Anda di halaman 1dari 14

PENJADWALAN PROYEK Pengukuran Masa Pekerjaan Proyek

1. GANTT CHART Gantt chart adalah metode sederhana dan powerful yang sering digunakan dalam merencanakan dan memonitor project atau aktivitas. Bentuknya yang sederhana dan mudah dimengerti membuat Gantt Chart menjadi salah satu metode favorit yang paling banyak digunakan saat ini. Gantt Chart menggambarkan sebuah project / aktivitas dengan grafik batang yang terintegrasi dengan waktu kapan aktivitas tersebut di mulai dan kapan aktivitas akab berakhir. Ini adalah metode / alat yang sangat mudah jika Anda ingin melihat perkembangan project / aktivitas yang sedang direncanakan / berjalan. Meskipun kini Gantt Chart dianggap sebagai metode yang umum, namun ketika pertama kali diperkenalkan Gantt chart dianggap sebagai salah satu metode yang revolusioner. Metode ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 1896 oleh Karol Adamiecki yang menyebut metode ini sebagai harmonogram. Ia baru mempublikasikan metode ini dalam bahasa Polandia pada tahun 1931. Metode ini akhirnya dinamakan dengn Gantt Chart yang diambil dari nama Henry Gantt (18611919) yang mengembangkannya pada tahun 19101915. Gantt Chart pertama kali digunakan secara besar besaran pada perang dunia I atas inisiatif Jendral William Crozier (1855-1942). Beberapa praktisi mengatakan bahwa Gantt Chart hanya cocok digunakan untuk proyek proyek dengan skala kecil hingga menengah. Untuk proyek besar dengan aktivitas yang kompleks maka agak sulit untuk menampilkan semuanya dalam sebuah Gantt Chart. Apalagi Gantt Chart hanya berfokus pada sisi manajemen saja yaitu: waktu, biaya dan project scope. Sehingga pada beberapa kasus jumlah aktivitas tidak selalu merefleksikan besarnya proyek yang dikerjakan. Adapun beberapa keuntungan Gantt Chart ,meliputi sederhana, mudah dibuat dan dipahami sehingga bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan dan dapat digabungkan dengan metode lain. Sedangkan kekurangan Gantt Chart meliputi sulit mengadakan perbaikan/pembaharuan bila diperlukan dan tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dengan kegiatan lain.

2. NETWORK PLANNING Pada perencanaan suatu proyek terdapat proses pengambilan keputusan dan proses penetapan tujuan. Untuk dapat melaksanakan proses ini perlu adanya informasi yang tepat dan kemampuan pengambilan keputusan yang tinggi. Proses pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan serta proses penyelenggaraan merupakan sistem operasi pada perencanaan proyek. Bila perencanaan proyek merupakan sebuah total sistem, maka penyelenggaraan proyek tersebut terdiri dari dua sub sistem, yaitu sub sistem operasi dan sub sistem informasi. Sub sistim operasi menjawab pertanyaan bagaimana cara melaksanakan kegiatan sedang sub sistem informasi menjawab pertanyaan kegiatan apa saja yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Network planning merupakan sub sistem informasinya. Konsep network ini mula-mula disusun oleh perusahaan jasa konsultan manajemen Boaz, Allen dan Hamilton (1957) yang berada dibawah naungan perusahaan pesawat terbang Lockheed. Kebutuhan penyusunan network ini dirasakan perlu karena adanya koordinasi dan pengurutan kegitan-kegiatan pabrik yang kompleks, yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain. Hal ini dilakukan agar perencanaan dan pengawasan kegiatan dapat dilakukan secara sistimatis, sehingga dapat diperoleh efisiensi kerja. Adanya network ini menjadikan sistem manajemen dapat menyusun perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien. Di samping itu network juga dapat dipergunakan sebagai alat pengawasan yang cukup baik untuk menyelesaikan proyek tersebut. Diagram network merupakan kerangka penyelesaian proyek secara keseluruhan, ataupun masing-masing pekerjaan yang menjadi bagian daripada penyelesaian proyek secara keseluruhan. Pada prinsipnya network dipergunakan untuk perencaan penyelesaian berbagai macam pekerjaan terutama pekerjaan yang terdiri atas berbagai unit pekerjaan yang semakin sulit dan rumit. Menurut Sofwan Badri (1997 : 13) dalam bukunya Dasar-Dasar Network Planning adalah sebagai berikut : Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan antara bagianbagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan dalam diagram network. Dengan demikian diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain, pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa-gesa sehingga alat dan tenaga dapat digeser ke tempat lain demi efesiensi. Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah : Network planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Adapun definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan-kegiatan (aktivitas) yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.

Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali (1995: 38) yaitu:Network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan. Manfaat Network Planning Network planning merupakan teknik perencanaan yang dapat mengevaluasi interaksi antara kegiatan-kegiatan. Manfaat yang dapat dirasakan dari pemakaian analisis network adalah sebagai berikut : a. Dapat mengenali (identifikasi) jalur kritis (critical path) dalam hal ini adalah jalur elemen yaitu kegiatan yang kritis dalam skala waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan. b. Dapat diketahui dengan pasti kesukaran yang akan timbul jauh sebelum terjadinya sehingga dapat diambil tindakan yang presentatif. c. Mempunyai kemampuan mengadakan perubahan-perubahan sumber daya dan memperhatikan efek terhadap waktu selesainya proyek. d. Sebagai alat komunikatif yang efektif. e. Memungkinkan tercapainya penyelenggaraan proyek yang lebih ekenomis dipandang dari sudut biaya langsung dan penggunaan sumber daya yang optimum. f. Dapat dipergunakan untuk memperkirakan efek-efek dari hasil yang dicapai suatu kegiatan terhadap keseluruhan rencana. Data yang Diperlukan untuk menyusun Network : a. Urutan pekerjaan yang logis :

Harus disusun : pekerjaan apa yang harus diselesaikan lebih dahulu sebelum pekerjaan yang lain dimulai, dan pekerjaan apa yang kemudian mengikutinya. b. Taksiran waktu penyelesaian setiap pekerjaan :

Biasanya memakai waktu rata-rata berdasarkan pengalaman. Kalau proyek itu baru sama sekali biasanya diberi slack/kelonggaran waktu. c. Biaya untuk mempercepat setiap pekerjaan :

Ini berguna bila pekerjaan-pekerjaan yang ada dijalur kritis ingin dipercepat agar seluruh proyek lekas selesai. Misalnya : biaya-biaya lembur, biaya menambah tenaga dan sebagainya. d. Sumber-sumber : Tenaga, equipment dan material yang diperlukan.

Bahasa/Simbol-simbol Diagram Network Pada perkembangannya yang terakhir dikenal dua simbol yaitu : a. b. Event on the node_ Peristiwa digambakan dalam lingkaran. Activity on the node_Kegiatan digambarkan dalam Lingkaran

Karena Event on the note cara penggambarannya lebih mudah, sering dan umum dipakai, maka dalamm buku ini bahasa/simbol yang dipakai adalah event on the node. Penggunaan Bahasa/Simbol-Simbol :

Sebelum menggambarkan diagran Network Planning perlu diingat ; a. Panjang, pendek maupun kemiringan anak sama sekali tidak mempunyai arti, dalam pengertian letak pekerjaan, banyaknya duration maupun resource yang dibutuhkan. b. Aktivitas-aktivitas apa yang mendahului dan aktivitas-aktivitas apa yang mengikuti. c. Aktivitas-aktivitas apa yang dapat bersama-sama. d. Aktivitas-aktivitas itu dibatasi saat mulai dan saat selesai. e. Waktu, Biaya dan resource yang dibutuhkan dari aktivitas-aktivitas itu. f. Kepala anak panah menjadi pedoman arah dari tiap kegiatan.

g. Besar kecilnya lingkarang juga tidak mempunyai arti, dalam pengertian penting tidaknya suatu peristiwa. Anak panah selalu menghubungkan dua buah nodes, arah dari anak panah menunjukan urutan-urutan waktu. Contoh :

Contoh Kasus:

Contoh:

The above network diagram shows the relationships (arrows) between the main activities (rectangles) that are required to build a shed. You can flesh out the following information from the above diagram: The Cut wood activity can be carried out in parallel to the Build shed base & Supervise cement hardening ones this of course assumes that you have different teams working on each set of activities. The dark arrows show what is known as the Critical Path (Buy materials->Build shed base->Supervise cement hardening->Assemble shed). The Critical Path is the sequence of activities that takes up the most time to complete your project. Any delay in this sequence of activities will impact the overall timeframe of your project. Therefore, you should monitor carefully monitor all activities on this path. Penggunaan EET dan LET pada Network Planning a. Penggambaran NE, EET dan LET Event dengan simbol lingkaran tadi, pertama-tama kita bagi menjadi 3 bagian, terlihat dalam gambra di bawah ini :

1. NE : Number of Event : adalah indeks untuk dari tiap peristiwa sejak mulai sampai dengan akhir dalam suatu diagram Network. Pembagian nomor event awal dapat dimulai dari angka 0 atau 1. Kemudian diikuti pemberian nomor event yang lain, pada dasarnya sejalan dengan arah anak panah yang dimulai angka terkecil ke angka lebih besar dan diakhiri nomor terbesar untuk event akhir. Sehingga tidak ada nomor event yang sama, misalnya : Contoh :

