevan

Informasi keuangan harus relevan dengan kebutuhan pengguna untuk proses pengambilan
keputusan dan membantu dalam melakukan evaluasi;

c. Materialitas

Informasi yang disampaikan dalam jumlah yang cukup material. Pos-pos yang jumlahnya
material disajikan tersendiri dalam laporan keuangan. Sedangkan yang jumlahnya tidak material
dapat digabungkan sepanjang memiliki sifat atau fungsi yang sejenis. Informasi dianggap
material jika kelalaian untuk mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement) mempengaruhi keputusan yang diambil;

d. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan material dan bias (jika dimaksudkan
untuk mempengaruhi pembuatan suatu keputusan atau kebijakan untuk tujuan mencapai suatu
hasil tertentu;

e. Substansi mengungguli bentuk

Transaksi dan peristiwa dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi;

f. Pertimbangan Sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan pertimbangan yang
diperlukan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih
tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.

Penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan asset atau penghasilan


lebih rendah atau pencatatan kewajiban atau beban yang lebih tinggi;

g. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan mengakibatkan informasi
menjadi tidak benar atau menyesatkan, karena itu tidak dapat diandalkan dan kurang mencukupi
jika ditinjau dari segi relevansi;

h. Dapat Dibandingkan

Pengguna harus dapat membandingkan laporan keuangan koperasi antar periode untuk
mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat
membandingkan laporan keuangan antar koperasi atau koperasi dengan badan usaha lain, untuk
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif;

i. Tepat Waktu

Informasi dalam laporan keuangan harus dapat mempengaruhi keputusan ekonomi para
penggunanya. Tepat waktu meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka waktu
pengambilan keputusan;
j. Keseimbangan antara Biaya dan Manfaat

Evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Dalam evaluasi
manfaat dan biaya, entitas harus memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat
yang dinikmati oleh pengguna eksternal.

2.4 PENGUKURAN UNSUR-UNSUR LAPORAN KEUANGAN

Pengukuran Unsur-Unsur Laporan Keuangan

Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang yang digunakan entitas untuk mengukur aset,
kewajiban, penghasilan dan beban dalam laporan keuangan. Proses ini termasuk pemilihan dasar
pengukuran tertentu.

A. Dasar pengukuran yang umum adalah biaya historis dan nilai wajar:

1. Biaya historis. Aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari
pembayaran yang diberikan untuk memperoleh aset pada saat perolehan. Kewajiban dicatat
sebesar kas atau setara kas yang diterima atau sebesar nilai wajar dari aset non kas yang diterima
sebagai penukar dari kewajiban pada saat terjadinya kewajiban. Pada saat pengakuan awal, aset
tetap harus diukur sebesar biaya perolehan.

2. Nilai wajar adalah jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset, atau untuk
menyelesaikan suatu kewajiban, antara pihak-pihak yang berkeinginan dan memiliki
pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar.

B. Dasar Akrual

Entitas harus menyusun laporan keuangan, dengan menggunakan dasar akrual. Kecuali laporan
arus kas. Dalam dasar akrual, pos-pos diakui sebagai aset, kewajiban, ekuitas, penghasilan, dan
beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk
pos-pos tersebut.
2.5 AKUNTANSI KOPERASI
A. Jenis Transaksi Pada Koperasi.
1. Transaksi antara koperasi dengan anggotanya terdiri dari:

a). Transaksi setoran, dapat berbentuk:

• Setoran modal yang menentukan kepemilikan (simpanan pokok, simpanan wajib):

• Setoran lain yang tidak menentukan kepemilikan (misalnya: simpanan sukarela, tabungan,
simpanan berjangka dan simpanan lainnya)

b). Transaksi pelayanan, dapat berbentuk:

• Pelayanan dalam bentuk kegiatan penyaluran dan pengadaan barang/jasa untuk memenuhi
kebutuhan anggota;

• Menyediakan dan menyalurkan kebutuhan input bagi kegiatan proses produksi usaha anggota;

• Pelayanan penyaluran barang/jasa yang dihasilkan anggota untuk dipasarkan;

• Pengelolaan kegiatan simpan pinjam anggota.

2. Transaksi antara koperasi dengan non anggota, dapat berbentuk:

a) Penjualan barang/jasa kepada non anggota atau masyarakat umum/perusahaan;

b) Pembelian barang/jasa dari non anggota.

3. Transaksi khusus pada koperasi, dapat berbentuk:

a) Penerimaan dan pengembalian modal penyertaan untuk kegiatan usaha/proyek dari anggota
atau pihak lain.

b). Penerimaan modal sumbangan (hibah/donasi) dari anggota atau pihak lain;

c.) Pengalokasian “beban perkoperasian”:

d). Pembentukan cadangan.

B. Pengakuan dan Pengukuran (Perlakuan), Penyajian dan Pengungkapan.


Dalam penerapan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan dilakukan proses pengakuan dan
pengukuran (perlakuan), penyajian dan pengungkapan dari setiap transaksi dan perkiraan atas
kejadian akuntansi pada koperasi, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengakuan merupakan proses pembentukan suatu pos/akun dalam neraca atau


laporan perhitungan hasil usaha (PHU) yang mempunyai nilai atau biaya yang
dapat diukur, dimana manfaat ekonomi yang berkaitan dengan perkiraan tersebut,
akan mengalir dari atau ke dalam koperasi:
2. Pengukuran merupakan proses penetapan jumlah uang yang digunakan oleh
koperasi untuk mengukur nilai aset, kewajiban, pendapatan dan beban dalam
laporan keuangan;
3. Penyajian merupakan proses penempatan pos/akun (perkiraan) dalam laporan
keuangan secara tepat dan wajar;
4. Pengungkapan adalah pemberian informasi tambahan yang dibutuhkan untuk
menjelaskan unsur-unsur pos/akun (perkiraan) kepada pihak yang berkepentingan
sebagai catatan dalam laporan keuangan koperasi.
5. Tujuan dari pernyataan tersebut diatas adalah agar penerapan akuntansi dapat
dilakukan oleh koperasi secara terukur, tepat, wajar dan konsisten, sehingga
laporan keuangan yang disajikan benar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.8 PROSES PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Setelah tahun buku berakhir, pengurus koperasi wajib menyusun laporan keuangan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya:

1. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha


serta penjelasan atas dokumen tersebut.
2. Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.
Neraca, perhitungan hasil usaha serta penjelasannya merupakan laporan
pokok keuangan koperasi. Laporan keuangan koperasi tidak jauh
berbeda dengan laporan keuangan untuk perusahaan lain. Perbedaan
utama terletak pada penyajian modal dan perhitungan laba rugi. Proses
penyusunan laporan keuangan koperasi dimulai dari proses akuntansi
berupa :
1. Pencatatan.
2. Penggolongan.
3. Peringkasan.
4. Pelaporan.
5. Analisis data keuangan.

2.9 CONTOH LAPORAN KEUANGAN KOPERASI

Judul Laporan Keuangan

Setiap laporan keuangan memiliki judul yang memberikan tiga macam data. Yakni :Nama
Perusahaan (Contoh : Koperasi Mekar Wangi). Nama Laporan Keuangan (PHU, Neraca,
Kekayaan Bersih, dll).Tanggal atau periode waktu laporan (31 Januari 20xx untuk Neraca, bulan
yang berakhir 31 Januari 20xx untuk perhitungan SHU dan kekayaan bersih).

Contoh: Perhitungan SHU

KOPERASI MEKAR SARI PERHITUNGAN SISA HASIL USAHA (SHU) Bulan yang
berakhir 31 Januari 20xx Pendapatan Pendapatan Usaha Rp Dikurangi : Beban Beban Legalitas
Rp Beban Transportasi Rp Beban Listrik Rp Total Beban Rp Rp Sisa Hasil Usaha (SHU) Rp

Contoh: Laporan Kekayaan Bersih

KOPERASI MEKAR SARI LAPORAN KEKAYAAN BERSIH Bulan yang berakhir 31 Januari
20xx Modal Awal Koperasi Rp ditambah SHU Rp Rp Kekayaan Bersih Koperasi Rp

Contoh: Neraca

KOPERASI MEKAR SARI LAPORAN KEKAYAAN BERSIH Bulan yang berakhir 31 Januari
20xx AKTIVA PASIVA Hutang Kas Rp Hutang Usaha Rp Peralatan Rp Simpanan Sukarela Rp
Total Hutang Rp Kekayaan Koperasi /Modal Simpanan Pokok Rp Simpanan Wajib Rp SHU Rp
Total Equity Rp Total Aktiva Rp Total Pasiva Rp

Contoh Laporan Arus Kas

KOPERASI MEKAR SARI LAPORAN ARUS KAS Bulan yang berakhir 31 Januari 20xx Arus
Kas dari Aktivitas Operasi Penerimaan : Pendapatan Usaha Rp Pembayaran: Beban Legalitas Rp
() Beban Transportasi Rp ( ) Beban Listrik Rp () Rp () Arus Kas Bersih Masuk dari Aktivitas
Operasi Rp Arus Kas dari Aktivitas Investasi – Arus Kas Bersih Keluar dari Aktivitas Investasi –
Arus Kas dari Aktivitas Pembiayaan Modal Awal Koperasi Rp Simpanan Sukarela Rp Rp
Pembayaran Hutang Rp () Arus Kas Bersih Masuk dari Pembiayaan Rp Saldo Kas Bersih Per 31
Januari 20xx Rp

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Koperasi adalah bentuk organisasi yang tujuan utamanya bukan mencari keuntungan tetapi
mencari kesejahteraan anggota, awalnya koperasi didirikan karena penderitaan dalam lapangan
ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh sistem kapitalisme yang semakin memuncak. Dalam
suatu susunan pembentukan atau pendirian koperasi, terlebih dahulu harus memenuhi prosedur
pendirian koperasi seperti syarat-syarat dan juga anggaran dasar yang diperlukan dalam suatu
pembentukan koperasi. Disamping itu tidak mengesampingkan pula dasar dalam pembentukan
koperasi sesuai dengan undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Bentuk dan format laporan keuangan koperasi telah diatur oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) nomor 27 tentang Akuntansi
Perkoperasian (Revisi 1998), sebagai berikut :Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus
Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, Catatan atas Laporan Keuangan.

Setelah tahun buku berakhir, pengurus koperasi wajib menyusun laporan keuangan tahunan yang
memuat sekurang-kurangnya:

Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca, perhitungan hasil usaha serta penjelasanvatas
dokumen tersebut; Keadaan dan usaha koperasi serta hasil usaha yang dapat dicapai.

Neraca, perhitungan hasil usaha serta penjelasannya merupakan laporan pokok keuangan
koperasi. Laporan keuangan koperasi tidak jauh berbeda dengan laporan keuangan untuk
perusahaan lain. Perbedaan utama terletak pada penyajian modal dan perhitungan laba rugi.
Proses penyusunan laporan keuangan koperasi dimulai dari proses akuntansi berupa pencatatan.
Penggolongan, peringkasan, pelaporan, analisisis data keuangan.
3.2 Saran

Demikian makalah yang dapat kami sajikan, kami menyadari bahwa makalah ini banyak sekali
kesalahan dan sangatjauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami
harapkan demi perbaikan selanjutnya. Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah ini
dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan nantinya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah diatas. Semoga
makalah ini dapat menambah khasanah pengetahuan bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Maskur, Pembukuan. Proyek Peningkatan Peran Usaha Swasta. Jakarta.

Azhari, Akuntansi Koperasi. Yayasan PENA. Banda Aceh

https://validdatasolusi.co.id/jenis-laporan-keuangan-dalam-koperasi/

http://penabulucooperative.org/laporan-keuangan-koperasi

http://kementeriankoperasi.com/prinsip-koperasi-dan-laporan-keuangan/

https://dianitashakura.wordpress.com/2014/11/23/bentuk-laporan-keuangan- dalam-koperasi/

http://ekonomi-sosiologi-geografi.blogspot.com/2015/11/pengertian-neraca-dan-komponen-
komponen.html?m=1

Pengertian Koperasi

PSAK No. 27, tahun 2009

• Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisir pemanfaatan dan pendayagunaan sumber
daya ekonomi para anggotanya atas dasar prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi
untuk meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat daerah kerja pada
umumnya.

Menurut UU No. 25 tahun 1992


Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
dengan melandaskan kegiatannya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan

Pokok Pikiran Pengertian Koperasi

• Koperasi adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang2 yg memiliki kemampuan
ekonomi terbatas, yg bertujuan utk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi
mereka.

• Bentuk kerja sama dalam koperasi bersifat sukarela Masing2 anggota koperasi memiliki hak
dan kewajiban yang sama

• Masing2 anggota koperasi berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya


usaha koperasi

• Risiko dan keuntungan usaha koperasi ditanggung dan dibagi secara adil

Karakteristik Koperasi

Berbeda dengan badan usaha komersial pada umumnya, koperasi memiliki karakteristik
tersendiri, yaitu:

• Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya satu kepentingan ekonomi
yang sama

• Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri untuk menolong
serta bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan, keadilan, persamaan, dan
demokrasi. Selain itu percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab
sosial, & kepedulian terhadap orang lain.

• Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur dan diawasi, serta dimanfaatkan sendiri oleh
anggota.

• Tugas Pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi anggotanya dalam
rangka menunjang kesejahteraan anggota

• Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya, maka kelebihan
tsb. Dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi.
Tujuan Koperasi di Indonesia

Menurut Pasal 3 UU No. 25 tahun 1992

1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya


2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat
3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional

Prinsip-prinsip Koperasi

Pasal 5 ayat 1 UU No. 25 tahun 1992

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka


2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil dan sebanding dengan besarnya jasa
masing-masing anggota
4. Pemberian balas jasa yang terbatas pada modal
5. Kemandirian

Jenis Koperasi

Koperasi Simpan Pinjam

• Yaitu koperasi yg bergerak di bidang pemupukan simpanan dana dari para anggotanya,untuk
kemudian dipinjamkan kembali kepada para anggota yg memerlukan bantuan dana.

• Kegiatan utama koperasi simpan pinjam adalah menyediakan jasa penyimpanan dan
peminjaman dana kepada anggota koperasi

Jenis Koperasi (lanjutan)

Koperasi Konsumen

• Yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari para konsumen akhir atau pemakai barang atau
jasa.

• Kegiatan utamanya melakukan pembelian bersama.


• Jenis barang atau jasa yang dilayani koperasi konsumen sangat tergantung pada latar belakang
kebutuhan anggota yang akan dipenuhi.

• Contoh: koperasi yang mengelola toserba, mini market, dsb.

Jenis Koperasi (lanjutan)

Koperasi Jasa

• Pada dasarnya termasuk dalam jenis koperasi produsen yang berhubungan dengan produk jasa

• Produk utama yang dihasilkan adalah menyediakan jasa

Ekuitas Koperasi (PSAK No. 27)

1. Modal Anggota
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan Wajib
2. Modal Sumbangan
3. Modal Penyertaan
4. Cadangan
5. Sisa Hasil Usaha (SHU)

Ekuitas Koperasi

⚫ Modal Anggota merupakan sumber pembelanjaan usaha yang berasal dari setoran para
anggota.

⚫ Simpanan Pokok adalah jumlah nilai uang yang sama banyaknya yang harus disetorkan oleh
setiap anggota pada saat masuk menjadi anggota. Tidak dapat diambil kembali selama orang tsb.
Masih menjadi anggota.

