Anda di halaman 1dari 13

BADAN USAHA MILIK DESA

Tugas Hukum Perusahaan

Oleh :
Cindy Amelia Tampubolon (110110160302)
Rafie Thaqif A. (110110160306)
Muhammad Ridwan Fadhly (110110160320)
Harrie Luvian (110110160326)
Viniel (110110160337)

Dosen:
Dr. Hj. Sonny Dewi J., S.H., M.H., CN
Hj. Aam Suryanah, S.H., M.H.

Fakultas Hukum Universitas Padjajaran

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam Pembukaan


Undang-Undang Dasar 1945 aline ke-4, yakni memajukan kesejahteraan umum
menjadi alasan utama bagi pemerintah untuk membuat kebijakan yang efektif dan
efisien dalam mendukung perekonomian baik secara makro maupun mikro.
Adapun perekonomian Indonesia dilaksanakan denga prinsip kebersamaan,
efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan kemandirian serta
dengan menjaga keseimbangan kemajian dan kesatuan ekonomi nasional.1 Secara
garis besar, pelaku perekonomian Indonesia terdiri dari BUMN/D, Koperasi dan
Swasta. Namun dalam perkembangan muncul Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) yang dilandasi oleh potensi besar dalam bidang perekonomian yang
dimiliki oleh desa, yakni kearifan lokal yang beragam dan keadaan sosial
masyarakat desa.

Keberadaan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa merupakan harapan baru


bagi desa untuk mengolah potensi perekonomiannya dengan maksimal. Ada pun
tujuan dari pendirian BUMdes adalah meningkatkan kesejahteraan asli desa yang
merupakan implementasi dari pasal 87 UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa dimana
dimaksudkan pengelolaan BUMDes dilakukan sesuai dengan semangat
kekeluargaan dan gotong royong. Hal ini sejalan dengan ciri khas sosial budaya
masyarakat desa, yakni solidaritas yang kuat sehingga diharapkan bahwa dalam
menjalankan usahanya, BUMDes tidak hanya terfokus pada keuntungan semata
melainkan memperhatikan pula kesejahteraan masyarakat desa. Meskipun
demikian, realisasi BUMDes masih menghadapi masalah baik dari segi pendirian
hingga terkait dengan modal. Selain menghambat pertumbuhan perekonomian

1
Diakses melalui, http://www.keuangandesa.com/pendekatan-utuh-penguatan-
kelembagaan-ekonomi-desa/ , tanggal 7 Oktober 2018, pukul 17.44 WIB
desa, masalah ini juga mengganggu perkembangan perekononomian nasional
sebagaimana dimaksudkan desa adalah potensi perekonomian Indonesia.

B. Indentifikasi Masalah
1. Bagaimana kepengurusan BUMDes sebagai badan usaha?
2. Apa saja syarat pendirian BUMDes?
3. Bagaimana implementasi BUMDes dalam meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan modal BUMDes


BUMDesa adalah badan usaha yang seluruh atau sebagaian besar modalnya
dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
desa yang dipisahkan guna pengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya
untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Pasal 87 ayat (1) UU No.
6 tahun 2014 tentang Desa mengatur bahwa setiap desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa dengan tujuan mengembangkan segala potensi ekonomi,
kelembagaan perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan sumber daya
manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.2 Mengenai
modal BUMDes diatur dalam pasal 135 Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa,yakni ;
1. Modal awal BUM Desa bersumber dari APB Desa
2. Modal BUM Desa terdiri atas :
a. Penyertaan modal desa ; dan
b. Penyertaan modal masyarakat desa
3. Kekayaan BUM Desa yang bersumber dari penyertaan Modal Desa
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan kekayaan Desa
yang dipisahkan
4. Penyertaan modal desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
berasal dari APB Desa

2
Diakses dari https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5b726116cfca9/penyertaan-
modal-bum-desa-oleh-penanam-modal-dalam-negeri, pada tanggal 7 Oktober 2018, pukul 19.03
WIB
5. Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota dapat memberikan banuan kepada BUM Desa yang
disalurkan melalui APB Desa.3

Adapun keuntungan dari keberadaan BUMDes antara lain4 :

