a. SHU koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurang
dengan biaya, penyusutan, dan kewajiban lain termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
b. SHU setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota sebanding jasa usaha
yang dilakukan oleh masing-masing anggota dengan koperasi, serta digunakan untuk
keperluan pendidikan perkoperasian dan keperluan koperasi, sesuai dengan keputusan
Rapat Anggota.
c. Besarnya pemupukan modal dana cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
d. Penetapan besarnya pembagian kepada para anggota dan jenis serta jumlahnya ditetapkan
oleh Rapat Anggota sesuai dengan AD/ART Koperasi.
e. Besarnya SHU yang diterima oleh setiap anggota akan berbeda, tergantung besarnya
partisipasi modal dan transaksi anggota terhadap pembentukan pendapatan koperasi.
f. Semakin besar transaksi (usaha dan modal) anggota dengan koperasinya, maka semakin
besar SHU yang akan diterima.
Dalam proses penghitungannya, nilai SHU anggota dapat dilakukan apabila beberapa
informasi dasar diketahui sebagai berikut: SHU total koperasi pada satu tahun buku, bagian (persentase)
SHU anggota, total simpanan seluruh anggota, total seluruh transaksi usaha (volume usaha atau omzet)
yang bersumber dari anggota,jumlah simpanan per anggota, omzet atau volume usaha per anggota, bagian
(persentase) SHU untuk simpanan anggota dan bagian (persentase) SHU untuk transaksi usaha anggota.
Rumus Pembagian SHU
Menurut UU No. 25/1992 pasal 5 ayat 1, yaitu:
a. Mengatakan bahwa “pembagian SHU kepada anggota dilakukan tidak semata-mata
berdasarkan modal yang dimiliki seseorang dalam koperasi, tetapi juga berdasarkan
perimbangan jasa usaha anggota terhadap koperasi. Ketentuan ini merupakan perwujudan
kekeluargaan dan keadilan”.
b. Di dalam AD/ART koperasi telah ditentukan pembagian SHU sebagai berikut: Cadangan
koperasi 40%, jasa anggota 40%, dana pengurus 5%, dana karyawan 5%, dana pendidikan
5%, dan asosial 5%, dana pembangunan lingkungan 5%.
c. Tidak semua komponen diatas harus diadopsi dalam membagi SHU-nya. Hal ini
tergantung dari keputusan anggota yang ditetapkan dalam rapat anggota.
Keterangan :
Dengan model matematika, SHU Koperasi per anggota dapat dihitung sebagai berikut:
Keterangan :
1.2 UMKM
Berdasarkan peraturan dalam UMKM yang terkait dengan pendanaannya Menurut
Pasal 1 butir 11 Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, menengah
yang dimaksud pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank,
untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah.
Namun untuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan di atas banyak mengalami
kendala yang di hadapi oleh para pelaku UMKM. Kesulitan yang dihadapi Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) antara lain adalah :
1) Kurang permodalan,
2) Kesulitan dalam pemasaran,
3) Persaingan usaha ketat,
4) Kesulitan bahan baku,
5) Kurang teknis produksi dan keahlian,
6) Keterampilan manajerial kurang,
7) Kurang pengetahuan manajemen keuangan, dan
8) Iklim usaha yang kurang kondusif (perijinan, aturan/perundangan)
Permasalahan yang mendasar yang umumnya dihadapi oleh UMKM dalam
mendapatkan permodalan usaha adalah karena prosedur pengajuan yang sulit, tidak adanya
agunan, ketidaktahuan tentang prosedur dan suku bunga tinggi. Dari beberapa
permasalahan yang disebutkan di atas, yang menjadi masalah internal hanyalah faktor
ketidaktahuan tentang prosedur sedangkan faktor lainnya adalah faktor eksternal (sisi
kreditor).