Lanjutan
Simpanan Wajib adalah jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota dalam
waktu dan kesempatan tertentu, seperti sebulan sekali. Dapat diambil kembali dengan cara yang
diatur lebih lanjut dalam anggaran dasar, anggaran rumah tangga dan keputusan rapat anggota.

Simpanan sukarela adalah jumlah tertentu yang diserahkan anggota dan bukan anggota kepada
koperasi atas kehendak sendiri. Dapat diambil setiap saat, karenanya tidak termasuk modal
anggota tetapi sebagai utang jangka pendek

Lanjutan

Modal Sumbangan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai dengan uang
yang diterima dari pihak lain yang bersifat hibah dan tidak mengikat. Modal sumbangan tidak
dapat dibagikan kepada anggota koperasi selama koperasi belum dibubarkan

⚫ Modal Penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yg dapat dinilai dengan uang yg
ditanamkan oleh pemodal untuk menambah & memperkuat struktur permodalan dlm
meningkatkan usaha koperasi.

Lanjutan

⚫ Cadangan adalah bagian dari sisa hasil usaha (SHU) yg disisihkan oleh koperasi untuk suatu
tujuan tertentu, sesuai dgn ketentuan anggaran dasar atau ketetapan rapat anggota. Biasanya
cadangan dibuat utk persiapan pengembangan usaha, investasi baru, atau antisipasi terhadap
kerugian usaha.

Sisa Hasil Usaha adalah selisih antara penghasilan yg diterima koperasi selama periode tertentu
dgn pengorbanan (beban) yg dikeluarkan utk memperoleh penghasilan tsb.

Perbedaan Antara Badan Usaha Koperasi dengan Badan Usaha Non Koperasi

Sifat Kelembagaan

• Merupakan badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yg berwatak sosial

• Merupakan kumpulan orang

Bukan kumpulan modal


Badan Usaha Non Koperasi

• Pada dasarnya murni bisnis

• Merupakan kumpulan modal

Tujuan Pendirian

• Tidak berorientasi pada laba tetapi memajukan kesejahteraan ekonomi anggota khususnya dan
masyarakat pada umumnya

• Ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945

Badan Usaha Non Koperasi

• Pada dasarnya berpotensi pada laba dengan cara memenuhi kebutuhan konsumen

• tidak ada kewajiban untuk turut membangun tatanan perekonomian nasional dlm rangka
mewujudkan masy. Yg maju, adil, makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945

Keanggotaan

• Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka anggota koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna
jasa koperasi (dual identity)

• Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam koperasi lingkup
usaha

• Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindahtangankan

Badan Usaha Non Koperasi

• Kepemilikan pada dasarnya tertutup, kecuali pemilik lama menyetujui untuk menerima pemilik
baru

• Pemilik pada dasarnya bukan perusahaannya konsumen

• Kepemilikan perusahaan tdk didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup
usaha perusahaan
• Status kepemilikan dapat dipindahtangankan dengan cara menjual bagian modalnya kepada
pihak lain

Kontribusi Permodalan

• Anggota koperasi mempunyai kewajiban yang sama untuk turut menyumbang dalam
permodalan koperasi

• Badan Usaha Non Koperasi

Jumlahnya tergantung dari kesepakatan dan kesediaan pemilik

Lapangan Usaha Koperasi

Lapangan usaha koperasi berkaitan langsung dengan kebutuhan ekonomi anggota.

Lapangan usaha perusahaan tidak berkaitan langsung dengan kebutuhan ekonomi pemilik

Pengelolaan

• Koperasi dikelola secara demokratis, dimana para anggotanya memiliki hak dan kewajiban
yang sama dalam pengelolaan koperasi

• Kekuasaan tertinggi ada pada Rapat Anggota

Pengelolaan biasanya dilaksanakan oleh manajer profesional yang diangkat dan diberhentikan
oleh pemilik

Kekuasaan tertinggi ada pada pemilik modal mayoritas

Sisa Hasil Usaha

• setelah dikurangi cadangan, dibagikan kepada anggota serta digunakan untuk keperluan
pendidikan perkoperasian dan keperluan lain koperasi, sesuai dengan keputusan Rapat Anggota
• Pembagian SHU kepada anggota dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota dengan pemberian balas jasa yang terhadap modal terbatas

Tidak ada keharusan untuk membentuk cadangan (kecuali jenis usaha tertentu seperti perbankan)
dan pembagian di luar kepentingan pemilik

Laba (profit) dibagikan kepada pemilik sesuai proporsi besarnya modal perusahaan yang
dimilikinya.

AK KOPERASI

BAB II PEMBAHASAN

Berdasarkan SA 200 laporan keuangan adalah suatu representasi terstruktur atas informasi
keuangan historris, termasuk atas catatn laporan keuangan yang terkait,yang dimaksudkan untuk
mengomunikasikan sumber daya ekonomi atau kewajiban entitas pada suatu tanggal pelaporan
keuangan laporan keuangan adalah salah satu indikator atas pengambilan keputusan. Untuk
mengetahui kondisi perusahaan, laporan keuangan peru diaudit. Laporan keuangan yang diaudit
akan memberikan informasi mengenal kewajaran penyajian laporan keuangan, apakah sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku atau tidak.

Pada SA 200 berisi tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain yang dirancang
untuk mendukung auditor dalam mempengaruhi keyakinan memadal.. suatu audit yang
melaksanakan berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan memungkinkan auditor
merumuskan opini.

Menurut SA 230 dokumentasi audit adalah dikumentasiprosedur yang telah diakukan, bukti audit
yang relevan yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik oleh auditor (istilah seperti “kertas
kerja” juga kadang digunakan).

Dokumen audit yang memenuhi ketentuan SA ini dan dokumentasi spesifik ain sebagaiamana
tercantum dalam SA lain yang relevan memberikan:

• Bukti sebagai dasar bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang pencapaian tujuan
keseluruhan auditor
• Bukti bahwa audit telah direncanakan dan dialakukan sesuai dengan SA dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku

Menurut SA 500 buktiaudit mencakup informasi yang terdapat dalam catatan akuntansi yang
mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya.

A. PENGERTIAN KAS DAN SETARA KAS

Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan
teratas dari asset. Yang termasuk dalam akun kas adalah sekuruh alat pembayaran yang dapat
digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo rekening giro d bank.
Menurut PSAK 2, setara kas adalah investasi yang sifatnya likuid, berjangka pendek, dan yang
dengan cepat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko perunahan nilai yang
signifikan.pada umumnya, hanya investasi dengan jatuh tempo asli tiga bulan atau kurang yang
memenuhi syarat sebagai setara kas. Depositonya yang jatuh temponya kurang atau sama dengan
tiga bulan dan tidak di perpanjang terus-menerus (rollover) dapat dikategorikan sebagai setara
kas.

B. SIFAT DAN CONTOH KAS DAN SETARA KAS

Kas merupakan asset lancar perusahaan yang sangat menarik dan sangat mudah diselewengkan.
Selain itu, banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas.
Karena itu, untuk memperkecil terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut
uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian intern (internal control) yang baik atas kas
dan setara kas.

Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam arti istilah kas sehari-hari yang dapat disamakan
dengan uang tunai yang dapat dijadikan sebagai alat pembayaran yang sah. Persediaan kas yang
cukup maka perusahaan akan beroperasi dengan lancar terutama dalam pengeluaran kas meliputi
pembelian barang dan jasa, membayar hutang, membiayai operasi serta kegiatan- kegiatan
lainnya.

Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai kas dan setara kas adalah:

1) Kas kecil (petty cash) dalam rupiah maupun mata uang asing
2) Saldo rekening Giro di Bank dalam rupiah maupun mata uang
asing
3) Bon sementara (10U)
4) Bon-bon kas kecil yang belum di-reimbursed
5) Check tunai yang akan didepositkan.

Yang tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari kasa dan setara kas pada laporan posisi
keuangan (neraca) adalah:

1) Deposito berjangka (time deposit)


2) Check mundur dan check kosong
3) Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu (sinking fund)
4) Rekening giro yang tidak dapat segera digunakan baik dalam maupun di luar negeri,
misalnya karena dibekukan.
C. TUJUAN PEMERIKSAAN AUDIT (AUDIT OBJECTIVES) KAS DAN
SETARA KAS

Kas dan setara kas memiliki arti penting bagi sebuah perusahaan/entitas, yaitu sebagai elemen
dalam menjalankan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan. Di sisi lain, auditor perlu
meyakini diri dalam melakukan pemeriksaan pada sebuah perusahaan/entitas, bahwa pengelolaan
kas dan setara pada perusahaan/entitas telah berjalan baik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat pengendalian yang efektif terhadap kas dan setara kas, serta dalam menentukan
luasnya lingkup uji substantif terhadap kas dan setara kas. Berikut adalah tujuan pemeriksaan
(audit objectives) kas dan setara kas, antara lain:

1 ) Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas kas dan setara kas
serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.

Beberapa ciri internal control yang baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan
pengeluaran kas dan bank:

a. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara penerima dan mengeluarkan
kas dengan yang melakukan pencatatan,
b. Adanya otorisasi atas pengeluaran dan penerimaan kas dan bank Pegawai yang
membuat rekonsiliasi bank harus berbeda dari pegawai yang mengerjakan buku
bank. Rekonsiliasi bank dibuat setiap bulan dan harus ditelaah (di-review) oleh
kepala Bagian Akuntansi.
c. Digunakannya imprest fund system untuk mengelola kas kecil. D. Penerimaan
kas, check, dan giro harus disetor ke bank dalam jumlah seutuhnya (Intact) paling
lambat keesokan harinya,

E . Uang kas harus disimpan ditempat yang aman, misalnya di cash box, brankas atau bank.

e. Uang kas harus dikelola dengan baik, jangan dibiarkan menganggur


(idle) atau terlalu banyak disimpan di rekening giro. Jika ada uang kas
yang idle sebaiknya disimpan dalam deposito berjangka atau dibelikan
surat berharga yang sewaktu-waktu bias diuangkan.
f. Blanko check dan giro harus disimpan ditempat aman dan harus
dihindari penandatanganan check dalam bentuk blanko.
Penandatanganan check harus dilampirkan bukti-bukti pendukung yang
lengkap.
g. Sebaiknya check dan giro ditulis atas nama dan ditandatangani oleh 2
orang untuk menghindari penyalahgunaan
h. Sebaiknya kasir diasuransikan atau diminta menyerahkan uang jaminan,
untuk back up seandainya terjadi kehilangan atau kecurangan yang
dilakukan oleh kasir
i. Digunakan kwitansi yang bernomor urut tercetak (prenumbered).
j. Bukti-bukti pendukung dari pengeluaran kas yang sudah dibayar harus
di stempel lunas. Untuk menghindari kemungkinan untuk dip roses
pembayaran dua kali (double payment).

2) Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-
betul ada dan dimiliki perusahaan (existence). Maksudnya auditor harus meyakinkan dirinya
bahwa kas dan setara kas yang dimiliki perusahaan (cash on hand dan in bank) betul-betul ada
dan dimiliki perusahaan dan bukan milik pribadi direksi atau pemegang saham, oleh karena itu
audito harus melakukan kas opname dan mengirim konfirmasi bank.

4) Untuk memeriksa apak semua transaksi yang menyangkut penerimaan dan


pengeluaran kas betul- betul terjadi dan tidak ada transaksi fiktif (occurance)
5) Untuk memeriksa apakah semua transaksi yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas sudah dicatat dalam buku penerimaan dan pengeluaran kas, tidak
ada yang dihilangkan (completeness)
6) Untuk memeriksa apakah semua transaksi yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas sudah dicatat secara akurat, tidak ada kesalahan perhitungan
matematis, tidak ada salah posting dan klasifikasi (accuracy, pasting, and
claasfication)
7) Unik memeriksa apakah semua transaksi yang menyangkut penerimaan dan
pengeluaran kas sudah dicatat pada waktu yan tepat, tidak terjadi pergeseran
waktu pencatatan (timming).
8) Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara
kas. Biasanya pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas terjadi pada
entitas non-laba, sebagai contoh sebuah yayasan akan menyajikan hadiah atau
wakaf berupa kas sebagai sumbangan terikat jika hadiah atau wakaf itu diterima
dengan persyaratan yang membatasi penggunaan aset tersebut.
9) Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing,
apakah saldo tersebut dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
tengah BI (hasil dari penjumlahan kurs jual penutupan dengan kurs beli
penutupan kemudian dibagi 2) pada tanggal neraca (pukul 16.00) dan apakah
selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi
komprehensif tahun berjalan.

Misalkan: Per 31 Desember 2010 perusahaan mempunyai saldo bank sebesar US $ 10.000 yang
dibuku besar dicatat dalam rupiah sebesar Rp. 100.000.000,- Misalkan kurs BI per 31 Desember
2010: kurs jual 1 US $ 9.600,- dan kurs beli 1 US $ 9.400.-. Maka saldo US $ 10.000 tersebut
dikonversikan dalam rupiah dengan menggunakan kurs 1 US $9.500,-. Karena itu harus dibuat
adjustment:

10) Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi
keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS) dalam hal penyajian dan
pengungkapan (Presentation and Disclosure).

Menurut SAK:
• Kas dan setara kas diklasifikasikan sebagai aset lancar (current assets) jika penggunaannya
tidak dibatasi (PSAK No. 1),

• Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi harus segera dapat diubah menjadi kas dalam
jumlah yang diketahui tanpa menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan. Karenanya,
suatu investasi baru dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika segera akan jatuh
tempo dalam waktu tiga bulan atau kurang dari tanggal perolehannya (PSAK No.2)

• Saldo kredit pada perkiraan bank disajikan pada kelompok kewajiban sebagai kewajiban jangka
pendek,

• Pinjaman bank pada umumnya merupakan aktivitas pendanaan. Namun demikian. Cerukan
(bank overdraft) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan kas perusahaan.
Dalam keadaan tersebut, cerukan termasuk komponen kas dan setara kas. Karakteristik dari
pengaturan perbankan tersebut timbul, flukuasi saldo bank dari positif ke overdraft.

Tujuan-tujuan di atas menjadi pedoman auditor dalam menentukan prosedur pemeriksaan


terhadap kas dan setara sehingga diperoleh kesimpulan dalam menentukan apakah pos kas dan
setara kas dalam sebuah perusahaan/entitas dapat dinyatakan wajar atau tidak wajar. Kemudian,
hasil dari pemeriksaan kas dan setara kas akan memberikan pertimbangan kepada pemeriksaan
pos neraca lainnya ataupun pada laporan laba-rugi, misalnya terdapat ketidakwajaran dalam alur
proses penerimaan kas dari penjualan akan membuat auditor lebih concern dalam memeriksa pos
piutang dan pendapatan penjualan dari sebuah perusahaan. Hal ini dikarenakan kas adalah bagian
dari siklus “dari awal sampai akhir” (cradle-to-grave).

D. PROSEDUR PEMERIKSAAN KAS DAN SETARA KAS


1. Pahami dan evaluasi internal control atas kas dan setara kas transaksi
penerimaan dan pengeluaran kas dan bank. Proses memahami dan
mengevalusi inetrnal control atas kas dan setara kas serta transaksi
penerimaan dan pengeluran kas dan Bank merupakan bagian yang
sangat penting dalam suatu proses pemeriksaan akuntan. Kas dan setara
kas dalam perusahaan sering dikatakan sebagai darah dalam tubuh
manusia. Jika perusahaan mengalami kesulitan uang, sama seperti
manusia yang “lesu darah” atau “kekurangan darah”.

