Anda di halaman 1dari 13

OPTIMALISASI PRODUKSI INDUSTRI SAMBAL

MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN LINIER


OPTIMALIZATION OF PRODUCTION INDUSTRIAL SAUCE
USING LINEAR PROGRAMMING
Denny Sindi Pratama (30408263)
Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma
Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 16424
densitama@gmail.com
ABSTRAK
Penggunaan sumber daya yang optimal merupakan salah satu faktor penting
yang akan menentukan keberhasilan produksi. Maka dari itu, penggunaan sumber daya
dalam proses produksi harus dilakukan secara optimal. Penelitian ini mengoptimalkan
keterbatasan sumber daya dalam industri sambal untuk menghasilkan kombinasi semua
produk sambal sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal. Metode yang digunakan
adalah pemrograman linier yang digunakan untuk menghasilkan kombinasi beberapa
produk berdasarkan keterbatasan sumber daya sehingga diperoleh keuntungan yang
maksimal. Penelitian dimulai dengan melakukan peramalan penjualan, penentuan
keuntungan, dan perhitungan maksimasi keuntungan menggunakan pemrograman
linier. Berdasarkan hasil penelitian, keuntungan maksimal yang diperoleh sebesar Rp.
234.347.800 dengan kombinasi dari semua produk sambal. Kombinasi produk sambal
yang harus diproduksi sebanyak 45.835 unit sachet, produk botol kecil 140 ml sebanyak
54.675 unit, produk botol sedang 320 ml sebanyak 59.418 unit, produk botol besar 600
ml sebanyak 7.684 unit, produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit, dan produk botol
sedang seafood 320 ml sebanyak 5.791 unit. Hasil analisis sensitivitas bila diasumsikan
terjadi peningkatan biaya produksi tanpa adanya peningkatan harga jual sekitar 26%
dan dengan peningkatan harga jual sekitar 27%.
Kata Kunci: Optimalisasi, Maksimasi Keuntungan, Pemrograman Linier, Produk
Sambal.
ABSTRACT
Optimal resources utilization is one important factor that will determine the
success of the production. Therefore, the use of resources in the production process
must be performed optimally. This research is to optimize the use of the limited
resources in the industry to produce a combination of sauce products in order to
achieve maximum profit by employing ordinary linear programming. The research
begins with sales forecasting, problem formulation followed by ordinary linear
programming. Based on the research, maximum profit is achieved Rp. 234.347.800 with
the production mixed of sauce products as follows 45.835 units of the sachet, 54.675
bottle units of the 140 ml, 59.418 bottle units of the 320 ml, 7.684 bottle units of the 600
ml, 603 jerry can units of the 5 kg, and 5.791 bottle units seafood of the 320 ml. The
results of sensitivity analysis by assuming the increase of the cost of production without
an increase in the selling price of approximately 26% and to increase the selling price
of approximately 27%.
Key Words: Optimalization, Maximum Profit, Linear Programming, Sauce Products.