Jika dilihat dari sisi kreditor (pemodal atau lembaga pembiayaan), untuk
melindungi resiko kredit, menuntut adanya kegiatan bisnis yang dijalankan dengan prinsip-
prinsip manajemen modern, ijin usaha resmi serta adanya jaminan (collateral). Perbedaan
persfektif antara permasalahan yang dihadapi UMKM dengan ketentuan yang harus ditaati
oleh lembaga penyalur kredit inilah yang menjadi alasan mendasar mengapa para pelaku
UMKM masih menemui kesulitan dalam mendapatkan kredit modal usaha.
Dalam setiap kegiatan koperasi telah diatur adalam UU yang telah dibuat oleh
pemerintah seperti dalam UU no 17 tahun 2012 yang mengatur tentang koperasi.
Peranan pemerintah dalam gerakan koperasi antara lain dengan:
1) memberi bimbingan berupa penyuluhan, pendidikan ataupun melakukan penelitian
bagi perkembangan koperasi serta bantuan konsultasi terhadap permasalahan koperasi
2) melakukan pengawasan termasuk memberi perlindungan terhadap koperasi berupa
penetapan bidang kegiatan ekonomi yang telah berhasil diusahakan oleh koperasi untuk
tidak diusahakan oleh badan usaha lainnya
3) memberikan fasilitas berupa kemudahan permodalan, serta pengembangan jaringan
usaha dan kerja sama.
Koperasi dilindungi oleh pemerintah, agar apa yang telah dilaksanakan koperasi tidak
dilaksanakan dengan bidang usaha lainnya. Adapun kebijakan pemerintah dalam
pembangunan koperasi secara terinci adalah sebagai berikut:
1) Pembangunan sebagai wadah kegiatan ekonomi rakyat diarahkan agar makin memiliki
kemampuan menjadi badan usaha yang efisien dan menjadi gerakan ekonomi rakyat
yang tangguh dan berakar dalam masyarakat.
2) Pelaksanaan fungsi dan peranan koperasi ditingkatkan melalui upaya peningkatan
semangat kebersamaan dan manajemen yang lebih profesional.
3) Peningkatan koperasi di dukung melalui pemberian kesempatan berusaha yang seluas
luasnya di segala sektor kegiatan ekonomi, baik di dalam negeri maupun di luar negeri,
dan penciptaan iklim usaha yang mendukung dengan kemudahan memperoleh
permodalan.
4) Kerjasama antar koperasi dan antara koperasi dengan usaha negara dan usaha swasta
sebagai mitra usaha dikembangkan seacara lebih nyata untuk mewujudkan kehidupan
perekonomian berdasarkan demokrasi ekonomi yang dijiwai semangat dan asas
kekeluargaan, kebersamaan, kemitraan usaha, dan kesetiakawanan.
Pembahasan ;
Berdasarkan kasus tersebut dapat diketahui bahwa Pemerintah memang
memberikan bantuan kepada koperasi dan UMKM dalam hal pendanaan untuk mengatasi
kesulitan-kesulitan serta masalah yang mungkin mengancam operasional koperasi. Namun
hal tersebut juga tidak diberikan secara mudah, tentu terdapat prosedur yang harus
dilakukan serta melengkapi syarat-syarat yang diperlukan. Berikut adalah persyaratan yang
diperlukan, diantaranya:
1. Telah berbadan hukum maksimal 2 tahun.
2. Bukan termasuk Koperasi Karyawan dan Koperasi Fungsional.
3. Koperasi masih aktif.
4. Belum pernah mendapatkan bantuan dana sejenis.
5. Belum pernah mendapatkan pinjaman atau sedang mengajukan dana bergulir dari
Lembaga Pengelola Dana Bergulir KUMKM (LPDB-KUMKM).
