Anda di halaman 1dari 59

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Langkah-langkah Pemecahan Masalah

Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada

pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari

analisa persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi,

penjualan dan pengiriman produk( Ulrich-Eppinger,2001).

Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan

kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, namun tiga fungsi yang

selalu paling penting bagi proyek pengembangan produk, yaitu :

1. Pemasaran

Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan.

Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang produk,

pendefinisian segmen pasar, dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran

juga secara khusus merancang komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan,

menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk.

2. Perancangan ( Design )

Fungsi perancangan memainkan peranan penting dalam mendefinisikan bentuk fisik

produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut tugas
8

bagian perancangan mencakup desain engineering ( mekanik, elektrik, software, dan

lain-lain ) dan desain industri ( estetika, ergonomi, user interface ).

3. M anufaktur

Fungsi manufaktur terutama bertanggung jawab untuk merancang dan

mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Secara luas, fungsi

manufaktur seringkali mencakup pembelian, distribusi, dan instalasi. Kumpulan

aktivitas-aktivitas ini disebut juga sebagai rantai pemasok.

Proses Pengembangan produk secara umum terdiri dari tahapan-tahapan atau

sering juga disebut sebagai fase. M enurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppinger

dalam bukunya yang berjudul “Perancangan dan Pengembangan Produk”, proses

pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :

Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk M enurut Ulrich-Eppinger

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

• Fase 0. Perencanaan : Kegiatan ini disebut sebagai ‘zerofase’ karena

kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran

pengembangan produk aktual.

• Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep,

kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsep-konsep produk


9

dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk

pengembangan dan percobaan lebih jauh. Dimana yang dimaksud dengan

konsep di sini adalah uraian dari bentuk, fungsi, dan tampilan suatu produk

dan biasanya disertai dengan sekumpulan spesifikasi, analisis produk-produk

pesaing serta pertimbangan ekonomis proyek.

• Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase Perancangan Tingkatan

Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi

subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan akhir

untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada

fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara

fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses

pendahuluan untuk proses rakitan akhir.

• Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi

lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponen

unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari

pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap

komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah

pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk tiap komponen produk

dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dapat

dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan perakitan produk.

• Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan

melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi


10

awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan

komponen-komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi

sesungguhnya, namun tidak memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang

sama dengan yang dilakukan pada proses pabrikasi sesungguhnya. Prototipe

alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan apa

yang direncanakan dan apakah produk memuaskan kebutuhan konsumen

utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat dengan komponen-

komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan

menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya.

Prototipe beta dievaluasi secara internal dan juga diuji oleh konsumen dengan

menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya

adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam

rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan-perubahan secara teknik untuk

produk akhir.

• Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan

menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal

ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang

mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk-produk yang

dihasilkan selama produksi awal kadang-kadang disesuaikan dengan

keinginan pelanggan dan secara hati-hati dievaluasi untuk mengidentifikasi

kekurangan-kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi

produksi sesungguhnya harus melewati tahap demi tahap. Pada beberapa titik
11

pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk

didistribusikan.

Total keseluruhan fase adalah 6 fase yakni : dari fase 0 sampai dengan fase 5,

dan pemahaman dari tiap tahapan dapat dimengerti dan diterapkan secara terpisah (

Ulrich-Eppinger,2001).

Sementara itu menurut C. M erle Crawford dan C. Anthony Di Benedetto

dalam buku mereka yang berjudul “New Products Management”, dikatakan bahwa

tahapan pengembangan produk terdiri atas 5 fase yaitu :

Gambar 2.2 Fase Pengembangan Produk M enurut Crawford-Benedetto

(Sumber : New Products Management, Crawford-Benedetto)

• Fase 1. Identifikasi peluang dan Seleksi ( Opportunity Identification and

Selection) : menghasilkan sebuah peluang dari produk baru menjadi peluang

bisnis, mengadakan perubahan pada rencana pemasaran, sumber daya, dan

kebutuhan yang terdapat pada pasar. M engadakan riset pasar untuk kemudian

dievaluasi, divalidasi dan keluarannya adalah pernyataan strategic untuk

menuntun lebih jauh ke tahap selanjutnya.


12

• Fase 2. Pengembangan Konsep (concept generation) : M emilih peluang

yang paling berpotensi untuk dikembangkan dan mulai dengan keterlibatan

konsumen dalam tahap identifikasi kebutuhan. M ulai menyusun konsep

produk baru yang dapat menjawab kesempatan atau peluang yang ada.

• Fase 3. Evaluasi Proyek/Konsep (Concept/Project Evaluation) :

M engevaluasi konsep produk tersebut (seperti pada saat mereka mulai masuk)

pada kriteria teknis, pemasaran dan keuangan. Beri bobot dan pilih yang

terbaik kedua atau ketiga.

• Fase 4. Pengembangan (Development) : Pada fase ini merupakan tahap

pengujian konsep yang sudah matang dengan pembuatan prototipe yang

langsung diujikan kepada konsumen, desain pembuatan dan peralatan yang

dibutuhkan sudah mulai disusun, sambil tidak lupa mempersiapkan strategi

pemasaran dan persiapan peluncuran produk tersebut dengan memperhatikan

jalur distribusi dan biaya-biaya yang dibutuhkan melalui sebuah business

plan.

• Fase 5. Peluncuran (Launch) : mulai produksi awal dan pemasaran dengan

ruang lingkup yang kecil dulu sambil memantapkan sistem produksi

pembuatan produk tersebut, dan mulai menjalankan program peluncuran

sesuai yang direncanakan secara bertahap.

Kelima fase ini lebih difokuskan untuk pengembangan produk yang betul-

betul merupakan produk baru (Crawford-Beneditto, 2000).


13

Satu lagi pendapat dari ahli pengembangan produk di USA yaitu R. Cooper

dalam bukunya yang berjudul “Winning at New Products”, Cooper menyebutkan

tahapan pengembangan produk yang dikenal sebagai Stage-Gate Process yaitu

sebuah tahapan pergerakan suatu proyek produk baru dari sebuah ide hingga ke tahap

peluncuran. Stage merupakan tahapan sebenarnya dimana diwujudkan dalam

tindakan nyata. Sedangkan gate merupakan point pengambilan keputusan untuk

dilanjutkan atau tidak ke tahap atau stage selanjutnya. Berikut penjelasan singkat

mengenai Stage-Gate Process :

Gambar 2.2 Stage-Gate Process M enurut R. Cooper

(Sumber : Winning at New Products, R. Cooper)

• Discovery Stage . Tahap pemilihan ide : dalam tahapan ini, munculnya ide-ide

tentang produk apa yang akan dikembangkan dan apa jenis pengembangannya

semuanya pasti muncul dari suatu ide atau gagasan.

• Gate 1. Idea screen : merupakan tahapan pengelompokan ide-ide yang telah

didapatkan.
14

• Stage 1. Scooping : merupakan tahapan perkiraan akan keberhasilan produk

yang akan dikembangkan, dapatkah produk itu dibuat, serta bagaimana respon

pasar terhadap produk tersebut nantinya.

• Gate 2. Second screen : dalam tahap ini diadakan penyaringan konsep produk

mana yang akan dilanjukan untuk dikembangkan.

• Stage 2. Building the business case : merupakan tahap yang paling

menentukan bagi tim pengembangan produk, disini akan dibuat definisi dari

produk dan proyek tersebut, rencana proyek dan pembenaran dari proyek

tersebut di masa-masa mendatang.

• Gate 3. Go to Development : pada tahap ini ditentukan apakah diteruskan ke

tahap pengembangan atau tidak berdasarkan hasil dari tahapan sebelumnya

dan konsep yang telah terpilih.

• Stage 3. Development : Tahap ini yang disebut tahapan pengembangan, pada

tahap ini dilakukan seperti yang dilakukan pada tahap pengembangan konsep,

persiapan peluncuran, rencana sistem produksi, dan pengujian untuk ke tahap

selanjutnya.

• Gate 4. Go to Testing : M erupakan tahapan awal dari pengujian konsep

produk yang sudah dikembangkan.