PENDAHULUAN
Sumber daya merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan
keberhasilan produksi. Semua sumber daya yang terlibat langsung dalam pabrik akan
sangat mempengaruhi proses produksi. Maka dari itu, penggunaan sumber daya dalam
pabrik harus dilakukan secara optimal. Tanpa adanya penggunaan sumber daya yang
optimal dalam suatu pabrik, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi
yang pastinya akan mengurangi jumlah hasil produksi, begitu juga sebaliknya.
Sehingga, dapat dikatakan penggunaan sumber daya yang optimal sangat erat kaitannya
dengan keuntungan yang akan didapat oleh perusahaan.
Setiap perusahaan tentunya mengharapkan keuntungan yang maksimal dari hasil
penjualan produknya. Keuntungan yang maksimal dapat diperoleh dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada atau terbatas. Hal tersebut dipertegas oleh
Aminudin (2005) yang menyatakan bahwa sebuah organisasi harus membuat keputusan
mengenai cara mengalokasikan sumber-sumbernya, dan tidak ada organisasi yang
beroperasi secara permanen dengan sumber yang tidak terbatas. Maka dari itu, pihak
manajemen harus secara terus-menerus mengalokasikan sumber daya yang langka untuk
mencapai tujuan yang optimal.
Industri sambal merupakan usaha yang memproduksi produk sambal dengan
beberapa jenis produk. Jenis produk itu adalah dalam bentuk sachet 10 gr, botol kecil
140 ml, botol sedang 320 ml, botol besar 600 ml, jerigen 5 kg, dan botol sedang seafood
320 ml. Semua jenis produk itu menggunakan bahan baku yang sama dalam proses
produksinya. Industri sambal tersebut belum menerapkan penggunaan sumber daya
yang optimal. Hal itu dapat dilihat dari sering terjadinya penumpukan hasil produksi di
gudang penyimpanan. Hal lainnya yang dapat dilihat adalah ketidakmampuan industri
sambal tersebut dalam menentukan jumlah produksi yang optimal. Hal tersebut
mengakibatkan industri sambal tersebut mengalami kekurangan dan kelebihan produksi
yang dapat menyebabkan keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah memaksimalkan keuntungan dengan memproduksi
jumlah kuantitas produksi yang tepat dari semua produk. Penelitian mengenai
optimalisasi produksi telah dilakukan sebelumnya oleh Purnama (2010) mengenai
optimalisasi produksi tahu dengan dua jenis tahu yaitu tahu goring dan tahu putih.
Selain itu, Wulandari (2010) juga telah melakukan penelitian mengenai optimalisasi
produksi tahu dengan tiga jenis tahu yaitu tahu kecil, tahu besar, dan tahu jumbo.
METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah besarnya permintaan pasar,
biaya produksi, harga jual, kapasitas tiap sumber daya, dan waktu proses pembuatan
tiap produk. Data besarnya permintaan pasar diperoleh dari penjualan masa lalu yang
diramalkan ke masa mendatang untuk mengetahui besar permintaan pasarnya. Data
biaya produksi, harga jual, kapasitas, dan waktu proses digunakan untuk melakukan
pengolahan data terkait dengan penentuan jumlah kuantitas produksi untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal.
Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dari perhitungan peramalan
dilakukan untuk mengetahui besarnya permintaan pasar di masa mendatang.
Perhitungan peramalan menggunakan metode yang sesuai dengan bentuk pola datanya.
Berikutnya melakukan perhitungan biaya produksi dengan harga jual yang
menghasilkan keuntungan, di mana keuntungan yang telah dihasilkan akan
dimaksimalkan menggunakan pemrograman linier.

Penelitian mengenai optimalisasi produksi industri sambal memiliki beberapa


tahapan. Tahapan penelitian untuk menghasilkan produk yang optimal sehingga
diperoleh keuntungan maksimal tercantum pada Gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Penelitian

Tahap paling awal adalah melakukan penelitian pendahuluan, hal ini dilakukan
dengan cara melakukan survei langsung ke industri sambal tersebut untuk mendapatkan
gambaran permasalahan yang terjadi. Pada tahap ini juga dilakukan studi pustaka
berupa referensi atau buku-buku teori mengenai pemrograman linier. Studi pustaka
lainnya yang digunakan adalah jurnal ilmiah mengenai metode optimasi dan maksimasi
keuntungan.
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah industri sambal tersebut
belum menerapkan optimasi sumber daya yang tersedia dalam menghasilkan produk
dan juga belum mengetahui kuantitas produksi yang tepat dari semua jenis produk
tersebut, sehingga keuntungan yang diperoleh belum maksimal. Untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal, penggunaan sumber daya yang terbatas dalam
menghasilkan produk harus dioptimalkan.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah memaksimalkan keuntungan
dalam menghasilkan produk sambal dengan sumber daya yang terbatas. Selain itu,
mengetahui kuantitas produksi yang tepat dari semua produk yang dihasilkan sehingga
mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Tahap berikutnya adalah pengumpulan data, data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah besarnya permintaan pasar, biaya produksi, harga jual, kapasitas
tiap sumber daya, dan waktu proses pembuatan tiap produk. Data besarnya permintaan
pasar diperoleh dari penjualan masa lalu yang diramalkan ke masa mendatang untuk
mengetahui besar permintaan pasarnya. Data biaya produksi, harga jual, kapasitas, dan

