untuk Koperasi
Kelompok 5
Yang dimaksud dengan "penghasilan berupa bunga simpanan" adalah imbalan berupa bunga
simpanan yang diterima anggota koperasi orang pribadi dari dana yang disimpan anggota koperasi
orang pribadi pada koperasi tempat orang pribadi tersebut menjadi anggota.
Tidak termasuk dalam pengertian ini adalah bunga simpanan yang diterima anggota koperasi orang
pribadi yang merupakan bagian dari sisa hasil usaha.
• Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 2007 dan No. 62 Tahun 2008 Tentang Fasilitas Pajak
Kegiatan koperasi yang mendapatkan
perlakuan khusus
Ada beberapa kegiatan usaha koperasi yang mendapatkan perlakuan khusus:
• Koperasi yang menanamkan modalnya di bidang- bidang usaha tertentu dan atau diseluruh daerah- daerah
tertentu (mendapatkan fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2007 dan No. 62 Tahun 2008)
• Pembebasan bea masuk dan tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai serta pajak penjualan atas impor
kendaraan bermotor jenis sedan untuk dipergunakan dalam usaha pertaksian oleh Koperasi Pengemudi
Taksi. PPN dan PPn BM yang ditanggung pemerintah berlaku sepanjang kendaraan tersebut digunakan
dalam usaha pertaksian sekurang- kurangnya selama lima tahun sejak tanggal dikeluarkannya STNK
(Keputusan Presiden RI Nomor 30 Tahun 1986 dan Noomor 25 Tahun 1967, Keputusan Presiden Nomor
74 Tahun 1995)
• Pondok boro yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah bangunan sederhana, berupa
bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh
atau koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informasi
berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepeakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka
waktu 5 (Lima) tahun sejak diperoleh ( Peraturan Menkeu N0. 36/PMK.03/2007 .jo. No 80/PMK.03/2008
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Sisa Hasil Usaha adalah surplus hasil usaha atau defisit hasil usaha yang diperoleh dari
pendapatan koperasi selama satu tahun buku, setelah dikurangi dengan pengeluaran
atas berbagai beban usaha. SHU merupakan laba yang diberikan pada anggota atas
simpanan pokoknya. Pembagian SHU ini tergantung pada laba yang diperoleh koperasi
tersebut sehingga tidak dijanjikan kepada anggota di awal mendaftar.
Namun semenjak diterbitkannya UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, SHU
tidak lagi merupakan objek pajak. Hal ini tercantum pada Pasal 4 ayat 3 huruf i bagian
ketujuh UU yang berbunyi: “Yang dikecualikan dari objek pajak adalah, bagian laba
atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi, perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif;”a
Sisa Hasil Usaha (SHU)
Kemudian dijelaskan lagi lebih lanjut,
“Untuk kepentingan pengenaan pajak, badan-badan sebagaimana disebut
dalam ketentuan ini yang merupakan himpunan para anggotanya dikenai
pajak sebagai satu kesatuan, yaitu pada tingkat badan tersebut. Oleh karena
itu, bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima oleh para anggota
badan tersebut bukan lagi merupakan objek pajak.”
Kemudian, sisa lebih yang diterima oleh lembaga sosial atau keagamaan
juga dikecualikan dari objek pajak jika sisa lebih tersebut ditanamkan
kembali dalam bentuk sarana dan prasarana sosial serta keagamaan dalam
jangka waktu
paling lama 4 tahun sejak diperolehnya sisa lebih
Kewajiban Perpajakan Koperasi
Secara umum, kewajiban perpajakan koperasi meliputi:
• Mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan/atau PKP
• Menyetorkan dan Melaporkan Pajak Penghasilan Badan
• Melakukan Pemotongan Pajak Penghasilan
• Melakukan Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Dimana dalam pengenaannya terhadap pajak penghasilan, koperasi akan dikenakan tarif
atas PPh 21, PPh Pasal 23, PPh masa 25, PPh 29, serta PPh final 4 ayat (2).
Sedangkan dalam pengenaannya terhadap pajak pertambahan nilai (PPN), koperasi terlebih
dahulu diharuskan untuk dikukuhkan sebagai PKP dan kemudian koperasi diwajibkan
untuk membuat faktur pajak sebagai bukti dalam pemungutan pajak keluaran yang
dilakukannya.
PPh Pasal 21
PPh 21 dibayarkan setiap bulannya. Biasanya, koperasi memungut PPh 21 atas pemberian kerja yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai ( Pasal 21 ayat 1a).
Tarif pajak bagi WP OP (pasal 17 ayat 1a)
# Jika penerima penghasilan tidak memiliki NPWP, maka dikenakan tarif lebih tinggi 20% dari tarif normal
Tarif pajak bagi WP badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sebesar 22% yang mulai berlaku tahun pajak
2022 (pasal 17 ayat 1b
PPh Pasal 23
Kewajiban pemotongan PPh oleh pihak yang wajib membayarkan penghasilan atas
penghasilan dengan nama dan bentuk apapun yang dibayarkan, serta disediakan untuk
dibayarkan atau telah jatuh tempo pembayarannya. PPh 23 dikenakan atas penghasilan selain
yang telah dipotong oleh PPH 21, yaitu berupa:
• Sebesar 15% dari jumlah bruto atas : dividen (pasal 4 ayat 1g), bunga (pasal 4 ayat 1f),
royalti, hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang dipotong pajak
penghasilan sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 21 ayat 1 e.
• Sebesar 2% dari jumlah bruto atas : sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta kecuali sehubung dengan yang dimaksudkan pada pasal 4 ayat 2 dan
imbalan sehubung dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultasi,
dan jasa lainnya selain jasa yang telah dipotong pasal 21.
PPh Pasal 4 ayat (2)
• Bunga simpanan koperasi bagi orang pribadi
• Hadiah undian
• Penghasilan dari uasaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu
• Penghasilan pengalihan hak atas tanah dan bangunan
• Penghasilan persewaan tanah dan bangunan
• Penghasilan usaha jasa konstruksi
• Dividen yang diterima orang pribadi (sebelum UU cipta kerja)
01 02 03
Metode Gross Up Pendapatan dan biaya yang Membuat daftar nominatif
merupakan metode tax dikategorikan sebagai non sebagai kelengkapan atas
planning yang efisien dan deductible rincian-rincian biaya yang
rekomendasi untuk expense dialihkan atau transforming dikeluarkan oleh koperasi
perhitungan PPh Pasal 21 menjadi deductible expense sesuai sehingga penghasilan kena
di koperasi. Metode Gross dengan aturan dan undang-undang pajak (PKP) yang timbul
Up dapat memberikan perpajakan. Dengan adanya akan sesuai dengan aturan
keuntungan baik bagi pengalihan atas biaya tersebut maka dan Undang-Undang
perusahaan maupun bagi akan berdampak pada penurunan perpajakan yang berlaku
karyawan Penghasilan Kena Pajak (PKP).
Thank's For Watching