6. Memiliki perangkat organisasi.
7. Memiliki daftar anggota.
8. Memiliki tempat kedudukan yang jelas.
9. Profil koperasi beserta program.
10. Memiliki NPWP nasional.
11. Rekening aktif.
12. Notulen rapat.
13. Surat rekomendasi SKPD.
14. Proposal usaha.
Jadi apabila pihak yang mengajukan bantuan dana untuk Koperasi sudah memenuhi
hal tersebut, maka tentu akan memperoleh bantuan dana dari peemrintah sebagai bentuk
dukungan dari pemerintah terkait dengan perkembangan koperasi. Namun pada kasus
tersebut, ternyata proposal yang dibuat untuk pengajuan dana ternyata dilakukan oleh
oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, dimana terjadi penggelapan dana dari
proposal tersebut. Dari pihak Dinas Koperasi dan UMKM hendaknya juga lebih selektif
dalam menerima dan menandatangani proposal bantuan dana sehingga bantuan dapat
digunakan dengan baik. Dengan demikian kasus ini menunjukkan pendistribusian dana
bantuan dari pemerintah tidak optimal.
Perkembangan koperasi dipengaruhi oleh kualitas oknum-oknum pengurus
koperasi. Apabila pengurus koperasi melakukan hal-hal yang menguntungkan diri sendiri,
maka hal tersebut tentu merugikan koperasi dan mengarah pada kebangkrutan. Hal ini
menjadi suatu hal penting yang patut diperhatikan dalam memilih atau menentukan
pengurus koperasi, dimana untuk menjadi seorang pengurus koperasi tentunya haruslah
seseorang yang berintegritas, berkomitmen tinggi terhadap instansi tempatnya bekerja dan
bermoral yang tinggi. Mengingat dewasa ini banyak terjadi kasus kebangkrutan koperasi
akibat adanya tindak pidana korupsi atau penggelapan. Padahal Koperasi juga menjadi
salah satu sumber pemberi pinjaman atau dana bagi UMKM yang berperan penting dalam
perkembangan ekonomi.
Untuk itu Pemerintah selalu berusaha mendorong perkembangan Koperasi dan
UMKM Bali, sehingga diadakan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan SDM
Koperasi dan UMKM yang menjadi langkah penting dan strategis, karena dikatakan bahwa
berdasarkan pengalaman krisis ekonomi justru koperasi dan UMKM yang tetap mampu
bertahan sebagai bagian yang menopang bergeraknya roda perekonomian masyarakat baik
di perkotaan maupun pedesaan dengan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit. Oleh
karena itu Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Bali
selalu berusaha meningkatkan kualitas pengelola koperasi dan UMKM melalui pelatihan
dan juga pemodalan.
Menteri Koperasi dan UKM Puspayoga menegaskan bahwa koperasi hendaknya
tidak bisa lagi berharap terhadap bantuan pemerintah. Justru koperasi harus bisa lebih
mandiri. Jadi untuk pemerintah daerah diharapkan tidak mendorong masyarakat untuk
membentuk koperasi apabila belum mampu mandiri, hal ini juga menjadi arahan dari
Presiden Jokowi agar melakukan revitalisasi total terhadap koperasi, karena kualitas
koperasi lebih penting dibandingkan kuantitas. Sehingga tidak diperlukan koperasi dengan
jumlah yang banyak, melainkan mengutamakan kualitas, dengan demikian koperasi dapat
berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun jumlah koperasi di Bali pada tahun 2017 yaitu 4850, namun yang tidak
aktif sebanyak 567 koperasi atau sekitar 9,4%. Maka jumlah koperasi yang aktif berjumlah
4283 (90,57%). Sedangkan untuk UMKM mengalami pertumbuhan yaitu meningkat 4%
per Februari 2018 dari tahun 2017. Berdasarkan hal tersebut pada Pemerintah Provinsi Bali
tahun 2019 menerapkan kebijakan-kebijakan yang mengarah pada 5 aspek yaitu:
1. Peningkatan akses Koperasi dan UMKM ke sumber daya produktif
2. Pengembangan kelembagaan Koperasi sesuai dengan jati diri koperasi
3. Pengembangan lingkungan usaha yang kondusif
4. Perlindungan, pemberdayaan dan pembinaan Koperasi dan UMKM
5. Peningkatan kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM
DAFTAR PUSTAKA
http://bali.tribunnews.com/2015/05/09/kasus-korupsi-kud-sulahan-bangli-pinjaman-rp-12-miliar-
tidak-beres?page=1. (Diakses pada tanggal 11 Maret 2019).