waktu proses digunakan untuk melakukan pengolahan data terkait dengan penentuan
kuantitas produksi untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. Jika data yang
dibutuhkan belum mencukupi, maka kembali ke tahap pengumpulan data. Tetapi, jika
data yang dibutuhkan sudah mencukupi, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
pengolahan data dan analisis.
Tahap pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dari perhitungan peramalan
dilakukan untuk mengetahui besarnya permintaan pasar di masa mendatang.
Perhitungan peramalan menggunakan metode yang sesuai dengan bentuk pola datanya.
Berikutnya melakukan perhitungan biaya produksi dengan harga jual yang
menghasilkan keuntungan, dimana keuntungan yang telah dihasilkan akan
dimaksimalkan menggunakan pemrograman linier.
Pemrograman linier digunakan untuk mengetahui kuantitas produksi yang tepat
sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi industri sambal tersebut.
Setelah diperoleh hasil dari kuantitas produksi yang tepat, berikutnya dilakukan analisis
dari hasil tersebut. Hasil dari kuantitas produksi yang tepat diperoleh berdasarkan semua
sumber daya yang terbatas, sehingga dapat diketahui keuntungan yang maksimal bagi
industri sambal tersebut.
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, kesimpulan yang
diperoleh merupakan jawaban dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain
kesimpulan, terdapat juga saran untuk industri sambal agar menerapkan penelitian ini
sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal.
PEMBAHASAN
Pembahasan yang pertama dibahas adalah peramalan penjualan untuk semua
produk sambal. Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu (Handoko, 1999). Menurut Gaspersz
(2002), peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang
berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu
historis. Data penjualan semua produk yang diperoleh mulai dari tahun 2006 sampai
tahun 2011 tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Penjualan Produk

Produk (unit)
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood
320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg

2006
2007
488.117 498.079
351.656 370.164
394.712 438.569

Tahun
2008
2009
2010
2011
508.244 518.616 529.200 540.000
389.646 410.154 431.741 454.464
487.299 541.443 601.603 668.448

58.119

59.917

61.770

63.680

65.650

67.680

68.526
6.059

72.133
6.247

75.929
6.440

79.925
6.639

84.132
6.844

88.560
7.056

Data penjualan masa lalu tersebut digunakan untuk menghasilkan peramalan


pada tahun berikutnya. Hasil dari peramalan digunakan untuk mengetahui minimal
produk yang harus diproduksi untuk tiap produk. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi
kekurangan atau kelebihan produksi. Perhitungan peramalan untuk semua produk diolah

dengan metode regresi linier karena bentuk pola datanya tren. Peramalan penjualan
semua produk sambal untuk tahun berikutnya tercantum pada Gambar 2.
800000
Sachet 10 gr

Penjualan (Unit)

700000
600000

Botol Kecil 140 ml

500000
400000

Botol Sedang 320 ml

300000
200000

Botol Sedang Seafood


320 ml

100000

Botol Besar 600 ml

0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Jerigen 5 kg

Tahun
Gambar 2. Peramalan Penjualan

Hasil peramalan penjualan semua produk di atas menunjukkan hasil peramalan


untuk tahun 2012. Data hasil peramalan yang digunakan untuk penelitian ini adalah
untuk setiap bulan, maka dari itu diambil rata-rata penjualan untuk setiap bulan pada
tahun 2012. Rata-rata penjualan perbulan untuk produk sachet 10 gr sebanyak 45.835
unit, botol kecil 140 ml sebanyak 39.436 unit, botol sedang 320 ml sebanyak 59.418
unit, botol sedang seafood 320 ml sebanyak 5.791 unit, botol besar 600 ml sebanyak
7.684 unit, dan jerigen 5 kg sebanyak 603 unit. Hasil peramalan tersebut digunakan
sebagai batasan minimal produk yang harus diproduksi agar mampu memenuhi
permintaan konsumen.
Setelah diketahui hasil peramalan, berikutnya dilakukan perhitungan biaya
produksi sambal. Menurut Hammer dan Usry (1994), biaya produksi atau biaya
pabrikasi adalah penjumlahan dari tiga unsur biaya yaitu bahan langsung, pekerja
langsung, dan overhead pabrik. Biaya bahan langsung dan biaya pekerja langsung dapat
digolongkan ke dalam kelompok biaya utama. Biaya upah pekerja dan overhead pabrik
dapat digolongkan ke dalam kelompok biaya konversi yang menggambarkan biaya
perubahan bahan langsung menjadi barang jadi.
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mengubah bahan
mentah menjadi barang jadi melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas pabrik. Tiga
unsur utama yang terdapat dalam biaya produksi adalah biaya bahan langsung, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (Horngren dan Foster, 1992).
Menurut Nasution (2005), biaya produksi memiliki tiga elemen biaya yaitu biaya bahan
baku (langsung dan tidak langsung), biaya tenaga kerja (langsung dan tidak langsung),
dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku untuk untuk satu gentong (100 liter)
tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Biaya Bahan Baku untuk Satu Gentong

Komposisi
Biaya
Bahan Baku
Sambal
(Rp)
Asli
Air (liter)
17,5
7.000
Bawang Putih (kg)
1
17.000
Cuka (liter)
1
10.000
Garam (kg)
13
35.000
Gula (kg)
10
100.000
Tepung benzoat (kg)
0,3
2.000
Tepung jagung (kg)
3
13.500
Cabai rawit (kg)
30
615.000
Cabai merah (kg)
10
170.000
Ubi (kg)
15
105.000
Total Biaya Bahan Baku
1.074.500

