Anda di halaman 1dari 16

PENDANAAN DAN SUMBER-SUMBER PENDANAAN KOPERASI DAN UMKM

1. SUMBER PENDANAAN PENGEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM


1.1 KOPERASI
A. Sumber – Sumber Modal Koperasi
a. Modal Dasar
Tujuan utama mendirikan sebuah organisasi koperasi adalah untuk mengakumulasikan
potensi keuangan para pendiri dan anggotanya yang meskipun pada awalnya berjumlah kecil
tetapi tetap ada.
b. Modal Sendiri
 Simpanan Pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang wajib disetorkan ke dalam kas koperasi
oleh para pendiri atau anggota koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok
tidak dapat ditarik kembali oleh anggota koperasi tersebut selama yang bersangkutan masih
tercatat menjadi anggota koperasi.
 Simpanan Wajib
Jumlah simpanan tertentu yang harus dibayarkan oleh anggota kepada koperasi dalam
waktu dan kesempatan tertentu, misalnya tiap bulan dengan jumlah simpanan yang sama
untuk setiap bulannya. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang
bersangkutan masih menjadi anggota koperasi.
 Dana Cadangan
Dana cadangan ialah sejumlah uang yang diperoleh dari sebagian hasil usaha yang tidak
dibagikan kepada anggota; tujuannya adalah untuk memupuk modal sendiri yang dapat
digunakan sewaktu-waktu apabila koperasi membutuhkan dana secara mendadak atau
menutup kerugian dalam usaha.
 Hibah
Hibah adalah bantuan, sumbangan atau pemberian cuma-cuma yang tidak
mengharapkan pengembalian atau pembalasan dalam bentuk apapun. Siapa pun dapat
memberikan hibah kepada koperasi dalam bentuk apapun sepanjang memiliki pengertian
seperti itu; untuk menghindarkan koperasi menjadi tergantung dengan pemberi hibah
sehingga dapat mengganggu prinsip-prisnsip dan asas koperasi.
c. Modal Pinjaman

 Pinjaman dari Anggota


Pinjaman yang diperoleh dari anggota koperasi dapat disamakan dengan simpanan
sukarela anggota. Kalau dalam simpanan sukarela, maka besar kecil dari nilai yang
disimpan tergantung dari kerelaan anggota. Sebaliknya dalam pinjaman, koperasi
meminjam senilai uang atau yang dapat dinilai dengan uang yang berasal dari anggota.
 Pinjaman dari Koperasi Lain
Pada dasarnya diawali dengan adanya kerja sama yang dibuat oleh sesama badan usaha
koperasi untuk saling membantu dalam bidang kebutuhan modal. Bentuk dan lingkup kerja
sama yang dibuat bisa dalam lingkup yang luas atau dalam lingkup yang sempit, tergantung
dari kebutuhan modal yang diperlukan.
 Pinjaman dari Lembaga Keuangan
Pinjaman komersial dari lembaga keuangan untuk badan usaha koperasi mendapat
prioritas dalam persyaratan. Prioritas tersebut diberikan kepada koperasi sebetulnya
merupakan komitmen pemerintah dari negara-negara yang bersangkutan untuk
mengangkat kemampuan ekonomi rakyat khususnya usaha koperasi.
 Obligasi dan Surat Utang
Untuk menambah modal koperasi juga dapat menjual obligasi atau surat utang kepada
masyarakat investor untuk mencari dana segar dari masyarakat umum diluar anggota
koperasi. Mengenai persyaratan untuk menjual obligasi dan surat utang tersebut diatur
dalam ketentuan otoritas pasar modal yang ada.
 Sumber Keuangan Lain
Semua sumber keuangan, kecuali sumber keuangan yang berasal dari dana yang tidak
sah dapat dijadikan tempat untuk meminjam modal.