Langkah berikutnya, auditor harus melakukan compliance test (pengujian ketaatan). Auditor
harus melakukan tes ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran kas/bank. Untuk
membuktikan apakah internal control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sampel biasanya
bukti penerimaan kas/bank dan bukti pengeluaran kas/bank atau nomor check/giro. Jika
disimpulkan sementara bahwa internal control lemah auditor tidak diperlukan mengadakan test
ketaatan, tetapi langsung melakukan substantive test yang diperluas. Karena biasanya jika tetap
dilakukan compliance test, kesimpulan akhir tetap menyatakan bahwa internal control lemah.
Setelah compliance test selesai dilakukan, auditor harus menarik kesimpulan akhir apakah
internal control baik, sedang atau lemah. Setelah itu baru dilakukan substantive test atas saldo
kas/bank. Prosedur audit untuk compliance test harus dipisahkan dari prosedur audit untuk
substantive test, begitu juga kertas kerja pemeriksaanya.

Jika klien telah menetapkan pengendalian intemal yang baik, maka auditor bisa memutuskan
untuk membatasi pengujian substantif karena pengendalian internal klien tampaknya dapat
mencegah atau mendeteksi salah saji yang material. Hubungan ini adalah logis dan secara
sederhana berarti bahwa jika laporan keuangan kecil kemungkinannya mengandung salah saji
yang material, maka auditor hanya perlu melakukan pengujian substantif yang kurang mendalam
ketimbang jika laporan keuangan mengandung salah saji yang material. Namun sebelumnya
perlu disusun audit program untuk pengujian ketaatan atas transaksi penerimaan dan pengeluaran
kas/bank sebagai berikut:

a. Penerimaan Kas/bank

• Ambil sample bukti penerimaan kas/bank secara random misal semua penerimaan kas yang
berjumlah > Rp 10 juta ditambah 10 penerimaan kas/Bank yang berjumlah Rp 10 juta.

• Periksa apakah bukti penerimaan kas tersebut: Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang
berwenang.

• Lengkap bukti pendukungnya (misal kwitansi bernomor urut, cetak deposit slip).
Mencantumkan nomor perkiraan yang kredit dengan benar dan perhitungan mathematisnya
sudah benar.
• Periksa apakah posting ke buku kas (untuk penjualan tunai) dan piutang (untuk pelunasan
piutang) serta buku besar penjualan sudah dilakukan dengan benar. Begitu juga posting ke sub
buku besar piutang.

• Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test.

b. Pengeluaran kas/bank

Ambil sample bukti pengeluaran kas bank secara random : semua pengeluaran kas yang
misalnya berjumlah RP 5 juta ditambah 10 pengeuaran kas/bank berjumlah < Rp 5 juta.

Periksa apakah bukti pengeluaran kas tersebut: Sudah diotorisasi pejabat perusahaan yang
berwenang. Lengkap bukti pendukungnya (misal PR, PO, supplier invoice, RR, Kwitansi dari
supplier dan lain-lain); Mencantumkan nomor perkiraan yang di debit dengan benar dan
Perhitungan mathematisnya sudah benar.

Periksa apakah posting ke buku besar dan sub buku besar (misalnya hutang) sudah dilkakukan
dengan benar.

Tarik kesimpulan mengenai hasil compliance test. 2. Buat Top Schedule kas dan setara kas per
tanggal neraca (missal per 31-12-2015), atau kalau belum selesai, boleh per 31-10-2015:
penambahan mutase akan diperiksa kemudian, apakah ada hal-hal yang unsual (diluar
kebiasaan), atau tidak. Top Schedule adalah salah satu jenis Kertas Kerja Pemeriksaan yang
berfungsi sebagai lembar awal yang menunjukkan hasil audit kita secara umum tau kesimpulan
atas pos yang bersangkutan.

Kertas kerja pemeriksaan (KKP) adalah semua berkas-berkas yang dikumpulkan oleh auditor
dalam menjalankan pemeriksaan, yang berasal dari pihak klien, analisa yang dibuat oleh auditor,
dan dari pihak ketiga. Kertas kerja pemeriksaan yang merupakan dokumentasi auditor atas
prosedur-prosedur audit yang dilakukannya, tes-tes yang diadakan, informasi yang didapat dan
kesimpulan yang dibuat atas pemeriksaan, analisa, memorandum, surat-surat konfirmasi dan
representasi, ikhtisar dokumen-dokumen perusahaan, rincian-rincian pos neraca dan laba rugi
serta komentar-komentar yang dibuat atau diperoleh oelh auditor mempunyai beberapa tujuan:

a. Mendukung opini auditor mengenai kewajaran laporan keuangan. Opini yang diberikan
harus sesuai dengan pemeriksaan yang dicantumkan dalam kertas kerja di perusahaan.
b. Sebagai bukti bahwa auditor telah melaksanaan pemeriksaan sesuai dengan standar
professor akuntan public. Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang
diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh auditor

c. Sebagai referesi dalam hal ada pertanyaan dari: a pihak pajak b pihak bank e pihak klien
d. Sebagai salah satu dasar penilaian asisten sehingga dapat dibuat evaluasi mengenai
kemampuan asisten sampai dengan partner sesudah selesai suatu penugasan c. Sebagai
pegangan untuk audit tahun berikunya. Untuk persiapan audit tahun berikutnya

Kertas kerja tersebut dapat dimanfaatkan antara lain: Untuk mengecek saldo awal, untuk
dipelajari oleh audit staf yang baru ditugaskan untuk memeriksa klien tersebut, untuk
mengetahui masalah-masalah yang terjadi di tahun lalu dan berguna untuk penyusunan audit plan
tahun berikutnya.

2. Lakukan cash count (perhitungan fisik uang kas) per tanggal neraca, bisa
juga sebelum atau sesudah tanggal neraca. Tujuan dari cash count adalah
menghitung Kas perusahaan apakah telah sesuai dengan laporan
keuangannya. Asersi audit utama dari pengujian pemeriksaan fisik
adalah eksistensi (keberadaan). Akan tetapi, teknik ini juga memberikan
bukti mengenai penilaian, karena kuantitas terlibat secara langsung
dalam penentuan nilai sebagian besar aktiva. Selain itu, auditor kadang-
kadang juga dapat memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi aktiva
melalui pemeriksaan fisik dan hal ini sangat mempengaruhi penilaian.
Asersi mengenai hak dan kewajiban hanya diuji melalui pemeriksaan
fisik untuk mendukung luas kepemilikkan aktiva. Asersi mengenai
kelengkapan juga bisa diuji melalui pemeriksaan fisik di mana item-item
yang dihilangkan dari laporan keuangan bisa ditemukan.
3. Kirim konfirmasi atau dapatkan pernyataan saldo dan kasir dalam hal
tidak dilakukan kas opname. Cash Opname adalah pemeriksaan fisik
pada uang kas tunai antara saldo yang terdapat pada Catatan Akuntansi
dengan Uang kas yang ada di brankas/di tangan (cash on hand).
4. Kirim konfirmasi untuk seluruh rekening bank yang dimiliki perusahaan.
Asersi utama mengenai pengujian konfirmasi adalah eksistensi serta hak
dan kewajiban. Teknik ini juga dapat memberikan bukti mengenai
penilaian atau alokasi kelengkapan serta penyajian dan pengungkapan.
Baik asersi mengenai eksistensi maupun kejadian serta hak dan
kewajiban untuk kas dan piutang usaha seringkali diuji dengan
konfirmasi. Perhatikan bahwa konfirmasi terhadap piutang usaha
pelanggan saat ini tidak bisa diharapkan untuk memberikan bukti yang
dapat diandalkan mengenai kelengkapan, karena pelanggan cenderung
tidak melaporkan kesalahan penetapan yang terlalu rendah dalam akun
mereka dan karena auditor biasanya memilih konfirmasi akun dengan
saldo tercatat yang lebih besar. Asersi mengenai penilaian atau alokasi
untuk piutang usaha sebagian diuji melalui konfirmasi, meskpun
penilaian akun akan membutuhkan audit atas penyisihan piutang ragu-
ragu. Ketika auditor mengkonfirmasikan kas dengan pihak bank,
formulir konfirmasi tersegut juga meminta informasi tentang jaminan
yang disajikan atas pinajaman. Jadi, teknik konfirmasi juga bisa
memberikan bukti tentang penyajian dan pengungkapan.
5. Minta rekonsilasi bank per tanggal neraca (misalkan per 31-12-2015),
kalua terpaksa, karena belum selesaiyang desember, dapat diminta per
31-11-2015. Rekonsiliasi bank tersebut nantinya akan diperiksa
kebenarannya
6. Lakukan pemeriksaan atas rekonsilasi bank tersebut

a. Periksa kecermatan penjumlahannya

b. Telusuri saldo per klien ke buku besar yang bersangkutan

c. Bandingkan saldo per bank dengan rekening Koran bank-nya dan jawaban konfirmasi bank.

d. Telusuri undeposit collections ke rekening Koran cut off dan jumal penerimaan kas bulan
desember 20xx
c. Telusuri cek yang masih beredar (outstanding checks) ke rekening koran cut off dan jurnal
pengeluaran bulan desember 20xx.

f. Periksa reconciling items lainnya (jasa giro, bunga materai, buku ceck, koreksi kesalahan bank
dan sebagainya, jika ada) dengan menggungakan dokumen pendukungnya.9.

g. Telusuri cek yang dibayarkan oleh bank dalam 3 hari sebelum dan sesudah tanggal neraca ke
jurnal pengeluaran kas, dan yakini bahwa cek tersebut telah dicatat dalam periode yang benar.

h. Review semua nota debit yang muncul dalam rekenig koran cut off dan tentukan pengaruhnya
terhadap saldo akhir tahun.

8. Review jawaban konfirmasi dari bank, notulen rapat dan perjanjian kredit untuk mengetahui
apakah ada pembatasan dari rekening bank yang dimiliki perusahaan. Saldo rekening bank yang
penggunaannya dibatasi untuk jangka waktu >1 tahun tidak boleh dikelompokkan sebagai asset
lancer dan harus dijelaskan oleh catatan atas laporan keuangan mengeniai alas an pembatasan
tersebut. Pembatasan tersebut bias terjadi karena perusahaan mempunyai masalah hokum
sehingga rekeningnya dibekukan atau karena dijadikan jaminan, bank garansi (sebagian dari
saldonya).

Untuk mengetahui apakah ada pembatasan atau tidak, auditor bias menanyakan kepada klien.
mereview jawaban konfirmasi bank, notulen rapat dan perjanjian kredit.

Kemungkinan juga ada saldo kas/bank yang mempunyai "siking fund" sehingga tidak boleh
digunakan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan. karena dana itu digunakan untuk
pelunasan obligasi atau expansi perusahaan.

9. Periksa inter bank transfer kurang lebih 1 minggu sebelum dan sesudah tanggal neraca,
untukmengetahui adanya kitting dengan tujuan untuk window dressing. Sheck kitting bias
dilakukan jika perusahaan mempunyai lebih dari satu rekening bank. Untuk mengecek ada
tidaknya check kitting, auditor hatus memeriksa transfer dari rekening bank perusahaan ke
rekening bank perusahaan lainnya dan mencocokkan apakah penambahan saldo di rekening bank
yang berasal dari transfer sudah diikuti dengan pengurangan saldo di rekening bank lainnya.
Karena biasanya check kitting dilakukan mendekati tanggal neraca maka priode yang harus
diperikasa kurang lebih satu minggu sebelum dan sesudah neraca.

10. Periksa transaksi kas sesudah tanggal neraca (subsequent payment dan subsequent collection)
sampai mendekati tanggal selesainya pemeriksaan laporan.tujuannya adalah untuk mengetahui
apakah ada unrecorded liabilities (kewajiban yang belum tercatat) per tanggal neraca priode
berikutnya, baik yang berasal dari pembelian asset ataupun biaya-biaya perusahaan. Untuk
subsequent collection tujuannya terutama untuk meyakinkan auditor mengenai kewajaran angka
piutang per tanggal neraca. Mungkin saja ada penjualan yang belum tercatat oleh perusahaan.

11. Seandainya saldo kas dan setara kas dalam mata uang asing pertanggal neraca, periksa
apakah saldo tersebut sudah dikonversikan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI
pada. tanggal neraca, dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan
pada laba rug tahun berjalan. Entitas harus mencatat transaksi mata uang asing, dalam pengakuan
awal dalam mata uang fungsional, dengan menggunakan kurs tunai (spot rate) pada tanggal
transaksi mata uang fungsional dan mata uang asing tersebut.

12. Periksa apakah penyajian kas dan setara kas di laporan posisi keuangan (neraca) dan catatan
atas laporan posisi keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS)

13. Buat kesimpulan di top schedule kas dan setara kas atau di memo tersendiri mengenai
kewajaran dari cash on hand dan in bank, setelah kita jelaskan seluruh prosedur audit di atas.

E. PROSES AUDIT KAS

Adapun tahap-tahap dalam hal audit dalam akun kas antara lain adalah sebagai berikut:

1) Uji Ketaatan Auditor menentukan sampel bukti-bukti pengeluaran dan penerimaan kas untuk
meyakinkan kebenaran atas transaksi-transaksi dan meminta otorisasi kepada pejabat yang
berwenang. Selain itu auditor akan memastikan kelengkapan dokumen-dokumen yang telah
dikumpulkan sudah berstempel lunas.

