produksi (Biegel, 1981). Dalam konsep ini, elemen-elemen operasi akan digabung-gabung
menjadi beberapa stasiun kerja. Tujuan umum penggabungan ini adalah untuk mendapatkan
rasio delay / idle (menganggur) yang serendah mungkin (Bedworth, 1997). Berikut ini adalah
pengertian keseimbangan lini (Line Balancing) menurut dua orang ahli yang berbeda: 1.
Keseimbangan merupakan kesamaan keluaran atau hasil atau keseluruhan produksi pada
setiap urutan lintasan produksi (Buffa Elwood , 1983). 2. Keseimbangan lini bertujuan untuk
memperoleh suatu arus produksi yang lancar dalam rangka memperoleh utilitas yang tinggi
atas fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan melalui penyeimbangan waktu kerja antara stasiun
kerja (Herjanto, 1999). 2.2 Masalah Yang Dihadapi Dalam Lintasan Kritis Berikut ini adalah
masalah-masalah utama yang sering kali dihadapi dalam lintasan produksi yang dikemukakan
oleh Biegel (1952): 1. Kendala sistem, hal ini berkaitan erat dengan perawatan atau
maintenance. 2. Menyeimbangkan beban kerja pada beberapa stasiun kerja yang bertujuan
untuk mencapai suatu efisien yang tinggi dan memenuhi rencana produksi yang telah dibuat.
Untuk dapat menyelesaikan masalah line balancing, manajemen industri harus mengetahui
tentang metoda kerja, peralatan-peralatan, mesin-mesin, dan personil yang digunakan dalam
proses kerja. Yang diperlukan adalah informasi tentang waktu yang dibutuhkan untuk setiap
susunan dan urutan dari berbagai tugas yang perlu dilakukan, manajemen industri perlu
menetapkan tingkat produksi per hari yang disesuaikan dengan tingkat permintaan total,
kemudian membaginya kedalam waktu produktif yang tersedia perhari. Hasil ini adalah cycle
time, yang merupakan waktu dari produk yang tersedia pada setiap stasiun kerja (work
station). Adapun tanda-tanda ketidak seimbangan pada suatu lintasan produksi adalah sebagai
berikut: 1. Stasiun kerja yang sibuk dan waktu menganggur yang mencolok. 2. Adanya
produk setengah jadi pada beberapa stasiun kerja. Buffa (1987) mengemukakan bahwa untuk
mencapai keseimbangan lini dapat dilakukan dengan cara, yang pertama adalah: 1.
masalah pada Line Balancing yang dijelaskan secara berurutan: 1. Mengidentifikasi tugas-
tugas individual atau aktifitas yang akan dilakukan. 2. Mengidentifikasi waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan setiap tugas. 3. Menetapkan precedence constraints, jika ada,
yang berkaitan dengan setiap tugas itu. Berikut ini adalah contoh gambar precedence
diagram: Gambar 2.1 Contoh Precedence Diagram Pada Line Balancin 1. Menentukan output
dari assembly line yang dibutuhkan. 2. Menentukan waktu total yang tersedia untuk
memproduksi output itu. 3. Menghitung cycle time yang dibutuhkan, misalnya, waktu di
antara penyelesaian produk yang dibutuhkan untuk menyelesaikan output yang diinginkan
dalam batas toleransi dari waktu (batas waktu yang diijinkan). 4. Memberikan tugas-tugas
kepada pekerja dan mesin. 5. Menetapkan minimum banyaknya stasiun kerja (work station)
yang dibutuhkan untuk memproduksi output yang diinginkan. 6. Menilai efektifitas dan
(continous process improvement). 2.3 Metode Pemecahan dalam Line Balancing Ada
Heuristik Metode yang berdasarkan pengalaman, intuisi atau aturan-aturan empiris untuk
memperoleh solusi yang lebih baik daripada solusi yang telah dicapai sebelumnya (Dimyati,
1994). a. Ranked Positional Weight / Hegelson and Birine b.Kilbridge`s and Waste/Region
Approach c. Large Candidate Rule d. Al Arcu`s 2. Metode Analis atau Matematis Metode
pertidaksamaan. (Branch and Bound Method). 3. Metode Simulasi Metode yang meniru
yang tidak dapat diselesaikan secara matematis. a. CALB (Computer Assembly Line
Balancing or Computer Aided Line Balancing) b.ALPACA (Assembly Line Balancing and
Control Activity) c. COMSAL (Computer Method or Saumming Operation for Assemble) 2.4
Lintasan Produksi Dalam suatu industri, perencanaan produksi sangat memegang peranan
penting dalam membuat penjadwalan produksi terutama dalam pengaturan operasi atau
penugasan kerja yang harus dilakukan. Jika pengaturan dan perencanaan yang dilakukan
kurang tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun kerja dalam lintasan produksi
mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan produksi
menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang tidak
banyak terjadi pada proses perakitan dibandingkan pada proses pabrikasi. Pergerakan yang
terus menerus kemungkinan besar dicapai dengan operasi-operaasi perakitan yang dibentuk
secara manual katika beberapa operasi dapat dibagi dengan durasi waktu yang pendek.