B. Distribusi Cadangan Koperasi


Cadangan menurut UU No. 25/1992, adalah sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha yang dimasukkan untuk memupuk modal sendiri dan untuk
menutup kerugian koperasi bila diperlukan. Sesuai Anggaran Dasar yang menunjuk pada
UU No. 12/1967 menentukan bahwa 25% dari SHU yang diperoleh dari usaha anggota
disisihkan untuk cadangan, sedangkan SHU yang berasal bukan dari usaha anggota
sebesar 60% disisihkan untuk cadangan. Banyak sekali manfaat distribusi cadangan,
seperti contoh di bawah ini:
1. Memenuhi kewajiban tertentu
2. Meningkatkan jumlah operating capital koperasi
3. Sebagai jaminan untuk kemungkinan kemungkinan rugi di kemudian hari
4. Perluasan usaha

C. Aset dalam Koperasi


Aset adalah kekayaan yang dimiliki dan dikelola koperasi untuk menjalankan operasional
usaha. Aset merupakan sumber daya yang dikuasai koperasi sebagai akibat dari peristiwa masa
lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh koperasi. Aset yang
diperoleh dari sumbangan, yang tidak terikat penggunaannya, diakui sebagai aset tetap.
Komponen Aset
1) Aset lancar yaitu aset yang memiliki masa manfaat kurang dari satu tahun. Pengklasifikasian
aset lancar antara lain:
a. Diperkirakan akan dapat direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau digunakan, dalam
jangka waktu siklus operasi normal entitas;
b. Dimiliki untuk diperdagangkan (diperjualbelikan);
c. Diharapkan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan.
Aset lancar meliputi komponen perkiraan yaitu kas, bank, surat berharga, piutang usaha,
piutang pinjaman anggota, piutang pinjaman non anggota, penyisihan piutang tak tertagih,
persediaan biaya dibayar di muka, pendapatan yang masih harus diterima, dan aset lancar lain-
lain.
2) Aset Tidak Lancar
Aset tidak lancar adalah aset yang terdiri dari beberapa macam aset, masa manfaat lebih dari
satu periode akuntansi, dimiliki serta digunakan dalam kegiatan operasional dengan kompensasi
penggunaan berupa biaya depresiasi (penyusutan). Aset tidak lancar meliputi komponen
perkiraan: investasi jangka panjang, properti investasi, akumulasi penyusutan, properti investasi,
aset tetap, akumulasi penyusutan aset tetap, aset tidak berwujud, akumulasi amortisasi, aset tidak
berwujud dan aset tidak lancar lain.
D. Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
SHU Koperasi adalah sebagai selisih dari seluruh pemasukan atau penerimaan total (total
revenue) atau biasa dilambangkan (TR) dengan biaya-biaya atau biaya total (total cost) dengan
lambang (TC) dalam satu tahun waktu. Lebih lanjut pembahasan mengenai pengertian koperasi
bila ditinjau menurut UU No.25/1992, tentang perkoperasian, Bab IX, pasal 45 adalah sebagai
berikut:

a. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang
dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
b. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha
yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk
keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
c. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
d. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan
oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
e. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya
partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
f. Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin
besar SHU yang akan diterima.

Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa
informasi dasar diketahui sebagai berikut: SHU total koperasi pada satu tahun buku, bagian (persentase)
SHU anggota, total simpanan seluruh anggota, total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet)
yang bersumber dari anggota,jumlah simpanan per anggota, omzet atau volume usaha per anggota, bagian
(persentase) SHU untuk simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Rumus Pembagian SHU
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:
a. Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan
kekeluargaan dan keadilan”.
b. Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan
koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan
5%, dan asosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
c. Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini
tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.

Rumus Pembagian SHU : SHU Koperasi = Y + X

Keterangan :

SHU Koperasi : Sisa Hasil Usaha per Anggota

Y : SHU Koperasi yang dibagi atas Aktivitas Ekonomi

X : SHU Koperasi yang dibagi atas Modal Usaha

Dengan model matematika, SHU Koperasi per anggota dapat dihitung sebagai berikut:

SHU Koperasi AE : Ta/Tk (Y) | SHU Koperasi MU : Sa/Sk (X)

Keterangan :

Y : Jasa usaha anggota koperasi Tk : Total transaksi koperasi

X : Jasa modal anggota koperasi Sa : Jumlah simpanan anggota koperasi

Ta : Total transaksi anggota koperasi Sk :Total simpanan anggota koperasi

Berikut prinsip-prinsip pembagian SHU koperasi:


1) SHU yang dibagi berasal dari anggota
Pada umumnya SHU yang dibagikan kepada anggota koperasi, bersumber dari anggota
itu sendiri. Sedangkan SHU yang sifatnya bukan berasal dari transaksi dengan anggota pada
dasarnya tidak dibagi kepada anggota, tetapi dijadikan sebagai cadangan koperasi.
2) SHU anggota dibayar secara tunai
SHU yang dibagikan per anggota haruslah diberikan secara tunai, karena dengan
demikian koperasi membuktikan dirinya sebagai badan usaha yang sehat kepada anggota
dan masyarakat mitra bisnisnya.
3) SHU anggota merupakan jasa modal dan transaksi usaha
SHU yang diterima oleh setiap anggota pada dasarnya merupakan insentif dari modal
yang diinvestasikannya dan dari hasil transaksi yang dilakukan anggota koperasi. Oleh
karena itu, dibutuhkan penentuan proporsi SHU untuk jasa modal dan jasa transaksi usaha
yang akan dibagikan kepada para anggota koperasi.
4) SHU anggota dilakukan transparan
Proses perhitungan SHU per-anggota dan jumlah SHU yang dibagi kepada anggota harus
diumumkan secara transparan dan terbuka, sehingga setiap anggota dapat dengan mudah
menghitung secara kuantitatif berapa besaran partisipasinya kepada koperasi.

1.2 UMKM
Berdasarkan peraturan dalam UMKM yang terkait dengan pendanaannya Menurut
Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah
yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank,
untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Namun untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan di atas banyak mengalami
kendala yang di hadapi oleh para pelaku UMKM. Kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) antara lain adalah :
1) Kurang permodalan,
2) Kesulitan dalam pemasaran,
3) Persaingan usaha ketat,
4) Kesulitan bahan baku,
5) Kurang teknis produksi dan keahlian,
6) Keterampilan manajerial kurang,
7) Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan
8) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan)
Permasalahan yang mendasar yang umumnya dihadapi oleh UMKM dalam
mendapatkan permodalan usaha adalah karena prosedur pengajuan yang sulit, tidak adanya
agunan, ketidaktahuan tentang prosedur dan suku bunga tinggi. Dari beberapa
permasalahan yang disebutkan di atas, yang menjadi masalah internal hanyalah faktor
ketidaktahuan tentang prosedur sedangkan faktor lainnya adalah faktor eksternal (sisi
kreditor).
Jika dilihat dari sisi kreditor (pemodal atau lembaga pembiayaan), untuk
melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-
prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan (collateral). Perbedaan
persfektif antara permasalahan yang dihadapi UMKM dengan ketentuan yang harus ditaati
oleh lembaga penyalur kredit inilah yang menjadi alasan mendasar mengapa para pelaku
UMKM masih menemui kesulitan dalam mendapatkan kredit modal usaha.