2) Uji Kewajaran

a. Menyiapkan jadwal utama (Top Schedule) dari kas dan setara kas Pada tahap awal ini auditor
menyiapkan jadwal utama dari kas dan setara kas. Jadwal utama kas dan setara kas merupakan
kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam jadwal pendukung
untuk akun-akun yang berhubungan biasanya berisi saldo per book, audit adjustment, saldo per
audit dan saldo tahun lalu yang dinyatakan dengan indeks A. Jadwal utama kas dan setara kas
digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya
akan dicantumkan dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. b. Melakukan Perhitungan Kas
Fisik (cash opname)

Auditor melakukan cash opname, perhitungan kas secara mendadak dan serentak untuk semua
jenis kas yang ada dengan membawa dokumen kertas kerja berupa berita acara pemeriksaan kas.
Cash opname dilakukan dengan cara auditor mendatangi bagian kasir yang telah menyiapkan
sejumlah uang tunai untuk dilakukan sampling, kemudian auditor akan menghitung sendiri uang
fisik yang ada dan mencocokkannya dengan catatan perusahaan, apakah sesuai atau tidak bisa
lebih kurang.

c. Melakukan Scanning

Auditor memastikan bahwa buku kas telah ditutup per tanggal pemeriksaan dan seluruh bukti
pengeluaran dan penerimaan kas sudah dibukukan Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
terhindar dari kesalahan pencatatan yang berulang atau double

d. Melakukan Rekonsiliasi

Auditor melakukan pencocokan atau perbandingan antar saldo kas dengan saldo buku kas.
Rekonsiliasi bertujuan untuk mengetahui jumlah selisih dari saldo kas yang berbeda dengan
saldo buku kas dan untuk mengetahui penyebab-penyebab selisih saldo kas dan saldo pada buku
kas. Rekonsiliasi dilakukan dengan cara membubuhkan tickmark dengan kode R di samping
kanan angka

e. Melakukan Trace Back/ Trace Forward Auditor melakukan perhitungan kas dengan dua cara
yaitu penarikan mundur (trace back) dan penarikan maju (trace forward). Apabila perhitungan
kas dilakukan setelah tanggal neraca, auditor akan melakukan prosedur penarikan mundur (trace
back) ke tanggal neraca sedangkan apabila perhitungan kas dilakukan sebelum tanggal neraca,
auditor akan melakukan penarikan maju (trace forward) ke tanggal neraca. Untuk memisahkan
antara pengertian penarikan mundur dan penarikan maju, auditor akan menetapkan terlebih
dahulu tanggal di mana auditor yakin bahwa saldo kas yang terdapat pada neraca telah disajikan
secara wajar. Dan pada tanggal tersebut biasanya auditor juga melakukan pengecekan secara
fisik (cash opname) terhadap jumlah uang yang dimiliki entitas.

f. Melakukan Compare

Auditor melakukan Compare, yaitu dengan cara membandingkan antara saldo kas yang terdapat
pada buku besar dengan saldo yang didapatkan dari perhitungan kas setelah prosedur penarikan
per tanggal neraca. Biasanya auditor akan membubuhkan tickmark atau tanda dengan kode "Cp"
dibawah angka total.

g. Melakukan Checking Auditor melakukan pemeriksaan atas penjumlahan (footing/cross


footing) lembaran- lembaran buku kas secara uji petik dengan memperhatikan pemindahan saldo
pada lembaran tersebut ke lembaran berikutnya. Biasanya auditor membubuhkan tickmark atau
tanda dengan kode" di bawah angka total. Meneliti Sistem Pencatatan Kas Kecil

h. Metode pencatatan kas kecil ada 2 (dua) yaitu sistem dana tetap (imprest fund system) dan
sistem dana berubah (fluctuation fund system). Jika kas kecil menggunakan sistem dana tetap
(imprest fund system), teliti kembali apakah sudah ada pertanggungjawaban dari dana tetap
sebelum diadakan pengisian kembali atau belum dan jumlah amount harus sama dengan saldo
awal. Sedangkan jika kas kecil menggunakan sistem dana berubah (fluctuation fund system)
jumlah pengisiannya tidak harus sama dengan jumlah sebelumnya yaitu bisa kurang ataupun
lebih.

i. Pastikan bahwa kas dalam kurs mata uang asing telah dikonversikan ke dalam kurs rupiah yang
benar per tanggal neraca Apabila terdapat saldo kas dalam valuta asing. pastikan bahwa saldo
tersebut telah dikonversi ke dalam Rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia
pada tanggal Neraca, melalui permintaan keterangan dan perbandingan ke kurs tengah Bank
Indonesia per tanggal Neraca. Hal ini bertujuan untuk memudahkan auditor dalam melakukan
audit, dikarenakan apabila laporan keuangan yang akan diaudit masih menggunakan multi mata
uang auditor harus bekerja dua kali atau memperlambat proses audit.

j. Buatlah daftar koreksi (adjustment) yang diperlukan Daftar koreksi berisi ayat jurnal
penyesuaian yang diperlukan apabila salah dalam menerapkan perlakuan akuntansi dan diketahui
di tahun buku yang sama yaitu untuk mengakui transaksi yang terlalu besar atau terlalu kecil,
saat pengakuan (tanggal transaksi) terlalu dini atau terlalu dibelakang, dan lain sebagainya.
Adjustment dilakukan sebelum penutupan buku (sesaat setelah jumal asli di posting maupun
menjelang penutupan buku).

k. Menarik Kesimpulan Tahap ini merupakan proses final/akhir dalam melakukan audit kas, di
mana auditor akan membuat kesimpulan dan komentar dari hasil pemeriksaan kas di Top
Schedule kas dan setara kas atau memo tersendiri mengenai kewajaran dari kas setelah semua
kegiatan atau tahapan dalam prosedur audit kas di bank pada poin 1 (satu) sampai dengan 10
(sepuluh) telah dilaksanakan. Kesimpulan yang didapat pada Top Schedule harus memberikan
gambaran menyeluruh terkait hasil pemeriksaan kas pada perusahaan klien. Sementara pendapat
atas kewajaran atau ketidakwajaran atas akun kas perusahaan akan menjadi ukuran siklus dari
awal sampai akhir apakah sudah berjalan dengan baik atau belum bagi perusahaan tersebut.

F. DOKUMEN-DOKUMEN YANG DIPERLUKAN UNTUK AUDIT KAS Berdasarkan


prosedur audit yang telah disebutkan di atas dokumen-dokumen yang diperlukan untuk audit kas
antara lain:

1) Laporan posisi keuangan tahun berjalan

Laporan posisi keuangan tahun berjalan merupakan dokumen atau bukti audit pertama kali yang
akan dilihat oleh auditor dan digunakan untuk menilai kondisi keuangan perusahaan saat ini dan
memprediksi hasil operasi dari arus kas di masa yang akan datang. Auditor akan melakukan uji
terhadap efektivitas pengendalian akurasi informasi dalam laporan keuangan dan melakukan
penilaian atas pencatatan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh klien serta memverifikasi nilai
moneter terhadap berbagai transaksi tersebut. Dan verifikasi inilah yang disebut sebagai uji
substantif atas transaksi.

2) Sampel bukti pengeluaran kas dan penerimaan kas

Bukti pengeluaran kas yaitu bukti atas transaksi pengeluaran kas ataupun pembayaran di mana
bukti pengeluaran kas tersebut digunakan untuk dokumen ketika menyusun jurnal pengeluaran
kas. Sedangkan bukti penerimaan kas yaitu bukti transaksi atas suatu peristiwa penerimaan uang
(kas) yang sudah dilengkapi dengan buktinya di mana bukti penerimaan uang kas ini nantinya
akan digunakan dalam penyusunan jurnal kas masuk/jurnal penerimaan kas.

3 ) Jadwal utama dari kas dan setara kas


Jadwal utama kas dan setara kas merupakan kertas kerja yang digunakan untuk meringkas
informasi-informasi yang dicatat dalam jadwal pendukung untuk akun-akun yang berhubungan
biasanya berisi saldo per book, audit adjustment, saldo per audit dan saldo tahun lalu yang
dinyatakan dengan indeks A. Jadwal utama kas dan setara kas digunakan untuk menggabungkan
akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan
keuangan dalam satu jumlah,

4) Berita acara pemeriksaan kas

Berita acara pemeriksaan kas merupakan suatu laporan yang dibuat dengan tujuan untuk
memeriksa apakah jumlah saldo kas menurut pembukuan jumlahnya sudah sama dengan saldo
kas menurut perhitungan secara fisiknya.

5) Daftar koreksi (adjustment)

Daftar koreksi berisi ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan apabila terdapat kesalahan dalam
menerapkan perlakuan akuntansi dan diketahui di tahun buku yang sama yaitu untuk mengakui
transaksi yang jumlahnya terlalu besar atau terlalu kecil, pada saat pengakuan (tanggal transaksi)
terlalu dini atau terlalu dibelakang, dan lain sebagainya.. Adjustment dilakukan sebelum tutup
buku (sesaat setelah jurnal asli di posting maupun menjelang tutup buku).

G. KENDALA-KENDALA YANG DIHADAPI AUDITOR PADA SAAT PELAKSAAN


AUDIT PADA AKUN KAS

Dalam hal audit atas akun kas pasti ditemukan adanya kendala- kendala. antara lain yaitu
lambatnya respon klien ketika diminta untuk segera mengirimkan laporan keuangan perusahaan
pada tahun berjalan, lambatnya respon klien saat dimintai kop surat maupun penandatanganan
pada konfirmasi atas akun kas, hal ini disebabkan karena kesalahan pegawai klien yang
menghilangkan data konfirmasi sehingga auditor harus mengirim ulang surat konfirmasi yang
akan dimintai kop surat dan tanda tangan klien.

H. RISIKO AUDIT

Diakui dengan peryataan dalam penjelasan tentang tanggung jawab dan fungsi auditor
independen, yaitu karena sifat bukti audit dan karateristik kecurangan, auditor dapat memperoleh
keyakinan memadai, bukan mutlak bahwa salah saji material terdeteksi." Risiko audit adalah
risiko yang timbul karena auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana
mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit dapat
ditentukan dalam ukuran kuantitatif dan kualitatif. Pada tingkat saldo akun atau golongan
transaksi.

Risiko (bawaan?intern risk dan risiko pengendalian/control risk) bahwa saldo akun atau
golongan transaksi mengandung salah saji (kekeliruan atau kecurangan) yang dapat menjadi
material terhadap laporan keuangan apabila di gabungkan dengan salah saji pada saldo akun atau
golongan transaksi lainnya. Risiko (risiko deteksi?tection risk) bahwa auditor tidak akan
mendeteksi salah saji tersebut.

1. Jenis risiko audit

a) Risiko bawaan

Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah
saji material (asumsi:tidak terdapat pengendalian yang terkait). Faktor yang mempengaruhi
risiko bawaan yaitu besarnya saldo atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang
lain, sedangkan faktor eksternal yaitu perkembangan teknologi. Faktor yang berhubungan
dengan beberapa atau seluruh saldo akun atau golongan transaksi yang mempengaruhi risiko
bawaan terdapat pada Standar Audit seksi 316.

b) Risiko pengendalian

Risiko pengendalian adalah risiko bahwa salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi
tidak dapat dicegah atau di deteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern klien.

Risiko pengendalian merupakan fungsi efektivitas desain dan operasi pengendalian intern untuk
mencapai tujuan klien yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan klien. Beberapa risiko
pengendalian akan selalu ada karena keterbatasan bawa dalam setiap pengendalian intern.

c) Risiko deteksi
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material dalam
suatu asersi.

Risiko deteksi merupakan fungsi efektivitas prosedur audit dan penerapannya oleh auditor.

Risiko deteksi timbul karena ketidakpastian yang ada pada waktu auditor tidak memeriksa 100%
saldo akun atau golongan transaksi, dan arena ketidakpastian lain yang ada, walaupun saldo akun
atau golongan transaksi tersebut diperiksa 100%.

2. Perbedaan risiko

Risiko bawaan (inhernt Risk IR) dan risiko pengendalian (control Risk = CR) berbeda dengan
Risiko Deteksi (Detection Risk = DR).

Risiko bawaan (IR) dan risiko pengendalian (CR) harus ada terlepas dari dilakukan atau tidaknya
audit atas laporan keuangan.

Risiko deteksi (DR):

• Berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor.

• Mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian

• Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor, semakin besar
risiko deteksi yang dapat diterima

• Semakin besar risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini auditor. semakin kecil
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima

Komponen risiko audit kuantitatif (persentase) atau nonkuantitatif (misalnya minimum sampai
maksimum)

AR= IR x CR x DR (atau) AR/IR x CR

Risiko deteksi (DR) yang diterima tergantung:

•Tingkat yang digunakan untuk membatasi risiko audit suatu saldo atau golongan transaksi

•Penetapan auditor terhadap risiko bawaan dan risiko pengendalian


•Penetapan auditor tehadapa risiko bawaan dan risiko pengendalian menurun, risiko detekti yang
diterima akan meningkat.

Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa salah saji yang disebabkan karena kekeliruan atau kecurangan, tidak
material terhadap laporan keuangan. Kekeliruan mencakup:

⚫ Kesalahan dalam pengumpulan atau pengolahan data yang menjadi sumber penyusunan laporan

keuangan

⚫ Estimasi akuntansi yang tidak masuk akal yan timbul karena kecerobohan atau salah tafsir fakat

⚫ Kekeliruan dalam penerapan prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi. cara

penyajian atau pengungkapan.

Kecurangan (lebih luas dari segi hukum), namun auditor berkepentingan dengan tindakan curang
yang menyebabkan salah saji material dalam laporan keuangan.

Dua tipe salah saji dalam Standar Audit seksi 316:

1) Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan

2) Salah saji yang timbul karena perlakuan yang tidak semestinya terhadap aktiva

L. PENILAIAN RISIKO & RESPON RISIKO YANG TELAH DINILAI

1. SA 300: Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan

Penetapan suatu audit mencakup penetapan strategi audit secara keseluruhan untuk perikatan
(penugasan) audit dan pengembangan rencana audit. Perencanaan yang cukup akan bermanfaat
dalama audit atas laporan keuangan dalam beberapa hal, termasuk hal-hal sebagai berikut (SA
300.2):
• Membantu auditor untuk mencurahkan perhatian yang tepat terhadap area yang penting dalam
audit;

• Membantu auditor untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah yang potensial;

• Membantu auditor untuk mengorganisasi dan mengelola perikatan (penugasan audit) dengan
baik, sehingga perikatan tersebut dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien;

• Membantu dalam pemilihan anggota tim perikatan (Tim Audit) dengan tingkat kemampuan dan
kompetensi yang tepat untuk merespon resiko yang diantisipasi, dan penugasan pekerjaan yang
tepat kepada mereka;

• Memfasilitasi arah dan supervisi atas anggota tim perikatan (tim audit) dan penelaahan atas
pekerjaan mereka;

• Membantu jika relevan, dalam pengoordinasian hasil pekerjaan yang dilakukan oleh auditor
komponen dan pakar.

3. SA 315: Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material melalui


Pemahaman Entitas dan Lingkungannya

Dalam standar ini, menegaskan bahwa auditor harus memperoleh suatu pemahaman tentang
apakah entitas memiliki suatu proses untuk (SA 315.paragraf 15):

• Mengidentifikasi risiko bisnis yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan;

• Mengestimasi signifikan risiko;

• Menentukan kemungkinan terjadinya risiko tersebut; dan

• Memutuskan tindakan untuk menangani risiko.

Proses penilaian risiko entitas membentuk suatu basis bagi manajemen untuk menentukan
bagaimana risiko dikelola. Ketepatan atas kesesuaian proses penilaian risiko entitas dengan
kondisinya ditentukan oleh pertimbangan auditor.

4. SA 320: Materialitas dalam tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit

Materialitas dan resiko audit perlu dipertimbangkan sepanjang pelaksanaan audit, khususnya
pada saat (SA 320.A1):
• Mengidentifikasi dan menilai kesalahan penyajian material;

• Menentukan sifat, saat dan luas prosedur audit selanjutnya;dan

• Mengevaluasi dampak laporan keuangan dan dalam merumuskan opini dalam laporan auditor.

Materialitas pelaksanaan (performance materiality) adalah suatu jumlah yang ditetapkan auditor,
pada tingkat yang lebih rendah dari pada materialitas untuk laporan keuangan secara
keseluruhan, untuk mengurangi tingkat rendah yang semestinya kemungkinan kesalahan
penyajian yang tidak dikoreksi dan yang tidak terdeteksi yang secara agregat melebihi
materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (SA 320.9).