Semakin besar fleksibilitas dalam dalam mengkombinasikan beberapa tugas, maka semakin
tinggi pula tingkat keseimbangan tingkat keseimbangan yang dapat dicapai, hal ini akan
membuat aliran yang muls dengan membuat utilisasi tenaga kerja dan perakitan yang tinggi
(Nasution, 1999:137). Adanya kombinasi penugasan kerja terhadap operator atau grup
operator yang menempati stasiun kerja tertentu juga merupakan awal masalah keseimbangan
lintasan produksi, sebab penugasan elemen kerja yang berbeda akan menimbulkan perbedaan
dalam jumlah waktu yang tidak produktif dan variasi jumlah pekerjaan yang dibutuhkan
yang terjadi pada keseimbangan lintasan dalam suatu lintasan produksi biasanya tampak
adanya penumpukan material, waktu tunggu yang tinggi dan operator yang menganggur
karena beban kerja yang tidak teratur. Untuk memperbaiki kondisi tersebuut dengan
kseimbangan lintasan yaitu dengan menyeimbangkan stasiun kerja sesuai dengan kecepatan
produksi yang diinginkan Idle Time yaitu waktu menganggur selama jam kerja (berth
working time), yang disebabkan antara lain hujan, menunggu muatan, menunggu dokumen,
alat rusak, dan lain-lain”.(Suranto, 2004:140) Keseimbangan yang sempurna tercapai apabila
ada persamaan keluaran (output) dari setiap operasi dalam suatu runtutan lini. Bila keluaran
yang dihasilkan tidak sama, maka keluaran maksimum mungkin tercapai untuk lini operasi
yang paling lambat. Operasi yang paling lambat menyebabkan ketidakseimbangan dalam
lintasan produksi. Keseimbangan pada stasiun kerja berfungsi sebagai sistem keluaran yang
efisien. Hasil yang bisa diperoleh dari lintasan yang seimbang akan membawa ke arah
perhatian yang lebih serius terhdap metode dan proses kerja. Keseimbangan lintasan juga
memerlukan ketrampilan operator yang ditempatkan secara layak pada stasiun-stasiun kerja
yang ada. Keuntungan keseimbangan lintasan adalah pembagian tugas secara merata
sehingga kemacetan bisa dihindari. (Setiawan, 2000). 2.4.2 Pengaruh Kecepatan Lintasan
Terhadap Penyusunan Stasiun Kerja Hal yang berpengaruh pada penyusunan stasiun kerja
adalah kecepatan lintasan yang ditentukan dari tingkat kapasitas permintaan serta waktu
operasi terpanjang. Semakin tinggi kecepatan lintasan, jumlah stasiun kerja yang yang
dibutuhkan akan menjadi semakin banyak. Sebaliknya, semakin rendah kecepatan lintasan
perkitan maka jumlah stasiun kerja yang dibutuhkan menjadi semakin sedikit. (Kusuma,
2002). 2.5 Presedence Diagram Precedence diagram digunakan sebelum melangkah pada
merupakan gambaran secara grafis dari urutan operasi kerja, serta ketergantungan pada
operasi kerja lainnya yang tujuannya untuk memudahkan pengontrolan dan perencanaan
kegiatan yang terkait di dalamnya. (Baroto, 2002), Adapun tanda yang dipakai dalam
precedence diagram adalah: 1. Simbol lingkaran dengan huruf atau nomor di dalamnya untuk
mempermudah identifikasi asli dari suatu proses operasi. 2. Tanda panah menunjukkan
ketergantungan dan urutan proses operasi. Dalm hal ini, operasi yang ada di pangkal panah
berarti mendahului operasi kerja yang ada pada ujung anak panah. 3. Angka di atas simbol
lingkaran adalah waktu standar yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap proses operasi.
menyelesaikan setiap proses operasi. 2.6 Istilah-Istilah Dalam Line Balancing: 2.6.1. Waktu
Menganggur (Idle Time) Idle time adalah selisih atau perbedaan antara Cycle Time (CT)
danStasiun Time (ST), atau CT dikurangi ST. (Baroto, 2002). 2.6.2 Keseimbangan Waktu
Senggang (Balance Delay) Balance Delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan lintasan
yang dihasilkan dari waktu mengganggur sebenarnya yang disebabkan karena pengalokasian
sebagai berikut (Baroto, 2002): 2.6.3 Efisiensi Stasiun Kerja Efisiensi stasiun kerja
merupakan rasio antara waktu operasi tiap stasiun kerja (Wi) dan waktu operasi stasiun kerja
terbesar (Ws). Efisiensi stasiun kerja dapat dirumuskan sebagai berikut (Nasution, 1999):
2.6.4 Efisiensi Lintasan Produksi (Line Efficiency) Line Efficiency merupakan rasio dari
total waktu stasiun kerja dibagi dengan siklus dikalikan jumlah stasiun kerja (Baroto, 2002)
atau jumlah efisiensi stasiun kerja dibagi jumlah stasiun kerja (Nasution, 1999). 2.6.5
Smoothest Indeks Smoothet Indeks merupakan indeks yang menunjukkan kelancaran relatif
dari penyeimbangan lini perakitan tertentu. 2.6.6 Work Station Work Station merupakan
tempat pada lini perakitan di mana proses perakitan dilakukan. Setelah menentukan interval
waktu siklus, maka jumlah stasiun kerja yang efisien dapat ditetapkan dengan rumus (Baroto,