• Stage 4. Testing and Validation : M erupakan tahapan final dari pengujian dan

validasi data pengujian dari seluruh proyek, perkiraan rencana proses

produksi, analisa ekonomi produk, respon dari konsumen, dan pembuatan

prototipe.
15

• Gate 5. Go to launch : Tahapan persiapan peluncuran awal dari produk yang

sudah diuji.

• Stage 5. Launching : produksi awal sudah mulai dilakukan, beserta

perbaikan-perbaikan sistem produksi dan peralatan untuk efisiensi proses,

jalur distribusi dan komersialisasi mulai dibangun dan diperluas secara

bertahap.

• Review dari peluncuran produk : Setelah produk diluncurkan secara

komersialisasi, dilakukan review untuk memastikan bahwa hambatan-

hambatan yang ada bisa teratasi, serta memastikan apakah produksi tetap

dilanjutkan beserta pemasarannya, atau tetap memasarkan sisa stok barang

(bila produksi dihentikan karena tidak dapat dilanjutkan), atau mendaur ulang

produk tersebut sehingga dapat dimanfaatkan menjadi barang lain (“Winning

at New Products”, R.Cooper, 2001).

Setelah melihat ketiga model tahapan-tahapan pengembangan produk yang

merupakan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat dilihat banyak

kesamaan dari ketiga proses tersebut, perbedaan jumlah tahapan atau fase disebabkan

karena adanya penggabungan dari beberapa tahapan yang sejenis ataupun

membaginya menjadi beberapa tahapan yang lebih detail. Dan tahapan

pengembangan produk menurut Karl T. Ulrich dan Steven D. Eppingger adalah yang

paling umum dan mudah dipahami, serta sudah banyak diterapkan oleh para praktisi
16

pengembangan produk. Pada tahap pembahasan pengembangan produk ini nantinya

akan disesuaikan menurut tahapan yang dikembangkan oleh Ulrich dan Eppingger.

2.2 Tanaka

Tanaka’s Funvtional Evaluation M ethod adalah metode pengembangan

produk dengan penentuan nilai merupakan tema yang paling penting untuk menilai

studi teknik. Namun, evaluasi konvensional fungsi ini telah dilakukan dari sudut

pandang pembuat dan sangat sedikit yang telah dipelajari dari pengguna. Nilai yang

dievaluasi oleh pengguna. Oleh karena itu, kita harus lebih mempertimbangkan nilai

yang berorientasi pada pengguna daripada pembuat. Studi tradisional rekayasa nilai

jarang menyinggung hubungan antara diagram blok fungsional atau produk

konstruksi diagram. M etode ini secara sistemtis dimungkinkan hanya dengan

menggabungkan kedua diagram ini dan menyatakan efektifitas pendekatan dengan

menerapkan apa yang didefinisikan sebagai Zona Nilai Optimal. Tujuan evaluasi ini

adalah untuk menetapkan target biaya dan untuk memilih elemen konstruktural untuk

studi tentang peningkatan nilai, tujuan tersebut berfungsi untuk memperjelas sistem

biaya dan efektivitas. Pengukuran dan analisis keseimbangan antara :

1. M utual fungsi

2. Biaya setiap elemen

3. Fungsi dan biaya

Angka-angka pada matriks fungsi tersebut diperoleh berdasarkan informasi yang

didapat dari responden.


17

(sumber:

http://minds.winconsin.edu/bitstream/handle/1793/5526/890.pdf?sequence=1)

2.3 Pernyataan Misi

Dalam melakukan pengembangan suatu produk kita perlu memiliki

Pernyataan M isi (Mission Statement). Pernyataan misi adalah arah dari suatu

pengembangan produk, dimana mencakup beberapa dari keseluruhan informasi

berikut :

• Uraian Produk Ringkas

Uraian ini mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun

menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik. M ungkin saja

berupa pernyataan visi produk.

• Sasaran Utama Bisnis

Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan,

sasaran ini biasanya mencakup waktu, biaya, dan kualitas (contoh

penentuan waktu pengenalan produk, performasi finansial yang

diinginkan, target pangsa pasar).

• Pasar Target Untuk Produk


18

Terdapat beberapa pangsa pasar target untuk produk. Bagian ini

mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu

dipertimbangkan dalam usaha pengembangan

• Asumsi – asumsi dan batasan – batasan untuk mengarahkan usaha

pengembangan

Asumsi – asumsi harus dibuat dengan hati – hati, meskipun mereka

membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu

untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola, sehingga diperlukan

informasi – informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan

batasan.

• Stakeholder

Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan

ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari

produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan

kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir

(pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang membuat

keputusan tentang produk. Stakeholder juga mencakup pelanggan produk

yang mendampingi perusahaan, seperti tenaga penjual, organisasi

pelayanan, dan departemen produksi. Daftar Stakeholder menyediakan

suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap

orang yang akan dipengaruhi oleh produk.

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)


19

Dalam membuat pernyataan misi, tim mempertimbangkan strategi-strategi

dari beberapa area fungsi pada perusahaan. Dengan banyaknya kemungkinan strategi

fungsional yang harus dipertimbangkan, strategi manufaktur, pelayanan dan

lingkungan telah memiliki pengaruh yang besar pada proyek. Seseorang dapat

menanyakan mengapa strategi manufaktur, pelayanan dan lingkungan (sebagai

contoh) seharusnya menjadi bagian dari pernyataan misi untuk suatu produk baru.

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Oleh karena itu, pernyataan misi seharusnya mencerminkan sasaran

perusahaan dan batasnya. Dalam menyatakan asumsi-asumsi dan batasan-batasan

sebagai bagian dari pernyataan misi, beberapa permasalahan yang perlu

dipertimbangkan yaitu :

• M anufaktur

• Pelayanan

• Lingkungan

Karena pernyataan misi merupakan pegangan untuk tim pengembangan, suatu

“reality check” harus dilakukan sebelum melalui proses pengembangan. Langkah

awal ini adalah waktu untuk memperbaiki, paling tidak mereka menjadi lebih hebat

dan bernilai sesuai dengan kemajuan proses pengembangan.

Gambar 2.3 Contoh Format Pernyataan M isi

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)


20

Pernyataan misi : (nama produk)


Deskripsi produk : *
Sasaran bisnis Kunci : *
*
*
Pasar Utama : *
Pasar Sekunder : *
*
Asumsi-asumsi : *
Pihak yang terkait : *
*
*

2.4 Identifikasi Kebutuhan Pelanggan

Tujuan metode mengidentifikasi kebutuhan pelanggan secara menyeluruh

adalah(sumber :perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger):

• M eyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan.

• M engidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak

terucapkan seperti halnya kebutuhan yang eksplisit.

• M enjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk.

• M emudahkan pembuatan arsip dari aktivitas identifikasi kebutuhan untuk

proses pengembangan produk.

• M enjamin tidak ada kebutuhan pelanggan yang terlupakan.

• M enanamkan pemahaman bersama mengenai kebutuhan pelanggan diantara

anggota tim pengembangan.

Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang

berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembangan


21

produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa siapapun yang secara

langsung mengatur detail – detail produk, apakah seorang ahli teknik ataupun

desainer industry, harus berinteraksi dengan pelanggan dan memiliki pengalaman

dengan lingkungan pengguna. Tanpa pengalaman langsung tersebut, pertentangan

aspek teknis tidak mungkin diperbaiki, solusi – solusi invatif untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan akan sulit ditemukan, dan tim pengembangan produk tidak akan

memiliki komitmen yang mendalam untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari

proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan

yang paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, Benchmark dengan

pesaing dan menetapkan spesifikasi produk.

Proses pengembangan konsep meyiratkan perbedaan antara kebutuhan

pelanggan dengan spesifikasi produk. Perbedaan ini tidak kentara namun penting.

Umumnya kebutuhan tidak tergantung kepada produk apapun yang kita kembangkan,

kebutuhan tidak spesifik terhadap konsep yang akhirnya kita pilih. Anggota tim harus

sanggup mengidentifikasi kebutuhan pelanggan tanpa mengetahuia bagaimana

kebutuhan tersebut nantinya diwujudkan. Sebaliknya, spesifikasi yang diwujudkan

tergantung pada konsep yang kita pilih. Spesifikasi produk yang akhirnya terpilih

untuk dikembangkan bergantung pada kelayakan secara teknis dan ekonomis, kepada

apa yang ditawarkan oleh pesaing dan tentu saja kepada kebutuhan pelanggan. Dalam

hal ini, tidak dibedakan antara keinginan dengan kebutuhan. Istilah lain juga biasa
22

dipergunakan pada praktik industry untuk kebutuhan pelanggan adalah atribut

pelanggan dan keperluan pelanggan.

Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri adalah sebuah proses yang dibagi

menjadi lima tahap. M etode ini tidak seharusnya dipandang sebagai suatu yang kaku,

tetapi sebagai titik awal perbaikan dan penyempurnaan terus menerus. Lima tahap

tersebut adalah (sumber :perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger)

• Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data

mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan

mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga metode

yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan observasi pada

saat produk sedang digunakan. Sebelum dilakukan wawancara atau lainnya

harus dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan untuk memilih pelanggan yang

akan digali kebutuhannya dan mempunyai pengalaman dengan penggunaan

produk tersebut.
23

Tabel 2.1 Contoh Format M atriks Seleksi Pelanggan


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Pengguna Pemasok atau Pusat


Pengguna
utama penjual pelayanan
Jarang
menggunakan
Sering
menggunakan
Sangat sering
menggunakan

Sementara itu hasil dari wawancara atau pengumpulan data mentah

didokumentasikan dan dikumpulkan, dapat dengan rekaman suara, video,

catatan ataupun foto, berikut ini contoh hasil wawancara.


24

Tabel 2.2 Contoh Format Wawancara


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Nama Responden : Sekarang M enggunakan


Pekerjaan : :
Alamat wilayah :
Pertanyaan Pernyataan Interpretasi Kebutuhan
Pelanggan
Penggunaan
tertentu
Hal-hal yang
disukai dari alat
sekarang
Hal-hal yang
tidak disukai
Usulan
perbaikan

• Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan,

kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan

merupakan hasil interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap

pernyataan atau hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan

pelanggan.

• Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu

kebutuhan primer, sekunder dan jika perlu tertier, daftar kebutuhan yang
25

didapatkan sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer,

dimana kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder.

Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara

kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci.

• Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam

menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan

dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara

bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan

secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survey

lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting.

• Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode identifikasi

kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil

tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan

melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan. Beberapa pertanyaan

dapat dijadikan acuan :

• Sudahkah interaksi dilakukan dengan semua tipe pelanggan penting dalam

target pasar ?

• Apakah sudah sanggup untuk menangkap kebutuhan tersembunyi dari

pelanggan ?

• M asihkah ada wilayah penyelidikan yang harus dikejar ?

• M ana pelanggan partisipan yang baik yang dapat membantu untuk

lanjutan proses pengembangan produk selanjutnya ?


26

• Apakah didapatkan kejutan dengan kebutuhan yang terkumpul ?

• Bagaimana perbaikan untuk pengembangan yang akan datang ?

2.5 Skala Konversi

Data yang dikumpulkan mahasiwa ketika akan membuat tugas akhir, selain

data skunder diantaranya adalah data primer. Data skunder adalah data yang

diperoleh dari catatan-catatan atau informasi tertulis dari perusahaan, serta data-data

lain yang terdokumentasi dengan baik dan valid. Sedangkan data primer adalah data

yang direspon langsung oleh responden berdasarkan wawancara ataupun daftar

pertanyaan yang dirancang, disusun, dan disajikan dalam bentuk skala, baik nominal,

ordinal, interval maupun ratio oleh mahasiswa ketika membutuhkan data demi

kepentingan penelitian. Teknik pengumpulan data seperti ini lazim digunakan karena

selain bisa langsung menentukan skala pengukuranya, akan tetapi juga bisa

melengkapi hasil wawancara yang dilakukan dengan responden.

Skala pengukuran yang dibuat oleh mahasiswa sebaiknya dibuat sedemikian rupa,

mengikuti kaidah, sehingga akan memudahkan pemilihan teknik analisis yang akan

digunakan ketika pengumpulan datanya sudah selesai.

Dalam studi empiris, misalnya saja mahasiswa ingin menggunakan statistika

parametrik dengan analisis regresi untuk menganalisis dan mengkaji masalah-

masalah penelitian. Pemilihan analisis model ini ini hanya lazim digunakan bila skala

pengukuran yang yang dilakukan adalah minimal interval. Sedangkan teknik

pengumpulan data yang dilakukan oleh mahasiswa sudah dilakukan dengan


27

menggunakan skala pengukuran nominal (atau ordinal). M enghadapi situasi

demikian, salah satu cara yang dilakukan adalah menaikkan tingkat pengukuran

skalanya dari ordinal menjadi interval. M elakukan manipulasi data dengan cara

menaikkan skala dari ordinal menjadi interval ini, selain bertujuan untuk tidak

melanggar kelaziman, juga untuk mengubah agar syarat distribusi normal bisa

dipenuhi ketika menggunakan statistika parametrik.

M enurut Sambas Ali M uhidin dan M aman Abdurahman, “salah satu metode

transformasi yang sering digunakan adalah metode succesive interval (M SI)”.

M eskipun banyak perdebatan tentang metode ini, diharapkan pemikiran ini bisa

melengkapi wacana mahasiswa ketika akan melakukan analisis data berkenaan

dengan tugas-tugas kuliah.

Sebelum melanjutkan pembahasan tentang bagaimana transformasi data

ordinal dilakukan, tulisan ini sedikit membahas tentang dua perbedaan pendapat

tentang bagimana skor-skor yang diberikan terhadap alternatif jawaban pada skala

pengukuran Likert yang sudah kita kenal. Pendapat pertama mengatakan bahwa skor

1, 2, 3, 4, dan 5 adalah data interval. Sedangkan pendapat yang kedua, menyatakan

bahwa jenis skala pengukuran Likert adalah ordinal. Alasannya skala Likert

merupakan Skala Interval adalah karena skala sikap merupakan dan menempatkan

kedudukan sikap seseorang pada kesatuan perasaan kontinum yang berkisar dari

sikap “sangat positif”, artinya mendukung terhadap suatu objek psikologis terhadap

objek penelitian, dan sikap “sangat negatif”, yang tidak mendukung sama sekali

terhadap objek psikologis terhadap objek penelitian.


28

Berkenaan dengan perbedaan pendapat terhadap skor-skor yang diberikan

dalam alternatif jawaban dalam skala Likert itu, apakah termasuk dalam skala

pengukuran ordinal atau data interval, berikut ini kami mneyampaikan pemikiran

yang bisa dijadikan pertimbangan:

Ciri spesifik yang dimiliki oleh data yang diperoleh dengan skala pengukuran

ordinal, adalah bahwa, data ordinal merupakan jenis data kualitatif, bukan numerik,

berupa kata-kata atau kalimat, seperti misalnya sangat setuju, kurang setuju, dan tidak

setuju, jika pertanyaannya ditujukan terhadap persetujuan tentang suatu event. Atau

bisa juga respon terhadap keberadaan suatu Bank “PQR” dalam suatu daerah yang

bisa dimulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, Setuju, dan sangat

setuju.

Sementara data interval adalah termasuk data kuantitatif, berbentuk numerik,

berupa angka, bukan terdiri dari kata-kata, atau kalimat. M ahasiswa yang melakukan

penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, termasuk di dalamnya adalah

data interval, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data bisa langsung diolah

dengan menggunakan model statistika. Akan tetapi data yang diperoleh dengan

pengukuran skala ordinal, berbentuk kata-kata, kalimat, penyataan, sebelum diolah,

perlu memberikan kode numerik, atau simbol berupa angka dalam setiap jawaban.

M isalnya saja alternatif jawaban pada skala Likert, alternatif jawaban “sangat tidak

setuju” diberi skor 1; “ tidak setuju diberi skor 2; “ragu-ragu” diberi skor 3; “setuju”

diberi kode 4; dan “sangat setuju” diberi skor 5. angka-angka (numerik) inilah yang

kemudian diolah, sehingga menghasilkan skor tertentu. Tetapi, sesuai dengan sifat
29

dan cirinya, angka 1, 2, 3, 4, dan 5 atau skor yang sudah diperoleh tidak memberikan

arti apa-apa terhadap objek yang diukur. Dengan kata lain, skor yang lebih tinggi

lebih tidak berarti lebih baik dari skor yang lebih rendah. Skor 1 hanya menunjukkan

sikap “sangat tidak setuju”, skor 2 menunjukkan sikap “tidak setuju, skor 3

menunjukkan sikap “ragu-ragu’, skor 4 menunjukkan sikap “setuju”, dan skor 5

menunjukkan sikap “sangat setuju”. Kita tidak bisa mengatakan bahwa skor 4 atau

“setuju” dua kali lebih baik dari skor 2 atau “tidak setuju”.