Penentuan materialitas oleh auditor membutuhkan pertimbangan profesional dan dipengaruhi


oleh persepsi auditor tentang kebutuhan informasi keuangan oleh para pengguna laporan
keuangan. Konsep materialitas diterapkan oleh auditor pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
audit, serta pada saat mengevaluasi dampak kesalahan penyajian yang teridentifikasi dalam audit
dan kesalahan penyajian yang tidak dikoreksi jika ada, terhadap laporan keuangan dan pada saat
merumuskan opini dalam laporan auditor (SA 320)

5. SA 330: Respon Auditor terhadap Risiko yang telah Dinilai

Jika auditor sudah menentukan bahwa salah saji material yang dinilai, pada tingkat asersi
merupakan risiko signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif yang khusus
menanggapi risiko tersebut. Dalam hal pendekatan terhadap risiko signifikan itu hanya terdiri
atas prosedur substantif, prosedur wajib uji rincian (SA 330.21)

Jika prosedur substantif dilaksanakan pada suatu tanggal interim (tanggal ditengah tahun),
auditor wajib meliputi periode sisanya (antara tanggal interim sampai akhir tahun) dengan
melaksanakan (SA 330.22):

• Prosedur substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode sisa; atau

• Prosedur substantif selanjutnya saja yang memberikan dasar yang layak untuk memperluas
kesimpulan dari tanggal interim ke akhir tahun, jika auditor menentukan bahwa itu sudah cukup.

6. SA 402: Pertimbangan Audit terkait dengan Entitas yang menggunakan suatu Organisasi
Jasa
Menetapkan tujuan auditor berkenaan dengan audit laporan keuangan entitas pengguna
organisasi pemberi jasa sebagai berikut (SA 402.7):

• Memperoleh pemahaman yang cukup mengenai sifat dan pentingnya jasa-jasa yang diberikan
organisasi pemberi jasa dan dampaknya terhadap pengendalian intern entitas yang relevan bagi
audit, untuk mengidentifikasi dan menilai resiko salah saji yang material;

• Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang tanggap terhadap risiko-risiko tersebut.

7. SA 450: Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang di Identifikasi Selama Audit

Tujuan auditor ialah mengevaluasi :

• Dampak salah saji yang ditemukan, terhadap audit; dan

Keuanga

• Dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.

BAB III PENUTUP

A.KESIMPULAN

Kas dan Setara Kas merupakan salah satu aset strategis yang dimiliki sebuah perusahaan dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap kas dan setara kas
menjadi salah satu penilaian penting bagi auditor dalam meyakinkan diri untuk memberikan
opini terhadap laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Pengelolaan kas dan setara kas
tidak dapat dipisahkan dari struktur pengendalian internal (SPI) yang baik. Semakin baik SPI
terkait kas dan setara kas, akan semakin memudahkan auditor dalam memeriksa kas dan setara
kas perusahaan sehingga kewajaran kas dan setara kas menjadi hasil yang memuaskan bagi
perusahaan.

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pengendalian Intern


Menurut SA Seksi 319 mendefinisikan pengendalian intern sebagai suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain yang didesain untuk memberikan keyakinan
memadai tentang pencapaian tiga golongan berikut ini:

1. Keandalan pelaporan keuangan


2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektifitas dan efisiensi anggaran

Sedangkan pengertian pengendalian menurut Arens, J.Elder and Mark S. Beasley (2003) adalah
sebagai berikut : A process designed to provide reasonable assurance regarding the echievement
of management objective in the following Categories:

1. Reliability of financial reporting;


2. Effectiveness and Efficiency of operational, and;
3. Compliance with applicable laws and regulations.”

Mulyadi (2001) menyebutkan bahwa sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi,
metode dan ukuran – ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi,
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong
dipatuhinya kebijaksaan manajemen.

Berdasarkan definisi yang telah dikemukan di atas, bahwa perusahaan menginginkan tercapainya
tujuan tersebut dan untuk mencapainya diperlukan pengendalian intern. Pengendalian intern
merupakan alat untuk meletakkan kepercayaan auditor mengenai bebasnya laporan keuangan
dari kemungkinan kesalahan dan kecurangan. Perusahaan berusaha untuk membuat struktur
pengendalian intern dengan baik, melaksanakan, dan mengawasinya agar efektivitas perusahaan
bisa tercapai, pengendalian intern yang baik akan menjamin ketelitian data akuntansi yang
dihasilkan sehingga data tersebut dapat dipercaya.

Tujuan Sistem Pengendalian Intern

Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan dapat dipercaya,
melindungi harta atau aktiva perusahaan, dan meningkatkan efektivitas dari seluruh anggota
perusahaan sehingga perusahaan dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Secara lengkap Arens dan Loebbecke (2000)


Mengemukakan tujuan pengendalian intern sebagai berikut: “Management typically has the
following three concern, or board objectives, in designing on control system:

1. Reliability of financial reporting


2. Effeciency and effectiveness of operations
3. Compliance with applicable laws and regulations.”

Pengendalian Intern Sistem Pengeluaran Kas

Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas adalah suatu catatan yang dibuat untuk melaksanakan
kegiatan pengeluaran baik dengan cek maupun dengan uang tunai yang digunakan untuk
kegiatan umum perusahaan (Mulyadi, 2001:543).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan Sistem Akuntansi


Pengeluaran Kas adalah suatu proses yang dilaksanakan untuk melaksanakan pengeluaran kas
baik dengan cek maupun uang tunai untuk kegiatan perusahaan. Sistem akuntansi pokok yang
digunakan untuk melaksanakan pengeluaran kas yaitu sistem akuntansi pengeluaran kas dengan
cek dan sistem akuntansi pengeluaran kas dengan melalui dana kas kecil.

Fungsi yang terkait dengan sistem pengeluaran kas menurut Mulyadi (2001):

a. Bagian Utang

Bagian ini bertugas membandingkan faktur pembelian dengan laporan penerimaan barang.
Faktur pembelian yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang.

b. Bagian pengeluaran uang, berfungsi :

1. Memeriksa bukti-bukti pendukung faktur pembelian atau voucher untuk memastikan bahwa
dokumen-dokumen tersebut sudah cocok dan perhitungannya benar serta disetujui oleh orang-
orang yang ditunjuk.

2. Menandatangani cek.

3. Mengecap “lunas” pada bukti-bukti pendukung pengeluaran kas atau melubanginya dengan
perforator.
4. Mencatat cek ke dalam daftar cek (check register). Check

Register dapat juga dikerjakan di bagian akuntansi. 5. Menyerahkan cek kepada kreditur (orang
yang dibayar).

C. Bagian Internal Auditing

Dalam hubungannya dengan prosedur utang dan pengeluaran kas, bagian internal auditing
bertugas untuk memeriksa buku pembantu utang, mencocokkan dengan jurnal pembelian dan
pengeluaran uang.

Dokumen dan Catatan yang Digunakan Sistem Pengeluaran Kas dengan Cek

• Dokumen pelengkap pengadaan dan penerimaan barang/jasa. Dokumen ini merupakan


dokumen yang digunakan untuk mendukung permintaan pengeluaran kas.

• Cek

Dari sudut sistem informasi akuntansi cek merupakan dokumen yang digunakan untuk
memerintahkan melakukan pembayaran sejumlah uang kepada orang atau organisasi yang
namanya tercantum dalam cek.

• Voucher

Dokumen ini sebagai permintaan dari yang memerlukan pengeluaran kepada fungsi akuntansi
untuk membuat kas keluar.

Catatan Akuntansi dalam Sistem Pengeluaran Kas dengan Cek

1. Jurnal Pengeluaran Kas.

Digunakan untuk mencatat pengeluaran kas.

2. Register Cek.

Register cek digunakan untuk mencatat cek-cek perusahaan yang dikeluarkan untuk pembayaran
kreditur atau pihak lain. (Mulyadi, 2001).

3. Catatan akuntansi yang digunakan dalam pengeluaran kas yaitu:


a. Buku pembantu utang
b. Buku jurnal pembelian
c. Buku jurnal pengeluaran uang
d. Remittance advice

(Baridwan, 1998:189).

Prosedur yang membentuk Sistem Pengeluaran Kas dengan Cek

Sistem akuntansi pengeluaran kas yang memerlukan permintaan cek, terdiri dari prosedur
sebagai berikut:

1. Prosedur permintaan cek

Dalam prosedur ini fungsi yang memerlukan pengeluaran mengajukan permintaan pengeluaran
kas dengan mengisi permintaan pengeluaran cek. Bukti kas keluar ini berfungsi sebagai perintah
kepada

2. Prosedur pembuatan bukti kas keluar

Fungsi kas untuk mengisi cek sebesar jumlah rupiah yang tercantum pada dokumen tersebut dan
mengirimkan cek tersebut kepada kreditur yang namanya ditulis dalam dokumen tersebut.

3. Prosedur pembayaran kas Dalam prosedur ini fungsi kas mengisi cek, meminta tanda
tangan atas cek kepada pejabat yang berwenang, dan mengirimkan cek kepada kreditur
yang namanya tercantum pada bukti kas keluar.
4. Prosedur pencatatan pengeluaran kas Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat
pengeluaran kas dalam jurnal pengeluaran kas atau register cek.

Arens. Alvin A., dan James K. Loebbecke, 2000. Auditing An Integrated Approach, Alih Bahasa
Amir Abadi Jusuf, Eighth, Jilid 1, Prentice Hall International, Inc, New York.

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley, Auditing dan Jasa Assurance, Jilid Satu,
Edisi 12 Jakarta: Erlangga, 2008.

Baridwan, Zaki, 1998. Sistem Akuntansi : Penyusunan Prosedur dan Metode, Edisi Kelima,
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta
Hall, James A 2009, Sistem Informasi Akuntan, Edisi Keempat, Jilid Satu, Salemba Empat,
Jakarta.

Mulyadi. 2001, Sistem Akuntansi, Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.

Rudianto 2010, Akuntansi Koperasi, Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta.

Trisnawati, Tuti 2009, Akuntansi Untuk Koperasi Dan UKM, Salemba Empat, Jakarta.

MATERI

1. Sistem Pengendalian Intern (SPI) Koperasi adalah alat, barang, cara kerja, peraturan
khusus, SOP yang mengatur operasional koperasi keseluruhan.
2. Pengawasan Internal (Audit Internal) adalah kegiatan pengawasan oleh pengawas
koperasi termasuk Dewan Pengawas Syariah Koperasi untuk memastikan semua unsur
SPI Koperasi tersebut ada dan berjalan sebagaimana mestinya serta memberikan
rekomendasi perbaikan ke depan nya

Ruang Lingkup

Ruang lingkup Sistem Pengendalian Internal (SPI) Koperasi meliputi aspek :

a. Penerapan kepatuhan koperasi


b. Kelengkapan kelembagaan koperasi
c. Operasional usaha koperasi
d. Keuangan koperasi
e. Penilaian Kesehatan Koperasi

MANFAAT SPI & PENGAWASAN INTERNAL KOPERASI:

• Membantu pengurus untuk memastikan target-target pencapaian rencana (program) kerja


koperasi dilaksanakan dan mencapai target sesuai waktu yang ditetapkan:

• Membantu pengurus untuk memastikan kebijakan koperasi yang diputuskan dalam rapat
anggota (tahunan), dapat dilaksanakan dengan baik
D. Data dan informasi hasil pengawasan digunakan sebagai masukkan (feed back)
melakukan koreksi terhadap pelaksanaan rencana (program) kerja dalam kurun waktu
tertentu (satu tahun).

PENGAWASAN

PENGAWASAN ENTERNAL oleh “PENGAWAS “ Koperasi Pembinaan OLEH


PEMERINTAH; adalah pengawasan berlangsung di dalam internal organisasi koperasi,
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam manajemen koperasi.

PENGAWASAN EKTERNAL oleh Pemerintah bersifat “PEMBINAAN”; adalah pengawasan


oleh pihak ekternal, antara Main pemerintah karena tugas dan fungsinya berkewajiban
melakukan pengawasan kepada koperasi.

SANDINGAN

PENGAWASAN EKSTERNAL

PEMERINTAH (DINAS KUKM/SATGAS)

PEGANGAN; UU, PP, PERMENKOP, PERDA, PERDEP

TUGAS WAJIB

MENTERI (NASIONAL), GUBERNUR (PROVINSI), BUPATI/WALIKOTA (KAB/KOTA)

LUAR KE KOPERASI
SANKSI SESUAI ATURAN UU, 6 PP, Permenkop, Perdep

PENGAWASAN INTERNAL

PENGAWAS KOPERASI

AD, ART, RENCANA KERJA DAN KEPUTUSAN RA (T)

TUGAS MANDAT RAT

PENGAWAS KOPERASI UNTUK KOPERASI YANG BERSANGKUTAN

KOPERASI KE KOPERASI

SANKSI SESUAI AD/ART DAN KEPUTUSAN RA (T)

“DASAR HUKUM TUGAS PENGAWAS dalam UU No. 25 tahun 1992”; AD/ART

PASAL

38

(1) Pengawas dipilih dari dan oleh anggota Koperasi dalam Rapat anggota.
(2) Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
(3) Persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota Pengawas ditetapkan dalam
Anggaran Dasar.

39

(1) Pengawas bertugas:


a. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan
Koperasi;

b. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasan nya.


(2) Pengawas berwenang:

a. Meneliti catatan yang ada pada Koperasi;

b. Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

(3) Pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap pihak ketiga

40

Koperasi dapat meminta jasa audit kepada akuntan publik

PENGERTIAN PENGAWASAN

Proses PENGAMATAN PELAKSANAAN seluruh kegiatan organisasi (koperasi) untuk


MENJAMIN agar semua pekerjaan yang SEDANG DILAKSANAKAN sesuai dengan
RENCANA yang ditetapkan.

KUNCI-KUNCI PEKERJAAN PENGAWASAN

1. Pengawasan pekerjaan PENGAMATAN. Pelaksanaan rencana kerja koperasi


yang sudah ditetapkan dalam RA (T).

Rencana Kerja (RK) koperasi tahun 2017, pengawasan berlangsung JANUARI-DESEMBER


2017

2. Pekerjaan pengawasan MENJAMIN semua pekerjaan yang DILAKSANAKAN


sesuai dengan RENCANA yang ditetapkan.
BIDANG KEAHLIAN PENGAWAS

1. UMUM: memiliki PENGETAHUAN tentang KOPERASI


2. MEMILIKI PENGETAHUAN TENTANG PENGAWASAN;
3. TEKNIS: memiliki ketrampilan tentang RENCANA KERJA, data, indikator kinerja,
standar kinerja, teknik mengukur dan menyimpulkan data
4. LAPORAN : memiliki ketrampilan menyusun kesimpulan, rekomendasi perbaikan dan
laporan pengawasan

PRAKTEK PENGAWASAN KURANG TEPAT

1. Praktek-praktek penyelenggaraan fungsi pengawasan yang “kurang tepat”:

• pengawasan belum diposisikan sebagai bagian dari fungsi manajemen (terpisah-pisah),

• obyek, pegangan dan teknis penyelenggara pengawasan, tidak jelas;

• pengawasan lebih ditekankan pada orang atau pelaku (pengawas) dan bukan sebagai fungsi
pengawasan sehingga praktek pengawasan menjadi subyektif;

2. Konsekuensi yang timbul yaitu ketidak-mampuan menghasilkan output “penting”, yaitu


melihat seberapa jauh kebijakan, rencana kerja dan sumberdaya koperasi telah digunakan
atau dijalankan sesuai rencana yang ditetapkan;
1.) Peraturan Pengawasan Internal
a. Koperasi memiliki rencana (program) kerja pengawasan yang
diputuskan rapat anggota ;
b. Koperasi memiliki SOP pengawasan internal
c. Koperasi memiliki petunjuk teknis pengawasan internal yang memuat:

• tujuan pengawasan,

• hasil dan manfaat,

• data dan informasi yang diperlukan untuk pengawasan

• mekanisme pelaksanaan pengawasan


• waktu pelaksanaan pengawasaan

• lokasi pelaksanaan pengawasan.