1. Meningkatkan pendapatan desa sehingga memudahkan pembangunan


desa tanpa bergantung pada pemerintahan diatasnya
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat desa dikarenakan peningkatan
produksi masyarakat
3. Mengurangi pengangguran karena dukungan BUMDes memotivasi
masyarakat menjadi pengusaha kecil
4. Perekonomian desa akan menjjadi lebih kuat dikarenakan kemandirian
desa dalam mengelola badan usahanya

B. Kepengurusan BUMDes

Di dalam Permendesa No.4 Tahun2015 tentang BUM Desa didalam pasal


10 ayat 1 dijelaskan bahwa Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUM
Desa terdiri dari:
1. Penasihat;
a) Penasihat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf a dijabatsecara ex
officio oleh Kepala Desa yang bersangkutan.
b) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
1) memberikan nasihat kepada Pelaksana Operasional dalam
melaksanakan pengelolaan BUM Desa;
2) memberikan saran dan pendapat mengenai masalah yang dianggap
penting bagi pengelolaan BUM Desa; dan

3
Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
4
Diakses dari http://www.berdesa.com/pentingnya-mengelola-badan-usaha-milik-desa/
pada tanggal 27/10/2018 pada pukul 23:49 WIB
3) mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengelolaan BUM Desa.
c) Penasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
1) meminta penjelasan dari Pelaksana Operasional mengenai persoalan
yang menyangkut pengelolaan usaha Desa; dan
2) melindungi usaha
2. Pelaksana Operasional
a) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 huruf
mempunyai tugas mengurus dan mengelola BUM Desa sesuai dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
b) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkewajiban:
1) melaksanakan dan mengembangkan BUM Desa agar menjadi
lembaga yang melayani kebutuhan ekonomi dan/atau pelayanan
umum masyarakat Desa;
2) menggali dan memanfaatkan potensi usaha ekonomi Desa untuk
meningkatkan Pendapatan Asli Desa; dan
3) melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga perekonomian Desa
lainnya.
c) Pelaksana Operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang:
1) membuat laporan keuangan seluruh unit-unit usaha BUM Desa
setiap bulan;
2) membuat laporan perkembangan kegiatan unit-unit usaha BUM
Desa setiap bulan;
3) memberikan laporan perkembangan unit-unit usaha BUM Desa
kepada masyarakat Desa melalui Musyawarah Desa sekurang-
kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun.

3. Pengawas
a) Pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) huruf c
mewakili kepentingan masyarakat
b) Susunan kepengurusan Pengawas terdiri dari:
1) Ketua;
2) Wakil Ketua merangkap anggota;
3) Sekretaris merangkap anggota;
4) Anggota.
c) Pengawas sebagaimana mempunyai kewajiban menyelenggarakan
Rapat Umum untuk membahas kinerja BUM Desa sekurang-
kurangnya 1 (satu) tahun sekali
d) Pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang
menyelenggarakan Rapat Umum Pengawas untuk :
1) pemilihan dan pengangkatan pengurus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2);
2) penetapan kebijakan pengembangan kegiatan usaha dari BUM
Desa; dan
3) pelaksanaan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja Pelaksana
Operasional.
e) Masa bakti Pengawas diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga BUM Desa.

C. Syarat Pendirian BUMDes

Syarat berdirinya BUMDes:

1. Pendirian BUMDes berdasar pada Perda Kabupaten


2. Diatur berdasarkan Perdes
3. Satu Desa, hanya terdapat satu BUMDes
4. Pemkab memfasilitasi pendirian BUMDes
5. BUMDes dapat didirikan dalam bentuk Usaha Bersama (UB) atau
bentuk lainnya, tetapi bukan Koperasi, PT, Badan Usaha Milik Daerah,
CV, UD atau lembaga keuangan (BPR).
Dalam Peraturan Menteri Desa No.4/2015 pasal 4 juga dijelaskan mengenai
bagaimana desa dapat mendirikan BUM Desa dengan mempertimbangkan
beberapa hal yaitu :

1. Inisiatif Pemerintah Desa dan/atau masyarakat Desa;


Pendirian BUM Desa harus ada inisiatif dari Pemerintah Desa dan
masyarakat itu sendiri, inisiatif tersebut dirumuskan secara partisipatif
oleh seluruh komponen masyarakat desa. BUM Desa juga dapat berdiri
dari inisiatif Pemerintah Kabupaten sebagai bentuk intervensi
pembangunan pedesaan untuk mendukung pembangunan daerah.

