PENDAHULUAN
Sumber daya merupakan salah satu faktor penting yang akan menentukan
keberhasilan produksi. Semua sumber daya yang terlibat langsung dalam pabrik akan
sangat mempengaruhi proses produksi. Maka dari itu, penggunaan sumber daya dalam
pabrik harus dilakukan secara optimal. Tanpa adanya penggunaan sumber daya yang
optimal dalam suatu pabrik, maka akan mengakibatkan terganggunya proses produksi
yang pastinya akan mengurangi jumlah hasil produksi, begitu juga sebaliknya.
Sehingga, dapat dikatakan penggunaan sumber daya yang optimal sangat erat kaitannya
dengan keuntungan yang akan didapat oleh perusahaan.
Setiap perusahaan tentunya mengharapkan keuntungan yang maksimal dari hasil
penjualan produknya. Keuntungan yang maksimal dapat diperoleh dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada atau terbatas. Hal tersebut dipertegas oleh
Aminudin (2005) yang menyatakan bahwa sebuah organisasi harus membuat keputusan
mengenai cara mengalokasikan sumber-sumbernya, dan tidak ada organisasi yang
beroperasi secara permanen dengan sumber yang tidak terbatas. Maka dari itu, pihak
manajemen harus secara terus-menerus mengalokasikan sumber daya yang langka untuk
mencapai tujuan yang optimal.
Industri sambal merupakan usaha yang memproduksi produk sambal dengan
beberapa jenis produk. Jenis produk itu adalah dalam bentuk sachet 10 gr, botol kecil
140 ml, botol sedang 320 ml, botol besar 600 ml, jerigen 5 kg, dan botol sedang seafood
320 ml. Semua jenis produk itu menggunakan bahan baku yang sama dalam proses
produksinya. Industri sambal tersebut belum menerapkan penggunaan sumber daya
yang optimal. Hal itu dapat dilihat dari sering terjadinya penumpukan hasil produksi di
gudang penyimpanan. Hal lainnya yang dapat dilihat adalah ketidakmampuan industri
sambal tersebut dalam menentukan jumlah produksi yang optimal. Hal tersebut
mengakibatkan industri sambal tersebut mengalami kekurangan dan kelebihan produksi
yang dapat menyebabkan keuntungan yang diperoleh tidak maksimal.
Tujuan penelitian ini adalah memaksimalkan keuntungan dengan memproduksi
jumlah kuantitas produksi yang tepat dari semua produk. Penelitian mengenai
optimalisasi produksi telah dilakukan sebelumnya oleh Purnama (2010) mengenai
optimalisasi produksi tahu dengan dua jenis tahu yaitu tahu goring dan tahu putih.
Selain itu, Wulandari (2010) juga telah melakukan penelitian mengenai optimalisasi
produksi tahu dengan tiga jenis tahu yaitu tahu kecil, tahu besar, dan tahu jumbo.
METODE PENELITIAN
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah besarnya permintaan pasar,
biaya produksi, harga jual, kapasitas tiap sumber daya, dan waktu proses pembuatan
tiap produk. Data besarnya permintaan pasar diperoleh dari penjualan masa lalu yang
diramalkan ke masa mendatang untuk mengetahui besar permintaan pasarnya. Data
biaya produksi, harga jual, kapasitas, dan waktu proses digunakan untuk melakukan
pengolahan data terkait dengan penentuan jumlah kuantitas produksi untuk
menghasilkan keuntungan yang optimal.
Pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dari perhitungan peramalan
dilakukan untuk mengetahui besarnya permintaan pasar di masa mendatang.
Perhitungan peramalan menggunakan metode yang sesuai dengan bentuk pola datanya.
Berikutnya melakukan perhitungan biaya produksi dengan harga jual yang
menghasilkan keuntungan, di mana keuntungan yang telah dihasilkan akan
dimaksimalkan menggunakan pemrograman linier.
Tahap paling awal adalah melakukan penelitian pendahuluan, hal ini dilakukan
dengan cara melakukan survei langsung ke industri sambal tersebut untuk mendapatkan
gambaran permasalahan yang terjadi. Pada tahap ini juga dilakukan studi pustaka
berupa referensi atau buku-buku teori mengenai pemrograman linier. Studi pustaka
lainnya yang digunakan adalah jurnal ilmiah mengenai metode optimasi dan maksimasi
keuntungan.