PENGENDALIAN INTERN

• Menurut IAI (2001:319.2)

• Pengendalian Intern sbg suatu proses yg dijalankan oleh Dewan Komisaris, manajemen dan
personel lain entitas yg didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang tiga golongan
tujuan berikut ini:

- Keandalan pelaporan keuangan Efektivitas dan efisiensi operasi

- Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yg berlaku.

PENGENDALIAN INTERN, MELIPUTI STRUKTUR ORGANISASI, METODE DAN


UKURAN-UKURAN TERTENTU YANG DIKOORDINASIKAN UNTUK:

• Menjaga kekayaan organisasi

• Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi

•Mendorong efisiensi

•Mendorong dipenuhinya kebijakan manajemen

Pengelolaan Koperasi yang sehat, harus didukung oleh:

1.Seperangkat peraturan dan kebijakan yang reasonable dan implemented

2.Didukung dengan penerapan sistem pengendalian intern yang memadai.

Hal ini dimaksudkan agar :

“Semua transaksi kegiatan koperasi baik harian, bulanan dan tahunan terkendali secara sistemik,
artinya apabila terjadi kesalahan catatan dan atau penyimpangan segera dapat diketahui dan
diluruskan secara dini melalui SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)”

SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI)


Kegiatan-kegiatan koperasi harus dilakukan secara rutin agar:

“Tujuan Koperasi yang telah ditetapkan oleh rapat anggota dapat tercapai dengan baik”

Dalam melaksanakan pengendalian intern, seorang manager harus memiliki keterampilan, sikap
kerja dan pengetahuan yang harus dikuasainya, yaitu meliputi :

1. Dasar-dasar akuntansi, sistem dan prosedur serta sistem komputerisasi akuntansi yang
digunakan Koperasi dalam menerapkan pembukuan.

2. Dasar-dasar perkoperasian, dengan pertimbangan bahwa lembaga yang menjalankan kegiatan


usaha jasa keuangan adalah menggunakan entitas “Koperasi”.

3. Manajemen audit, merupakan modal dasar dan sebagai alat yang dapat digunakan untuk
melaksanakan kegiatan pengendalian dan pemeriksaan transaksi – transaksi laporan
keuangan.
4. Interpersonal skill sangat menunjang dalam pelaksanaan pengendalian, karena
interpersonal skill merupakan suatu keahlian khusus yang dikuasai seseorang yang dapat
menunjang percepatan perolehan data yang dibutuhkan dari pihak-pihak terkait

UNSUR POKOK PENGENDALIAN INTERN

1. Organisasi yang memisahkan tanggung jawab & wewenang secara tegas


2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan
3. Praktek yang sehat
4. Karyawan yang cakap.

Elemen-elemen Pengendalian internal

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)


2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
5. Pemantauan (Monitoring)

Control Environment
• Seluruh sikap manajemen dan karyawan tentang pentingnya pengendalian. Faktor-faktor yang
mempengaruhinya :

1. Nilai-nilai Etika dan Integritas


2. Komitmen terhadap kompetensi
3. Dewan Komisaris dan Komite Audit
4. Philosophy manajemen dan gaya operasional
5. Struktur organisasi
6. Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
7. Kebijakan dan Praktek SDM

Monitoring

• Menentukan tempat kelemahan dan memperbaiki efektivitas pengendalian

1. On going monitoring

a. Mengamati perilaku karyawan dan tanda peringatan dari sistem akuntansi

Misalnya:

- Perilaku:

• Perubahan mendadak gaya hidup

• Hubungan erat dengan pemasok

• Menolak cuti

• Sering pinjam uang dari orang lain

• Mabuk atau memakai narkoba

- Sistem Akuntansi:

• Dokumen hilang (nomor dokumen tidak urut)

• Kenaikan refund untuk pelanggan

• Selisih penerimaan kas harian dengan yang disetor ke bank


• Pembayaran dari pelanggan mendadak lambat

• Penundaan pencatatan transaksi

HUBUNGAN PENGENDALIAN INTERN DENGAN RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN


INTERNAL:

Jika Pengendalian Intern suatu satuan usaha lemah, maka kemungkinan terjadinya kesalahan,
kecurangan dlm perusahaan sangat besar, maka auditor/pemeriksa/pengawas harus memperluas
scope pemeriksaan, sebaliknya jika Pengendalian Intern berjalan efektif, maka scope
pemeriksaan bisa dipersempit.

Baik buruknya Pengendalian internal akan memberikan pengaruh yang besar terhadap :

1. Keamanan harta perusahaan


2. Dapat dipercayai atau tidaknya laporan- laporan yg dibuat koperasi
3. Lama atau cepatnya proses pemeriksaan akuntan publik

4. Tinggi rendahnya audit fee (biaya akuntan publik)


5. Jenis opini yang akan diberikan akuntan publik

Ruang Lingkup SPI dapat dibagi menjadi dua bidang yakni SPI Manajemen dan SPI Akuntansi:

1. SPI Manajemen : Tujuannya untuk memastikan apakah pelaksana

Mentaati semua prosedur yang ada dengan benar?, apakah prosedur yang ada telah menjamin
efisiensi… Sasarannya adalah “Tiga Tepat”,yakni:

a. Tepat Prosedur, dan juga dinilai dari kecepatan menyelesaikan pekerjaan


dan biaya lebih murah.
b. Tepat Pelaksana, berpengetahuan dan trampil, dapat dinilai dari tingkat
kerajinan, ketelitian/kesalahan, kejujuran, jumlah pekerjaan yang
diselesaikan.
c. Tepat Otoritas, pemisahan wewenang, delegasi, tanggung jawab, dapat
dinilai dari tingkat kepemimpinan, tanggung jawab terhadap
pekerjaannya (dirinya) maupun pekerjaan bawahannya
2. Bidang SPI Akuntansi: Tujuannya untuk memastikan apakah semua transaksi telah
dicatat dengan benar sesuai Standar…?, apakah Laporan Keuangan telah disusun sesuai
Standar…? Sasarannya adalah “Lima Tepat” yakni:
a. Tepat Prosedur,
b. Tepat Jumlah/Nilai,
c. Tepat Waktu,
d. Tepat Pencatatannya, dan
e. Tepat Otoritasnya.

BAGAIMANA MELAKUKAN PEMAHAMAN DAN EVALUASI ATAS PENGENDALIAN


INTERN

ADA TIGA CARA YG BISA DIGUNAKAN:

1.Internal Control Questionnaires

2.Flow Chart Fungsi-Fungsi dalam Koperasi

3.Penjelasan Narrative

Hasil Analisa ke-3 cara tersebut di bandingkan dengan “Visi-Misi, PK/RAPB, Tujuan “

Internal Control Questionnaires

• Pertanyaan-pertanyaan dalam ICQ:

1.untuk dijawab Ya (Y) atau Tidak (T) atau

2.Tidak Relevan (TR) atau Relevan (R)

Jika pertanyaan-pertanyaan tsb sudah disusun dengan baik, maka jawaban “Ya” atau “Relevan”
akan menunjukkan ciri internal control yang baik. “Tidak” atau “Tidak Relevan” akan
menunjukkan ciri internal control yang lemah.
ICQ biasanya dikelompokkan sbb:

• Umum (Struktur organisasi, pembagian tugas, akte pendirian dan umum lainnya)

• Akuntansi (manual atau berbasis IT)

• Siklus Penjualan-Piutang- Penerimaan Kas terdapat sistem dan prosedur penjualan tunai dan
kredit nya

• Siklus Pembelian-Utang- Pengeluaran Kas terdapat Sistem Pemb Tunai dan kredit nya

• Persediaan (sistem dan prosedur penyimpanan, pengawasan fisik persediaan, sistem pencatatan
dan metode penilaian dan stock opname)

• Surat Berharga (Otorisasi pembelian, penjualan dan penilaian SB)

• Aktiva Tetap (sistem dan prosedur penambahan, pengurangan, pencatatan dan penilaian AT)

• Gaji dan Upah (Sistem dan prosedur pembayaran gaji dan upah, kebijakan personalia)

Yang perlu diperhatikan dalam ICQ:

1. Auditor harus menanyakan langsung kepada staf klien dan mengisi sendiri jawabannya,
jangan sekedar menyerahkan ICQ kpd klien untuk diisi.
2. Untuk penugasan yang berikutnya (repeat engangement) ICQ tsb hrus dimutakhirkan
berdasarkan hasil tanya jawab dengan klien.
3. Ada kecenderungan bahwa klien akan memberikan jawaban seakan-akan pengendalian
intern sangat baik.

Karena itu auditor harus melakukan compliance test (test ketaatan) untuk membuktikan
efektivitas dari pengendalian intern klien.

Flow Chart:
• Menggambarkan arus dokumen dalam sistim dan prosedur di suatu unit usaha, misalnya dalam
flow chart untuk sistem dan prosedur pembelian, utang dan pengeluaran kas.

Digambarkan arus dokumen misalnya: Flowchart prosedur penghimpunan dana dan penyaluran,
Flowchart Simpanan, Pinjaman, Pembayaran Pinjaman, dll.

Narrative:

1. Auditor/Pemeriksa/Pengawas menceritakan dalam bentuk :


a. Memo,
b. Sistem dan prosedur akuntansi yang berlaku di perusahaan, misalnya prosedur
pinjaman.
2. Kelemahan SPI Koperasi
3. Rekomendasi Perbaikan (Tindak Lanjut )

Contoh sebuah SPI:

SK Pengurus tentang SISTEM PENGENDALIAN INTERN PINJAMAN

KETERBATASAN PENGENDALIAN INTERN:

1. Pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat salah karena kekeliruan atau
kesalahan yang sifatnya sederhana.
2. Adanya kolusi atau KKN
3. Biaya pengendalian intern tidak melebihi manfaat

Sistem pengendalian internal pada koperasi sangat penting untuk menjaga keamanan dan
keandalan catatan akuntansi, meningkatkan efisiensi operasi, dan memastikan kebijakan
perusahaan diikuti oleh karyawan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sistem
pengendalian internal pada koperasi antara lain ukuran koperasi, jenis koperasi, pengalaman
kepengurusan, dan manajemen. Koperasi besar memiliki kemungkinan yang besar untuk
menerapkan sistem pengendalian internal yang lebih baik daripada koperasi yang berukuran
kecil. Jenis koperasi juga dapat mempengaruhi kualitas sistem pengendalian internal yang
diterapkan.
Untuk menerapkan sistem pengendalian internal yang baik, koperasi dapat melakukan beberapa
hal seperti:

• Mengembangkan SOP: Koperasi dapat menyusun dan mengembangkan SOP sistem


pengendalian internal.

• Melakukan pelatihan: Koperasi dapat memberikan pelatihan mengenai bagaimana cara


membangun sistem pengendalian internal yang baik sehingga pengurus koperasi dapat menyusun
dan mengembangkan SOP sistem pengendalian internal.

• Menggunakan teknologi: Koperasi dapat mengembangkan sistem secara online menggunakan


web untuk mempermudah proses pengendalian internal yang dilakukan untuk mengawasi data
anggota koperasi.

Dalam melakukan kegiatan pengendalian internal, koperasi dapat menerapkan beberapa hal
seperti lingkungan pengendalian, perkiraan risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan
komunikasi, dan pemantauan. Dalam menerapkan sistem pengendalian internal, koperasi perlu
memperhatikan permasalahan yang terjadi seperti koperasi yang menjanjikan keuntungan yang
tinggi, koperasi membuka cabang di daerah lain namun tidak mengikuti tatacara yang berlaku,
praktek koperasi yang memberi pinjaman pada non anggota, menghimpun dana dari masyarakat
berlebihan, dan berkaitan dengan karyawan yang merugikan koperasi.

Koperasi SIMPAN PINJAM

Latar Belakang

Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan, berhimpun untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Dalam pelaksanaan kegiatannya, koperasi dilandasi oleh nilai-
nilai dan prinsip- prinsip yang mencirikannya sebagai lembaga ekonomi yang sarat dengan nilai
etika bisnis. Nilai-nilai yang terkandung dalam koperasi, seperti menolong diri sendiri (self
help), percaya pada diri sendiri (self reliance), dan kebersamaan (cooperation) akan melahirkan
efek sinergis. Efek ini akan menjadi suatu kekuatan yang sangat ampuh bagi koperasi untuk
mampu bersaing dengan para pelaku ekonomi lainnya. Konsepsi demikian mendudukkan
koperasi sebagai badan usaha yang cukup strategis bagi anggotanya dalam mencapai tujuan-
tujuan ekonomis yang pada gilirannya berdampak pada masyarakat secara luas. Pada era Orde
Baru (Orba), pembangunan koperasi sangat signifikan. Diwarnai oleh kesuksesan gerakan para
petani di pedesaan yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa (KUD).

Koperasi tampil sebagai lokomotif perekonomian desa, antara lain dalam penyaluran sarana
produksi pertanian (saprotan), prosesing hasil pertanian hingga kegiatan pemasaran ke Bulog dan
pasaran umum. Selain itu, koperasi juga telah mulai aktif dalam bidang usaha peternakan,
perikanan, jasa distribusi/konsumen, dan simpan pinjam/perkreditan. Kegiatan koperasi tersebut
sudah diterima keberadaannya oleh masyarakat sebagai gerakan ekonomi rakyat dalam
mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur. Berdasarkan fenomena yang terjadi
selama ini, sudah banyak jumlah koperasi yang berdiri utamanya di pedesaan. Misalnya, KUD
dan Kopersi Simpan Pinjam (KSP) yang mampu memposisikan diri sebagai lembaga dalam
program pengadaan pangan nasional serta pengelolaan dan penyaluran keuangan kepada
masyarakat. Pendirian koperasi di desa umumnya disambut baik oleh warga dengan harapan
dapat meningkatkan perekonomian desa. Menurut data statistik perkoprasian 2007 menunjukkan
bahwa tahun 2006 jumlah koperasi mencapai 141.326 unit meningkat sebesar 4.71% dari tahun
2005 sejumlah 134.963 unit (www.depkop.go.id). Kondisi ini menggambarkan keberadaan
koperasi setidaknya diharapkan mampu menumbuhkan posisi tawar (bergaining position) rakyat
terhadap pasar.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan pendahuluan tersebut, maka makalah ini akan membahas tentang :

Apa sebenarnya koperasi simpan pinjam?

Apa tujuan pendirian koperasi dan kegiatan apa saja yang dijalankan oleh koperasi simpan
pinjam tersebut?

Pengertian dan Prinsip Koperasi Simpan Pinjam

Secara harafiah koperasi yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Cooperation yang terdiri dari dua
suku kata yaitu “co” yang berarti bersama dan “operation” yang berarti bekerja. Jadi koperasi
berarti bekerja sama. Sehingga setiap bentuk kerja sama dapat disebut koperasi.
Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan di operasikan oleh orang-orang demi
kepentingan bersama.

Koperasi merupakan salah satu bentuk badan hukum yang sudah lama dikenal di Indonesia.
Pelopor pengembangan perkoperasian di Indonesia adalah Bun Hatta, dan sampai saat ini beliau
sangat dikenal sebagai bapak koperasi Indonesia. Definisi koperasi menurut “Bapak Koperasi
Indonesia” Moh. Hatta adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong-menolong.