Sumber-sumber Pembiayaan Terhadap UMKM


Membahas mengenai sumber pembiayaan dalam UMKM, Undang-Undang No. 20
Tahun 2008 pada Pasal 21 disebutkan bahwa:
1) Pemerintah dan Pemerintahan Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro
dan Kecil
2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian
laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk
pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya
3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan kepada Usaha
Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan
pembiayaan lainnya.
4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah,
mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain
yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil.
5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk
kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan
bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha
Mikro dan Kecil.
Dari ketentuan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan terhadap
UMKM dapat diperoleh melalui Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN, Usaha Besar
Nasional dan Asing, pendanaan yang tercantum dalam peraturan UU No.20 tahun 2008
pada pasal 21 tersebut termasuk dari fasilitas yang diberikan oleh pemerintah dalam rangka
meningkatkan atau menciptakan usaha-usaha baru dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat banyak melalui pemberdayaan UMKM.
Sumber-Sumber Dana Internal dan Eksternal
Sumber-sumber dana internal dan eksternal menurut Undang-Undang No.20 tahun
2008 antara lain :
1) Dana internal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan dana internal disini adalah dana yang
berasal dari internal perusahaan atau UMKM sendiri,yang termasuk dana internal
meliputi:
a. Modal Sendiri, yakni uang yang dikumpulkan dari tabungan (bila bekerja)
atau warisan yang diwariskan orang tua atau hibah pemberian dari orang
lain.
b. Dari Barang yang digadaikan, yakni barang miliki sendiri yang digadaikan
baik ke lembaga formal (seperti Perum Pegadaian) atau informal.
c. Melakukan peminjaman kepada Bank dan Lembaga Keuangan sejenis Bank
dengan membayar angsuran sesuai tingkat bunga yang ada.
d. Mendapat modal dengan bermitra dengan pihak lain yang sering disebut
sebagai kemitraan usaha.
e. Mendapat pinjaman dari lembaga Non Formal seperti LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) kemanusiaan dan lembaga pemberdayaan ekonomi
lainnya.
f. Modal dengan mengoptimalkan hubungan dengan supplier (pemasok).
Selain pengembangan pembiayaan sebagaimana diuraikan diatas masih ada
beberapa sistem pembiayaan (multifinance) yang dapat dimanfaatkan UMKM,
antara lain: modal ventura, anjak piutang (factoring), penyewaan (leasing),
pegadaian, dana dan sebagainya. Pemilihannya tergantung UMKM sendiri,
berdasarkan kesesuaian, kemampuan pemenuhan persyaratan dan prosedur yang
ditetapkan masing-masing lembaga pembiayaan tersebut. Modal ventura
merupakan salah satu program Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan
telah berkembang di daerah-daerah, hampir disetiap propinsi/daerah istimewa
telah berdiri Perusahaan Modal Ventura Daerah (LMVD) yang menyediakan
modal produktif bagi UMKM.
2) Dana Eksternal UMKM
Adapun yang dimaksud dengan modal eksternal adalah modal yang berasal
dari luar perusahaan atau luar dari UMKM,yang termasuk dari dana eksternal
adalah dana dari Investor yang tertarik berinvestasi pada bisnis atau usaha yang
sedang atau akan dijalankan UMKM.

2. DUKUNGAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PENDANAAN


KOPERASI DAN UMKM
2.1 Dukungan Pemerintah dalam Pendanaan Koperasi
Peran pemerintah penting agar keberadaan koperasi terus berkembang maju dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat, terutama rakyat miskin. Dalam masalah ini,
pemerintah membuat program yang disebut KUR (Kredit Usaha Rakyat). Kredit Usaha
Rakyat (KUR) adalah kredit/ pembiayaan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah Koperasi
(UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas
penjaminan untuk usaha produktif.
Cara mengajukan Kredit Usaha Rakyat :
1) Pelaku UMKM dan Koperasi yang membutuhkan kredit usaha rakyat(KUR)
menghubungi ke 6(enam) bank yang di tunjuk sebagai bank penyalur KUR.
2) Memenuhi persyaratan dokumentasi sesuai dengan ketentuan bank pelaksana
3) Mengajukan surat permohonan kredit
4) Bank pelaksana akan melakukan penilaian kelayakan
5) Bank pelaksana berwenang memberikan persetujuan atau menolak permohonan kredit
usaha rakyat.
Dengan demikian tujuan akhir dari program KUR adalah meningkatkan perekonomian,
pengentasan kemiskinan dan penyerapan tenaga kerja.

Dalam setiap kegiatan koperasi telah diatur adalam UU yang telah dibuat oleh
pemerintah seperti dalam UU no 17 tahun 2012 yang mengatur tentang koperasi.
Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain dengan:
1) memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan penelitian
bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap permasalahan koperasi
2) melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap koperasi berupa
penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk
tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya
3) memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan
usaha dan kerja sama.
Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak
dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Adapun kebijakan pemerintah dalam
pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat
yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.
2) Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional.
3) Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas
luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan.
4) Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.