Fenomena ini berbeda sekali dengan sifat/ciri yang dimiliki oleh data interval,

dimana angka-angka atau skor-skor numerik yang diperoleh dari hasil pengukuran

data langsung dapat dibandingkan antara satu dengan lainnya, dikurangkan,

dijumlahkan, dibagi dan dikalikan. M isalnya saja penelitian yang dilakukan

mahasiswa tentang suhu udara beberapa kelas, dan diperoleh data misalnya suhu

ruangan kelas A 15 derajat Cls, suhu ruang kelas B 20 derajat Cls, dan suhu ruang

kelas C 25 derajat Cls. Berarti bahwa suhu ruang kelas A adalah 75 % lebih dingin

dari suhu ruang kelas B. Suhu ruang kelas A 60 % lebih dingin dari suhu ruang kelas

C. Suhu ruang kelas A lebih dingin dari suhu ruang kelas B dan C. Atau suhu ruangan

kelas B lebih panas dari suhu ruang kelas A, tetapi lebih dingin dibandingkan dengan

suhu ruangan kelas C. Contoh lain misalnya prestasi mahasiswa yang diukur dengan

skala indek prestasi mahasiswa.

(sumber : http://suhartoumm.blogspot.com/2009/07/transformasi-skala-

kepentingan.html)

2.6 S pesifikasi Produk


30

Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-detail

yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak

memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan

pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan

kebutuhan pelanggan.

M aksud spesifikasi produk adalah menjelaskan hal – hal yang harus dilakukan

oleh sebuah produk. Beberapa perusahaan menggunakan istilah ‘Kebutuhan Produk’

atau ‘Karakteristik Engineering’ untuk hal ini. Perusahaan lain menggunakan istilah

‘spesifikasi’ atau ‘spesifikasi teknik’ untuk menjelaskan variable desain utama dari

produk, seperti kekentalan minyak atau konstanta pegas dalam sistem suspense. Ini

semua hanya perbedaan dakam istilah.

Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Nilai terdiri dari beberapa

bentuk, termasuk angka tertentu, kisaran atau ketidaksamaan. Nilai selalu diikuti

dengan satuan yang sesuai (contoh : detik, kilogram, joule). M etric dan nilai bersama

– sama membentuk spesifikasi. Spesifikasi produk adalah kumpulan - kumpulan dari

spesifikasi - spesifikasi individual.

(sumber :perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger

2.6 Membuat Target S pesifikasi

Target spesifikasi dibuat setelah kebutuhan pelanggan diidentifikasi tetapi

sebelum konsep produk dikembangkan. Penetapan spesifikasi yang subjektif atau

kurang cermat akan menghasilkan ketidaklayakan secara teknis. Sebenarnya upaya

memenuhi spesifikasi yang dibuat pada tahap ini tergantung pada detail dari konsep
31

produk yang dipilih oleh tim. Karena itu, spesifikasi awal dinamakan ‘target

spesifikasi’. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan

dalam menjelaskan produk agar sukses di pasaran. Kemudian target spesifikasi ini

aka diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang akhirnya dipilih.

Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yaitu :

1. M enyiapkan daftar metrik.

M etrik yang baik adalah mereflesikan secara langsung nilai produk yang

memuaskan kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan metrik

merupakan inti dari proses penetapan spesifikasi. Asumsinya adalah

menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi

yang tepat dan terukur dapat dilakukan, dan upaya memenuhi spesifikasi

dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan

pelanggan yang terkait.

Cara yang baik untuk membuat daftar metrik adalah mengamati kebutuhan

sati persatu, lalu memperkirakan karakteristik yang tepat dan terukur dari

sebuah produk yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Pada kondisi ideal,

hanya ada satu metric untuk setiap kebutuhan. Dalam praktiknya, hal ini

biasanya tidak mungkin.

M atriks kebutuhan – metrik memperlihatkan hubungan antara kebutuhan dan

metric. Kinerja metrik akan mempengaruhi derajat pemuasan kebutuhan

pelanggan. M atriks ini merupakan elemen kunci dari rumah kualitas, suatu

teknik grafis yang digunakan dalam pengembangan fungsi kualitas. Pada


32

beberapa kasus, informasi dalam matriks ini dijelaskan dengan mudah dengan

cara memasukkan nomor kebutuhan yang berhubungan pada tiap metric

dalam daftar metric. Pada beberapa kasus, dimana pemetaan dari kebutuhan

menjadi metrik dalam daftar metrik.

2. M engumpulkan informasi tentang pesaing.

Kecuali tim mengharapkan monopoli total, analisis hubungan antara produk

baru dengan produk pesaing sangat penting dalam menentukan kesuksesan

komersial. Ketika tim memulai proses pengembangan produk dengan

beberapa ide tentang bagaimana produk bersaing dipasaran, target spesifikasi

adalah bahasa yang dipergunakan tim untuk berdiskusi dan menetukan posisi

produknya disbanding produk yang ada, baik produk yang dimiliki

perusahaan sendiri maupun produk pesaing. Informasi mengenai produk

pesaing harus dikumpulkann untuk mendukung keputusan mengenai

Positioning produk.

Pada bagan analisis pesaing, kolom bagan menunjukan produk – produk

pesaing dan baris merupakan daftar metrik yang dibuat pada langkah pertama.

Perhatikan bahwa bagan analisis pesaing sebenarnya merupakan tambahan

dari tabel yang memuat daftar metrik.

Alternatif bagan analisis pesaing dapat dibuat dengan menghubungkan baris

yang berisi daftar kebutuhan pelanggan dengan kolom yang menunjukkan

produk – produk pesaing. Bagan ini digunakan untuk membandingkan


33

persepsi pelanggan mengenai ‘derajat relative produk dalam memuaskan

kebutuha mereka’. Pembuatan bagan ini memerlukan pengumpulan data

persepsi pelanggan, yang sangat mahal dan membutuhkan waktu.

3. M enetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk tiap

metrik.

Dalam langkah ini tim menyatukan informasi yang tersedia untuk mengatur

nilai target untuk tiap metrik. Diperlukan nilai target yaitu nilai ideal, nilai

ideal adalah hasil terbaik yang diharapkan tim, nilai yang dapat diterima

secara marginal adalah nilai metrik yang membuat produk diterima secara

komersial.

Batas nilai yang diinginkan untuk satu metrik dapat bergantung satu sama

lain. Dengan kata lain, kita berharap dapat dijadikan target. Dalam

penerapannya tim merasa level target yang sulit untuk dicapai, target seperti

itu dapat dicantumkan, meskipun sebainya target yang sulit seperti ini tidak

dicantumkan sampai tahap akhir dari proses pengembangan.

Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan batasan tertentu

(maksimal, minimal atau keduanya), tim perlu membuat batas – batas nilai

yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing. Di sisi lain tim

berharap bahwa produk mampu memenuhi beberapa target ideal, tetapi tetap

yakin bahwa produk dapat sukses secara komerisal bahkan bila produk

melebihi satu atau beberapa target yang ditetapkan. Perlu diingat bahwa
34

spesifikasi ini merupakan spesifikasi awal karena sampai konsep produk

dipilih dan beberapa detail desain diselesaikan, masih banyak Trade off yang

belum dideteksi.

4. M ereflesikan hasil dan proses.

Tim memerlukan beberapa kali pengulangan sampai akhirnya target disetujui

melakukan pertimbangan (refleksi) pada tiap kali pengulangan akan

membantu meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah cukup konsisten

dengan tujuan proyek.

Setelah target ditentukam, tim memulai bekerja untuk menghasilkan solusi –

solusi konsep. Spesifikasi target lalu dapat digunakan untuk membantu tim

dalam memilih sebuah konsep dan akan membantu tim untuk mengetahui

kelayakan proses secara komesial.