Dalam perjalanannya koperasi yang sebenarnya sangat sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia
justru perkembangannya tidak menggembirakan. Koperasi yang di anggap sebagai anak kandung
dan tulang punggung ekonomi kerakyatan justru hidupnya timbul tenggelam, sekalipun
pemerintah telah berjuang keras untuk menghidupkan dan memberdayakan koperasi di tengah-
tengah masyarakat. Begitu banyak kemudahan yang di peroleh oleh badan hukum koperasi
melalui berbagai fasilitas, namun tidak banyak mengubah kehidupan koperasi itu sendiri.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa ada sebagian kecil koperasi yang masih tetap eksis di
tengah masyarakat. Berikut ini akan dibahas rumusan masalah dalam makalah ini.

Koperasi merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang mempunyai tujuan atau kepentingan
bersama. Jadi koperasi merupakan bentukan dari sekelompok orang yang memiliki tujuan
bersama. Kelompok orang inilah yang akan menjadi anggota koperasi yang didirikannya.
Pembentukan koperasi berdasarkan asas kekeluargaan dan gotong royong khususnya untuk
membantu para anggotanya yang memerlukan bantuan baik berbentuk barang ataupun pinjaman
uang.

Dalam praktiknya terdapat banyak jenis-jenis koperasi. Pendirian jenis koperasi tidak lepas dari
keinginan para anggota koperasi tersebut. Dalam makalah ini hanya akan bahas mengenai
koperasi yang berkaitan dengan lembaga keuangan atau pembiayaan. Koperasi yang dapat
dikategorikan sebagai lembaga pembiayaan adalah koperasi simpan pinjam. Walaupun banyak
pihak tidak memasukkannya sebagai lembaga pembiayaan.

Alasan memasukkan koperasi simpan pinjam sebagai lembaga pembiayaan dikarenakan usaha
yang dijalankan oleh koperasi simpan pinjam adalah usaha pembiayaan, yaitu menghimpun dana
dari pada anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada para
anggotanya atau masyarakat umum. Hal ini tentunya sesuai pula dengan ciri-ciri dan definisi
lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun atau menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Dalam menjalankan kegiatannya koperasi simpan pinjam memungut sejumlah uang dari setiap
anggota koperasi. Uang yang di kumpulkan para anggota tersebut. Kemudian dijadikan modal
untuk di kelola oleh pengurus koperasi, dipinjamkan kembali bagi anggota yang
membutuhkannya. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan asas kekeluargaan.

4 unsur koperasi Indonesia :

1. Koperasi adalah badan usaha;

2. Koperasi adalah kumpulan orang-orang atau badan hukum koperasi;

3. Koperasi Indonesia, koperasi yang bekerja berdasarkan prinsip-prinsip koperasi;

4. Koperasi Indonesia adalah gerakan ekonomi rakyat.

Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian pasal 3, tujuan

Koperasi adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya, serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

Prinsip-prinsip koperasi (cooperative principles) adalah ketentuan- ketentuan pokok yang


berlaku dalam koperasi dan dijadikan sebagai pedoman kerja koperasi. Lebih jauh, prinsip-
prinsip tersebut merupakan “rules of the game” dalam kehidupan koperasi. Pada dasarnya,
prinsip-prinsip koperasi sekaligus merupakan jati diri atau ciri khas koperasi tersebut. Adanya
prinsip koperasi ini menjadikan watak koperasi sebagai badan usaha berbeda dengan badan
usaha lain.

Prinsip-prinsip koperasi menurut UU No. 25 tahun 1992 dan yang berlaku saat ini di Indonesia
adalah sebagai berikut:

a) Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. Prinsip ini


mengandung pengertian bahwa,seseorang tidak boleh dipaksa
untuk menjadi anggota koperasi, namun harus berdasar atas
kesadaran sendiri. Setiap orang yang akan menjadi anggota harus
menyadari bahwa, koperasi akan dapat membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonominya. Dengan keyakinan tersebut,
maka partisipasi aktif setiap anggota terhadap organisasi dan usaha
koperasi akan timbul.
b) Pengelolaan dilakukan secara demokrasi. Prinsip pengelolaan
secara demokratis didasarkan pada kesamaan hak suara bagi setiap
anggota dalam pengelolaan koperasi. Pemilihan para pengelola
koperasi dilaksanakan pada saat rapat anggota. Para pengelola
koperasi berasal dari para anggota koperasi itu sendiri.

c) Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha
masing-masing anggota. Setiap anggota yang memberikan partisipasi aktif dalam usaha koperasi
akan mendapat bagian sisa hasil usaha yang lebih besar dari pada anggota yang pasif. Anggota
yang menggunakan jasa koperasi akan membayar nilai jasa tersebut terhadap koperasi, dan nilai
jasa yang diperoleh dari anggota tersebut akan diperhitungkan pada saat pembagian SHU.

d). Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal. Anggota adalah pemilik koperasi,
sekaligus sebagai pemodal dan pelanggan. Simpanan yang disetorkan oleh anggota kepada
koperasi akan digunakan koperasi untuk melayani anggota, termasuk dirinya sendiri. Apabila
anggota menuntut pemberian tingkat suku bunga yang tinggi atas modal yang ditanamkan pada
koperasi, maka hal tersebut berarti akan membebani dirinya sendiri, karena bunga modal tersebut
akan menjadi bagian dari biaya pelayanan koperasi terhadapnya. Dengan demikian, tujuan
berkoperasi untuk meningkatkan efisiensi dalam mencapai kepentingan ekonomi bersama tidak
akan tercapai. Modal dalam koperasi pada dasamya digunakan untuk melayani anggota dan
masyarakat sekitarnya, dengan mengutamakan pelayanan bagi anggota. Dari pelayanan itu,
diharapkan bahwa koperasi mendapatkan nilai lebih dari selisih antara biaya pelayanan dan
pendapatan.

e) Kemandirian. Kemandirian pada koperasi dimaksudkan bahwa koperasi harus mampu berdiri
sendiri dalam hal pengambilan keputusan usaha dan organisasi. Dalam kemandirian terkandung
pula pengertian kebebasan yang bertanggungjawab, otonomi, swadaya, dan keberanian
mempertanggungjawabkan segala tindakan/perbuatan sendiri dalam pengelolaan usaha dan
organisasi. Agar koperasi dapat mandiri, peran serta anggota sebagai pemilik dan pengguna jasa
sangat menentukan. Bila setiap anggota konsekuen dengan keanggotaannya dalam arti
melakukan segala aktivitas ekonominya melalui koperasi dan koperasi mampu menyediakannya,
maka prinsip kemandirian ini akan tercapai.

f) Pendidikan perkoperasian. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia Koperasi (SDMK)


adalah sangat vital dalam memajukan koperasinya. Hanya dengan kualitas SDMK yang baiklah,
maka cita-cita atau tujuan koperasi dapat diwujudkan. Nampaknya UU No. 25/1992
mengantisipasi dampak dari globalisasi ekonomi di mana SDMK menjadi penentu utama
berhasil tidaknya koperasi melaksanakan fungsi dan tugasnya.

g) Kerja sama antar koperasi. Kerja sama antar koperasi dapat dilakukan di tingkat lokal,
nasional, dan internasional. Prinsip ini sebenarnya lebih bersifat “strategi” dalam bisnis. Dalam
teori bisnis ada dikenal “Synergy Strategy” yang salah satu aplikasinya adalah kerja sama antar
dua organisasi atau perusahaan.

Koperasi simpan pinjam memiliki tiga 3 prinsip utama

1) Swadaya

Pengertian Koperasi Swadaya adalah memiliki prinsip bahwa tabungan hanya diperoleh dari
anggotanya.

2) Setia kawan

Pengertian Koperasi Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan
kepada anggota.

3) Pendidikan dan Penyadaran

Pengertian Koperasi Pendidikan dan Penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak
adalah yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.

2.2. Penghimpun / Sumber-sumber Dana Koperasi


Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus melakukan penghimpunan
dana. Dana-dana tersebut bisa uang yang masuk kategori hutang atau ekuitas atau kekayaan
bersih. Jika dilihat jenis sumber dana maka dana yang berbentuk hutang berasal dari tabungan
kemudian simpanan berjangka atau pinjaman yang diterima koperasi simpan pinjam sedangkan
yang bersumber dari kekayaan bersin diantaranya berasal dari sumber simpanan wajib anggota
dan simpanan sukerela, cadangan umum serta sehu di tahun berjalan. Dari keseluruhan sumber
dana tersebut, sumber dana utama adalah simpanan, sehingga perlu diberikan penjelasan yang
lebih mendalam tentang simpanan. Menurut PP 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada KSP/USP
dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana
dinyatakan dalam PP tersebut adalah simpanan yang merupakan hutang bagi KSP/USP,
sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi
KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi KSP). Pembahasan mengenai
simpanan di bawah ini, meliputi simpanan yang merupakan kekayaan bersih, yaitu simpanan
pokok dan simpanan wajib serta simpanan yang merupakan hutang, yaitu tabungan dan
simpanan berjangka.

Sumber dana merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan koperasi simpan pinjam dalam
rangka memenuhi kebutuhan dana para anggotanya. Bagi anggota koperasi yang kelebihan dana
diharapkan untuk menyimpan dananya di koperasi dan kemudian oleh pihak koperasi
dipinjamkan kembali kepada para anggota yang membutuhkan dana dan jika memungkinkan
koperasi juga dapat meminjamkan dananya kepada masyarakat luas.

Setiap anggota koperasi diwajibkan untuk menyetor sejumlah uang sebagai sumbangan pokok
anggota, disamping itu, ditetapkan pula sumbangan wajib kepada para anggotanya. Kemudian
sumber dana lainnya dapat diperoleh dari berbagai lembaga baik lembaga pemerintah maupun
lembaga swasta yang kelebihan dana.

Secara umum sumber dana koperasi adalah:

1. Dari para anggota koperasi berupa :


a. Turan Wajib
b. Iuran Pokok
c. Iuran Sukarela
2. Dari luar koperasi berupa :
a. Badan Pemerintah
b. Perbankan
c. Lembaga Swasta Lainnya

Pembagian keuntungan diberikan kepada para anggota sangat tergantung kepada keaktifan para
anggotanya dalam meminjamkan dana. Sebagai contoh dalam koperasi simpan pinjam semakin
banyak seorang anggota meminjam sejumlah uang, maka pembagian keuntungan akan lebih
besar dibandingkan dengan anggota yang tidak meminjam, demikian pula sebaliknya.

1. Koperasi Produksi
2. Koperasi Konsumsi
3. Koperasi Simpan Pinjam
4. Koperasi Serbaguna

Koperasi produksi di utamakan diberikan kepada para anggotanya dalam rangka berproduksi
untuk menghasilkan barang maupun jasa. Produksi dapat dilakukan dalam berbagai bidang
seperti pertanian atau industry atau jasa.

Kemudian koperasi konsumsi, dalam kegiatan usahanya adalah menyediakan kebutuhan akn
barang-barang pokok sehari-hari seperti sandang, pangan dan kebutuhan yang berbentuk barang
lainnya. Koperasi jenis ini banyak dilakukan oleh karyawan suatu perusahaan dengan
menyediakan berbagai kebutuhan bagi para anggotanya.

Sedangkan koperasi simpan pinjam melakukan usaha penyimpanan dan peminjaman sejumlah
uang untuk keperluan para anggotanya. Koperasi jenis ini sering disebut dengan koperasi kredit
yang khusus menyediakan dana bagi anggota yang memerlukan dana dengan biaya murah
tentunya.

2.3.2. Jenis koperasi berdasarkan tingkat dan luas daerah kerja

a. Koperasi Primer adalah koperasi yang yang minimal memiliki anggota


sebanyak 20 orang perseorangan.
b. Koperasi Sekunder adalah koperasi yang terdiri dari gabungan badan-
badan koperasi serta memiliki cakupan daerah kerja yang luas
dibandingkan dengan koperasi primer. Koperasi sekunder dapat dibagi
menjadi :

1. Koperasi pusat adalah koperasi yang beranggotakan paling sedikit 5 koperasi primer.

2. Gabungan koperasi adalah koperasi yang anggotanya minimal 3 koperasi pusat.

3. Induk koperasi adalah koperasi yang minimum anggotanya adalah 3 gabungan koperasi.

2.3.3. Jenis simpanan koperasi simpan pinjam

1) Simpanan Pokok (KSP)

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok
tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib (KSP)

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama, wajib dibayar oleh
anggota, kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat
diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

3) Tabungan Koperasi

Tabungan koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-
angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan oleh anggota yang bersangkutan atau kuasanya
dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi. Setiap saat pada hari kerja Koperasi. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan oleh KSP/USP agar anggota berminat menyimpan di koperasi
antara lain adalah:

a. Keamanan dana, dalam arti dapat ditarik kembali oleh pemiliknya sesuai dengan
perjanjian.
b. Menghasilkan nilai tambah dalam bentuk bunga simpanan atau insentif lainnya
dan diterima oleh anggota sesuai dengan perjanjian.
c. Bahwa menabung di KSP/USP merupakan wujud dari partisipasi anggota di
dalam kedudukannya sebagai pengguna jasa,dan karena itu anggota merasakan
adanya kedudukan yang lebih istimewa dibandingkan dengan menabung di
tempat lain. Keistimewaan anggota tersebut antara lain misalnya karena menerima
sisa hasil usaha pada akhir tahun buku, ikut serta mengambil keputusan koperasi
dan lain-lain. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tabungan dapat
meliputi :
a) Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan setiap saat pada hari kerja:
b) Jumlah setoran minimal pertama (saat pembukaan tabungan) dan setoran
minimal selanjutnya:
c) Jumlah saldo minimal yang harus ada dalam tabungan; d) Penyetoran
dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus pemilik tabungan:
d) Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan oleh pemilik tabungan
atau yang diberikan kuasa;
e) Sebagai imbalan, KSP/USP memberikan bunga tabungan kepada
penyimpan;
f) Bunga tabungan dihitung menggunakan metode tertentu misalnya saldo
rata-rata harian, saldo terkecil atau yang lainnya;
g) Pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan dengan
menambahkannya ke dalam saldo tabungan;
h) Penanggung jawab penghitungan bunga adalah bagian pembukuan.
4) Simpanan Berjangka Koperasi

Simpanan berjangka koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan satu
kali untuk suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara penyimpan dengan
koperasi yang bersangkutan dan tidak boleh diambil sebelum jangka waktu tersebut berakhir.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan simpanan berjangka dapat meliputi:

a. Calon penyimpan pada simpanan berjangka disyaratkan terlebih dulu


untuk menjadi penabung.
b. Jumlah setoran minimal.
c. Sebagai imbalan, penyimpanan akan mendapatkan bunga sesuai dengan
jangka waktu dari simpanan berjangka tersebut.
d. Pembayaran bunga simpanan berjangka dilakukan setiap akhir bulan
dengan menambahkannya ke dalam saldo tabungan.
2.3. Keuntungan Koperasi

Tujuan utama didirikannya koperasi adalah untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya.
Dengan pernyataan inilah maka dapat disimpulkan bahwa koperasi sangat menguntungkan bagi
anggotanya baik secara keuangan (financial) maupun non financial. Manfaat secara keuangan
yang dirasakan oleh para anggotanya adalah sebagai berikut:

a. Dengan adanya koperasi, anggota dapat meminjam uang pada koperasi untuk modal
usaha dengan bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan pinjaman kepada rentenir,
b. Setiap anggota dapat membeli barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih
murah di koperasi,
c. Pada akhir tahun setiap anggota mendapat keuntungan yang disebut Sisa Hasil Usaha
(SHU) yang tentu saja setelah dikurangi biaya-biaya operasional. Dimana pembagian
keuntungan atau sisa hasil usaha ini dibagi secara adil sehingga tidak ada yang dirugikan
Sedangkan secara no financial, anggota koperasi juga akan memperoleh keuntungan
yakni sebagai berikut :
a. Setiap anggota dapat berlatih berorganisasi dan bergotong royong
b. Setiap anggota dapat berlatih bertanggung jawab

Dengan terpenuhinya kebutuhan anggota maka semakin meningkatlah kesejahteraan anggota


koperasi. Dengan memajukan kesejahteraan anggotanya berarti koperasi juga memajukan
kesejahteraan masyarakat dan memajukan tatanan ekonomi nasional.