Komposisi
Sambal Seafood

Biaya
(Rp)

15,5
6.200
1
17.000
1
10.000
13
35.000
12
120.000
0,3
2.000
3
13.500
30
615.000
10
170.000
15
105.000
- 1.093.700

Berikutnya adalah menghitung biaya tenaga kerja di mana rata-rata gentong


yang dihasilkan setiap hari adalah 30 gentong. Sedangkan, jumlah hari kerja pada
industri sambal tersebut dalam sebulan diasumsikan selama 26 hari. Tenaga kerja yang
terlibat sebanyak 31 orang yang terdiri dari tiga supervisor, 23 operator pria, dan lima
operator wanita. Gaji setiap bulan untuk supervisor sebesar Rp. 5.000.000 dan untuk
operator sebesar Rp. 1.200.000. Total gaji untuk semua tenaga kerja dalam sebulan
sebesar Rp. 48.600.000. Rata-rata gentong yang dihasilkan dalam satu bulan sebanyak
780 unit gentong. Jadi, total biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan untuk satu
gentong sebesar Rp. 62.307,69.
Setelah diketahui biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, selanjutnya adalah
menghitung biaya overhead pabrik. Biaya overhead pabrik menggambarkan biaya
perubahan bahan langsung menjadi barang jadi (Hammer dan Usry, 1994). Biaya
overhead pabrik diperoleh diluar dari biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik meliputi perlengkapan pabrik, pajak bumi dan
bangunan, pemeliharaan dan reparasi, penerangan dan listrik, dan biaya overhead pabrik
lainnya. Total biaya overhead pabrik dalam sebulan sebesar Rp. 30.000.000 dengan
rata-rata gentong yang dihasilkan dalam sebulan sebanyak 780 unit, maka biaya
overhead pabrik untuk satu gentong sebesar Rp. 38.461,54.
Berdasarkan tabel biaya bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik, maka
dapat diketahui total biaya produksi untuk satu gentong. Total biaya produksi sambal
asli untuk satu gentong sebesar Rp. 1.175.269,23. Total biaya sambal seafood untuk
satu gentong sebesar Rp. 1.194.469,23. Setelah diketahui total biaya produksi satu
gentong, maka berikutnya dapat diketahui biaya produksi tiap unit produk. Biaya
produksi tiap unit produk diperoleh berdasarkan jumlah hasil produksi tiap gentong dari
setiap produk.
Hasil produksi dari satu gentong untuk produk sachet 10 gr sebanyak 10.000
unit, produk botol kecil 140 ml sebanyak 714 unit, dan produk botol sedang 320 ml
sebanyak 312 unit. Hasil produksi dari satu gentong untuk produk botol sedang seafood
320 ml menghasilkan sebanyak 312 unit, produk botol besar 600 ml sebanyak 166 unit,
dan produk jerigen 5 kg sebanyak 20 unit. Jadi, biaya produksi untuk tiap produk bisa

diketahui. Biaya produksi untuk produk sachet 10 gr sebesar Rp. 117,53, untuk produk
botol kecil 140 ml sebesar Rp. 1.646,04, dan untuk botol sedang 320 ml sebesar Rp.
3.766,89. Biaya produksi untuk botol sedang seafood 320 ml sebesar Rp. 3.828,43,
untuk produk botol besar sebesar Rp. 7.079,94, dan produk jerigen 5 kg sebesar Rp.
58.763,46.
Biaya produksi di atas belum termasuk dalam biaya kemasan, biaya kemasan
untuk setiap produk berbeda karena beda bentuk dan volumenya. Biaya kemasan untuk
produk sachet 10 gr sebesar Rp. 20, produk botol kecil 140 ml sebesar Rp. 600, dan
untuk produk botol sedang 320 ml sebesar Rp. 1.200. Biaya kemasan untuk produk
botol sedang seafood 320 ml sebesar Rp. 1.200, produk botol besar 600 ml sebesar
1.700, dan untuk produk jerogen 5 kg sebesar RP. 5.500.
Setelah diketahui biaya kemasan untuk tiap produk, maka dapat diketahui total
biaya produksi untuk tiap unit produk. Total biaya produksi untuk tiap produk
tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Total Biaya Produksi Tiap Produk

Produk
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood 320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg

Total Biaya (Rp)