Masalah yang dihadapi dalam penelitian ini adalah industri sambal tersebut
belum menerapkan optimasi sumber daya yang tersedia dalam menghasilkan produk
dan juga belum mengetahui kuantitas produksi yang tepat dari semua jenis produk
tersebut, sehingga keuntungan yang diperoleh belum maksimal. Untuk memperoleh
keuntungan yang maksimal, penggunaan sumber daya yang terbatas dalam
menghasilkan produk harus dioptimalkan.
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah memaksimalkan keuntungan
dalam menghasilkan produk sambal dengan sumber daya yang terbatas. Selain itu,
mengetahui kuantitas produksi yang tepat dari semua produk yang dihasilkan sehingga
mampu menghasilkan keuntungan yang maksimal.
Tahap berikutnya adalah pengumpulan data, data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini adalah besarnya permintaan pasar, biaya produksi, harga jual, kapasitas
tiap sumber daya, dan waktu proses pembuatan tiap produk. Data besarnya permintaan
pasar diperoleh dari penjualan masa lalu yang diramalkan ke masa mendatang untuk
mengetahui besar permintaan pasarnya. Data biaya produksi, harga jual, kapasitas, dan
waktu proses digunakan untuk melakukan pengolahan data terkait dengan penentuan
kuantitas produksi untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. Jika data yang
dibutuhkan belum mencukupi, maka kembali ke tahap pengumpulan data. Tetapi, jika
data yang dibutuhkan sudah mencukupi, maka dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
pengolahan data dan analisis.
Tahap pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dari perhitungan peramalan
dilakukan untuk mengetahui besarnya permintaan pasar di masa mendatang.
Perhitungan peramalan menggunakan metode yang sesuai dengan bentuk pola datanya.
Berikutnya melakukan perhitungan biaya produksi dengan harga jual yang
menghasilkan keuntungan, dimana keuntungan yang telah dihasilkan akan
dimaksimalkan menggunakan pemrograman linier.
Pemrograman linier digunakan untuk mengetahui kuantitas produksi yang tepat
sehingga menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi industri sambal tersebut.
Setelah diperoleh hasil dari kuantitas produksi yang tepat, berikutnya dilakukan analisis
dari hasil tersebut. Hasil dari kuantitas produksi yang tepat diperoleh berdasarkan semua
sumber daya yang terbatas, sehingga dapat diketahui keuntungan yang maksimal bagi
industri sambal tersebut.
Tahap terakhir dari penelitian ini adalah membuat kesimpulan, kesimpulan yang
diperoleh merupakan jawaban dari tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selain
kesimpulan, terdapat juga saran untuk industri sambal agar menerapkan penelitian ini
sehingga mendapatkan keuntungan yang maksimal.
PEMBAHASAN
Pembahasan yang pertama dibahas adalah peramalan penjualan untuk semua
produk sambal. Peramalan adalah suatu usaha untuk meramalkan keadaan di masa
mendatang melalui pengujian keadaan di masa lalu (Handoko, 1999). Menurut Gaspersz
(2002), peramalan merupakan suatu dugaan terhadap permintaan yang akan datang
berdasarkan pada beberapa variabel peramal, sering berdasarkan data deret waktu
historis. Data penjualan semua produk yang diperoleh mulai dari tahun 2006 sampai
tahun 2011 tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Penjualan Produk
Produk (unit)
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood
320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg
2006
2007
488.117 498.079
351.656 370.164
394.712 438.569
Tahun
2008
2009
2010
2011
508.244 518.616 529.200 540.000
389.646 410.154 431.741 454.464
487.299 541.443 601.603 668.448
58.119
59.917
61.770
63.680
65.650
67.680
68.526
6.059
72.133
6.247
75.929
6.440
79.925
6.639
84.132
6.844
88.560
7.056
dengan metode regresi linier karena bentuk pola datanya tren. Peramalan penjualan
semua produk sambal untuk tahun berikutnya tercantum pada Gambar 2.