2.2 Dukungan Pemerintah terkait dengan Pendanaan UMKM


Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan sektor yang penting dan besar
kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti
pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, peningkatan devisa negara, dan pembangunan
ekonomi daerah. UKM diharapkan mempunyai kemampuan untuk ikut memacu
pertumbuhan ekonomi nasional sehingga UKM membutuhkan pelindung berupa kebijakan
pemerintah seperti undang-undang dan peraturan pemerintah.
Adapun peran pemerintah terkait pendanan UMKM, yaitu menciptakan regulasi
atau kebijakan yang baik berupa undang-undang dan peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan UMKM dari sisi perbankan yang akan memacu peranan UMKM dalam
perekonomian yaitu UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM. Adapun aspek pendanaan
dalam UU No 20 Tahun 2008 pada pasal 8 ditujukan untuk:
1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank;
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat
diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan
tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan;
4) Membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan pembiayaan
dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga
keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem
syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
Pemerintah membuat kebijakan ini untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi
yang terkait langsung dengan UMKM, selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan
potensi dan partisipasi aktif UMKM di dalam proses pembangunan nasional, khususnya
dalam kegiatan ekonomi dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan melalui
perluasan kerja dan peningkatan pendapatan.
Terdapat tiga butir kebijakan pokok pemerintah di bidang ekonomi, yaitu:
1) Peningkatan layanan jasa keuangan khususnya untuk pelaku UMKM, yang meliputi
perbaikan layanan jasa perbankan, pasar modal, multifinance, asuransi.
2) Peningkatan infrastruktur layanan jasa keuangan, berupa akses pasar, layanan
penagihan dan pembayaran, kemudahan investasi dan menabung, serta dukungan
umum atas pelaksanaan transaksi perdagangan. Peningkatan layanan jasa dan
infrastruktur pendukungnya tidak akan berarti banyak tanpa upaya pembenahan
menyeluruh untuk meningkatkan kemampuan entrepreneurship bagi pelaku UMKM.
3) Meningkatkan kemampuan dan penguasaan aspek-aspek teknis dan manajemen usaha,
pengembangan produk dan penjualan, administrasi keuangan, dan kewirausahaan
secara menyeluruh.
Pemerintah juga melalui berbagai elemen seperti Departemen Koperasi,
Departemen Perindustrian dan Perdagangan, Bappenas, BUMN juga institusi keuangan
baik bank maupun nonbank, melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan UKM agar
dapat menjadi tangguh dan mandiri serta dapat berkembang untuk mewujudkan
perekonomian nasional yang kukuh. Dukungan diwujudkan melalui kebijakan maupun
pengadaan fasilitas dan stimulus lain. Selain itu, banyak dukungan atau bantuan yang
diperlukan berkaitan dengan upaya tersebut, misalnya bantuan berupa pengadaan alat
produksi, pengadaan barang fisik lainnya juga diperlukan adanya sebuah metode,
mekanisme dan prosedur yang memadai, tepat guna, dan aplikatif serta mengarah pada
kesesuaian pelaksanaan usaha dan upaya pengembangan dengan kemampuan masyarakat
sebagai elemen pelaku usaha dalam suatu sistem perekonomian yang berbasis masyarakat,
yaitu dalam bentuk UMKM.
Berdasarkan beberapa pendapat dan langkah-langkah yang dilakukan pemerintah
dalam menjamin pengembangan UMKM dapat disimpulkan bahwa dalam rangka
memberdayaan UMKM dapat ditempuh meliputi;
1) Penetapan kebijakan pemberdayaan UKM dalam penumbuhan iklim usaha bagi usaha
kecil di tingkat nasional yang meliputi: Pendanaan/penyediaan sumber dana, tata cara
dan syarat pemenuhan kebutuhan dana;
2) Memfasilitasi akses penjaminan dalam penyediaan pembiayaan bagi UKM di tingkat
nasional meliputi: kredit perbankan, penjaminan lembaga bukan bank, modal ventura,
pinjaman dari dana pengasihan sebagai laba BUMN, hibah dan jenis pembiayaan lain.