2. Potensi usaha ekonomi Desa;


Potensi desa menjadi syarat dalam pembentukan BUM Desa, desa harus
memiliki potensi usaha yang akan dikembangkan bersama–sama dalam
usaha BUM Desa. Potensi tersebut dapat berupa Pelayanan Umum,
Penyewaan, Produk Unggulan, Simpan Pinjam, dan usaha bersama.
Untuk awal pembentukan BUM Desa usahakan pilih salah satu potensi
yang akan di jalankan dan fokus terhadap salah satu usaha tersebut.
3. Sumberdaya alam di Desa;
Sumber daya alam di desa mencakup semua unsur tata lingkungan,
biologis dan fisik (biofisik) yang dengan nyata atau secara potensial
dapat menunjang kehidupan dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
desa. Pada suatu desa minimal terdapat 1 sumber daya alam hayati atau
sumber daya alam yang dapat di perbarui, contohnya hewan ternak,
hewan laut, dll.
4. Sumberdaya manusia yang mampu mengelola BUM Desa; dan
Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor atau syarat yang sangat
penting dalam keberlangsungan suatu BUM Desa. SDM menjadi kunci
yang menentukan perkembangan BUM Desa. Untuk pendirian BUM
Desa diperlukan SDM yang mampu dan mengetahui berbagai hal dalam
pengelolaan kemajuan BUM Desa, oleh karena itu pelatihan –pelatihan
mengenai bagaimana memanajemen BUM Desa sangat penting untuk di
ikuti.
5. Penyertaan modal dari Pemerintah Desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan Desa yang diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari
usaha BUM Desa.
Penyertaan modal ini dapat berupa pembiayaan dan kekayaan desa yang
diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari pada usaha BUM Desa.

D. Implementasi BUMDes dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Masyarakat

Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 menyebutkan bahwa


pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia serta
penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar,
pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, dengan
mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan dan kegotong royongan guna
mewujudkan keadilan sosial.5 hal ini lah yang mendorong pendirian badan usaha
milik desa sehingga sebagai lembaga legal dalam mengembangkan usaha dan
perekonomian masyarakat lokal (desa), diharapkan dapat melahirkan produk
unggulan lokal yang mampu menjadi citra positif dalam kompetisi pasar.

Badan Usaha Milik Desa yang diatur dalam Perda nomor 9 tahun 2010
bertujuan untuk meningkatkan sumber Pendapatan Asli Desa, meningkatkan
pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa serta untuk
menciptakan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan pemberdayaan
masyarakat desa.

5
Program Desa Lestari. 2016. Pendekatan Utuh Penguatan Kelembagaan Ekonomi Desa.
Yogyakarta : Yayasan Penabulu
Implementasi BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa
yang ada di Indonesia Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan
dalam pelaksanaannya di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum
sepenuhnya berjalan dengan efektif serta mampu memberi kontribusi bagi
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di desa tersebut. Dimana
seharusnya keberadaan BUMDes mendongkrak kegiatan perekonomian masyrakat
baik dari segi pendapatannya hingga menjadi wadah kreatifitas masyrakat dalam
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh desa.

Menurut laporan Kemendesa, Transmigrasi dan PDTT, hingga akhir tahun


2016, hanya ada 13.000 desa yang memiliki BUMDes dari kurang lebih 75ribu
desa di Indonesia. Hingga pengujung 2016, di Indonesia terdapat 8635 Bumdes di
Sumatera, Jawa 6.095, Bali dan Nusa Tenggara 574, Kalimantan 992 unit,
Sulawesi 1915, Maluku dan Papua 235. Sesuai infografis itu, di regional
Sulawesi sudah ada seribuan Bumdes.

Sebuah studi yang dilakukan di kabupaten Bojonegoro menyebutkan bahwa


pada tahun 2006 di Kabupaten Bojonegoro telah berdiri 419 BUMDes, dan
berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa (BPMPD) pada tahun 2013 menyebutkan
bahwa jumlah BUMDes yang masih berjalan hanya 21 BUMDes.