137,53
2.246,04
4.966,89
5.028,43
8.779,94
64.263,46

Setelah diketahui total biaya produksi untuk tiap produk, berikutnya dilakukan
perhitungan keuntungan atau laba untuk tiap produk sambal. Hal ini dikarenakan setiap
perusahaan akan berharap memperoleh laba atau keuntungan dari pendapatan yang
diperolehnya, dimana pendapatan dihasilkan dari penjualan produknya (Ahyari, 1987).
Perbandingan biaya terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk pada
akhir periode fiskal akan menghasilkan keuntungan untuk periode tersebut (Hammer
dan Usry, 1994). Keuntungan yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan harga jual,
harga jual tiap produk sambal termasuk dalam tingkat produsen.
Harga jual untuk satu dus produk sachet 10 gr yang berisi 24 bungkus (1
bungkus berisi 25 sachet) sebesar Rp. 96.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar
Rp. 160. Harga jual untuk satu dus produk botol kecil 140 ml yang berisi 48 botol
dengan harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 3.437,5.
Harga jual untuk satu dus produk botol sedang 320 ml yang berisi 24 botol dengan
harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 6.875.
Harga jual untuk satu dus produk botol sedang seafood 320 ml yang berisi 24
botol dengan harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp.
6.875. Harga jual untuk satu dus produk botol besar 600 ml yang berisi 12 botol dengan
harga sebesar Rp. 150.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 12.500. Harga
jual untuk satu dus produk jerigen 5 kg yang berisi 3 jerigen dengan harga sebesar Rp.
270.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 90.000.
Setelah diketahui biaya produksi dan harga jual untuk tiap unit produk, maka
berikutnya dapat diketahui keuntungan untuk tiap produk. Keuntungan ini diperoleh
setelah terjadinya penjualan produk ke konsumen. Keuntungan dapat dikatakan sebagai
semua pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari penjualan produk lebih besar

dibandingkan dengan biaya yang telah dikeluarkan (Supriyono, 1992). Keuntungan


tersebut nantinya akan dimaksimasi berdasarkan sumber daya yang tersedia. Proses
distribusi semua produk ke konsumen dilakukan setiap hari. Keuntungan untuk tiap
produk tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Keuntungan Tiap Produk

Produk
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood 320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg

Biaya Produksi
(Rp)
137,53
2.246,04
4.966,89
5.028,43
8.779,94
64.263,46

Harga Jual
(Rp)
160,00
3.437,50
6.875,00
6.875,00
12.500,00
90.000,00

Keuntungan
(Rp)
22,47
1.191,46
1.908,11
1.846,57
3.720,06
25.736,54

Setelah diperoleh keuntungan tiap produk, berikutnya dilakukan perhitungan


optimalisasi produksi dan maksimasi keuntungan menggunakan pemrograman linier.
Menurut Abbas, Darudiato, dan Fransisca (2008), perusahaan perlu membuat suatu
perencanaan produksi yang dapat memberikan keputusan optimal berdasarkan
keterbatasan sumber daya yang dimilikinya. Perencanaan produksi bertujuan untuk
memaksimalkan laba dapat dilakukan dengan metode pemrograman linier. Menurut
Merlyana dan Abbas (2008), perusahaan perlu melakukan perbaikan dalam perencanaan
produksi. Perencanaan produksi itu dimaksudkan agar kegiatan produksi yang dilakukan
dapat memenuhi permintaan pasar dengan lebih optimal.
Pemrograman linier adalah suatu teknik perencanaan yang bersifat analitis yang
analisisnya menggunakan model matematis. Tujuan pemrograman linier adalah
menemukan beberapa kombinasi alternatif pemecahan optimum terhadap persoalan
(Aminudin, 2005). Pemrograman linier merupakan suatu cara untuk menyelesaikan
persoalan atau masalah sumber daya yang terbatas diantara beberapa aktivitas yang
bersaing dengan cara yang terbaik dan mungkin untuk dilakukan (Dimyati, 1994).
Keuntungan yang diperoleh untuk tiap unit produk, dapat dioptimalkan dengan
memproduksi setiap produk dengan kombinasi yang tepat. Metode pemrograman linier
dapat menghitung kombinasi produk yang tepat sehingga menghasilkan keuntungan
yang maksimal. Data yang diperlukan untuk melakukan perhitungan pemrograman
linier adalah data kebutuhan tiap produk, potensi pasar untuk tiap produk, keuntungan
yang diperoleh dari tiap produk, dan kapasitas tiap sumber daya yang tersedia.
Masalah yang akan diselesaikan adalah menghasilkan kombinasi produk yang
tepat sehingga diperoleh keuntungan yang maksimal dengan berbagai macam kendala
yang terjadi. Kendala yang terjadi adalah terbatasnya kapasitas 10 jenis bahan baku
yang digunakan untuk membuat produk. Selain itu, kendala lainnya adalah keenam
pasar setiap produk yang harus dipenuhi dan keterbatasan keenam waktu produksi untuk
tenaga kerja. Kendala-kendala tersebut harus bisa dioptimalkan agar mampu
menghasilkan kombinasi produk yang tepat sehingga diperoleh keuntungan maksimal.
Variabel keputusan pada penelitian ini adalah keenam produk yang diproduksi
mulai dari sachet 10 gr (X1), botol kecil 140 ml (X2), botol sedang 320 ml (X3), botol
besar 600 ml (X4), jerigen 5 kg (X5), dan botol sedang seafood 320 ml (X6).
Berikutnya menentukan model matematis yang terdiri dari dua fungsi, yaitu fungsi
tujuan dan fungsi batasan seperti tercantum di bawah ini.