(sumber :perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger)

2.7 Penyusunan Konsep

Konsep produk adalah sebuah gambaran atau perkiraan mengenai teknologi,

prisip kerja, dan bentuk produk. Konsep produk merupakan gambaran singkat

bagaimana produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Sebuah konsep biasanya

diekspresikan sebagai sebuah sketsa atau sebagai sebuah model 3 dimensi secara

garis besar dan seringkali disertai uraian gambar. Sebuah produk dapat memuaskan

pelanggan dan dapat sukses di pasaran bergantung pada nilai yang tinggi untuk

ukuran kualitas yang mendasari konsep. Sebuah konsep yang bagus kadangkala
35

dilaksanakan secara kurang baik pada tahap pengembangan berikutnya, tetapi sebuah

konsepyang buruk jarang dimanipulasi untuk mencapai sukses yang menguntungkan.

Untungnya penyusunan konsep biasanya relative lebih murah dan dapat dilaksanakan

dengan cepat jika dibandingkan dengan proses pengembangan lainnya. Karena

kegiatan penyusunan konsep tidak mahal, maka tidak ada alasan untuk lalai dalam

melaksanakan sebuah metode penyusunan konsep yang tepat.

Proses penyusunan konsep dimulai dengan serangkaian kebutuhan pelanggan

dan spesifikasi target, dan diakhiri dengan terciptanya beberapa konsep produk

sebagai pilihan akhir. Dalam banyak kasus, sebuah tim pengembangan yang efektif

akan menghasilkan ratusan konsep, 5 sampai 20 konsep tersebut patut mendapatkan

pertimbangan yang serius selama pemilihan konsep.

M etode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan

memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih

sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :

Gambar 2.4 Langkah M etode Penyusunan Konsep


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
36

2.8 Analisis (Benchmarking) Produk Terkait

Dalam konteks penyusunan konsep, Benchmarking merupakan studi atas

produk yang ada sekarang yang memiliki kesamaan dengan produk yang sedang

dikembangkan atau dengan submasalah yang menjadi focus tim. Benchmarking dapat

mengungkapkan berkaitan, dan juga memberikan informasi mengenai kelemahan dan

kekuatan dari persaingan.

Pada tahap ini, tim mungkin akan sangat mengenal produk terkait yang

berhubungan sekaligus merupakan saingan untuk produk yang sedang dikembangkan.

Produk di pasar lain, namun dengan fungsi yang berhubungan sulit ditemukan.

Pencarian external merupakan metode pengumpulan konsep solusi yang

penting. Kemampuan memimpin pencarian eksternal merupakan modal yang

berharga. Kemampuan ini dapat dikembangkan melalui pengamatan yang cermat

terhadap dunia untuk mengembangkan database teknologi dan melalui


37

pengembangan sebuah jaringan kontak professional. Hanya dengan bantuan

pengetahuan pribadi dan kontak yang luas saja, pencarian eksternal tidak lebih dari

pekerjaan ‘detektif’. Aktivitas ini akan dapat diselesaikan dengan lebih efektif jika

dilakukan oleh seorang yang gigih, kreatif dan banyak akal dalam mengejar petunjuk

dan kesempatan.

(sumber :perancangan dan pengembangan produk, Ulrich – Eppinger)

2.9 Antrhropometri

Aspek – aspek ergonomik dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

merupakan suatu factor penting dalam menunjang peningkatan pelayana jasa

produksi, terutama dalam hal perancangan ruang dan fasilitas akomodasi.

Perlunya memperhatikan factor ergonomi dalam proses rancang bangun

fasilitas dalam decade skarang ini merupakan suatu yang tidak dapat ditunda lagi. Hal

tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan mengenai ukuran antrhopometri tubuh

operator maupun penerapan data – data antrhopometri.

Dalam rangka mendapatkan suatu perancangan yang optimum dari suatu

ruang dan fasilitas akomodasi maka hal – hal yang harus diperhatikan adalah factor –

factor seperti panjang dari suatu dimensi tubuh manusia baik dalam posisi statis atau

dinamis.

Hal yang perlu diamati adalah seperti misalnya berat dan pusat massa dari

suatu segmen atau bagian tubuh, bentuk tubuh, jarak untuk pergerakan melingkar dari

tangan dan kaki dan lain – lain.


38

Selain itu harus didapatkan pula data yang sesuai dengan tubuh manusia

pengukuran tersebut adalaha relative mudah untuk didapatkan jika diaplikasikan pada

data perseorangan. Akan tetapi semakin banyak jumlah manusia yang diukur dimensi

tubuhnya maka akan semakin kelihatan betapa besar variasinya antara satu tubuh

dengan tubuh lainnya baik secara keseluruhan tubuh maupun per segmennya.

(sumber : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Eko Nurmianto)


39

Gambar 2.5 Data Antrhopometri Orang Indonesia

(sumber : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Eko Nurmianto)


40

Adapun pendekatan dalam penggunaan data Antrhopometri adalah sebagai

berikut (sumber : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Eko Nurmianto) :

a) Pilihlah standar deviasi yang sesuai untuk perancangan yang dimaksud.

b) Carilah data pada rata-rata dan distribusi dari dimensi yang dimaksud untuk

populasi yang sesuai.

c) Pilihlah nilai persentil yang sesuai sebagai dasar perancangan.

d) Pilihlah jenis kelamin yang sesuai.

2.10 Penggunaan Data Antropometri

Sebelum membahas lebih jauh mengenai penggunaan data ini maka ada

baiknya kita bahas istilah ‘ The fallacy of the average man or average woman’.

Istilah ini mengatakan bahwa merupakan suatu kesalahan dalam perancangan suatu

tempat kerja ataupun produk jika berdasar pada dimensi yang hipotesis yaitu

menganggap bahwa semua dimensi adalah merupakan rata – rata. Walaupun hanya

dalam penggunaan satu dimensi saja, seperti misalnya jangkauan ke depan, maka

penggunaan rata – rata dalam penyesuaian pemasangan suatu alat control akan

menghasilkan bahwa 50% populasi tidak akan mampu menjangkaunya. Selain dari

itu, jika seseorang mempunyai dimensi pada rata – rata populasi, katakanlah tinggi

badan, belum tentu bahwa dia berada pada rata - rata populasi untuk dimensi lainnya.

Jika dimensi tubuh yang diperlukan untuk perancangan belum tersedia dalam

tabel, maka kita dapat mencarinya dengan cara menghitung secara teliti dari dimensi
41

lain yang telah diketahui. Seperti contohnya, kita ingin menghitung jarak jangkauan

genggam kedepan (Forward grip reach distance) maka harus diukur dari perut,

bukannya dari punggung, jika kita namakan dimensi ini adalah Xf, maka :

Xf = X26 – X18

Persamaan ini dapat dipakai untuk rata – rata Xf.

Akan tetapi terdapat kesalahan jika kita menghitung persentil Xf dengan cara

menguranginya dari persentil dimensi 26 dan persentil dimensi 18. M etode yang

benar adalah dengan cara memperkirakan nilai standar deviasi yang baru dan

kemudian menghitung persentilnya dengan cara seperti diatas.

Adapun nilai standar deviasi tersebut dapat diperkirakan dengan menggunakan

koefisien variansi yang telah diperkirakan relative terhadap sejumlah dimensi yang

lain.

(sumber : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Eko Nurmianto)

2.11 Arsitektur Produk

Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen

fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang

terhadap kinerja keseluruhan produk.

Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen,

dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk.

Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut.

Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks


42

utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang

mengimplementasikan fungsi dari produk.. Arsitektur produk adalah skema elemen-

elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik. Dan

menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.

Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri

arsitektur modular adalah : Chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu

atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar chunk

dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan fungsi-fungsi

utama produk.

Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang berapa

banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan beberapa

isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti : perubahan produk,

variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk, kemampuan manufaktur, dan

manajemen pengembangan produk.

Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan :

1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan

pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa

elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.


43

Gambar 2.6 Contoh Skema Produk


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan

setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk

memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat

digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi

adalah semua komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah

elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan

semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih

kompleks.
44

Gambar 2.7 Contoh Function Diagram


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris

dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model

fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang

masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif

penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling

bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan

aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.