3. MASALAH PENDANAAN KOPERASI DAN UMKM


Kasus Korupsi KUD Sulahan Bangli, Pinjaman Rp 12 Miliar Tidak Beres

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Manager KUD Sulahan Sang Putu Putra Yoga


dituntut 5 tahun penjara atas kasus dugaan korupsi dana bergulir KUD Sulahan Bangli
sebesar Rp 9 miliar. Sekretarisnya, Kadek Budiartawan juga mendapatkan tuntutan yang
sama oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), Ida Bagus PG Agung. Koperasi ini mengalami
kemunduran sejak 2009 ditandai banyaknya hutang yang dimiliki koperasi dan unit-unit
usaha yang ada di bawahnya. Salah satu usaha yang mengalami kerugian paling banyak
yaitu unit ternak yang mencapai Rp 3 miliar.
Pimpinan KUD Sulahan diduga menggunakan uang di unit simpan pinjam berupa
deposito dan tabungan nasabah untuk menutup hutang-hutangnya. Ini belum ditambah
hutang-hutang sebelumnya. Atas kondisi tersebut, atas inisiatif Putra Yoga dan
Budiartawan melakukan pinjaman ke LPDB. Namun dalam proses peminjaman terjadi
penyimpangan dan tidak terlaksana sesuai ketentuan mulai pembuatan proposal hingga
pelaksanaannya. Kedua orang tersebut kemudian mengajukan proposal LPBD ke Dinas
Koperasi dan UMKM Bangli. Diduga pengajuan proposal ini untuk menutupi hutang-
hutang yang ditimbulkan karena kerugian yang didera KUD Sulahan. Anggota koperasi
yang tercantum dalam pengajuan ternyata juga tidak ada yang mengetahui tentang adanya
peminjaman yang dilakukan pada Maret 2010 ini. Demikian dengan penentuan limit batas
pinjaman yang dituangkan dalam proposal juga tidak pernah dibahas dalam rapat KUD
maupun KSP Sulahan.
Ditengarai ada ketidakberesan dalam pengajuan proposal ini. Sebab, tanpa ada
penelitian dan analisa, proposal ini disetujui dan ditandatangani oleh Kepala Dinas
Koperasi dan UMKM Bangli serta Bupati Bangli saat itu, I Nengah Arnawa. Dalam
proposal tercantum pinjaman KUD Sulahan diajukan Rp 12 miliar dengan jumlah calon
peminjam 103 orang UMKM untuk modal usaha simpan pinjam. Selain itu, dalam daftar
nominatif KSP Sulahan juga diajukan dana Rp 2,5 miliar untuk 95 UMKM. Demikian juga
dari analisis LPDB yaitu Lucky Wicaksono dan Kepala Divisi M Ary Yoedarto yang tidak
melakukan analisis dan pengecekan secara benar terhadap proposal yang diajukan ini.
"Analisa yang dilakukan hanya berdasar beberapa rekomendasi sehingga
mempermudah pencairan dana pinjaman," ujar JPU Ida Bagus PG Agung. Dari audit BPKP
pada 29 Desember 2014, diketahui jika kedua terdakwa yaitu Yoga Putra dan Budiartawan
sudah merugikan negara sebesar Rp 9 miliar. Tak hanya itu, akibat melakukan penggelapan
uang negara ini juga membuat KUD dan KSP Sulahan menjadi bangkrut. Keduanya pun
dijerat pasal 2 ayat 1 dan pasal 18 UU 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tipikor
sebagaimana diubah dengan UU No 20 Tahun 2010. Sedangkan untuk pasal subsider
diancam dengan pasal 3 dan pasal 9 undang–undang yang sama.