800000
Sachet 10 gr
Penjualan (Unit)
700000
600000
500000
400000
300000
200000
100000
0
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Jerigen 5 kg
Tahun
Gambar 2. Peramalan Penjualan
Komposisi
Biaya
Bahan Baku
Sambal
(Rp)
Asli
Air (liter)
17,5
7.000
Bawang Putih (kg)
1
17.000
Cuka (liter)
1
10.000
Garam (kg)
13
35.000
Gula (kg)
10
100.000
Tepung benzoat (kg)
0,3
2.000
Tepung jagung (kg)
3
13.500
Cabai rawit (kg)
30
615.000
Cabai merah (kg)
10
170.000
Ubi (kg)
15
105.000
Total Biaya Bahan Baku
1.074.500
Komposisi
Sambal Seafood
Biaya
(Rp)
15,5
6.200
1
17.000
1
10.000
13
35.000
12
120.000
0,3
2.000
3
13.500
30
615.000
10
170.000
15
105.000
- 1.093.700
diketahui. Biaya produksi untuk produk sachet 10 gr sebesar Rp. 117,53, untuk produk
botol kecil 140 ml sebesar Rp. 1.646,04, dan untuk botol sedang 320 ml sebesar Rp.
3.766,89. Biaya produksi untuk botol sedang seafood 320 ml sebesar Rp. 3.828,43,
untuk produk botol besar sebesar Rp. 7.079,94, dan produk jerigen 5 kg sebesar Rp.
58.763,46.
Biaya produksi di atas belum termasuk dalam biaya kemasan, biaya kemasan
untuk setiap produk berbeda karena beda bentuk dan volumenya. Biaya kemasan untuk
produk sachet 10 gr sebesar Rp. 20, produk botol kecil 140 ml sebesar Rp. 600, dan
untuk produk botol sedang 320 ml sebesar Rp. 1.200. Biaya kemasan untuk produk
botol sedang seafood 320 ml sebesar Rp. 1.200, produk botol besar 600 ml sebesar
1.700, dan untuk produk jerogen 5 kg sebesar RP. 5.500.
Setelah diketahui biaya kemasan untuk tiap produk, maka dapat diketahui total
biaya produksi untuk tiap unit produk. Total biaya produksi untuk tiap produk
tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Total Biaya Produksi Tiap Produk
Produk
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood 320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg
Setelah diketahui total biaya produksi untuk tiap produk, berikutnya dilakukan
perhitungan keuntungan atau laba untuk tiap produk sambal. Hal ini dikarenakan setiap
perusahaan akan berharap memperoleh laba atau keuntungan dari pendapatan yang
diperolehnya, dimana pendapatan dihasilkan dari penjualan produknya (Ahyari, 1987).
Perbandingan biaya terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk pada
akhir periode fiskal akan menghasilkan keuntungan untuk periode tersebut (Hammer
dan Usry, 1994). Keuntungan yang diperoleh sangat erat kaitannya dengan harga jual,
harga jual tiap produk sambal termasuk dalam tingkat produsen.
Harga jual untuk satu dus produk sachet 10 gr yang berisi 24 bungkus (1
bungkus berisi 25 sachet) sebesar Rp. 96.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar
Rp. 160. Harga jual untuk satu dus produk botol kecil 140 ml yang berisi 48 botol
dengan harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 3.437,5.
Harga jual untuk satu dus produk botol sedang 320 ml yang berisi 24 botol dengan
harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 6.875.
Harga jual untuk satu dus produk botol sedang seafood 320 ml yang berisi 24
botol dengan harga sebesar Rp. 165.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp.
6.875. Harga jual untuk satu dus produk botol besar 600 ml yang berisi 12 botol dengan
harga sebesar Rp. 150.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 12.500. Harga
jual untuk satu dus produk jerigen 5 kg yang berisi 3 jerigen dengan harga sebesar Rp.
270.000, sehingga harga jual per unitnya sebesar Rp. 90.000.