2.12 Desain Industri

Perhimpunan Desainer Industri Amerika (IDSA) mendefiniskan desain

industri sebagai ”jasa profesional” dalam menciptakan dan mengembangkan

konsep dan spesifikasi guna mengoptimalkan fungsi-fungsi, nilai, dan

penampilan produk, serta sistem untuk mencapai keuntungan yang mutual


45

antara pemakai dan produsen. Pada kenyataannya desainer industri

memfokuskan diri pada bentuk dan interkasi pemakai produk.

• Kegunaan : Hasil produksi manusia harus selalu aman, mudah digunakan,

dan intuitif. Setiap ciri harus dibentuk sedemikian rupa sehingga

memudahkan pemakainya mengetahui fungsinya.

• Penampilan : Bentuk, garis, proporsi, dan warna digunakan untuk

menyatukan produk menjadi satu produk yang menyenangkan.

• Kemudahan pemeliharaan : Produk juga harus didesain untuk

memberitahukan baagimana mereka dapat dirawat dan diperbaiki.

• Biaya-biaya rendah : Bentuk dan ciri memegang peranan besar dalam

biaya perelatan dan produksi. Karena itu, hal ini harus diperhatikan secara

bersama-sama oleh tim.

• Komunikasi : Desain produksi harus dapat mewakili filosofi desain

perusahaan dan misi perusahaan melalui visualisasi kualitas produk.

Secara spesifik, proses desain industri dapat dipkirkan seperti fase-fase yang

tertera berikut ini :

1. Penyelidikan kebutuhan-kebutuhan pelanggan

Tim pengembangan produk mulai dengan mendokumentasikan

kebutuhan-kebutuhan pelanggan, mengidentifikasi kebutuhan pelanggan.

Karena desainer industri mempunyai kemampuan untuk mengenali pokok-


46

pokok permasalahan yang melibatkan interaksi pemakai, keterlibatan

desain industri penting dalam proses kebutuhan.

2. Konseptualisasi

Setelah kebutuhan dan tuntutan pelanggan dipahami, desainer industri

membuat konsep produk. Selama tahap penggalian konsep ahli teknik

dengan sendirinya memfokuskan perhatian mereka untuk menemukan

penyelesaian subfungsi teknis dari produk. Pada saat ini desainer industri

berkonsentrasi menciptakan bentuk produk dan penghubung pemakai.

Desainer industri membuat sketsa yang sederhana. Untuk setiap konsep

sketsa itu dikenal dengan sketa yang pendek sekali (thumbnail sketch).

Sketsa-sketsa ini adalah media yang cepat dan tidak mahal untuk

mengekspresikan ide-ide dan mengevaluasi kemungkinan-kemungkinan.

Konsep yang diajukan kemudian dicocokkan dan digabungkan dengan

penyelesaian teknis, biaya, dan pertimbangan manufaktur.

3. Perbaikan Awal

Pada fase perbaikan awal desainer industri membuat model dari

konsep yang paling menjanjikan. Soft model biasanya dibuat dalam skala

penuh dengan menggunakan busa atau papan berinti-busa. Ini adalah

metode kedua yang tercepat, namun sedikit lebih lambat dari sketsa,

digunakan untuk mengevaluasi konsep.


47

M eskipun secara umum masih kasar, model-model ini sangat berguna

karena model ini membantu tim pengembangan untuk mengekspresikan

dan memvisualisasikan konsep produk ke dalam tiga dimensi. Konsep-

konsep dievaluasi oleh desainer industri, ahli teknik, personil pemasaran,

dan (pada waktunya) pembeli potensial melalui proses menyentuh,

merasa, dan memodifikasi model. Biasanya desainer akan membuat

sebanyak mungkin model tergantung pada waktu dan keuangan. Konsep-

konsep yang sukar divisualisasikan memerlukan lebih banyak model

dibandingkan yang sederhana.

Desainer industri menggunakan sejumlah model lunak untuk menilai

ukuran, proporsi, dan bentuk keseluruhan dari banyak konsep yang

diajukan. Perhatian khusus ditujukan pada kehalusan produk di tangan dan

wajah. Hal ini hanya dapat dinilai dengan menggunakan model fisik.

4. Perbaikan Lanjutan dan Pemilihan Konsep Akhir

Pada tahap ini, para desainer industri sering mengganti dari model

lunak dan sketsa menjadi model keras dan gambaran informasi-intensif

yang dikenal dengan rendering. Rendering memperlihatkan detail desain

dan sering melukiskan penggunaan produk. Yang digambarkan dakam

bentuk dua atau tuga dimensi, rendering menyampaikan sejumlah

informasi mengenai produk. Rendering sering digunakan untuk studi


48

warna dan pengujian penerimaan pelanggan untuk ciri dan fungsi produk

yang diajukan.

Langkah perbaikan akhir sebelum memilih suatu konsep adalah

menciptakan hard model. M odel ini secara teknis belum berfungsi karena

hanya mendekati replika desain akhir dengan penempilan yang sangat

realistik. Hard model terbuat dari kayu, busa tebal, plastik atau logam.

M odel itu dilukis dan diberi tekstur, serta mempunyai beberapa ciri

”fungsi kerja”, seperti tombol-tombol yang berfungsi untuk mendorong

atau meluncurkan gerakan. Karena sebuah model keras berharga ribuan

dolar, pengembang biasanya mempunyai anggaran untuk membuat model

ini dalam jumlah yang sedikit.

Hard model dapat digunakan untuk memperoleh tambahan arus balik

pelanggan pada fokus grup, mengiklankan dan mempromosikan produk

pada pameran perdagangan, menjual konsep pada manajemen senior

dalam suatu organisasi, dan untuk perbaikan lanjutan konsep akhir.

5. Penggambaran Kontrol

Desainer industri menyelesaiakan proses pengembangan mereka dengan

membuat gambar kontrol dari konsep akhir. Penggambaran akhir

mendokumentasikan fungsi, ciri, ukuran, warna, sentuhan akhir

permukaan, dan dimensi kunci.


49

6. Koordinasi dengan Ahli Teknik, M anufaktur, dan Pengecer Eksternal

Desainer industri harus terus bekerja berdekatan dengan ahli teknik dan

personil manufaktur melalui subsekuen proses pengembangan produk.

Beberapa perusahaan konsultasi desain industri menawarkan jasa

pengembangan produk yang cukup luas, termasuk desain industri detail

dan pemilihan serta manajemen di luar pengecer baik material, peralatan,

komponen dan jasa perakitan.

2.13 Desain Untuk Proses Manufaktur

Kebutuhan pelanggan dan spesifikasi produk berguna untuk menuntun fase

pengembangan konsep, tetapi pada aktivitas pengembangan selanjutnya, tim sering

kesulitan untuk mengaitkan kebutuhan dan spesifikasi dengan isu – isu desain

tertentu yang mereka hadapi. Karena alasan ini banyak tim yang mempraktekan

metode desain untuk X (Design for X / DFX), dimana X bisa saja berhubungan

dengan salah satu dari lusinan criteria kualitas seperti reliabilitas, kekuatan,

kemampuan servis, pengaruh terhadap lingkungan atau kemampuan manufaktur /

Design For Manufacturing (DFM), yang menunjukkan kepentingan yang sifatnya

umum karena lagsung menginformasikan biaya – biaya manufaktur.

Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis

dari produk. Dalam istilah sederhana, keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin

keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh

perusahaan. M arjin keuntungan merupakan selisih antara harga jual pabrik dengan
50

biaya pembuatan produk. Jumlah unit yang dijual dan harga jual sangat ditentukan

oleh kualitas produk secara keseluruhan.

M etode DFM terdiri dari 5 langkah :

1. M emperkirakan biaya manufaktur

Input dalam biaya manufaktur meliputi bahan mentah, komponen-

komponen yang dibeli, usaha-usaha karyawan, energi dan peralatan.

Output meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan

jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan dan untuk proses

pembuanga output yang dihasilkan oleh sistem. Sebagai biaya untuk

produk, perusahaan biasanya menggunakan unit biaya manufaktur, yang

dihitung dengan membagi total biaya manufaktur untuk beberapa periode

(biasanya dalam kuartal atau tahun) dengan jumlah unit produk yang

dihaslikan selam periode tersebut.

Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam

tiga kategori :

1. Biaya-biaya komponen

Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar

yang dibeli dari pemasok. Beberapa komponen pesanan dibuat di

pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok

berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.

2. Biaya-biaya perakitan
51

Barang-barang diskrit biasanya dirakit dari komponen-komponen.

Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga kerja dan

juga mencakup biaya peralatan dan perlengkapan.

3. Biaya-biaya Overhead

Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup

seluruh biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe : biaya

pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah

biaya-biaya berhubungan dengan penanganan material, jaminan

kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitas-fasilitas dan

pemeliharaan perelatan/perlengkapan. Alokasi tidak langsung adalah

biaya manufaktur yang tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan

suatu produk namun harus dibayarkan dalam suatu usaha. Contoh :

gaji penjaga keamanan dan biaya perawatan bangunan.

Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan

menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya

yang tercakup dalam jum;ah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa

menghiraukan berapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variabel

adalah biaya yang tercakup dalam proporsi langsung dari jumlah unit

yang dihasilkan.
52

Tabel 2.3 Perkiraan Daftar M aterial (Bill of Material)


(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

Komponen Material Pemrosesan Perakitan Total Peralatan Umur Total Biay a


y ang (Mesin+T.kerja) (T.Kerja) Biay a dan Biaya pakai Biay a Total
Dibeli Variabel tak perelatan tetap
perunit berulang perunit
lainny a

Total
Biay a
Langsung
Beban
overhead
Biaya
Total

Kolom pada BOM menunjukkan perkiraan biaya yang terurai menjadi

biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mencakup material, waktu

mesin, dan upah. Biaya tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak

berulang seperti peralatan khusus dan biaya set up. Umur pakai peralatan

digunakan untuk menghitung biaya tetap perunit . untuk menghitung biaya

total, overhead ditambahkan sesuai dengan gambaran akunting biaya yang

diharapkan perusahaan. Sebagai catatan bahwa tambahan biaya tetap

seperti depresiasi peralatan yang digunakan untuk beberapa produk sering

juga tercakup dalam overhead.


53

2. M engurangi Biaya Komponen

- M emahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya

Beberapa komponen mungkin dapat ditentukan harganya secara

sederhana, karena perangcang tidak memahami kemampuan dasar

biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Untuk merancang ulang

komponen guna mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari

langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus

mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi, dan

dengan dasar biaya apa. Pada beberapa kasus, batasan suatu proses

dapat dikomunikasikan dengan singkat pada perancang dalam bentuk

aturan perancangan. Untuk beberapa proses, biaya menghasilkan suatu

komponen dengan menggunakan fungsi matematis sederhana untuk

beberapa komponen yang akan menjadi dasar biaya untuk proses.

Proses-proses yang memiliki kemampuan yang tidak mudah

dijelaskan, strategi terbaik adalah dengan bekerja langsung dengan

orang-orang yang sangat mengetahui proses produksi yang dimaksud.

- M erancang Ulang Komponen Untuk M engurangi Langkah-langkah

Pemrosesan

Kecermatan rancangan yang diusulkan akan mengarahkan pada usulan

rancangan ulang yang dapat menghasilkan penyederhanaan proses

produksi. Dengan mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi

umumnya memberikan hasil pengurangan biaya.


54

- Pemilihan Skala Ekonomi yang Sesuai untuk Pemrosesan Komponen

Biaya manufaktur suatu produk biasanya turun bila volume produksi

meningkat. Gejala ini dinamakan skala ekonomi. Skala ekonomi untuk

suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1)

biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit dan 2) biaya variabel

menjadi lebih rendah karena perusahaan dapat mempertimbangkan

penggunaan proses-proses dan peralatan yang lebih luas dan efisien.

- M enstandarkan Komponen-komponen dan Proses-proses

Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen

dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen

akan berkurang. Kualitas dan kinerja sering meningkat dengan

bertambahnya jumlah produksi dikarenakan pihak penghasil

komponen dapat menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan

perbaikan dalam perancangan komponen dan proses produksinya.

Untuk volume komponen yang lebih tinggi dapat dicapai melalui

penggunaan komponen standar. Komponen standar biasanya umum

dipakai untuk lebih dari satu produk. Standardisasi ini mungkin terjadi

dalam lini produk suaru perusahaan, atau dapat juga melalui pemasok

diluar, dengan lini yang berbeda dari beberapa perusahaan.

- M engikuti Black Box Pengadaan Komponen

Pada pendekatan ini, tim memberikan pemasok dengan hanya uraian

komponen berupa black box, yaitu uraian mengenai apa yang harus
55

dilakukan oleh kmponen, dan bukannya bagaimana untuk mencapai

hal tersebut. Spesifikasi semacam ini memungkinkan penjual

keliling/eceran untuk mendapatkan kemungkinan ruang gerak yang

paling lebar untuk merancang atau memilih komponen untuk biaya

minimum. Kelebihan tambahan dari pendekatan ini adalah mengurangi

tanggung jawab tim internal untuk merancang komponen. Usaha

pengembangan black box yang berhasil membutuhkan perancangan

tingkat sistem yang hati-hati dan definisi fungsi yang sangat jelas,

media dan interaksi dari tiap komponen.

3. M engurangi Biaya Perakitan

Perancangan untuk perakitan (DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian

DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Untuk kebanyakan

produk, perakitan memberikan bagian total biaya yang relatif kecil.

Walaupun demikian, dengan memfokuskan perhatian pada biaya perakitan

akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat. Sering suatu hasil

yang menekankan pada DFA, keseluruhan hitungan komponen, kerumitan

proses manufaktur dan biaya pendukung, seluruhnya mengurangi biaya

perakitan. Pada bagian ini, kami memberikan beberapa prinsip yang

berguna untuk mengarahkan keputusan DFA.


56

4. M engurangi Biaya Pendukung Produksi

Dalam bekerja untuk meminimasi biaya komponen dan biaya

perakitan, tim mungkin juga mencapai pengurangan dalam permintaan

fungsi pendukung produksi. Sebagai contoh, suatu pengurangan jumlah

komponen mengurangi permintaan untuk manajemen persediaan. Suatu

pengurangan dalam isi rakitan mengurangi jumlah pekerja yang

dibutuhkan untuk produksi sehingga mengurangi biaya pengawasan dan

manajemen sumber daya manusia. Komponen standar mengurangi

permintaan dukungan teknik dan pengendalian kualitas. Terdapat

tambahan beberapa tindakan langsung oleh tim untuk mengurangi biaya

pendukung produksi.

Adalah penting untuk mengingat bahwa perkiraan biaya manufaktur

sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang secara aktual

menyebabkan beban overhead. M eskipun demikian, sasaran rancangan

tim untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung

produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah.

5. M empertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya

- Pengaruh DFM pada waktu Pengembangan

Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Untuk suatu

proyek pengembangan mobil, waktu adalah sangan berarti seperti


57

ratusan ribu dolar perhari. Keterkaitan di antara DFM dan waktu

pengembangan adalah kompleks. Dalam hal ini, terdapat beberapa

aspek hubungan. Penggunaaan beberapa petunjuk DFA dapat

menghasilkan komponen-komponen yang sangat kompleks.

Komponen-komponen ini mungkin begitu kompleks sehingga

rancangan mereka atau pengadaan peralatan menjadi kegiatan yang

menentukan jangka waktu usaha pengembangan keseluruhan. M anfaat

biaya dari keputusan DFM mungkin tidak berarti menunda jangka

waktu proyek. Hal ini sebagian besar adalah benar untuk persaingan

produk dalam pasar yang dinamis.

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

2.14 Membuat Prototipe

Bagian ini menampilkan metode 4 langkah untuk merencanakan sebuah

prototipe selama usaha pengembangan produk. M etode ini digunakan pada

seluruh tipe prototipe, yaitu : terfokus, menyeluruh, fisik dan analitik.