Dengan demikian koperasi memiliki peran yang besar di masyarakat. Jika banyak orang yang
dapat mengambil kemanfaatan koperasi maka perekonomian masyarakat pun akan semakin kuat.
Oleh karena itu tak heran jika koperasi disebut sebagai soko guru atau tiang utama perekonomian
di Indonesia. Keuntungan dari koperasi juga adalah bunga yang dibebankan kepada peminjam.

Semakin banyak uang yang disalurkan akan memperbesar keuntungan koperasi. Disamping itu,
keuntungan lainnya adalah memperoleh biaya-biaya administrasi yang dibebankan kepada
peminjam. Kemudian keuntungan juga dapat diperoleh dari hasil investasi lain yang dilakukan
diluar kegiatan peminjaman misalnya penempatan uang dalam bidang surat-surat berharga.

Pembagian keuntungan didalam koperasi simpan pinjam diberikan terutama bagi peminjam yang
tidak pernah lalai memenuhi kewajibannya. Keuntungan akan diberikan sesuai dengan jumlah
yang dipinjam dalam suatu periode. Semakin besar pinjaman, maka pembagian keuntungannya
pun semakin besar pula, demikian pula sebaliknya.

Dapat disimpulkan bahwa keuntungan koperasi adalah :

1. Biaya Bungan yang dibebankan kepada peminjam;


2. Biaya administrasi setiap kali transaksi; 3. Hasil investasi di luar kegiatan
koperasi.

Kesimpulan

Koperasi merupakan salah satu bidang usaha yang cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia
yaitu gotong royong. Ada beragam jenis dan tingkatan koperasi di Indonesia, salah satunya
adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi simpan pinjam memberikan berjuta manfaat bagi
anggotanya, khususnya terkait dengan permodalan, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun
untuk berwirausaha. Di Indonesia pembentukan usaha koperasi telah diatur dalam undang
undang dan peraturan pemerintah lainnya. Untuk mendirikan usaha koperasi simpan pinjam ada
beberapa hal yang harus di pahami.

Koperasi Simpan Pinjam didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya
untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan. Koperasi simpan pinjam
juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat dalam jeratan kaum lintah
darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan menggiatkan tabungan dan
mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya, Koperasi simpan
pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana
tersebut kepada para anggotanya.

Koperasi perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan banyak pelatihan yang diberikan
utamanya kepada pengurus koperasi sehingga dapat membuat kinerja dan pelayanan yang
diberikan lebih baik dengan demikian akan semakin banyak msyarakat yang tertarik untuk
berkopersai, tentunya hal ini diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah khusunya instansi
yang terkait. Kepada anggota koperasi untuk lebih aktif berpartisipasi dalam koperasi sebagai
usaha yang dikerjakan secara barsama-sama dan untuk kepentingan bersama pula
Dr.Kasmir.1998.BankdanLembaga KeuanganLainnya.Jakarta:RajaGrafindo, PT

http://www.koperasindo.net/2012/12/koperasi-simpan-pinjam-dan- pengelolaanya.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi

3. Teori Simpan Pinjam

Pengertian Simpan Pinjam

A. Simpan

Simpan adalah suatu proses perjanjian untuk mengelola asset seseorang dimana pihak pengelola
akan memberikan sejumlah return kepada pemilik asset. Tingkat return yang diberikan sesuai
dengan perjanjian yang telah ditentukan antara pihak pemberi asset dengan pihak pengelola.

B. Pinjam

Pinjaman adalah suatu perjanjian antara orang yang meminjam dengan badan/orang yang
memberi pinjaman. Adanya perjanjian ini bukan berarti setiap pengajuan pinjaman pasti dapat
diperoleh, tetapi ada persyarat-syaratan yang harus dipenuhi. Misalnya peminjam harus
melengkapi setiap surat pengajuan maupun pencairan pinjaman. Setelah dokumen-dokumen
yang dibutuhkan lengkap maka badan/orang yang memberi pinjaman akan mensurvei
kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjaman dan jaminan. Jumlah perjanjian adalah
jumlah maksimum yang dapat dipinjam oleh peminjam sesuai dengan yang telah ditentukan
sebelumnya. Peminjam diharuskan membayar bunga atas jumlah uang yang dipinjam.

4. Teori Koperasi Simpan Pinjam


A. Pengertian Koerasi Simpan Pinjam

Koperasi Simpan Pinjam adalah didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada
anggotanya untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan. Koperasi
simpan pinjam juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat dalam jeratan
kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan menggiatkan
tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-rendahnya,
Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan
kembali dana tersebut kepada para anggotanya.

B. Tujuan Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam memiliki tujuan untuk mendidik anggotanya hidup berhemat dan juga
menambah pengetahuan anggotanya terhadap perkoperasian untuk mencapai tujuannya, koperasi
simpan pinjam harus melaksanakan aturan mengenai peran pengurus, pengawas, manajer dan
yang paling penting, rapat anggota. Pengurus berfungsi sebagai pusat pengambil keputusan
tinggi, pemberi nasehat dan penjaga berkesinambungannya organisasi dan sebagai orang yang
dapat dipercaya. Menurut UU no.25 tahun 1992, pasal 39, pengawas bertugas melakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi dan menulis laporan
koperasi, dan berwewenang meneliti catatan yang ada pada koperasi, mendapatkan segala
keterangan yang diperlukan dan seterusnya. Untuk manajer koperasi simpan pinjam juga seperti
manajer di organisasi apapun, harus memiliki ketrampilan eksekutif, kepimpinan, jangkauan
pandangan jauh ke depan dan mememukan kompromi dan pandangan berbeda. Akan tetapi,
untuk mencapai tujuan, rapat anggota harus mempunyai kekuasaan tertinggi dalam organisasi
koperasi. Hal ini ditetapkan dalam pasal 22 sampai pasal 27 UU no.25 tahun 1992.

C. Prinsip utama Koperasi Simpan Pinjam

Koperasi simpan pinjam memiliki tiga 3 prinsip utama

1) Swadaya

Pengertian Koperasi Swadaya adalah memiliki prinsip bahwa tabungan hanya diperoleh dari
anggotanya.

2) Setia kawan

Pengertian Koperasi Setia Kawan adalah memiliki prinsip bahwa pinjaman hanya diberikan
kepada anggota.

3) Pendidikan dan Penyadaran

Pengertian Koperasi Pendidikan dan Penyadaran adalah memiliki prinsip membangun watak
adalah yang utama, jadi hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman.
PEMBAHASAN

KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN PENGELOLAANYA

Koperasi simpan pinjam dikelola dengan cara yang sama dengan koperasi pada umumnya hanya
saja ada beberapa bagian teknis yang berbeda. Konsep dasar yang digunakan dalam koperasi
harus dipahami terlebih fahulu oleh pengurus anda bisa melihat posting tentang manajemen
koperasi untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar pengelolaan koperasi.

MANAJEMEN KOPERASI SIMPAN PINJAM

Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha koperasi simpan pinjam adalah penghimpunan dan
penyaluran dana yang berbetuk penyaluran pinjaman terutama darai dan untuk anggota. Pada
perkembanganya memang koperasi simpan pinjam melayani tidak saja anggota tetapi juga
masyarakat luas. Kegiatan dari Sisi pasiva. Koperasi simpan pinjam dilihat dari aspek pasiva
melakukan kegiatan penghimpunan dana baik dari anggota ataupun masyarakat umum. Bentuk
penghimpunan ini bisa berupa tabungan atau simpanan sedangan dari masyarakat bisa berbentuk
pinjaman modal. Kegiatan usaha dari aspek aktiva merupakan upaya dari koperasi simpasn
pinjam atau ksp serta usp untuk memperoleh laba dengan cara mengalokasikan dari hasil dari
penghimpunan yang disalukan kepada anggota dalam bentuk pijaman. Lebih jauh jika di
kerucupkan maka kegiatan koperasi simpan pinjma bisa di rinci sebagai berikut.

1) Koperasi simpan pinjam dituntut mampu melayani penyimpanan


dan juga penarikan dana oleh anggota sesuai dengan ketentuan
serta kesepakatan.
2) Koperasi simpan pinjam juga menyalurkan dana yang terkumpul
kepada anggota yang dimasa datang akan diterima kembali secara
bertahap.

Kedua kegiatan diatas harus dikelola sedemikian rupa sehingga penghimpunan dan penyaluran
berjalan seimbang.

Penghimpunan Dana Koperasi Simpan Pinjam

Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi simpan pinjam harus melakukan penghimpunan
dana. Dana-dana tersebut bisa uang yang masuk kategori hutang atau ekuitas atau kekayaan
bersih. Jika dilihat jenis sumber dana maka dana yang berbentuk hutang berasal dari tabungan
kemudian simpanan berjangka atau pinjaman yang diterima koperasi simpan pinjam sedangkan
yang bersumber dari kekayaan bersin diantaranya berasal dari sumber simpanan wajib anggota
dan simpanan sukerela, cadangan umum serta sehu di tahun berjalan. Dari keseluruhan sumber
dana tersebut, sumber dana utama adalah simpanan, sehingga perlu diberikan penjelasan yang
lebih mendalam tentang simpanan. Menurut PP 9 Tahun 1995 simpanan adalah dana yang
dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau anggotanya kepada KSP/USP
dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana
dinyatakan dalam PP tersebut adalah simpanan yang merupakan hutang bagi KSP/USP,
sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota yang merupakan kekayaan bersih bagi
KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan simpanan wajib (bagi KSP). Pembahasan mengenai
simpanan di bawah ini, meliputi simpanan yang merupakan kekayaan bersih, yaitu simpanan
pokok dan simpanan wajib serta simpanan yang merupakan hutang, Yaitu tabungan dan
simpanan berjangka.

D. Jenis Simpanan Koperasi Simpan Pinjam


1) Simpanan Pokok (KSP)

Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib
dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok
tidak dapat diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

2) Simpanan Wajib (KSP)

Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama, wajib dibayar oleh
anggota, kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat
diambil selama yang bersangkutan menjadi anggota.

3) Tabungan Koperasi

Tabungan koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan berangsur-
angsur dan penarikannya hanya dapat dilakukan oleh anggota yang bersangkutan atau kuasanya
dengan menggunakan Buku Tabungan Koperasi, setiap saat pada hari kerja Koperasi. Faktor-
faktor yang harus diperhatikan oleh KSP/USP agar anggota berminat menyimpan di koperasi
antara lain adalah:

a. Keamanan dana, dalam arti dapat ditarik kembali oleh pemiliknya sesuai dengan
perjanjian.
b. Menghasilkan nilai tambah dalam bentuk bunga simpanan atau insentif lainnya dan
diterima oleh anggota sesuai dengan perjanjian.
c. Bahwa menabung di KSP/USP merupakan wujud dari partisipasi anggota di dalam
kedudukannya sebagai pengguna jasa, dan karena itu anggota merasakan adanya
kedudukan yang lebih istimewa dibandingkan dengan menabung di tempat lain.
Keistimewaan anggota tersebut antara lain misalnya karena menerima sisa hasil usaha
pada akhir tahun buku, ikut serta mengambil keputusan koperasi dan lain-lain.

Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan tabungan dapat meliputi :

a) Penyetoran dan pengambilan dapat dilakukan setiap saat pada hari kerja;

b) Jumlah setoran minimal pertama (saat pembukaan tabungan) dan setoran minimal selanjutnya;

c) Jumlah saldo minimal yang harus ada dalam tabungan;


d) Penyetoran dapat dilakukan oleh siapa saja, tidak harus pemilik
tabungan;
e) Pengambilan tabungan hanya dapat dilakukan oleh pemilik
tabungan atau yang diberikan kuasa;
f) Sebagai imbalan, KSP/USP memberikan bunga tabungan kepada
penyimpan;
g) Bunga tabungan dihitung menggunakan metode tertentu misalnya
saldo rata- rata harian, saldo terkecil atau yang lainnya;
h) Pembayaran bunga dilakukan setiap akhir bulan dengan
menambahkannya ke dalam saldo tabungan;
i) Penanggung jawab penghitungan bunga adalah bagian pembukuan.
4) Simpanan Berjangka Koperasi

Simpanan berjangka koperasi adalah simpanan pada koperasi yang penyetorannya dilakukan satu
kali untuk suatu jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara penyimpan dengan
koperasi yang bersangkutan dan tidak boleh diambil sebelum jangka waktu tersebut berakhir.
Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan simpanan berjangka dapat meliputi:

a. Calon penyimpan pada simpanan berjangka disyaratkan terlebih dulu untuk menjadi
penabung.
b. Jumlah setoran minimal.
c. Sebagai imbalan, penyimpanan akan mendapatkan bunga sesuai dengan jangka waktu
dari simpanan berjangka tersebut.
d. Pembayaran bunga simpanan berjangka dilakukan setiap akhir bulan dengan

Menambahkannya ke dalam saldo tabungan.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Koperasi Simpan Pinjam didirikan bertujuan untuk memberi kesempatan kepada anggotanya
untuk memperoleh pinjaman dengan mudah dan dengan bunga ringan.

Koperasi simpan pinjam juga berusaha untuk mencegah para anggotanya agar tidak terlibat
dalam jeratan kaum lintah darat pada waktu mereka memerlukan sejumlah uang, dengan jalan
menggiatkan tabungan dan mengatur pemberian pinjaman uang dengan bunga yang serendah-
rendahnya, Koperasi simpan pinjam menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian
menyalurkan kembali dana tersebut kepada para anggotanya.

B. SARAN

Sebaiknya kopersai perlu ditingkatkan dan dikembangkan dengan banyak pelatihan yang
diberikan utamanya kepada pengurus koperasi sehingga dapat membuat kinerja dan dan
pelayanan yang diberikan lebih baik dengan demikian akan semakin banyak msyarakat yang
tertarik untuk berkopersal, tentunya hal ini diperlukan perhatian yang serius dari pemerintah
khusunya instansi yang terkait. Kepada anggota koperasi untuk lebih aktif berpartisipasi dalam
koperasi sebagai usaha yang dikerjakan secara barsama-sama dan untuk kepentingan bersama
pula.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.koperasindo.net/2012/12/koperasi-simpan-pinjam-dan- pengelolaanya.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/simpan-pinjam/

http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi

http://coretan-que-anak-tki.blogspot.com/2012/10/pengertian-koperasi-simpan- pinjam.html

http://nurulinavahardhye.blogspot.com/2012/05/makalah-koperasi-simpan- pinjam.html

Anda mungkin juga menyukai