Setelah diketahui biaya produksi dan harga jual untuk tiap unit produk, maka
berikutnya dapat diketahui keuntungan untuk tiap produk. Keuntungan ini diperoleh
setelah terjadinya penjualan produk ke konsumen. Keuntungan dapat dikatakan sebagai
semua pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dari penjualan produk lebih besar
Produk
Sachet 10 gr
Botol kecil 140 ml
Botol sedang 320 ml
Botol sedang seafood 320 ml
Botol besar 600 ml
Jerigen 5 kg
Biaya Produksi
(Rp)
137,53
2.246,04
4.966,89
5.028,43
8.779,94
64.263,46
Harga Jual
(Rp)
160,00
3.437,50
6.875,00
6.875,00
12.500,00
90.000,00
Keuntungan
(Rp)
22,47
1.191,46
1.908,11
1.846,57
3.720,06
25.736,54
150
(t. benzoat)
0,00003 0,00042 0,00096 0,00181 0,01500 0,00096
1.100 (t. jagung)
0,00030 0,00420 0,00962 0,01807 0,15000 0,00962
0,00300 0,04202 0,09615 0,18072 1,50000 0,09615 12.000 (cabai rawit)
5.000 (cabai merah)
X1 0,00100 0,01401 0,03205 0,06024 0,50000 0,03205
6.000 (ubi)
X2 0,00150 0,02101 0,04808 0,09036 0,75000 0,04808
1
45.835 (p. sachet)
X3
1
X4
39.436 (p. kecil)
X5
1
59.418 (p. sedang)
X6
1
5.791 (p. seafood)
1
7.684 (p. besar)
603 (p. jerigen)
1
0,672
748.800 (tk. sachet)
8,151
748.800 (tk. kecil)
12,601
748.800 (tk. sedang)
13,077 748.800 (tk. seafood)
28,554
748.800 (tk. besar)
748.800 (tk. jerigen)
171
Setelah diketahui fungsi tujuan dan fungsi batasan, selanjutnya diolah
menggunakan software WinQSB Pengolahan software menggunakan WinQSB dimulai
dengan langkah memasukkan spesifikasi masalah yang meliputi judul masalah,
banyaknya variabel keputusan, dan banyaknya batasan yang ada. Hasil pengolahan
software meliputi hasil optimalisasi produksi dan maksimasi keuntungan, ringkasan
batasan sumber daya (constraint summary), analisis sensitivitas fungsi tujuan
(sensitivity analysis for OBJ), dan analisis sensitivitas fungsi batasan (sensitivity
analysis for RHS). Hasil dari software WinQSB mengenai optimalisasi produksi dan
maksimasi keuntungan tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Optimalisasi Produksi dan Maksimasi Keuntungan
10
Berikutnya hasil software yang akan diperoleh adalah hasil mengenai analisis
sensitivitas untuk fungsi tujuan. Analisis sensitivitas untuk fungsi tujuan menjelaskan
mengenai keuntungan yang masih bisa diminimalkan atau dimaksimalkan lagi.
Keuntungan yang masih bisa diminimalkan digunakan untuk menyesuaikan keuntungan
yang diperoleh agar tetap maksimal dengan batasan atau kendala yang ada. Sedangkan
keuntungan yang masih bisa ditambah tentunya akan meningkatkan keuntungan. Hasil
software mengenai analisis sensitivitas untuk fungsi tujuan dalam memaksimalkan
keuntungan tercantum pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Sensitivitas untuk Fungsi Tujuan
11
jagung yang tersedia telah habis digunakan. Hasil berikutnya mengenai pasar untuk
produk botol kecil 140 ml yang mampu melebihi minimum pasar sebanyak 15.239 unit.
Penambahan pasar produk botol kecil 140 ml tersebut tentunya mempengaruhi
peningkatan keuntungan.
Kendala tenaga kerja yang memiliki waktu sisa paling sedikit adalah tenaga
kerja botol sedang seafood 320 ml dengan sisa waktu sebesar 73,79 detik. Hal ini
dikarenakan proses penyelesaiannya cukup lama dan kuantitas produksi yang besar.
Sedangkan kendala tenaga kerja yang memiliki waktu sisa paling banyak adalah tenaga
kerja produk sachet 10 gr dengan sisa waktu sebesar 717998,9 detik. Sisa waktu
tersebut menunjukkan bahwa banyak waktu menganggur untuk tenaga kerja produk
sachet. Maka dari itu, industri tersebut mengalokasikan tenaga kerja tersebut untuk
melakukan pekerjaan yang lain.
Hasil software pada Gambar 4.7 menunjukkan bahwa produk yang paling
banyak diproduksi adalah produk botol sedang 320 ml sebanyak 59.418 unit. Sedangkan
produk yang paling sedikit diproduksi adalah produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit.
Kontribusi keuntungan yang paling besar diperoleh dari produk botol sedang 320 ml
sebesar Rp. 113.376.100. Sedangkan kontribusi keuntungan yang paling sedikit
diperoleh dari produk sachet 10 gr sebesar Rp. 1.029.912.
Peningkatan persentase keuntungan sebelum optimasi diperoleh rata-rata sebesar
7% setiap tahun. Berbeda dengan peningkatan persentase keuntungan yang diperoleh
setelah dilakukan optimasi. Peningkatan persentase keuntungan yang diperoleh setelah
dilakukan optimasi sebesar 12,34%. Selisih peningkatan keuntungan yang diperoleh
sebelum dan sesudah dilakukan optimasi menggunakan pemrograman linier mencapai
5,34%.