Fungsi tujuan (Rp)


Maksimasi Z = 22,47 X1 + 1.191,46 X2 + 1.908,11 X3 + 3.720,06 X4 + 25.736,54 X5
+ 1.846,57 X6
Fungsi batasan
7.000 (air)
0,00175 0,02451 0,05609 0,10542 0,87500 0,04968
400 (b. putih)
0,00010 0,00140 0,00321 0,00602 0,05000 0,00321
400 (cuka)
0,00010 0,00140 0,00321 0,00602 0,05000 0,00321
0,00130 0,01821 0,04167 0,07831 0,65000 0,04167 5.000 (garam)
4.000 (gula)
0,00100 0,01401 0,03205 0,06024 0,50000 0,03846

150
(t. benzoat)
0,00003 0,00042 0,00096 0,00181 0,01500 0,00096
1.100 (t. jagung)
0,00030 0,00420 0,00962 0,01807 0,15000 0,00962
0,00300 0,04202 0,09615 0,18072 1,50000 0,09615 12.000 (cabai rawit)
5.000 (cabai merah)
X1 0,00100 0,01401 0,03205 0,06024 0,50000 0,03205
6.000 (ubi)
X2 0,00150 0,02101 0,04808 0,09036 0,75000 0,04808
1
45.835 (p. sachet)
X3
1
X4
39.436 (p. kecil)
X5
1
59.418 (p. sedang)
X6
1
5.791 (p. seafood)
1
7.684 (p. besar)
603 (p. jerigen)
1
0,672
748.800 (tk. sachet)
8,151
748.800 (tk. kecil)
12,601
748.800 (tk. sedang)
13,077 748.800 (tk. seafood)
28,554
748.800 (tk. besar)
748.800 (tk. jerigen)
171
Setelah diketahui fungsi tujuan dan fungsi batasan, selanjutnya diolah
menggunakan software WinQSB Pengolahan software menggunakan WinQSB dimulai
dengan langkah memasukkan spesifikasi masalah yang meliputi judul masalah,
banyaknya variabel keputusan, dan banyaknya batasan yang ada. Hasil pengolahan
software meliputi hasil optimalisasi produksi dan maksimasi keuntungan, ringkasan
batasan sumber daya (constraint summary), analisis sensitivitas fungsi tujuan
(sensitivity analysis for OBJ), dan analisis sensitivitas fungsi batasan (sensitivity
analysis for RHS). Hasil dari software WinQSB mengenai optimalisasi produksi dan
maksimasi keuntungan tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Optimalisasi Produksi dan Maksimasi Keuntungan

Setelah diperoleh hasil dari optimalisasi produksi dan maksimasi keuntungan,


berikutnya akan diperoleh hasil mengenai ringkasan batasan sumber daya. Hasil
ringkasan batasan sumber daya dalam WinQSB tercantum pada Tabel 6.
Tabel 6. Ringkasan Batasan Sumber Daya