Disamping itu pula nomor event dapat menunjukan dan membedakan masing-masing kegiatan. Hal ini sangat bermanfaat sekali jika menggunakan komputer. 2. EET : Earliest Event Time : Waktu paling awal peristiwa itu dapat dikerjakan. Cara mencarinya dengan menggunakan metode algorithma : Mulai dari Event awal bergerak ke Event akhir dengan jalan menjumlahkan, yaitu antara EET ditambah duration. Bila pada suatau Event, bertemu 2 atau lebih kegiatan EET yang dipakai waktu yang terbesar. Contoh : Event No. 4, 5 , 6 ( Lihat Pada Gambar Dibawah )

3. LET : Lates Event Time : Waktu Paling Akhir peristiwa itu harus dikerjakan. Cra mencarinya dengan menggunakan metode algorithma Mulai dari Event akhir bergerak mundur ke Event No. 1 dengan jalan mengurangi, yaitu antara LET dikurangi duration. Bila pada suatu Event, berasal 2 atau lebih kegiatan, LET yang dipakai waktu yang terkecil.

3. Kurva S Kurve S adalah suatu kurve yang disusun untuk menunjukkan hubungan antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (man hours) yang telah digunakan atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian pada kurveS dapat digambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek. Bandingkan kurve tersebut dengan kurve yang serupa yang disusun berdasarkan perencanaan, maka akan segera terlihat dengan jelas apabila terjadi penyimpangan. Oleh karena kemampuannya yang dapat diandalkan dalam melihat penyimpanganpenyimpangan dalam pelaksanaan proyek, maka pengendalian proyek dengan memanfaatkan KurveS sering kali digunakan dalam pengendalian suatu proyek. Pada KurveS, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, dan sumbu vertikal menunjukkan nilai komulatif biaya atau jam-orang atau persentase penyelesaian pekerjaan. Kurve yang berbentuk huruf S tersebut lebih banyak terbentuk karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek yaitu:

Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat. Kemudian diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu yang lebih lama. Pada akhirnya kegiatan menurun kembali dan berhenti pada suatu titik akhir.

Contoh Kasus

Bagaimana cara kita membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan tersebut? 1. Hitung bobot presentase dari masing-masing jenis pekerjaan Caranya = total biaya / biaya pekerjaan x 100 a. bobot prosentase dari pekerjaan tanah=3.000.000/32.500.000 .100 = 9,23% b. bobot prosentase dari pekerjaan pondasi=4.000.000/32.500.000 .100 = 9,23%

c. bobot prosentase dari pekerjaan struktur=12.000.000/32.500.000 .100 = 36,92% d. bobot prosentase dari pekerjaan dinding=3.000.000/32.500.000 .100 = 9,23% e. bobot prosentase dari pekerjaan kusen=5.000.000/32.500.000 .100 = 15,38% f. bobot prosentase dari pekerjaan tegel=2.500.000/32.500.000 .100 = 7,69% g. bobot prosentase dari pekerjaan finishing & pengecatan =2.000.000/32.500.000 .100 = 6,15% h. bobot prosentase dari pekerjaan pembersihan =1.000.000/32.500.000 .100 = 3,08%

Tabel 2. Bobot prosentase pekerjaan 2. Hitung durasi dari jenis pekerjaaan tersebut. Yang dimaksud dengan durasi adalah lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai dengan tuntas. Kita ambil contoh, misalnya volume pekerjaan tanah pada kurva S yang sekarang kita bahas ini adalah adalah 100 m^2 , sedangkan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan tanah dalam satu hari kerja adalah sebesar 15 m^2 , maka durasi pekerjaan tanah pada proyek ini adalah 100/15 = 6,66 7hari. Karena kalender kerja dalam proyek sipil menggunakan hitungan minggu, maka Satuan hari kemudian dikonversikan ke minggu = durasi pekerjaan / jumlah hari dalam 1 minggu = 7 / 7 = 1 minggu. Jadi durasi pekerjaan tanah pada proyek ini adalah 1 minggu. Apabila dinotasikan menjadi Durasi pekerjaan = volume pekerjaan / kecepatan menyelesaikan pekerjaan Cara yang sama juga dipakai Untuk mencari tahu lamanya durasi pada item item pekerjaan yang lain, untuk mempermudah pembahasan kita mengenai kuva S. Durasi untuk item item pekerjaan yang lain kita asumsikan saja,

Tabel 3. Durasi pekerjaan Sekarang setelah bobot dan durasi pekerjaan diketahui, maka kurva S dapat dilakukan pembuatanya.

Contoh:

TUGAS MANAJEMEN INDUSTRI


PENJADWALAN PROYEK Pengukuran Masa Pekerjaan Proyek

Nama Nim Kelas

: Izal Permana : 111411015 : 2A - D3 Teknik Kimia

JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2013

Anda mungkin juga menyukai