Hasil analisis sensitivitas sebelumnya menunjukkan bahwa dengan diasumsikan
terjadinya peningkatan biaya produksi tanpa peningkatan harga jual berkisar 26%.
Sedangkan peningkatan biaya produksi dengan peningkatan harga jual berkisar 27%.
Peningkatan biaya produksi sebesar persentase tersebut akan menyebabkan industri
sambal tidak mendapatkan keuntungan bahkan mengalami kerugian.
Hasil yang diperoleh secara keseluruhan menunjukkan bahwa keuntungan
maksimal yang diperoleh dari hasil produksi sambal sebesar Rp. 234.347.800 dengan
memproduksi 45.835 unit sachet, produk botol kecil 140 ml sebanyak 54.675 unit botol,
produk botol sedang 320 ml sebanyak 59.418 unit botol, produk botol besar 600 ml
sebanyak 7.684 unit botol, produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit jerigen, dan produk
botol sedang seafood 320 ml sebanyak 5.791 unit botol.
SIMPULAN DAN SARAN
Keuntungan maksimal dari hasil produksi sambal sebesar Rp. 234.347.800
dengan kombinasi produk sambal yang diharus diproduksi sebanyak 45.835 unit sachet,
produk botol kecil 140 ml sebanyak 54.675 unit botol, produk botol sedang 320 ml
sebanyak 59.418 unit botol, produk botol besar 600 ml sebanyak 7.684 unit botol,
produk jerigen 5 kg sebanyak 603 unit jerigen, dan produk botol sedang seafood 320 ml
sebanyak 5.791 unit botol.
Saran yang ditujukan dengan diasumsikan adanya peningkatan biaya produksi
setiap tahunnya mencapai 26% sampai 27% adalah dengan melakukan perencanaan
dalam segala hal seperti menyusun ulang anggaran biaya produksi, meningkatkan harga
jual produk, meningkatkan pasar, meningkatkan promosi, membuat variasi produk baru,
dll.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, B.S., Darudiato, S. dan Fransisca. April 2008. Sistem Informasi Optimalisasi
Produksi untuk Memaksimalkan Laba. Jurnal Piranti Warta Vol. 11 No. 2 hal
310-332.
Ahyari, Agus. 1987. Manajemen Produksi Pengendalian Produksi. Yogyakarta: BPFE.
Aminudin. 2005. Prinsip Prinsip Riset Operasi. Jakarta: Erlangga.
Dimyati, T.T., dan Dimyati, A. 1994. Operations Research. Bandung: PT Sinar Baru
Algesindo.
Gaspersz, Vincent. 2002. Production Planning and Inventory Control. Edisi Revisi dan
Perluasan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hammer, H.L. dan Usry, M.F. 1994. Akuntansi biaya perencanaan dan pengendalian.
Edisi X. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Handoko, Hani. 1999. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Edisi I.
Yogyakarta: BPFE.
Horngren, C.T., dan Foster, G. 1992. Akuntansi biaya suatu pendekatan manajerial.
Edisi keenam. Jilid I. Jakarta: Erlangga.
Merlyana, dan Abbas, B.S. Agustus 2008. Sistem Informasi untuk Optimalisasi
Produksi dan Maksimasi Keuntungan menggunakan Metode Linear
Programming. Jurnal Piranti Warta Vol. 11 No. 03 Halaman 370-387.
Nasution, Arman, Hakim. 2005. Manajemen industri. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
(Penerbit ANDI).
Purnama, Fitri, Indah. 2010. Analisis Maksimalisasi Keuntungan di Industri Kecil Tahu
Petis Lestari dengan Menggunakan Metode Simpleks. Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Shepherd, R. W. 1970. Theory of Cost and Production Functions. New Jersey:
Princeton University Press.
Subagyo, P., Asri, M., dan Handoko, T.H. 2000. Dasar Dasar Operations Research.
Yogyakarta: BPFE.
Supriyono, R. A. 1992. Akuntansi biaya Pengumpulan biaya dan penentuan harga
pokok. Cetakan pertama. Edisi kedua. Yogyakarta: BPFE.
Wulandari, Yashinta, Tri. 2010. Permodelan Faktor Produksi untuk Optimalisasi
Keuntungan di UKM Harapan Nunggal Jakarta Timur. Universitas
Gunadarma, Jakarta.
13