58

Tabel 2.4 Contoh format Perencanaan Prototipe

Nama Prototipe :
- Tujuan : (komunikasi,
pembelajaran,
penggabungan, milestone)
- Tingkat perkiraan
- Jumlah yang harus dibuat
(jika fiskal)
- Garis besar rancana
pengujian
- Jadwal

(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)

1. M enetapkan Tujuan Prototipe

M engingat kembali empat tujuan prototipe, yaitu pembelajaran,

komunikasi, penggabungan, dn milestone. Dalam menetapkan tujuan

sebuah protoipe, tim mendaftar khususnya pembelajaran dan kebutuhan

komunikasi. Anggota tim juga mendaftar beberapa kebutuhan

penggabungan baik yang jadi ataupun tidak. Prototipe diharapkan untuk

menjadi satu dari beberapa tonggak utama dari proyek pengembangan

produk keseluruhan.

2. M enetapkan tingkat perkiraan konsep


59

M erencanakan sebuah prototipe membutuhkan tingkatan dimana produk

akhir diperkirakan akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah

prototipe fisik diperlukan atau apakah prototipe analitik yang terbaik

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan.

3. M enggariskan Rencana Percobaan

Dalam banyak kasus penggunaan prototipe dalam pengembangan produk

dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik

membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan

pembuatan prototipe. Rencana percobaan meliputi identifikasi variabel

percobaan (jika ada), protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai

pengukuran apa yang akan ditampilkan, dan sebuah rencana untuk

menganalisis data hasil. Saat terdapat banyak variabel yang harus digali,

rancangan percobaan yang efisien akan sangat membantu proses semacam

ini.

4. M embuat Jadwal untuk Perolehan, Pembuatan dan Pengujian

Karena pembuatan dan pengujian prototipe mempertimbangkan subproyek

dalam keseluruhan proyek pengembangan, tim diuntungkan dari jadwal

untuk kegiatan membuat prototipe. Tiga tanggal pertemuan sangat penting

dalam menetapkan usaha pembuatan prototipe. Pertama, tim menetapkan

kapan bagian-bagian akan siap untuk dirakit. Kedua, tim menetapkan


60

tanggal kapan prototipe akan diuji pertama kali. Yang ketiga, tim

menetapkan tanggal saat prototipe diharapkan telah selesai diuji dan

memberikan hasil akhir.

2.15 Bagan Perakitan ( Assembly Chart )

M erupakan gambaran grafis dari urut – urutan aliran komponen dan bagian

rakitan suatu produk. Assembly Chart menunjukkan cara yang mudah dipahami

tentang:

• Komponen – komponen yang membentuk produk.

• Bagaimana komponen – komponen ini bergabung bersama.

• Komponen yang menjadi bagian suatu sub assembly.

• Aliran komponen kedalam suatu rakitan.

Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara

komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah gambar terurai. Teknik ini

juga dapat digunakan untuk mengajar pekerja yang tidak ahli untuk mengetahui

urutan suatu rakitan yang rumit.

(sumber : M odul Praktikum Perencanaan dan pengendalian produksi)

2.16 S truktur Produk ( Product Structu re )


61

Struktur produk terdiri dari komponen pembentuk produk akhir yang

ditempatkan pada level 0 dan seterusnya, sehingga membentuk sebuah hirarki. Pada

umumnya untuk assembly item disebut dengan “parent” dan komponen

pembentuknya disebut dengan “child”. Untuk produk akhir ditandai dengan level 0

dan semakin kebawah maka nomor level akan bertambah. Diagram sistematik ini

menunjukkan hubungan antar komponen terhadap “parent” dan hubungan

keseluruhan perakitan. Terdapat 2 cara penomoran level struktur produk, yaitu :

1. Single Level

Jenis ini menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu

level komponen – komponen pembentuknya.

2. Multi Level

Jenis ini menggambarkan struktur produk yang lengkap dari level

0 sampai level yang paling bawah.

Kegunaan struktur produk secara garis besar adalah :

• M engetahui berapa jumlah item penyusunan suatu produk akhir.

• M emberikan rincian mengenai komponen apa saja yang

dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

(sumber : M odul Praktikum Perencanaan dan pengendalian produksi)


62

2.17 BOM (Bill of Material )

BOM adalah sebuah daftar jumlah komponen, campuran bahan dan bahan

baku yang diperlukan untuk dirakit, dicampur atau membuat produk akhir.

Beberapa kegunaan BOM adalah :

- Untuk menghitung biaya produk dan harga jual sehingga dapat

diketahui laba dari hasil penjualan produk.

- M enentukan komponen – komponen mana saja yang harus dibuat

sendiri atau dibeli.

- M enentukan komponen – komponen dalam daftar pembelian dan

order produksi yang harus dilepas.

(sumber : http : // en.wikipedia.org/wiki/Bill_of_M aterials)

Beberapa macam BOM :

1. Explosion

M erupakan BOM dengan urutan dimulai dari induk sampai

komponen pada level paling bawah. BOM jenis ini menunjukkan

komponen yang membentuk suatu induk dari level teratas sampai

level terendah.

2. Implosion

M erupakan BOM dimana urutan dimulai dari komponen sampai

induk atau level paling atas. Secara singkat BOM jenis ini adalah

kebalikan dari BOM eksplosion.


63

2.18 Peta Proses Operasi

Peta proses operasi ini merupakan suatu diagram yang menggambarkan

langkah-langkah proses yang akan dialami bahan(bahan-bahan) baku mengenai

urutan-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal sampai menjadi produk jadi

utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat informasi yang diperlukan untuk

analisa lebih lanjut seperti waktu yang dihabiskan, material yang digunakan, dan

tempat atau alat atau mesin yang dipakai.

Kegunaan Peta Proses Operasi ini adalah

• Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya

• Bisa memperkirakan kebutuhan akan bahan baku

• Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai

• Sebagai alat untuk latihan kerja

Adapun lambang-lambang yang digunakan adalah

Untuk Operasi

Untuk Operasi
64

Untuk Pemeriksaan

Untuk Penyimpanan / M enunggu

2.19 Catia Desain

Persaingan yang kian ketat membuat industry manufaktur harus memilih cara

yang cerdas dan efisien. Ribuan industri besar ataupun usaha kecil menengah

diseluruh dunia mempercayakan teknologinya kepada sebuah piranti lunak yang

handal.

Konsultan digital itu adalah Computer Aided Three Dimensional Interactive

Aplication (CATIA), peranti lunak untuk membantu proses desain, rekayasa, dan

manufaktur. Peranti lunak yang diusung IBM ini lazim dikategorikan sebagai

Computer Aided Design (CAD), Computer Aided Engineering (CAE), Computer

Aided Manufacturing (CAM). Dengan CATIA, proses – proses permodelan

seluruhnya dilakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual

ataupun model fisik. M isalnya assembly mobil atau pesawat terbang sepenuhnya

dapat dilakukan di layar komputer, bahkan sebelum produknya jadi.

Sebagai perbandingan, diwaktu yang lalu, desain sketsa produk dibuat

menggunakan komputer M acintosh dan dimensinya dibuat dengan Adobe Illustrator,

sehingga proses disainnya memakan waktu yang cukup lama, bahkan berbulan-bulan.
65

Selanjutnya, proses analisis terhadap kekuatan dan kelayakan produk yang dibuat

juga dilakukan secara digital sehingga dapat mengurangi proses trial and error.

Proses manufaktur juga deprogram dalam CATIA sehingga verifikasi dan

validasi proses manufaktur dapat dilakukan secara offline sehingga tidak

mengganggu proses produksi dan mengurangi reject. Pada mulanya CATIA

dikembangkan oleh Dassault Systemes untuk keperluan Dassault Aviation. Dan baru

sejak tahun 1981, CATIA digunakan secara komersial.

Kemudian pada tahun 1982, CADM digabungkan dengan CATIA dan

dipasarkan oleh IBM .CATIA V5 yang baru saja merilis fitur terbarunya dan

mendukung prosesor 64bit, memang menjadi andalan industry di dunia.setidaknya 80

ribu perusahaan di 80 negara menggunakannya.

Penggunaan di industri otomotif mencapai 33 %, aerospace 16 %, alat

elektronik dan konsumen 13 %, pabrikasi dan assembly 34 %, juga pabrik kapal 4 %.

Secara teknis, CATIA sangat mudah digunakan dan memiliki aplikasi yang

lengkap dan lebih dari 140 modul untuk berbagai kebutuhan industri.

Anda mungkin juga menyukai