Pembahasan ;
Berdasarkan kasus tersebut dapat diketahui bahwa Pemerintah memang
memberikan bantuan kepada koperasi dan UMKM dalam hal pendanaan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta masalah yang mungkin mengancam operasional koperasi. Namun
hal tersebut juga tidak diberikan secara mudah, tentu terdapat prosedur yang harus
dilakukan serta melengkapi syarat-syarat yang diperlukan. Berikut adalah persyaratan yang
diperlukan, diantaranya:
1. Telah berbadan hukum maksimal 2 tahun.
2. Bukan termasuk Koperasi Karyawan dan Koperasi Fungsional.
3. Koperasi masih aktif.
4. Belum pernah mendapatkan bantuan dana sejenis.
5. Belum pernah mendapatkan pinjaman atau sedang mengajukan dana bergulir dari
Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM).
6. Memiliki perangkat organisasi.
7. Memiliki daftar anggota.
8. Memiliki tempat kedudukan yang jelas.
9. Profil koperasi beserta program.
10. Memiliki NPWP nasional.
11. Rekening aktif.
12. Notulen rapat.
13. Surat rekomendasi SKPD.
14. Proposal usaha.
Jadi apabila pihak yang mengajukan bantuan dana untuk Koperasi sudah memenuhi
hal tersebut, maka tentu akan memperoleh bantuan dana dari peemrintah sebagai bentuk
dukungan dari pemerintah terkait dengan perkembangan koperasi. Namun pada kasus
tersebut, ternyata proposal yang dibuat untuk pengajuan dana ternyata dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, dimana terjadi penggelapan dana dari
proposal tersebut. Dari pihak Dinas Koperasi dan UMKM hendaknya juga lebih selektif
dalam menerima dan menandatangani proposal bantuan dana sehingga bantuan dapat
digunakan dengan baik. Dengan demikian kasus ini menunjukkan pendistribusian dana
bantuan dari pemerintah tidak optimal.
Perkembangan koperasi dipengaruhi oleh kualitas oknum-oknum pengurus
koperasi. Apabila pengurus koperasi melakukan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri,
maka hal tersebut tentu merugikan koperasi dan mengarah pada kebangkrutan. Hal ini
menjadi suatu hal penting yang patut diperhatikan dalam memilih atau menentukan
pengurus koperasi, dimana untuk menjadi seorang pengurus koperasi tentunya haruslah
seseorang yang berintegritas, berkomitmen tinggi terhadap instansi tempatnya bekerja dan
bermoral yang tinggi. Mengingat dewasa ini banyak terjadi kasus kebangkrutan koperasi
akibat adanya tindak pidana korupsi atau penggelapan. Padahal Koperasi juga menjadi
salah satu sumber pemberi pinjaman atau dana bagi UMKM yang berperan penting dalam
perkembangan ekonomi.
Untuk itu Pemerintah selalu berusaha mendorong perkembangan Koperasi dan
UMKM Bali, sehingga diadakan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM
Koperasi dan UMKM yang menjadi langkah penting dan strategis, karena dikatakan bahwa
berdasarkan pengalaman krisis ekonomi justru koperasi dan UMKM yang tetap mampu
bertahan sebagai bagian yang menopang bergeraknya roda perekonomian masyarakat baik
di perkotaan maupun pedesaan dengan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Oleh
karena itu Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali
selalu berusaha meningkatkan kualitas pengelola koperasi dan UMKM melalui pelatihan
dan juga pemodalan.
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menegaskan bahwa koperasi hendaknya
tidak bisa lagi berharap terhadap bantuan pemerintah. Justru koperasi harus bisa lebih
mandiri. Jadi untuk pemerintah daerah diharapkan tidak mendorong masyarakat untuk
membentuk koperasi apabila belum mampu mandiri, hal ini juga menjadi arahan dari
Presiden Jokowi agar melakukan revitalisasi total terhadap koperasi, karena kualitas
koperasi lebih penting dibandingkan kuantitas. Sehingga tidak diperlukan koperasi dengan
jumlah yang banyak, melainkan mengutamakan kualitas, dengan demikian koperasi dapat
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun jumlah koperasi di Bali pada tahun 2017 yaitu 4850, namun yang tidak
aktif sebanyak 567 koperasi atau sekitar 9,4%. Maka jumlah koperasi yang aktif berjumlah
4283 (90,57%). Sedangkan untuk UMKM mengalami pertumbuhan yaitu meningkat 4%
per Februari 2018 dari tahun 2017. Berdasarkan hal tersebut pada Pemerintah Provinsi Bali
tahun 2019 menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada 5 aspek yaitu:
1. Peningkatan akses Koperasi dan UMKM ke sumber daya produktif
2. Pengembangan kelembagaan Koperasi sesuai dengan jati diri koperasi
3. Pengembangan lingkungan usaha yang kondusif
4. Perlindungan, pemberdayaan dan pembinaan Koperasi dan UMKM
5. Peningkatan kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM

DAFTAR PUSTAKA

http://bali.tribunnews.com/2015/05/09/kasus-korupsi-kud-sulahan-bangli-pinjaman-rp-12-miliar-
tidak-beres?page=1. (Diakses pada tanggal 11 Maret 2019).

Anda mungkin juga menyukai