Hasil pengolahan pada Tabel 6 terkait mengenai keterbatasan 10 jenis bahan


baku produksi, keenam jumlah permintaan pasar semua produk, dan keterbatasan
keenam waktu produksi. Nilai kiri menunjukkan kapasitas yang digunakan dalam
menghasilkan keuntungan maksimal. Nilai kanan menunjukkan kapasitas yang tersedia
dari sumber daya yang digunakan. Nilai sisa menunjukkan kapasitas sumber daya yang
tersisa setelah menghasilkan keuntungan maksimal. Harga bayangan menunjukkan
peningkatan keuntungan apabila meningkatkan kapasitas sumber daya yang telah habis.
Nilai harga bayangan juga akan terjadi jika tidak ada kapasitas sumber daya yang tersisa
atau habis digunakan dalam produksi.
Setelah diperoleh hasil dari ringkasan batasan sumber daya, berikutnya akan
diperoleh hasil mengenai analisis sensitivitas untuk fungsi batasan. Analisis sensitivitas
untuk fungsi batasan menjelaskan mengenai batasan atau kendala yang masih bisa
diminimalkan atau dimaksimalkan lagi. Batasan atau kendala yang masih diminimalkan
akan mengurangi biaya produksi. Sedangkan batasan atau kendala yang yang masih bisa
ditambah akan meningkatkan keuntungan. Hasil analisis sensitivitas untuk fungsi
batasan tercantum pada Tabel 7.
Hasil pengolahan ini menunjukkan kapasitas dari setiap sumber daya yang bisa
diminimumkan atau dimaksimalkan agar menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Minimum nilai kanan menunjukkan kapasitas sumber daya yang masih bisa dikurangi
atau diminimalkan. Sedangkan maksimum nilai kanan menunjukkan kapasitas sumber
daya yang masih bisa ditingkatkan atau ditambah sehingga diperoleh keuntungan yang
maksimal. Nilai M menunjukkan kapasitas sumber daya yang tidak bisa ditambah lagi.
Hal ini dikarenakan kapasitas sumber daya tersebut masih tersisa, sehingga tidak
diperlukan penambahan kapasitas sumber daya lagi.

10

Tabel 7. Analisis Sensitivitas untuk Fungsi Batasan

Berikutnya hasil software yang akan diperoleh adalah hasil mengenai analisis
sensitivitas untuk fungsi tujuan. Analisis sensitivitas untuk fungsi tujuan menjelaskan
mengenai keuntungan yang masih bisa diminimalkan atau dimaksimalkan lagi.
Keuntungan yang masih bisa diminimalkan digunakan untuk menyesuaikan keuntungan
yang diperoleh agar tetap maksimal dengan batasan atau kendala yang ada. Sedangkan
keuntungan yang masih bisa ditambah tentunya akan meningkatkan keuntungan. Hasil
software mengenai analisis sensitivitas untuk fungsi tujuan dalam memaksimalkan
keuntungan tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Sensitivitas untuk Fungsi Tujuan

Hasil pengolahan pada Tabel 8 menunjukkan keuntungan dari setiap produk


yang bisa diminimumkan atau dimaksimalkan agar menghasilkan keuntungan yang
maksimal. Nilai minimum keuntungan menunjukkan keuntungan yang masih bisa
dikurangi atau diminimalkan. Sedangkan nilai maksimum keuntungan menunjukkan
keuntungan yang masih bisa ditingkatkan atau ditambah sehingga diperoleh keuntungan
yang maksimal dari hasil produksi sambal.
Berdasarkan hasil pengolahan software sebelumnya, kendala yang membatasi
dalam menghasilkan keuntungan yang maksimal adalah sumber daya bahan baku.
Bahan baku yang membatasi adalah tepung jagung, hal ini dikarenakan kapasitas tepung