Faktor yang mempengaruhi buruknya eksistensi BUMDes di sejumlah desa


antara lain :

1. partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih rendah, hal ini


terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program BUMDes yang
juga masih tergolong rendah
2. Daya saing pasar dimana BUMDes ini sendiri kurang mampu bersaing
dengan produk ataupun jasa yang ditawarkan pihak-pihak lainnya
3. Kecendeungan masyarakat yang bersifat individualistik dimana pada
dasarnya pendirian BUMDes tersebut bertujuan untuk kesejahteraan
masyarakat tidak disadari oleh mayoritas masyarakat desa.

Meskipun demikian, terdapat beberapa BUMDes yang berhasil dalam


memberikan kontribusi di bidang perekonomian, antara lain6 :

1. BUMDes Tirta Mandiri, usaha yang bergerak di bidang kepariwisataan


dan terletak di Dusun Umbul, Desa Ponggok, Klaten, Jawa Tengah.
BUMDes ini berhasil memberikan omset mencapai 10,36 miliar dengan
laba bersih mencapai 6,5 miliar
2. BUMDes Multianggaluku Mandiri, penyalur barang-barang bersubsidi
dari pemerintah
3. BUMDes Cibodas, bergerak di bidang penyaluran air bersih. BUMDes
ini telah memiliki 3.200 konsumen
4. BUMDes Tirtonirmala, bergerak dibidang simpan pinjam dengan
keuntungan mencapai Rp. 8,9 miliar
5. BUMDes Karya Jaya Abadi, pembeli sawit dari masyarakat desa
langsung

6
Diakses dari http://www.berdesa.com/belajar-dari-bumdes-bumdes-yang-terbukti-berhasil-
mensejahtrakan-masyarakat/ pada tanggal 28/10/2018 pukul 00.06 WIB
BAB III

Penutup

Di Indonesia desa merupakan bagian dari wilayah administratif hukum di


tingkat IV. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa,
disebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui
dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam kewenangan desa itu sendiri juga dapat didirikan Badan Usaha Milik Desa
guna untuk memajukan sektor ekonomi dari desa tersebut dengan memanfaatkan
sumber daya alam dan peluang ekonomi lainnya.

BUMDesi diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan


mensejahterakan masyarakat desa. Namun program BUMDes yang diharapkan
dapat mensejahterakan desa di Indonesia pada kenyataannya belum berhasil
sepenuhnya. Adapun faktor yang menyebabkan kegagalan ini terletak pada
manajemen dan masyarakat desa sendiri. Kendala utama lainnya terletak pada
fakta bahwa tidak semua desa memiliki sumber daya alam sehingga bagi desa
yang tidak memiliki sumberdaya alam kesulitan untuk mendirikan BUMDes.
Meskipun demikian terdapat beberapa desa yang sukses menerapkan program
BUMDes dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada sehingga
pendapatan desa tersebut dapat digunakan untuk pembagunan desa. Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bahwa implementasi BUMDes belum sepenihnya
berhasil sebagaimana diharapkan dari segi teori.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Program Desa Lestari. 2016. Pendekatan Utuh Penguatan Kelembagaan Ekonomi


Desa. Yogyakarta: Yayasan Penabulu

Peraturan Perundang-Undangan

Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan


Pemerintah No. 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 6
tahun 2014 tentang Desa

Internet

Diakses melalui, http://www.keuangandesa.com/pendekatan-utuh-penguatan-


kelembagaan-ekonomi-desa/ , tanggal 7 Oktober 2018, pukul 17.44 WIB
Diakses dari http://www.berdesa.com/pentingnya-mengelola-badan-usaha-milik-
desa/ pada tanggal 27/10/2018 pada pukul 23:49 WIB
Diakses dari http://www.berdesa.com/belajar-dari-bumdes-bumdes-yang-terbukti-
berhasil-mensejahtrakan-masyarakat/ pada tanggal 28/10/2018 pukul 00.06
WIB

Diakses dari
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5b726116cfca9/penyertaan-
modal-bum-desa-oleh-penanam-modal-dalam-negeri, pada tanggal 7
Oktober 2018, pukul 19.03 WIB

Anda mungkin juga menyukai