11

jagung yang tersedia telah habis digunakan. Hasil berikutnya mengenai pasar untuk
produk botol kecil 140 ml yang mampu melebihi minimum pasar sebanyak 15.239 unit.
Penambahan pasar produk botol kecil 140 ml tersebut tentunya mempengaruhi
peningkatan keuntungan.
Kendala tenaga kerja yang memiliki waktu sisa paling sedikit adalah tenaga
kerja botol sedang seafood 320 ml dengan sisa waktu sebesar 73,79 detik. Hal ini
dikarenakan proses penyelesaiannya cukup lama dan kuantitas produksi yang besar.
Sedangkan kendala tenaga kerja yang memiliki waktu sisa paling banyak adalah tenaga
kerja produk sachet 10 gr dengan sisa waktu sebesar 717998,9 detik. Sisa waktu
tersebut menunjukkan bahwa banyak waktu menganggur untuk tenaga kerja produk
sachet. Maka dari itu, industri tersebut mengalokasikan tenaga kerja tersebut untuk
melakukan pekerjaan yang lain.
Hasil software pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa produk yang paling
banyak diproduksi adalah produk botol sedang 320 ml sebanyak 59.418 unit. Sedangkan
produk yang paling sedikit diproduksi adalah produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit.
Kontribusi keuntungan yang paling besar diperoleh dari produk botol sedang 320 ml
sebesar Rp. 113.376.100. Sedangkan kontribusi keuntungan yang paling sedikit
diperoleh dari produk sachet 10 gr sebesar Rp. 1.029.912.
Peningkatan persentase keuntungan sebelum optimasi diperoleh rata-rata sebesar
7% setiap tahun. Berbeda dengan peningkatan persentase keuntungan yang diperoleh
setelah dilakukan optimasi. Peningkatan persentase keuntungan yang diperoleh setelah
dilakukan optimasi sebesar 12,34%. Selisih peningkatan keuntungan yang diperoleh
sebelum dan sesudah dilakukan optimasi menggunakan pemrograman linier mencapai
5,34%.
Hasil analisis sensitivitas sebelumnya menunjukkan bahwa dengan diasumsikan
terjadinya peningkatan biaya produksi tanpa peningkatan harga jual berkisar 26%.
Sedangkan peningkatan biaya produksi dengan peningkatan harga jual berkisar 27%.
Peningkatan biaya produksi sebesar persentase tersebut akan menyebabkan industri
sambal tidak mendapatkan keuntungan bahkan mengalami kerugian.
Hasil yang diperoleh secara keseluruhan menunjukkan bahwa keuntungan
maksimal yang diperoleh dari hasil produksi sambal sebesar Rp. 234.347.800 dengan
memproduksi 45.835 unit sachet, produk botol kecil 140 ml sebanyak 54.675 unit botol,
produk botol sedang 320 ml sebanyak 59.418 unit botol, produk botol besar 600 ml
sebanyak 7.684 unit botol, produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit jerigen, dan produk
botol sedang seafood 320 ml sebanyak 5.791 unit botol.
SIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan maksimal dari hasil produksi sambal sebesar Rp. 234.347.800
dengan kombinasi produk sambal yang diharus diproduksi sebanyak 45.835 unit sachet,
produk botol kecil 140 ml sebanyak 54.675 unit botol, produk botol sedang 320 ml
sebanyak 59.418 unit botol, produk botol besar 600 ml sebanyak 7.684 unit botol,
produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit jerigen, dan produk botol sedang seafood 320 ml
sebanyak 5.791 unit botol.
Saran yang ditujukan dengan diasumsikan adanya peningkatan biaya produksi
setiap tahunnya mencapai 26% sampai 27% adalah dengan melakukan perencanaan
dalam segala hal seperti menyusun ulang anggaran biaya produksi, meningkatkan harga
jual produk, meningkatkan pasar, meningkatkan promosi, membuat variasi produk baru,
dll.

12

DAFTAR PUSTAKA
Abbas, B.S., Darudiato, S. dan Fransisca. April 2008. Sistem Informasi Optimalisasi
Produksi untuk Memaksimalkan Laba. Jurnal Piranti Warta Vol. 11 No. 2 hal
310-332.
Ahyari, Agus. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.
Aminudin. 2005. Prinsip Prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga.
Dimyati, T.T., dan Dimyati, A. 1994. Operations Research. Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo.
Gaspersz, Vincent. 2002. Production Planning and Inventory Control. Edisi Revisi dan
Perluasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hammer, H.L. dan Usry, M.F. 1994. Akuntansi biaya perencanaan dan pengendalian.
Edisi X. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Handoko, Hani. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi I.
Yogyakarta: BPFE.
Horngren, C.T., dan Foster, G. 1992. Akuntansi biaya suatu pendekatan manajerial.
Edisi keenam. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Merlyana, dan Abbas, B.S. Agustus 2008. Sistem Informasi untuk Optimalisasi
Produksi dan Maksimasi Keuntungan menggunakan Metode Linear
Programming. Jurnal Piranti Warta Vol. 11 No. 03 Halaman 370-387.
Nasution, Arman, Hakim. 2005. Manajemen industri. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
(Penerbit ANDI).
Purnama, Fitri, Indah. 2010. Analisis Maksimalisasi Keuntungan di Industri Kecil Tahu
Petis Lestari dengan Menggunakan Metode Simpleks. Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Shepherd, R. W. 1970. Theory of Cost and Production Functions. New Jersey:
Princeton University Press.
Subagyo, P., Asri, M., dan Handoko, T.H. 2000. Dasar Dasar Operations Research.
Yogyakarta: BPFE.
Supriyono, R. A. 1992. Akuntansi biaya Pengumpulan biaya dan penentuan harga
pokok. Cetakan pertama. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Wulandari, Yashinta, Tri. 2010. Permodelan Faktor Produksi untuk Optimalisasi
Keuntungan di UKM Harapan Nunggal Jakarta Timur. Universitas
Gunadarma, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai