Anda di halaman 1dari 60

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan perekenomian yang baik sangat dibutuhkan untuk
keberlangsungan hidup dalam suatu tatanan masyarakat. Pemenuhan kebutuhan
tersebut dapat dimulai dari membentuk suatu usaha. Lingkup dunia usaha
berkembang dengan pesat dan persaingan yang semakin ketat pada skala besar.
Perkembangan zaman tentu memberikan suatu dampak yang berpengarus bagi
pelaku bisnis untuk meningkatkan daya saingnya agar dapat mencapai target
tinggi dengan perhitungan sebaik mungkin. Pelaku usaha yang memiliki peran
penting salah satunya yaitu dimulai dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). (Chaerani et al. 2020) berpendapat bahwa UMKM juga merupakan
pelaku utama yang mendominasi perekonomian Indonesia dimulai dari adanya
krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997-1998. UMKM (Sarfiah,
Atmaja, and Verawati 2019) merupakan bagian penting dari perekonomian
bangsa. Salah satu perannya yaitu sebagai pelaku utama dalam kegiatan ekonomi
dan penyediaan lapangan kerja.
Setiap perusahaan termasuk UMKM tentunya memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk memperoleh laba yang optimal. Laba atau keuntungan yang diperoleh
oleh suatu perusahaan diharapkan dapat mempertahankan keberlangsungan dan
stabilitas dalam usaha. (Triani, Suherman, and Sudarman 2020) mengungkapkan
bahwa di dalam perusahaan, laba yang diperoleh dari hasil kegiatan operasional
yaitu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan, agar
perusahaan tetap maju dan berbunga maka perusahaan harus bisa
mempertahankan kualitas barang dagangan dan pelayanannya.
Dalam hal ini salah satu unsur untuk menentukan laba tentunya adalah
biaya. Bagaimana perhitungan biaya yang dikeluarkan menjadi tantangan bagi
setiap perusahaan untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan.
Ketidakmampuan perusahaan dalam menentukan biaya-biaya yang dikeluarkan
secara tepat pada produk barang maupun jasa yang dihasilkan akan menyulitkan

1
2

pihak manajemen untuk menentukan harga pokok produksi (HPP) selanjutnya.


Hal ini dikarenakan HPP sebagai dasar dalam menentukan harga jual dan
memberikan informasi yang sangat penting untuk mengetahui laba yang
diinginkan perusahaan. Harga jual yang lebih tinggi dibandingkan HPP akan
menghasilkan laba, namun harga jual yang lebih rendah dibandingkan HPP akan
mengalami kerugian. Perhitungan HPP yang selaras dengan jenis usaha akan
menghasilkan perhitungan yang optimal dalam kebutuhan manajemen sampai
perolehan laba yang ditargetkan suatu usaha.
Oleh sebab itulah, agar mendapatkan perhitungan harga pokok produksi
yang akurat, diperlukan pemahaman mengenai akuntansi biaya. Akuntansi biaya
berfungsi untuk mengukur harga pokok produksi guna menghasilkan informasi
bagi manajemen yang dibutuhkan, karena biaya produksi yang tidak terkendali
akan menyebabkan harga pokok terlalu tinggi ataupun terlalu rendah yang
selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan
laba. Berbagai jenis usaha yang berkembang pada masyarakat memiliki daya tarik
dan daya saing tersendiri namun hal yang tak jauh melekat pada sekitar
masyarakat yaitu konsumsi pangan. Produk pangan yang banyak digemari oleh
konsumen salah satunya adalah roti-rotian yang mudah sekali didapatkan disekitar
kehidupan masyarakat. Namun dalam perkembangannya selain dari daya saing
rasa, harga pun menjadi tolak ukur keberhasilan penjualan. Hal itulah yang
menjadi patokan bahwa penentuan harga pokok produksi menjadi sangat penting.
Elvina’s Bakery Banyuasin merupakan salah satu Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) yang bergerak dalam produksi pembuatan roti panggang
dengan menggunakan sistem konvensional baik dalam produksi maupun
pencatatan dan pembukuan keuangannya. Berdasarkan hal tersebut memberikan
dampak kurang akurat dalam perhitungan harga pokok produksi yang
menyebabkan kemungkinan kesalahnya perhitungan laba maupun informasi
manajemen dalam laporan keuangan. Aktivitas produksi yang terjadi pada
Elvina’s Bakery Banyuasin menentukan jenis metode perhitungan harga produksi
yang dipakai untuk menghindari terjadinya kesalahan. Metode yang sebaiknya
digunakan adalah dengan menggunakan metode activity based costing (ABC).
3

Metode ABC sebagai alternatif lain yang dapat digunakan selain metode biaya
tradisional. Pendapat bawah metode ABC sebagai alternatif diperkuat pada artikel
(Kaukab, 2019) yang menyatakan bahwa konsep ini muncul karena konsep biaya
tradisional kurang tepat dalam mengalokasikan biaya overhead produksi yang
hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung, ataupun unit
produksi saja. Selain itu dengan metode activity based costing (ABC) dapat
mengeliminasi penyimpagan biaya yang diakibatkan oleh penerapan metode
konvensional selama ini. Metode ABC (Fauzan, 2020) membantu pelaku usaha
untuk mengetahui biaya per unit pada masing-masing produk secara akurat dan
mendetail.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, Elvina’s Bakery
Banyuasin membutuhkan perhitungan harga pokok produksi yang tepat sesuai
jenis aktivitasnya agar nantinya menghasilkan keputusan yang dibutuhkan
manajemen pada situasi tertentu, maka penulis tertarik untuk mengambil judul
“Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Activity Based
Costing (ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan dengan
metode konvensional (full costing).
2. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode activity based costing
(ABC).
3. Perbandigan penerapan perhitungan harga pokok produksi antara metode
konvensional (full costing) dengan metode activity based costing (ABC).

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan


Untuk memberikan gambaran yang jelas dan terarah dengan masalah yang
ada, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasan pada analisis
perhitungan harga pokok produksi roti panggang yang dilakukan pada Elvina’s
4

Bakery Banyuasin dengan metode konvensional (full costing), perhitungan yang


dilakukan dengan metode activity based costing (ABC) serta perbandingan
penerapan perhitungan antara metode konvensional (full costing) dan metode
activity based costing (ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin tahun 2019, 2020,
2021 untuk produk roti panggang.

1.4 Tujuan Dan Manfaat Penulisan


1.4.1 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan yang
ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:
1. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode
konvensional (full costing) pada Elvina’s Bakery Banyuasin.
2. Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi dengan metode
activity based costing (ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin.
3. Untuk mengetahui metode perhitungan harga pokok produksi yang lebih
akurat digunakan pada perusahaan.
1.4.2 Manfaat Penulisan
Dengan adanya hasil penelitian ini, maka yang diharapkan oleh penulis
dalam penyusunan laporan akhir ini adalah:
1. Sebagai aplikasi dan pengembangan terhadap teori-teori yang telah
dipelajari di perkuliahan untuk dapat diterapkan pada permasalahan yang
ada dalam dunia nyata yang berkaitan dengan masalah manajemen
keuangan.
2. Analisis harga pokok produksi dapat digunakan sebagai informasi bagi
manajemen Elvina’s Bakery Banyuasin dalam menentukan harga pokok
produksi yang akurat dari aktivitasnya untuk menghasilkan suatu produk
yang terjadi.
3. Sebagai acuan atau pertimbangan bagi penulis berikutnya yang tertarik
dengan masalah ini dan ingin menambah serta memperdalam penulisan ini
dan sebagai referensi dalam penulisan laporan akhir berikutnya mengenai
5

analisis harga pokok produksi suatu produk yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan.
1.5 Metode Pengumpulan Data dan Sumber Data
1.5.1 Metode Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data yang diperlukan, penulis menggunakan
beberapa cara atau metode. Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono
(2017:137) merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena
tujuan dan kegunaan tertentu yaitu untuk mendapatkan data. Berikut adalah teknik
pengumpulan data antara lain:
1. Teknik wawancara, merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu.
2. Teknik pengamatan/observasi, merupakan suatu proses yang tersusun dari
berbagai proses biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting
adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.
3. Teknik dokumentasi, dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya
catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi,
peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto,
gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya
misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film dan lain-lain.
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi
dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
4. Triangulasi, dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.
Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, penulis memperoleh data-
data pendukung yang diperlukan sebagai masukan kemudian diolah untuk
penyusunan laporan akhir dengan cara wawancara dan observasi. Wawancara
dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pemilik Elvina’s
Bakery Banyuasin yang berhubungan dengan data yang akan diambil oleh
penulis. Observasi dilakukan dengan mengunjungi lokasi atau tempat yang
dijadikan sebagai objek penelitian yaitu Elvina’s Bakery Banyuasin.
1.5.2 Sumber Data
Sumber data menurut Sugiyono (2017:137) ada dua jenis yaitu:
6

1. Sumber data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Jadi, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa
data primer adalah data yang pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh
peneliti secara langsung tanpa perantara. Dalam hal ini data primer berupa
catatan hasil wawancaradan hasil pengamatan langsung di lapangan yang
diperoleh melalui wawancara dengan pengelola perusahaan.
2. Sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen. Jadi, data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan
dikumpulkan oleh pihak lain.

Berdarkan sumber data di atas, maka data yang digunakan oleh penulis
dalam laporan akhir ini adalah data primer yaitu data yang didapat langsung dari
perusahaan melalui wawancara kepada pengelola Elvina’s Bakery Banyuasin.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan ini memberikan gambaran mengenai isi laporan
akhir secara garis besar dengan ringkas dan jelas. Laporan akhir terdiri dari lima
bab yang isinya mencerminkan susunan materi yang akan dibahas, terdiri dari
bab-bab yang saling berkaitan dan setiap bab tersebut terbagi ats beberapa sub sub
bab secara keseluruhan. Adapun sistematika penulisan, dapat diuraikan sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini, penulis membahas mengenai dasar permasalahan
yang dijelaskan melalui latar belakang pemilihan judul, rumusan
masalah, ruang lingkup yang akan dibahas, tujuan dan manfaat
penulisan, metode pengumpulan data, serta sistematika penulisan
pada laporan akhir ini.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bab ini menjelaskan tentang teori yang menguraikan secara
singkat mengenai teori-teori yang dapat dijadikan sebagai bahan
pembanding.
Bab III Gambaran Umum Perusahaan
Pada bab ini, menjelaskan gambaran umum perusahaan berupa
sejarah perusahaan, struktur organisasi dan pembagian tugas, serta
7

aktivitas perusahaan, menjelaskan ruang lingkup kegiatan usaha,


produk yang dihasilkan, proses pelaksanan suatu produksi, tahapan
pengerjaan produk, klasifikasi biaya dan unsur-unsur harga pokok
produksi, metode pengumpulan dan perhitungan harga pokok
produksi.
Bab IV Pembahasan
Dalam bab ini penulis akan mlakukan pembahsan mengenai :
a. Perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan
dengan menggunakan metode konvensional (full costing)
b. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode activity
based costing (ABC)
c. Perbandingan penerapan perhitungan harga pokok produksi
kursi tamu antara metode konvensional (full costing) dengan
metode activity base costing (ABC)
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Setelah melakukan analisis dan pembahasan secara lengkap, pada
bab ini penulis akan menarik kesimpulan sebagai pemecahan dari
permasalahan yang ada, kemudian penulis akan memberikan saran
yang mungkin dapat dijadikan masukan bagi Elvina’s Bakery
Banyuasin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya


2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya dipergunakan dalam mengukur dan melaporkan setiap
informasi keuangan dan non keuangan berkaitan dengan biaya perolehan atau
pemanfaatan sumber daya dalam suatu organisasi. Akuntansi biaya memasukkan
bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana
informasi biaya dikumpulkan dan dianalisa. Akuntansi biaya lebih menekankan
pada pengendalian maupun penetapan biaya, terutama yang berhubungan dengan
biaya produksi. Selanjutnya akuntansi biaya membantu perusahaan dalam
merencanakan dan pengawasan biaya pada aktivitas perusahaan.
Pengertian akuntansi biaya menurut Mulyadi (2018:7) yaitu:
“Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau
jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya”.
Sedangkan menurut Firdaus (2018:18) akuntansi biaya yaitu:
“Akuntansi biaya adalah bidang khusus akuntansi yang berkaitan
terutama dengan akumulasi dan analisis biaya untuk penentuan harga
pokok produk yang dihasilkan, serta untuk membantu manajemen dalam
perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.”
Akuntansi biaya didefinisikan sebagai suatu proses pengidentifikasian,
pendefinisian, pengukuran, pelaporan, dan analisis berbagai unsur biaya langsung
dan tidak langsung yang berhubungan dengan proses menghasilkan dan
memasarkan produk (Riwayadi, 2019:29).
Berdasarkan beberapa definisi akuntansi biaya tersebut dapat disimpulkan
bahwa akuntansi biaya merupakan suatu proses mencatat, menggolongkan,
meringkas dan menyajikan biaya, mulai dari proses pembuatan hingga penjualan
barang atau jasa dengan cara-cara tertentu serta menyajikan berbagai informasi
biaya dalam bentuk laporan biaya. Akuntansi biaya menghasilkan informasi untuk
memenuhi berbagai macam tujuan penentuan biaya produksi, pengendalian biaya
dan tujuan pengambilan keputusan.

8
9

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya


Tujuan akuntansi biaya dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli.
Terdapat 3 (tiga) tujuan pokok akuntansi biaya menurut Mulyadi (2018:7),
sebagai berikut:
1. Penentuan Harga Pokok Produksi
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produksi, akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk
atau penyerahan jasa.
2. Pengendalian Biaya
Pengendalian biaya bertugas untuk memantau apakah pengeluaran biaya
yang sesungguhnya sesuai dengan biaya seharusnya tersebut.
3. Pengambilan Keputusan Khusus
Pengambilan keputusan khusus menyangkut masa yang akan datang. Oleh
karena itu, informasi yang relevan dengan pengambilan keputusan khusus
selalu berhubungan dengan informasi yang akan datang. Informasi biaya
ini tidak dicatat dalam catatan akuntansi biaya, melainkan hasil suatu
proses peramalan.

Berpendapat pula mengenai tujuan pokok akuntansi biaya menurut


Sujarweni (2016:3) antara lain:
1. Penentuan Harga Pokok Produk
Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh informasi
biaya untuk penentuan harga pokok produk yang digunakan perusahaan
untuk menentukan besarnya laba yang diperoleh dan juga untuk
menentukan harga jual.
2. Perencanaan Biaya dan Pengendalian Biaya
Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh informasi
biaya sebagai perencanaan biaya. Perencanaan biaya apa saja yang akan
dikeluarkan di masa mendatang. Akuntansi biaya menyajikan informasi
biaya yang mencakup biaya masa lalu dan biaya di masa yang akan
datang. Informasi yang dihasilkan akuntansi biaya menjadi dasar bagi
manajemen untuk menyusun perencanaan biaya. Dengan perencanaan
biaya yang baik akan memudahkan manajemen dalam melakukan
pengendalian biaya.
3. Pengambilan Keputusan Khusus
Tujuan mempelajari akuntansi biaya agar dapat memperoleh informasi
biaya sebagai pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pemilihan
berbagai tindakan alternatif yang akan dilakukan perusahaan misalnya:
a. Menerima atau menolak pesanan dari konsumen;
b. Mengembangkan produk;
c. Memproduksi produk baru;
d. Membeli atau membuat sendiri;
e. Menjual langsung atau memproses lebih lanjut.
10

Sedangkan pandangan tentang tujuan akuntansi biaya menurut Carter


(2017:11) adalah sebagai berikut:
1. Membuat dan melaksanakan rencana dan anggaran untuk beroperasi dalam
kondisi kompetitif dan ekonomi yang telah diprediksikan sebelumnya.
2. Menetapkan metode perhitungan biaya yang memungkinkan pengendalian
aktivitas, mengurangi biaya dan memperbaiki kualitas.
3. Mengendalikan kuantitas fisik dari persediaan, dan menentukan biaya dari
setiap produk dan jasa yang dihasilkan untuk tujuan penetapan harga dan
evaluasi kinerja dari suatu produk, departemen, atau divisi.
4. Menentukan biaya dan laba perusahaan untuk periode akuntansi satu tahun
atau untuk periode lain yang lebih pendek.
5. Memilih diantara dua atau lebih alternatif jangka pendek atau jangka
panjang yang dapat mengubah pendapatan atau biaya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari
akuntansi biaya adalah untuk menentukan perencanaan, pengendalian, dan
pengambilan keputusan bagi perusahaan. Perencanaan yang dapat diartikan
untuk menetapkan dan memelihara suatu rencana operasi yang terintegrasi dan
sejalan dengan tujuan perusahaan dan prosedur-prosedur yang sesuai.
Pengendalian diartikan sebagai aktifitas yang mengarahkan pelaksanaan sesuai
rencana dengan asumsi bahwa rencana tersebut telah benar. Selanjutnya
pengambilan keputusan akan berhubungan dengan masukan untuk pimpinan
perusahaan guna pengambilan keputusan yang tepat.

2.2 Pengertian dan Klasifikasi Biaya


2.2.1 Pengertian Biaya
Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu, ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu biaya
merupakan pengorbanan sumber ekonomi, diukur dalam satuan uang, yang telah
terjadi, pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu, sedangkan pengertian biaya
dalam arti sempit diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva (Mulyadi, 2018:8).
Adapun menurut Lestari & Permana (2017:14) mendefinisikan biaya
sebagai berikut:
11

“Biaya (cost) adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan
untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Ekuivalen kas adalah
sumber non kas yang dapat ditukar dengan barang atau jasa yang
dinginkan.”

Menurut Riwayadi (2019:16) mendefinisikan biaya yaitu konsep biaya


(cost concept) merupakan biaya berbeda untuk tujuan berbeda (different costs for
different purposes). Tujuan berbeda menunjukkan keputusan yang akan diambil
selanjutnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa biaya
adalah suatu sumber ekonomis yang diukur dengan satuan uang untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan dapat memberikan suatu manfaat
dalam satuan waktu tertentu.
2.2.2 Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya adalah proses pengelompokan atas elemen-elemen yang
termasuk ke dalam biaya secara sistematis ke dalam kelompok-kelompok tertentu
yang lebih ringkas sehingga dapat mempermudah pihak manajemen dalam
menganalisis data-data produksi yang akan dilaporkan suatu program kerja yang
lebih terpadu dan dapat diandalkan. Berikut klasifikasi biaya menurut ahli:
Menurut Mulyadi (2018:13) terdapat berbagai macam cara penggolongan
biaya yaitu:
1. Penggolongan Biaya Menurut Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya. Dalam hubungannya dengan objek pengeluaran,
biaya dapat digolongkan menjadi:
a. Biaya bahan baku;
b. Biaya tenaga kerja;
c. Biaya overhead pabrik.
2. Penggolongan Biaya Menurut Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Dalam perusahaan industri, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi produksi,
fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu
dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu:
a. Biaya produksi;
b. Biaya pemasaran;
c. Biaya administrasi dan umum.
12

3. Penggolongan Biaya Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang


Dibiayai
Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam
hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokan
menjadi dua golongan:
a. Biaya langsung (direct cost)
Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai
tersebut tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan
demikian biaya langsung akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu
yang dibiayai.
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya tidak langsung adalah biaya yang tejadinya tidak hanya
disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam
hubungannya dengan suatu produk disebut dengan istilah biaya
produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead
cost). Biaya ini tidak mudah diidentifikasikan dengan produk tertentu.
4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya dengan
Perubahan Volumen Aktivitas
Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat
digolongkan menjadi:
a. Biaya variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
b. Biaya semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur
biaya tetap dan unsur biaya variabel.
c. Biaya semifixed
Biaya semifixed adalah biaya yan tetep untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume
produksi tertentu.
d. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume
kegiatan tertentu.
5. Penggolongan Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Pengeluaran modal (capital expenditures) adalah biaya yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya periode
akuntansi adalah satu tahun kalender).
b. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures) adalah biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa pada
dasarnya klasifikasi biaya disusun untuk tujuan pengembangan suatu biaya yang
13

berguna bagi manajemen sehubungan dengan tujuannya. Dengan kata lain setiap
manajemen akan membuat suatu klasifikasi biaya yang berbeda, tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai manajemen yang bersangkutan.

2.3 Harga Pokok Produksi


2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk
menentukan kebutuhan manajemen dalam mengambil keputusan dan perhitungan
keuangan yang lebih akurat. Ketetapan dalam melakukan perhitungan harga
pokok produksi mutlak dibutuhkan karena apabila terjadi kesalahan dalam
perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Berikut pengertian
harga pokok produksi menurut para ahli:
Menurut Mulyadi (2016:65) mendefinisikan harga pokok produksi sebagai
berikut:
“Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa selama periode bersangkutan. Dengan
kata lain, bahwa harga pokok produksi merupakan biaya untuk
memperoleh barang jadi yang siap jual.”
Menurut Sodikin (2018:280) mendefinisikan harga pokok produksi yaitu
sejumlah kas atau aset lainnya yang digunakan untuk memperoleh dan mengolah
bahan baku sampai menjadi barang jadi. Sedangkan definisi harga pokok produksi
menurut Riwayadi (2019:43) adalah biaya yang terjadi dalam fungsi produksi.
Fungsi produksi adalah fungsi yang mengelola bahan baku menjadi barang jadi.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka disimpulkan bahwa harga
pokok produksi adalah seluruh biaya langsung maupun tidak langsung yang
dikeluarkan untuk memproduksi barang dan dapat digunakan untuk menentukan
harga jual produk dalam suatu periode tertentu.
2.3.2 Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2018:65) manfaat dari perhitungan harga pokok
produksi secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan Harga Jual Produk
Perusahaan yang berproduksi bertujuan memproses produknya untuk
memenuhi persediaan di gudang. Dengan demikian biaya produksi
14

dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya


produksi persatuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya
produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan di
samping informasi biaya lain serta informasi non biaya.
2. Memantau Realisasi Biaya Produksi
Informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu
digunakan untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total
biaya produksi sesuai dengan apa yang diperhitungkan sebelumnya. Dalam
hal ini, informasi biaya produksi digunakan untuk membandingkan antara
perencanaan dengan realisasi.
3. Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu
Laba atau rugi bruto dihitung dengan membandingkan dengan harga jual
produk persatuan dengan biaya produksi persatuan. Informasi laba atau
rugi bruto diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk dalam menutup
biaya non produksi dan menghasilkan laba atau rugi.
4. Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam
Proses yang Disajikan Dalam Neraca
Saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban secara
periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca
dan persediaan laporan laba rugi yang didalamnya terdapat informasi
harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok persediaan produk
dalam proses. Biaya yang melekat pada produk jadi yang belum terjual,
dalam neraca disajikan dalam harga pokok persediaan produk jadi. Biaya
produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih dalam
proses pengerjaan disajikan dalam neraca sebagai harga pokok persediaan
produk dalam proses.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa manfaat


perhitungan harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual produk,
memantau realisasi biaya produksi, menghitung laba atau rugi periodik, dan
menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca.
2.3.3 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi
Unsur-unsur yang membentuk harga pokok produksi adalah biaya bahan
baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Pada
umumnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut
juga dengan biaya utama (prime cost), sedangkan yang lainnya disebut biaya
konversi (conversion cost). Biaya-biaya ini dikeluarkan untuk mengubah bahan
baku menjadi barang jadi.
15

Menurut Mulyadi (2016:68) menyatakan unsur-unsur harga pokok


produksi sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
bahan baku hingga siap digunakan, termasuk biaya angkut, penyimpanan,
dan operasional. Biaya bahan baku jumlahnya relatif sangat besar dalam
rangka menghasilkan suatu jenis output. Bahan baku yang diolah dalam
perusahaan industri dapat diperoleh dari pembelian atau pengolahan
sendiri.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang terlibat secara langsung
dalam proses produksi dan dapat dibebankan secara layak ke produk yang
diproduksi. Maka biaya tenaga kerja langsung (direct laborcost) adalah
upah atau kompensasi yang dibayarkan kepada tenaga kerja langsung yang
bekerja di bagian produksi.
3. Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung yang terdiri dari biaya yang semuanya
tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk atau aktivitas lainnya
dalam upaya merealisasi pendapatan perusahaan. Dalam menentukan biaya
overhead pabrik ada 3 cara penggolongan sebagai berikut:
a. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
1) Biaya bahan penolong;
2) Biaya reparasi dan pemeliharaan;
3) Biaya tenaga kerja tidak langsung;
4) Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap;
5) Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu;
6) Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
b. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi
1) Biaya overhead pabrik variabel;
2) Biaya overhead pabrik tetap;
3) Biaya overhead pabrik semi variabel.
c. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen
1) Biaya overhead pabrik langsung;
2) Biaya overhead pabrik tidak langsung.

Unsur-unsur harga pokok produksi menurut Carter (2017:40) mencakup 3


(tiga) hal yaitu:
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material)
16

Biaya bahan baku langsung adalah semua biaya bahan baku yang
membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara
eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
3. Biaya tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang melakukan konversi
bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara
layak ke produk tertentu.
4. Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead)
Biaya overhead pabrik disebut juga overhead manufaktur, beban
manufaktur, atau beban yang terdiri atas semua biaya manufaktur yang
tidak ditelusuri secara langsung ke output tertentu. Overhead pabrik
biasanya memasukkan semua biaya manufaktur kecuali bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur


dalam harga pokok produksi terdiri atas biaya bahan baku langsung, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

2.4 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi


Menurut Mulyadi (2018:35) metode pengumpulan harga pokok produksi
dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)
a. Pengertian metode harga pokok pesanan
Metode harga pokok pesanan merupakan metode yang biaya-biaya
produksinya dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga pokok per
satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan tersebut
dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.
b. Karakteristik metode harga pokok pesanan
1) Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan
spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga
pokok produksinya secara individual;
2) Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya dengan
produk menjadi dua kelompok yaitu biaya produksi langsung dan
biaya produksi tidak langsung;
3) Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku langsung dan
biaya tenaga kerja langsung sedangkan biaya produksi tidak
langsung disebut dengan istilah biaya overhead pabrik;
4) Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya
terjadi, sedangkan biya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam
harga pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka;
17

5) Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai
diproduksi dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang
bersangkutan.
c. Manfaat informasi harga pokok pesanan
1) Menentukan harga jual yang akan dibebankan pada pemesan;
2) Mempertimbangkan penolakan atau penerimaan pesanan;
3) Memantau biaya produksi;
4) Menghitung laba atau rugi tiap pesanan;
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
a. Pengertian metode harga pokok proses
Metode harga pokok proses merupakan metode pengumpulan biaya
produksi yang digunakan oleh perusahaan yang mengolah produksinya
secara massa. Di dalam metode ini, biaya produksi dikumpulkan untuk
setiap proses dalam jangka waktu tertsntu , dan biaya produksi per
satuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi dalam proses
tertentu, selama periode tertentu , dengan jumlah satuan produk yang
dihasilkan dari proses tersebut selama jangka waktu yang bersangkutan.
b. Karakteristik metode harga pokok proses
1) Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.
2) Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.
3) Kegiatan produksi dimualai dengan diterbitkannya perintah
produksi yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka
waktu tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode


pengumpulan harga pokok produksi terdiri atas metode harga pokok pesanan (job
order cost method) dan metode harga pokok proses (process cost method).

2.5 Activity Based Costing (ABC)


2.5.1 Pengertian Activity Based Costing (ABC)
Activity Based Costing (ABC) menurut Siregar, dkk (2017:232) adalah
suatu pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya sumber daya ke
dalam objek biaya, seperti produk, jasa, atau konsumen berdasarkan aktivitas yang
dilakukan untuk objek biaya. Premis pendekatan ini adalah produk atau jasa
perusahaan merupakan hasil dari aktivitas, dan aktivitas merupakan penggunaan
sumber daya yang menghasilkan biaya.
Sedangkan menurut Rudianto (2013:160) menyatakan bahwa:
“Activity Based Costing (ABC) adalah pendekatan penentuan biaya
produk yang membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan
18

konsumsi sumber daya oleh aktivitas. Dasar pemikiran pendekatan


penentuan biaya ini adalah bahwa produk atau jasa perusahaan dilakukan
oleh aktivitas, dan aktivitas yang dibutuhkan tersebut menggunakan
sumber daya yang menyebabkan timbulnya biaya”.

Adapun menurut Salman (2017:80) menyatakan bahwa activity based


costing adalah perhitungan biaya (costing) yang dimulai dengan penelusuran
aktivitas-aktivitas dan kemudian memproduksi produk.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka penulis menyimpulkan
bahwa activity based costing adalah suatu metode yang digunakan untuk
menentukan harga pokok produksi dan terfokus pada aktivitas-aktivita yang
dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa dengan tujuan menyajikan
informasi mengenai harga pokok produksi yang akurat, yang nantinya akan
digunakan oleh manajer dalam mengambil keputusan.
Penerapan activity based costing akan relevan bila biaya overhead pabrik
merupakan biaya yang dominan dan multi produk. Menurut Siregar, dkk
(2017:234) dalam merancang activity based costing, aktivitas untuk membuat dan
menjual produk digolongkan dalam 4 (empat) kelompok, yaitu:

a. Aktivitas level unit (unit-level activities), adalah aktivitas yang dilakukan


dalam rangka menghasilkan satu unit individual dari produk atau jasa.
Misalnya biaya bahan baku, dan inspeksi unit.
b. Aktivitas level batch (bactch-level activities), yaitu aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan setiap batch atau grup dari setiap produk
atau jasa. Misalnya biaya pengesetan mesin.
c. Akivitas level produk, (product- level activities), adalah aktivitas yang
dilakukan untu mendukung produksi dari satu tipe produk atau jasa yang
spesifik. Misalnya adalah mendesain produk, dan memodifikasi produk.
d. Aktivitas level fasilitas (facility-level activities), merupakan aktivitas
pendukung operasi secara umum. Aktivitas ini tidak disebabkan oleh
adanya produk atau dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen,
Misalnya keamanan pabrik, perawatan bangunan.
Kemudian langkah-langkah perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan pendekatan metode activity based costing (Siregar, dkk, 2017:234),
adalah sebagai berikut:
a. Tahap pertama, pengelompokkan biaya overhead ke dalam kelompok
biaya yang homogen. Kelompok biaya yang homogen merupakan
kumpulan biaya yang variasinya dapat dijelaskan oleh suatu faktor
19

penyebab (cost driver). Untuk menentukan kelompok biaya yang


homogen, dan dapat melihat biaya yang mempunyai rasio konsumsi sama
untuk seluruh produk.
b. Tahap kedua, alokasi biaya overhead pabrik :

Alokasi biaya overhead = Tarif kelompok x Dasar pembebanan yang dikonsumsi


Berdasarkan hal tersebut activity based costing (ABC) adalah suatu
metode perhitungan akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang
dilakukan untuk menghasilkan produk/jasa. Metode pada ABC menyediakan
informasi perihal aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau
transaksi yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai
faktor penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini
menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, bisa ditelusuri ke aktivitas
dan kemudian ke produk, sistem ABC mengasumsikan bahwa aktivitas-
aktivitaslah, yang mengkonsusi sumber daya dan bukannya produk.
Perhitungan Aktivitas dan Harga Pokok Produksi menggunakan activity
based costing (Mulyadi, 2010:347) dalam (Adi, 2013) yang dapat dilihat pada
tabel 2.1 dan tabel 2.2
Tabel 2.1
Aktivitas Biaya
Metode Activity Based Costing
Keterangan Aktivitas Cost Driver
Biaya Bahan Baku Aktivitas Berlevel Unit Unit Produksi
Biaya Tenaga Kerja Langsung Aktivitas Berlevel Unit Unit Produksi
Biaya Overhead Pabrik
Bahan Baku Tidak Langsung Aktivitas Berlevel Unit Unit Produksi
Biaya Listrik Aktivitas Berlevel Unit Jumlah KWH
Tenaga Kerja Tidak Langsung Aktivitas Berlevel Unit Jam Kerja
Biaya Penyusutan Mesin dan
Peralatan Aktivitas Berlevel Unit Jam Mesin
Biaya Penyusutan Gedung Aktivitas Berlevel Unit Luas Gedung
Sumber: Adi, 2013
Tabel 2.2
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Metode Activity Based Costing
Cost Konsumsi Konsumsi Total Biaya
Keterangan
Driver (a) (b) ('c) = (b) : (a)
Biaya Bahan - - Rp. XXX Rp. XXX
20

Baku Langsung
Biaya Tenaga
- - Rp. XXX Rp. XXX
Kerja Langsung
Biaya Overhead
Pabrik
Aktivitas
Berlevel Unit
Bahan Baku
- - Rp. XXX Rp. XXX
Tidak Langsung
Jumlah
Biaya Listrik XX Rp. XXX Rp. XXX
KWH
Aktivitas
berlevel Produk
Biaya Tenaga
Jam
Kerja XX Rp. XXX Rp. XXX
Kerja
Tidak Langsung
Aktivitas
Berlevel Fasilitas
Biaya Penyusutan
Jam
mesin dan XX Rp. XXX Rp. XXX
Mesin
peralatan
Luas
Biaya Penyusutan
Gedung XX Rp. XXX Rp. XXX
Gedung
(m2)
Harga Pokok Produksi Rp. XXX
Sumber: Adi, 2013

2.5.2 Kelebihan Metode Activity Based Costing (ABC)


Menurut Rudianto (2013:171) menjelaskan kelebihan dari activity based
costing system, antara lain:
1. Dapat mengatasi perbedaan volume dan produk sehingga pelaporan biaya
produk lebih akurat.
2. Mengidentifikasi biaya overhead dengan kegiatan yang menimbulkan
biaya tersebut.
3. Dapat mengurangi biaya dengan mengidentifikasi aktivitas yang tidak
bernilai tambah.
4. Memberikan kemudahan kepada manajemen dalam melakukan
pengambilan keputusan.
2.5.3 Kelemahan Activity Based Costing (ABC)
Menurut Siregar, dkk (2017:239) menjelaskan kelebihan dari activity
based costing system, antara lain:
21

1. Alokasi
Tidak semua alokasi memiliki aktivitas atau pemicu konsumsi sumber
daya yang sesuai. Beberapa biaya perlu dialokasikan ke departemen dan
produk berdasarkan pengukuran volume arbiter karena mencari aktivitas
yang memicu biaya tidak praktis. Contohnya, biaya sistem informasu
untuk pemeliharaan pabrik, gaji manager pabrik, dan asuransi pabrik.
2. Pengabaian biaya (Omission of cost)
Biaya produk atau jasa yang diidentifikasikan oleh sistem ABC cenderung
tidak memasukkan semua biaya yang terkait dengan produk atau jasa,
seperti biaya untuk aktivitas pemasaran, riset periklanan, pengembangan
dan rekayasa produksi.
3. Biaya dan waktu
Besarnya biaya aplikasi dan lamanya proses implementasi ABC. Hal ini
karena ABC bukan masalah menghitung biaya produk semata, tetapi lebih
pada cara manajemen mengidentifikasi aktivitas-aktivitas dalam produksi,
sumber daya yang dikonsumsinya, hal-hal yang memicu biaya aktivitas
tersebut, dan besarnya biaya yang terjadi. Selain itu, harus ditentukan pula
pemicu penggunaan sumber daya/biaya tersebut. Penentuan pemicu
aktivitas sangat penting karena menentukan akurasi alokasi biaya dari
aktvitas tersebut. Sebuah aktivitas bisa saja memiliki lebih dari satu
pemicu, seperti aktivitas mesin pabrik yang menggunakan kelistrikan.

2.5.4 Manfaat Activity Based Costing (ABC)


Menurut Siregar, dkk (2017:239) menjelaskan manfaat dari activity based
costing system, antara lain:
1. Pengukuran profitabilitas lebih baik.
Biaya setiap aktivitas dapat dibebenakan dengan lebih akurat dan
terperinci ke dalam produk atau jasa sehingga hasil penawaran produk atau
jasa menjadi lebih mudah ditelusuri. Selain itu, profitabilitas juga menjadi
lebih mudah diketahui kaitannya dengan suatu produk atau jasa.
2. Pembuatan keputusan yang lebih baik.
Informasi penggunaan aktivitas yang lebih detail menjadikan manajemen
dapat menganalisis dampak atau hasil dari suatu aktivitas sehingga dapat
memberi dasar pembuatan keputusan yang lebih akurat.
3. Perbaikan proses (process improvement).
ABC memberikan informasi detail mengenai penggunaan aktivitas. Hal ini
memudahkan manajemen menelusuro dan menganalisis efektivitas dan
efesiensi biaya aktivitas. Kemudian, aktivitas-aktivitas yang dianggap
tidak memberi nilai tambah dapat dihilangkan sementara, aktivitas-
aktivitas yang belum optimal dapat dioptimalkan.
4. Estimasi biaya.
Ketersediaan informasi penggunaan aktivitas dan biaya di masa lalu yang
terperinci dapat memberikan dasar yang akurat dalam penentuan estimasi
biaya di masa depan.
5. Penentuan biaya kapasitas tak terpakai.
22

Estimasi biaya yang akurat atas suatu aset atau sumber daya pada suatu
kapasitas yang dianggarkan dapat menjadi dasar penentu nilai biaya dari
kapasitas yang tidak digunakan akibat penerobosan produksi atau
pelayanan.
1.6 Perbandingan Biaya Produksi Konvensional (Full Costing) dan
Activity Based Costing (ABC)
Metode activity based costing (ABC) memandang bahwa biaya overhead
dapat dilacak dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual.
Biaya yang ditimbulkan oleh cost driver.
Menurut Rudianto (2013:164) terdapat perbedaan antara metode
perhitungan biaya ABC dan metode biaya tradisional yaitu:
1. Pusat Biaya (Cost Pool) didefinisikan sebagai aktivitas atau pusat aktivitas
dan bukan sebagai pabrik atau pusat biaya departemen.
2. Pemicu biaya (Cost Driver) yang digunakan utuk membebankan biaya
aktivitas ke objek adalah pemicu (driver) aktivitas yang mendasarkan pada
hubungan sebab-akibat. Pendekatan tradisional menggunakan pemicu
tunggal yang mendasarkan pada volume yang sering kali tidak melihat
hubungan antara biaya sumber daya dan objek biaya.

Metode activity based costing (ABC) memperbaiki keakuratan


perhitungan harga pokok produk dengan mengakui bahwa banyak dari biaya
overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan
volume produksi. Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
dapat ditelusuri ke masing-masing produk. Hubungan sebab akibat ini
memungkinkan manajer untuk memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk
yang dapat secara signifikan memperbaiki pengambilan keputusan. Perbedaan
antara penentuan harga pokok konvensional dan metode ABC.
Tabel 2.3
Perbedaan penetapan harga pokok produk
Metode Konvensional dengan Metode Activiy Based Costing (ABC)
Harga Pokok Produksi Metode Activity Based
Pembeda
Tradisonal Costing (ABC)
Tujuan Inventory level Product costing
Tahap desain, produksi, Tahap
Lingkup Tahap produksi
pengembangan
Biaya bahan baku, tenaga
Fokus Biaya overhead
kerja langsung
Periode Periode akuntansi Daur hidup produk
Teknologi yang Metode Manual Komputer telekomunikasi
23

digunakan
Sumber: Rudianto, 2013
Metode activity based costing menggunakan lebih banyak cost driver bila
dibandingkan dengan sistem tradisional atau konvensional. Sebelum sampai pada
prosedur pembebanan biaya dua tahap dalam activity based costing perlu
dipahami hal-hal sebagai berikut :
a. Cost Driver
Cost driver adalah suatu kejadian yang menimbulakan biaya. Cost
driver merupakan konsumsi biaya-biaya overhead. Faktor ini
menunjukan suatu penyebab utama tingkat aktivitas yang akan
meneyebabkan biaya dalam aktivitas-aktivitas selanjutnya.
b. Rasio Konsumsi
Rasio konsumsi adalah proporsi masing-masing aktivitas yang
dikonsumsi oleh setiap produk, dihitung dengan cara membagi jumlah
aktivitas yang dikonsumsikan oleh suatu produk dengan jumlah
keseluruhan aktivitas tersebut dari semua jenis produk.
c. Homogeneous Cost Pool
Homogeneous Cost Pool merupakan kumpulan biaya dari overhead
yang variasi biayanya dapat dikaitkan dengan satu pemicu biaya atau
untuk dapat disebut suatu kelompok biaya yang homogen secara logis
harus berhubungan dan mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk
semua produk.

1.7 Konsep Dasar Activity Based Costing (ABC)


Terdapat dua konsep dasar yang diketahui dalam ABC (Rudianto
2013:160) sebagai berikut:
1. Biaya memiliki penyebab
Penyebab biaya adalah aktivitas. Dengan demikian, pemahaman yang
mendalam tentang aktivitas yang menyebabkan timbulnya biaya akan
menempatkan personil perusahaan pada posisi dapat mempengaruhi biaya.
ABC berangkat dari keyakinan dasar bahwa sumber daya menyediakan
kemampuan untk melaksanakan aktivitas, bukan sekedar menyebabkan
timbulnya alokasi biaya.
2. Penyebab biaya dapat dikelola
Melalui pengelolaan terhadap aktivitas yang menjadi penyebab terjadinya
biaya, personil perusahaan dapat mempengaruhi biaya pengelolaan
terhadap aktivitas memerlukan berbagai informasi tentang aktifitas.

Berdasarkan hal tersebut salah satu cara penyediaan informasi mengenai


biaya dan aktivitas adalah menggunakan metode ABC dalam perhitungan biaya
produk. Dengan menggunakan metode ABC, biaya yang dibebankan ke produk
24

secara langsung dapat dilihat hubungannya dengan aktivitas-aktivitas yang


dilakukan berkaitan dengan produk tersebut.
1.8 Komponen Utama yang Membentuk Activity Based Costing

Sumber: Prihartono, 2021


Gambar 2.1 Komponen yang Membentuk Biaya
Berdasarkan gambar 2.1, terdapat 5 (lima) komponen dasar dalam metode
activity based costing system, antara lain:
1. Sumber Daya (Resources)
Tempat organisasi membelanjakan uang mereka kategori biaya yang
dicatat. Sumber daya didefinisikan sebagai elemen ekonomi atau uang
yang diterapkan atau digunakan dalam pelaksanaan aktivitas. Gaji dan
material misalnya, merupakan sumber daya yang digunakan dalam
pelaksanaan kegiatan.
2. Penggerakan Sumber Daya (Resource Drivers)
Penggerakan sumber daya adalah dasar untuk menelusuri sumber daya ke
aktivitas. Penggerak sumber daya didefinisikan sebagai ukuran kuantitas
sumber daya yang dikonsumsi oleh suatu aktivitas.
3. Aktivitas (Activities)
Aktivitas mewakili pekerjaan yang dilakukan dalam suatu organisasi.
Biaya kegiatan ditentudkan dengan menelusuri sumber daya ke kegiatan
menggunakan penggerakan sumber daya.
4. Penggerak Biaya Kegiatan (Activities Drivers)
Penggerak biaya aktivitas digunakan untuk melacak biaya aktivitas ke
objek biaya. Penggerak aktivitas didefinisikan sebagai ukuran frekuensi
dan intensitas permintaan yang ditempatkan pada aktivitas oleh objek
biaya.Penggerak aktivitas digunakan untuk menetapkan biaya ke objek
biaya. Penggerak biaya adalah kegiatan yang menghasilkan biaya.
Penggerak biaya cadalah faktor, seperti tingkat aktivitas atau volume, yang
secara kausal mempengaruhi biaya (selama rentang waktu tertentu).
5. Objek Biaya (Cost Objects)
Objek biaya, dapat berupa pelanggan, produk, layanan, kontrak, proyek,
atau unit kerja lain yang menginginkan pengukuran biaya terpisah. Objek
25

biaya yang paling umum adalah biaya produk atau jasa. Penggerak
aktivitas digunakan untuk melacak biaya aktivitas ke objek biaya.
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.1 Sejarah Perusahaan


Elvina’s Bakery Banyuasin adalah perusahaan yang bergerak dibidang
proses pembuatan, pendistribusian, dan penjualan roti. Perusahaan ini
memproduksi berbagai jenis roti jualan dengan mengambil jenis roti yang ramah
bagi masyarakat. Roti yang dibuat dan dipasarkan sesuai kebutuhan konsumen
seperti roti panggang dan roti panggang kombinasi yang berisi macam jenis isian
atau rasa dalam satu pack.
Elvina’s Bakery Banyuasin didirikan oleh Bapak Erwan Setiawan yang
merupakan pemilik sekaligus pimpinan perusahaan yang didirikan sejak Februari
2010. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Solok Kemas, RT. 23 RW. 06 KM.16
Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Bapak Erwan memulai
usahanya dengan bermodalkan pengalaman keterampilan di bidang pembuatan
roti yang diajarkan oleh ibunya. Perusahaan terus berusaha mengembangkan
usahanya menuju perusahaan menengah ke atas agar dapat mengurangi
pengangguran dan memanfaatkan sumber daya manusia yang rajin terampil di
Indonesia khususnya di Kabupaten Banyuasin.
Dalam hal pemasaran produk, awalnya Elvina’s Bakery Banyuasin
memasarkan produknya melalui tempat di mana produk tersebut dibuat yaitu di
rumah Bapak Erwan saja, pembeli mendatangi tempat pemilik untuk membeli
produk yang diinginkan. Namun, seiring berkembangnya zaman dan kebutuhan
masyarakat, Elvina’s Bakery Banyuasin juga memasarkan produknya dengan
mendistribusikan dan survei tempat yang menerima hasil produk roti dari Pak
Erwan, sampai pada saat ini pendistribusian penjualan sampai ke beberapa
kecamatan bahkan kabupaten di Sumatera Selatan melalui gerai maupun toko.

3.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas


3.2.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi pada Elvina’s Bakery Banyuasin masih relatif
sederhana dengan jumlah karyawan yang tidak terlalu banyak yaitu 7 orang

25
26

dibagian produksi dan 5 oang di bagian pemasaran sekaligus kurir. Struktur


organisasi disajikan pada gambar 3.1.

Pimpinan

Bagian Produksi Bagian Pemasaran

Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022


Gambar 3.1
Struktur Organisasi Elvina’s Bakery Banyuasin

3.2.2 Uraian Tugas


Berdasarkan struktur organisasi yang ada pada Elvina’s Bakery Banyuasin
pada gambar 3.1 tugas dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut:
1. Pimpinan
a. Bertangggung jawab dan mengkoordinir semua kegiatan perusahaan
sehari-hari
b. Menetapkan dan membayar upah tenaga kerja.
c. Mengatur semua pengeluaran dan pemasukan keungangan yang
berhubungan dengan kegiatan perusahaan.
d. Mengkoordinir pengadaan bahan baku dan material lainnya.
2. Bagian Produksi
a. Mengkoordinir kegiatan produksi dari pengelolaan bahan baku sampai
menjadi barang jadi.
b. Melakukan kegiatan produksi dari proses awal hingga pengemasan
akhir produk perusahaan.
c. Menjaga terpeliharanya peralatan produksi agar selalu dalam kondisi
baik dan menjaga mutu hasil kerja.
d. Menghasilkan kualitas mutu produk dengan baik.
3. Bagian Pemasaran
27

a. Bertanggung jawab pada proses penjualan produk,


b. Mengantarkan produk yang telah jadi kepada pihak pelanggan.
c. Melakukan survei tempat untuk menyebaran pemasaran produk.

3.3 Aktivitas Produksi


Elvina’s Bakery Banyuasin bergerak pada dibidang produksi makanan
yaitu roti panggang dan roti kombinasi. Namun pada penelitian ini penulis
manganlisis produksi roti panggang dalam kurun waktu produksi 2019, 2020, dan
2021. Berikut proses kegiatan perencanaan dan proses produksinya:
1. Proses Penerimaan Pesanan
Proses penerimaan pesanan biasa dilakukan pada awal akad antara bagian
pemasaran dan pelanggan. Biasanya hasil produksi akan diantarkan ke
pelanggan satu kali perseminggu. Jika terdapat perubahan pemesanan
maka akan ada konfirmasi ke bagian pemasaran saat pengantaran produk
ke pelanggan. Proses ini akan dijadikan patokan oleh bagian produksi
untuk targetan berapa banyak roti panggang yang dibuat pada setiap
tempat pelanggan setiap harinya.
2. Proses Persiapan Bahan
Pada proses persiapan bahan ini dilakukan pembelian bahan baku untuk
produksi roti panggang satu kali dalam waktu dua minggu. Bahan baku
tidak disimpan telalu lama agar produk yang dihasilkan selalu baru. Hal ini
dilakukan sebagai upaya menjaga mutu produksi.
3. Proses Pengolahan
Proses pengolahan dilakukan saat setiap harinya sudah ada catatan berapa
banyak produksi yang akan dibuat sesuai dengan catatan dan persiapan
bahan baku produksi. Pada tahap ini semua pengolahan bahan dilakukan
dengan target pengerjaan tertentu. Diawali dengan mencampurkan setiap
bahan baku adonan roti dalam satu mesin pengaduk besar, lalu di bentuk
atau cetak lalu diberi isian coklat secara manual tanpa mesin oleh pekerja
produksi lainnya dan di letakkan ke dalam loyang, kemudian dimasukkan
kedalam oven besar untuk proses pematangan roti panggang.
28

4. Proses Pengemasan
Proses pengemasan roti adalah tahap akhir yang dilakukan ketika roti yang
telah matang sesuai perhitungan koki dapur bagian produksi, lalu
didinginkan beberapa saat sekitar 10 menit. Setelah itu roti akan dikemas
sedemikian rupa secara manual oleh pekerja produksi, lalu dikumpulkan
menjadi satu bagian sesuai banyaknya pesanan tiap pelanggan, kemudian
diantarkan keesokan harinya oleh bagian pemasaran kepada pelanggan.

Proses Penerimaan
Pesanan

Proses Persiapan Proses Proses


Bahan Pengolahan Pengemasan

Produk Jadi

Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022


Gambar 3.2
Aktivitas Produksi pada Elvina’s Bakery Banyuasin

3.4 Klasifikasi Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi


Biaya produksi yang terjadi pada aktivitas Elvina’s Bakery Banyuasin
untuk mengelola segala bahan baku menjadi produk jadi berupa roti panggang
dikelompokkan ke dalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya
overhead pabrik. Dari pengamatan yang penulis lakukan, maka pengklasifikasian
unsur-unsur harga pokok produksi berdasarkan informasi dari pihak Elvina’s
Bakery Banyuasin dalam pembuatan roti panggang adalah sebagai berikut:
3.4.1 Biaya Bahan Baku Langsung
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya secara fisik menjadi bagian
langsung dari produk yang dihasilkan. Bahan baku langsung yang digunakan oleh
29

Elvina’s Bakery Banyuasin untuk memproduksi roti tahun 2019, 2020, 2021
adalah sebagai berikut:
30

Tabel 3.1
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Bahan Baku Langsung
Tahun 2019
Harga per
No.  Keterangan Kuantitas Jumlah
Kuantitas
1 Tepung Terigu 24000 Kg Rp 10.000 Rp 240.000.000
2 Susu Bubuk 1200 Ons Rp 2.500 Rp 3.000.000
3 Garam Halus 1200 Bks Rp 1.000 Rp 1.200.000
4 Gula Pasir 7200 Kg Rp 11.000 Rp 79.200.000
5 Mentega 2400 Kg Rp 20.000 Rp 48.000.000
6 Telur 6000 Butir Rp 1.500 Rp 9.000.000
7 Pengembang Makanan 1200 Ons Rp 7.500 Rp 9.000.000
8 Pelembut Makanan 1200 Ons Rp 10.000 Rp 12.000.000
9 Pengawet Makanan 1200 Ons Rp 3.500 Rp 4.200.000
10 Pewarna Makanan 2400 Ons Rp 10.000 Rp 24.000.000
11 Plastik Kemasan 1200 Bal Rp 125.000 Rp 150.000.000
12 Coklat Cair 4500 Kg Rp 29.000 Rp 130.500.000
13 Messes 1500 Kg Rp 15.000 Rp 22.500.000
14 Kelapa Parut 3000 Kg Rp 6.000 Rp 18.000.000
Total Rp 750.600.000
Ket: Biaya Bahan Baku Langsung untuk 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Tabel 3.2
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Bahan Baku Langsung
Tahun 2020
Harga per
No. Keterangan Kuantitas Jumlah
Kuantitas
1 Tepung Terigu 24000 Kg Rp 10.000 Rp 240.000.000
2 Susu Bubuk 1200 Ons Rp 2.500 Rp 3.000.000
3 Garam Halus 1200 Bks Rp 1.000 Rp 1.200.000
4 Gula Pasir 7200 Kg Rp 12.000 Rp 86.400.000
5 Mentega 2400 Kg Rp 24.000 Rp 57.600.000
6 Telur 6000 Butir Rp 1.700 Rp 10.200.000
7 Pengembang Makanan 1200 Ons Rp 7.800 Rp 9.360.000
8 Pelembut Makanan 1200 Ons Rp 10.200 Rp 12.240.000
9 Pengawet Makanan 1200 Ons Rp 3.500 Rp 4.200.000
10 Pewarna Makanan 2400 Ons Rp 10.000 Rp 24.000.000
11 Plastik Kemasan 1200 Bal Rp 125.000 Rp 150.000.000
31

12 Coklat Cair 4500 Kg Rp 29.000 Rp 130.500.000


13 Messes 1500 Kg Rp 17.000 Rp 25.500.000
14 Kelapa Parut 3000 Kg Rp 6.000 Rp 18.000.000
Total Rp 772.200.000
Ket: Biaya Bahan Baku Langsung untuk 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Tabel 3.3
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Bahan Baku Langsung
Tahun 2021
Harga per
No. Keterangan Kuantitas Jumlah
Kuantitas
1 Tepung Terigu 24000 Kg Rp 10.200 Rp 244.800.000
2 Susu Bubuk 1200 Ons Rp 2.700 Rp 3.240.000
3 Garam Halus 1200 Bks Rp 1.000 Rp 1.200.000
4 Gula Pasir 7200 Kg Rp 14.000 Rp 100.800.000
5 Mentega 2400 Kg Rp 24.000 Rp 57.600.000
6 Telur 6000 Butir Rp 1.700 Rp 10.200.000
7 Pengembang Makanan 1200 Ons Rp 7.800 Rp 9.360.000
8 Pelembut Makanan 1200 Ons Rp 10.200 Rp 12.240.000
9 Pengawet Makanan 1200 Ons Rp 3.700 Rp 4.440.000
10 Pewarna Makanan 2400 Ons Rp 10.000 Rp 24.000.000
11 Plastik Kemasan 1200 Bal Rp 125.000 Rp 150.000.000
12 Coklat Cair 4500 Kg Rp 29.400 Rp 132.300.000
13 Messes 1500 Kg Rp 17.000 Rp 25.500.000
14 Kelapa Parut 3000 Kg Rp 7.000 Rp 21.000.000
Total Rp 796.680.000
Ket: Biaya Bahan Baku Langsung untuk 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

3.4.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung


Biaya tenaga kerja langsung menurut perusahaan adalah bagian produksi
terhitung dari semua aktivitas penunjang produksi dan pemasaran. Jam kerja pada
Elvina’s Bakery Banyuasin dimulai pukul 08.00 WIB sampai dengan pukul 17.00
WIB dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai dengan pukul 13.00
WIB, waktu produksi dilakukan dengan target satu hari.
32

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dalam pembuatan roti di


bagian proses sebanyak 7 orang dengan upah sebesar Rp 126.000.000/tahun. Pada
biaya tenaga kerja yang dikeluarkan perusahaan dalam pendistribusian roti di
bagian pemasaran sebanyak 5 orang dengan upah sebesar Rp 120.000.000/tahun.
Satu tahun karyawan bekerja selama 2400 jam (8 jam x 25 hari x 12 bulan). Upah
yang dikeluarkan perusahaan relatif tetap dengan total keseluruhan
Rp246.000.000/tahun, yaitu 2019, 2020, 2021. Berikut daftar biaya tenaga kerja
pada Elvina’s Bakery Banyuasin dilihat pada tabel 3.4
Tabel 3.4
Daftar Biaya Tenaga Kerja pada Elvina’s Bakery Banyuasin
Tahun 2019, 2020, 2021
Upah per
No. Keterangan Kebutuhan Jumlah
Hari
Upah Pekerja Bagian
1 7 Rp 60.000 Rp 420.000
Produksi
Upah Pekerja Bagian
2 5 Rp 80.000 Rp 400.000
Pemasaran
Total Upah Pekerja per Hari Rp 820.000
Ket: Upah Pekerja Rp 820.000/8 jam x 2400 = Rp 246.000.000/tahun
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

3.4.3 Biaya Overhead Pabrik


Menurut perusahaan, biaya yang masuk di dalam klasifikasi biaya
overhead pabrik dapat dilihat pada tabel berikut yang disajikan pada periode tahun
2019, 2020, dan 2021:
Tabel 3.5
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2019
No. Keterangan Tarif Biaya
1 Biaya Air Rp 3.600.000
2 Biaya Token Listrik Rp 2.700.000
3 Biaya Transportasi Rp 105.000.000
4 Biaya Tabung Gas Rp 16.200.000
Total Rp 127.500.000
Ket: Biaya Overhead Pabrik untuk 1.200.000 roti/tahun
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
33

Tabel 3.6
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2020
No. Keterangan Tarif Biaya
1 Biaya Air Rp 3.600.000
2 Biaya Token Listrik Rp 2.700.000
3 Biaya Transportasi Rp 105.000.000
4 Biaya Tabung Gas Rp 17.100.000
Total Rp 128.400.000
Ket: Biaya Overhead Pabrik untuk 1.200.000 roti/tahun
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Tabel 3.7
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Biaya Overhead Pabrik
Tahun 2021
No. Keterangan Tarif Biaya
1 Biaya Air Rp 3.600.000
2 Biaya Token Listrik Rp 2.700.000
3 Biaya Transportasi Rp 105.000.000
4 Biaya Tabung Gas Rp 18.000.000
Total Rp 129.300.000
Ket: Biaya Overhead Pabrik untuk 1.200.000 roti/tahun
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

3.5 Laporan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional (Full


Costing)
Perhitungan harga pokok produksi (HPP) selama ini dilakukan dengan
mengestimasikan dana yang akan dikorbankan untuk pembelian bahan baku dari
produk yang akan di produksi dan biaya keluar dari penggunaan jasa dan
kebutuhan lain. Berikut ini disajikan laporan biaya produksi untuk roti pada
Elvina’s Bakery Banyuasin tahun 2019, 2020, dan 2021 pada tabel 3.8, tabel 3.9,
dan tabel 3.10 dengan perhitungan konvensional (full costing).
34

Tabel 3.8
Elvina’s Bakery Banyuasin
Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2019
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.000.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 79.200.000  
  Mentega   Rp 48.000.000  
  Telur   Rp 9.000.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.000.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.000.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.200.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 130.500.000  
  Messes   Rp 22.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 18.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 750.600.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 16.200.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 127.500.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.124.100.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
35

Tabel 3.9
Elvina’s Bakery Banyuasin
Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2020
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.000.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 86.400.000  
  Mentega   Rp 57.600.000  
  Telur   Rp 10.200.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.360.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.240.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.200.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 130.500.000  
  Messes   Rp 22.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 18.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 772.200.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 17.100.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 128.400.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.146.600.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
36

Tabel 3.10
Elvina’s Bakery Banyuasin
Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2021
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.240.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 100.800.000  
  Mentega   Rp 57.600.000  
  Telur   Rp 10.200.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.360.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.240.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.440.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 132.300.000  
  Messes   Rp 25.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 21.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 796.680.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 18.000.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 129.300.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.171.980.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan


Konvensional (Full Costing)
Harga Pokok Produksi yang diterapkan pada Elvina’s Bakery Banyuasin
masih menggunakan metode konvensional (full costing), sebab itulah semua biaya
produksi yang dihitung dengan cara mengakumulasikan semua biaya yan
dikeluarka untuk memproduksi roti panggang tersebut. Pada tahun 2019, 2020,
dan 2021 proses pengelompokan biaya yang harga pokok produksi dibagi menurut
tiga unsur utama, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik.

4.1.1 Analisis Klasifikasi Biaya Bahan Baku dengan Pendekatan


Konvensional (Full Costing)
Unsur biaya pertama adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan roti panggang selama tahun 2019 sebesar Rp
750.600.000. Dalam setahun, Elvina’s Bakery Banyuasin memproduksi roti
panggang sebanyak 1.200.000 roti dengan biaya bahan baku per roti pamggang
sebesar Rp 625,5 (Rp 750.600.000/1.200.000 roti). Pada tahun 2020 dan 2021
terdapat kenaikan bahan baku langsung sesuai dengan harga pasar.
Biaya bahan baku yang dikeluarkan Elvina’s Bakery Banyuasin selama
2020 sebesar Rp 772.200.000. Dalam setahun, Elvina’s Bakery memproduksi roti
panggang sebanyak 1.200.000 roti dengan biaya bahan baku per roti panggang
sebesar Rp 643,5 (Rp 772.200.00/1.200.000 roti).
Lalu selama tahun 2021 biaya bahan baku yang dikeluarkan Elvina’s
Bakery Banyuasin sebesar Rp 796.680.000. Dalam setahun, Elvina’s Bakery
Banyuasin memproduksi roti panggang juga sebanyak 1.200.000 roti sehingga
untuk biaya per roti sebesar Rp 663,9 (Rp 796.680.000/1.200.000 roti).

36
37

4.1.2 Analisis Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung dengan


Pendekatan Konvensional (Full Costing)
Unsur biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja yang ada pada
Elvina’s Bakery Banyuasin pada tahun 2019, 2020 dan 2021. Biaya tenaga
kerja langsung adalah semua biaya yang dibayarkan sebagai upah kepada
pekerja yang terkait langsung dalam proses pengubahan bahan baku
langsung menjadi barang jadi dan pekerja pemasaran. Jam kerja pada
Elvina’s Bakery Banyuasin, dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai
dengan pukul 13.00 WIB pada hhari senin sampai dengan sabtu.
Biaya tenaga kerja langsung yang diberikan perusahaan untuk
pengerjaan roti panggang yang terdiri dari 2 bagian pengerjaan. Upah
pekerja bagian produksi sebesar Rp 60.000/orang dan upah pekerja bagian
pemasaran sekaligus kurir sebesar Rp 80.000/orang. Pengerjaan dan
pendistribusian produk dilakukan dengan tenaga kerja sebanyak 12 orang
dengan upah total sebesar Rp 246.000.000/tahun (Rp 820.000 x 300 hari
kerja).

4.1.3 Analisis Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Pendekatan


Konvensional (Full Costing)
Unsur biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Biaya-
biaya ini terjadi karena adanya aktivitas-aktivitas yang dilakukan
perusahaan dalam memproduksi roti panggang. Pada tahun 2019, biaya
overhead pabrik yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp 127.500.00
untuk 1.200.000 roti/tahun. Pada tahun 2016 dan 2017 terdapat kenaikan
biaya overhead pabrik sesuai dengan harga pasar.
Biaya overhead pabrik yang dikeluarkan perusahaan pada tahun
2020 sebesar Rp 128.400.000 untuk 1.200.000 roti/tahun dan pada tahun
2021 biaya overhead pabrik yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp
129.300.000 untuk 1.200.000 roti/tahun.
38

Analisis penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan


pendekatan konvensional (full costing) dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1
Elvina’s Bakery Banyuasin
Analisis Proses Pembebanan Biaya
Berdasarkan Pendekatan Konvensional (Full Costing)
Keterangan 2019 2020 2021
Biaya Bahan Baku Rp 750.600.000 Rp 772.200.000 Rp 796.680.000

Biaya Tenaga Kerja Rp 246.000.000 Rp 246.000.000 Rp 246.000.000


Langsung
Biaya Overhead Pabrik Rp 127.500.000 Rp 128.400.000 Rp 129.300.000

Total Rp 1.124.100.000 Rp 1.146.600.000 Rp1.171.980.000

Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

4.1.4 Laporan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Konvensional


(Full Costing)
Berikut ini disajikan laporan harga pokok produksi pada Elvina’s
Bakery Banyuasin dengan pendekatan konvensional (full costing) pada
tahun 2019, 2020 dan 2021.
39

Elvina’s Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2019
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.000.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 79.200.000  
  Mentega   Rp 48.000.000  
  Telur   Rp 9.000.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.000.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.000.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.200.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 130.500.000  
  Messes   Rp 22.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 18.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 750.600.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 16.200.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 127.500.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.124.100.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
40

Elvina’s Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2020
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.000.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 86.400.000  
  Mentega   Rp 57.600.000  
  Telur   Rp 10.200.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.360.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.240.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.200.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 130.500.000  
  Messes   Rp 22.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 18.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 772.200.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 17.100.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 128.400.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.146.600.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
41

Elvina’s Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2021
Biaya Produksi      
Biaya Bahan Baku Langsung    
  Tepung Terigu   Rp 240.000.000  
  Susu Bubuk   Rp 3.240.000  
  Garam Halus   Rp 1.200.000  
  Gula Pasir   Rp 100.800.000  
  Mentega   Rp 57.600.000  
  Telur   Rp 10.200.000  
  Pengembang Makanan   Rp 9.360.000  
  Pelembut Makanan   Rp 12.240.000  
  Pengawet Makanan   Rp 4.440.000  
  Pewarna Makanan   Rp 24.000.000  
  Plastik Kemasan   Rp 150.000.000  
  Coklat Cair   Rp 132.300.000  
  Messes   Rp 25.500.000  
  Kelapa Parut   Rp 21.000.000  
Total Biaya Bahan
    Rp 796.680.000
Baku
         
Biaya Tenaga Kerja Langsung  
  Upah Karyawan Produksi Rp 126.000.000  
Upah Karyawan
  Rp 120.000.000  
Pemasaran/Kurir
Total Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 246.000.000
         
Biaya Overhead Pabrik      
  Biaya Air   Rp 3.600.000  
  Biaya Token Listrik   Rp 2.700.000  
  Biaya Transportasi   Rp 105.000.000  
  Biaya Tabung Gas   Rp 18.000.000  
Total Biaya Overhead Pabrik Rp 129.300.000
Harga Pokok Produksi     Rp 1.171.980.000
Ket: Harga Pokok Prodsuksi 1.200.000 Roti
Sumber: Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
42

Berdasarkan laporan harga pokok produksi roti panggang pada Elvina’s


Bakery Banyuasin tahun 2019, 2020, dan 2021 dapat di analisis bahwa terdapat
kenaikan biaya bahan baku dan biaya overhead pabrik sesuai dengan harga pasar.
Kenaikan biaya-biaya tersebut secara langsung berpengaruh pada laporan harga
pokok produksi.

4.2 Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan


Activity Based Costing (ABC)
Pada analisis ini penentuan harga pokok produksi pada Elvina’s
Bakery Banyuasin pada produk roti panggang penulis menggunakan
metode activity based costing (ABC). Perhitungan harga pokok produksi
dengan cost pool (kelompok biaya). Berdasarkan aktivitas yang terjadi
dalam pada produksi yang berlangsung, di kelompokan berdasarkan cost
driver (pemicu biaya). Sebelum mengetahui jenis pengeluaran untuk
masing-masing cost driver, diketahui biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Elvina’s Bakery Banyuasin selama proses produksi pada tahun 2015, 2016
dan 2017. Proses klasifikasi biaya pada harga pokok produksi
(manufacturing cost) di bagi menurut tiga unsur utama, yaitu biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

4.2.1 Analisis Perhitungan Biaya Bahan Baku dengan Pendekatan Activity


Based Costing (ABC)
Unsur biaya pertama adalah biaya bahan baku. Biaya bahan baku
yang digunakan dalam pembuatan roti panggang selama tahun 2019
sebesar Rp 750.600.000. Dalam setahun, Elvina’s Bakery Banyuasin
memproduksi roti panggang sebanyak 1.200.000 roti dengan biaya bahan
baku per roti panggang sebesar Rp 625,5 (Rp 750.600.000/1.200.000 roti).
Pada tahun 2020 dan 2021 terdapat kenaikan bahan baku langsung sesuai
dengan harga pasar.
Biaya bahan baku yang dikeluarkan Elvina’s Bakery Banyuasin
selama 2020 sebesar Rp 772.200.000. Dalam setahun, Elvina’s Bakery
43

memproduksi roti panggang sebanyak 1.200.000 roti dengan biaya bahan


baku per roti panggang sebesar Rp 643,5 (Rp 772.200.00/1.200.000 roti).
Lalu selama tahun 2021 biaya bahan baku yang dikeluarkan
Elvina’s Bakery Banyuasin sebesar Rp 796.680.000. Dalam setahun,
Elvina’s Bakery Banyuasin memproduksi roti panggang juga sebanyak
1.200.000 roti sehingga untuk biaya per roti sebesar Rp 663,9 (Rp
796.680.000/1.200.000 roti).

4.2.2 Analisis Perhitungan Biaya Tenaga Kerja Langsung dengan


Pendekatan Activity Based Costing (ABC)
Unsur biaya yang kedua adalah biaya tenaga kerja yang ada pada
Elvina’s Bakery Banyuasin pada tahun 2019, 2020 dan 2021. Biaya tenaga
kerja langsung adalah semua biaya yang dibayarkan sebagai upah kepada
pekerja yang terkait langsung dalam proses pengubahan bahan baku
langsung menjadi barang jadi dan pekerja pemasaran. Jam kerja pada
Elvina’s Bakery Banyuasin, dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 17.00 WIB dengan waktu istirahat dari pukul 12.00 WIB sampai
dengan pukul 13.00 WIB pada hhari senin sampai dengan sabtu.
Biaya tenaga kerja langsung yang diberikan perusahaan untuk
pengerjaan roti panggang yang terdiri dari 2 bagian pengerjaan. Upah
pekerja bagian produksi sebesar Rp 60.000/orang dan upah pekerja bagian
pemasaran sekaligus kurir sebesar Rp 80.000/orang. Pengerjaan dan
pendistribusian produk dilakukan dengan tenaga kerja sebanyak 12 orang
dengan upah total sebesar Rp 246.000.000/tahun (Rp 820.000 x 300 hari
kerja). Satu tahun karyawan bekerja dengan total 2400 jam (8 jam x 25
hari x 12 bulan).

4.2.3 Analisis Perhitungan Biaya Overhead Pabrik dengan Pendekatan


Activity Based Costing (ABC)
Unsur utama dari biaya yang ketiga adalah biaya overhead pabrik.
Biaya-biaya ini terjadi karena adanya aktivitas-aktiviatas yang dilakukan
44

dalam memproduksi roti panggang. Penentuan harga pokok produksi


dengan pendekatan activity based costing (ABC) pada Elvina’s Bakery
Banyuasin tahun 2019, 2020 dan 2020 terdapat dua tahap yaitu:
1. Tahap Pertama
a. Mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas
Aktivitas biaya pada Elvina’s Bakery Banyuasin digolongkan menjadi tiga
level aktivitas. Penggolongan aktivitas dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2
Elvina’s Bakery Banyuasin
Penggolongan Biaya Beradasarkan Aktivitas
Level Komponen Biaya
2019 2020 2021
Aktivitas Tidak Langsung
Aktivitas Biaya Bahan Penolong Rp 16.200.000 Rp 17.100.000 Rp 18.000.000
Level Unit Biaya Listrik Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000
Total Aktivitas Level Unit Rp 18.900.000 Rp 19.800.000 Rp 20.700.000
 
Biaya Penyusutan
Rp 3.023.810 Rp 3.023.810 Rp 3.023.810
Aktivitas Mesin dan Peralatan
Level Biaya Pemeliharaan
Batch dan Perbaikan Mesin Rp 1.120 Rp 1.120 Rp 1.120
dan Peralatan
Total Aktivitas Level Batch Rp 3.024.930 Rp 3.024.930 Rp 3.024.930
 
Aktivitas Biaya Transportasi Rp105.000.000 Rp105.000.000 Rp105.000.000
Level
Fasilitas Biaya Air Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000
Total Aktivitas Level Fasilitas Rp108.600.000 Rp108.600.000 Rp108.600.000
Total Rp130.524.930 Rp131.424.930 Rp132.324.930
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Berikut ini penjelasan dari tiap level aktivitas yang terdapat pada
perusahaan, yaitu:
1) Aktivitas Level Unit (Unit Level Activities)
Aktivitas ini terjadi untuk setiap unit produk dan kebutuhannya sesuai
dengan jumlah unit yang diproduksi. Jenis aktivitas ini meliputi
pemakaian bahan penolong dan pemakaian listrik. Bahan penolong
dapa produksi roti panggang adalah penggunaan tabung gas untuk
mesin oven.
2) Aktivitas Level Batch (Batch Level Activities)
45

Jenis aktivitas ini dikonsumsi oleh produk berdasarkan jumlah batch


produk yang di produksi dan aktivitas penyebab biaya ini terjadi
berulang setiap satu batch. Pada bagian ini tanpa disadari perusahaan
luput dalam memperhitungkan biaya penyusutan dan pemeliharaan
mesin dan peralatan yang digunakan sehingga akan berpengaruh dalam
perhitungan harga pokok produksinya. Penulis melakukan perhitungan
penyusutan dan pemeliharaan mesin dan peralatan pada tabel 4.3 dan
4.4

Tabel 4.3
Elvina's Bakery Banyuasin
Biaya Penyusutan Mesin dan Peralatan
Umur
N Harga Jumlah Beban Penyusutan
Nama Aset Ekonomis
o Perolehan (1) (2) Pertahun (1x2)/(3)
(3) tahun
1 Mesin Pengaduk Rp 25.000.000 1 15 Rp 1.666.667
2 Mesin Oven Rp 3.000.000 3 14 Rp 642.857
3 Loyang Rp 50.000 200 14 Rp 714.286
Total Rp 3.023.810
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Tabel 4.4
Elvina's Bakery Banyuasin
Biaya Jam Kerja Mesin dan Peralatan
N Lama Penggunaan per Lama Penggunaan per
Nama Aset
o Hari (Jam) Tahun (Jam)
1 Mesin Pengaduk 2 600
2 Mesin Oven 3 900
3 Loyang 4 1200
Total 2700
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Jika dihitung biaya pemeliharaan mesin dan peralatan dengan relatif
tetap selama tahun 2019, 2020, dan 2021 sebesar Rp 2.700.000/tahun,
sehingga biaya pemeliharaan untuk 1 jam kerja mesin dan peralatan
sebesar Rp 1.000 (Rp2.700.000/2700 jam kerja mesin dan
peralatan/tahun).
3) Aktivitas Level fasilitas (Facility Level Activities)
46

Aktivitas pada level ini dikonsumsi oleh produk berdasarkan fasilitas


yang dinikmati oleh produk. Jenis aktivitas ini meliputi pemakaian
biaya air dan biaya transportasi.
b. Menghubungkan berbagai biaya dengan berbagai aktivitas:
1) Aktivitas pemakaian bahan penolong dalam proses produksi
mengkonsumsi biaya bahan penolong
2) Aktivitas biaya penyusutan dan pemeliharaan mesin dan peralatan
3) Aktivitas pemakaian listrik dalam proses produksi mengkonsumsi
biaya listrik
4) Aktivitas pemakaian biaya transportasi dan air dalam proses produksi
mengkonsumsi biaya transportasi dan air.
c. Menentukan cost driver yang tepat untut masing-masing aktivitas
Setelah aktivitas-aktivitas di identifikasi sesuai dengan levelnya, langkah
selanjutnya adalah mengidentifikasi cost driver dari setiap biaya.
Data cost driver pada setiap produk dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5
Elvina’s Bakery Banyuasin
Daftar Cost Driver
No Cost Driver 2019 2020 2021
1 Jumlah roti (roti panggang) 1.200.000 1.200.000 1.200.000
2 Jam Inspeksi (jam) 2.400 2.400 2.400
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
d. Penentuan kelompok-kelompok biaya yang homogen
Pembentukan kelompok-kelompok biaya homogen dimaksudkan untuk
menentukan cost pool pada Elvina’s Bakery Banyuasin dapat dilihat pada
tabel 4.6
Tabel 4.6
Cost Pool Homogen
pada Elvina’s Bakery Banyuasin
Cost Pool Aktivitas Cost Driver Level Aktivitas
Pool 1 Aktivitas Bahan Penolong Jumlah Unit Unit
Pool 2 Aktivitas Listrik Jam Inspeksi Unit

Pool 3 Aktivitas Penyusutan Jam Inspeksi Batch


47

Mesin dan Peralatan


Aktivitas Pemeliharaan
Jam Inspeksi Batch
Mesin dan Peralatan
Aktivitas Transportasi dan
Pool 4 Jam Inspeksi Fasilitas
Air
48

e. Penentuan tarif kelompok (Pool Rate)


Cost Pool yang homogen telah ditentukan selanjutnya penentuan tarif per
unit dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8
Tabel 4.7
Elvina’s Bakery Banyuasin
Pool Rate Aktivitas Level Unit
Elemen Biaya
Cost Pool Overhead Pabrik 2019 2020 2021
(BOP)
Pool 1 Biaya Bahan Penolong Rp 16.200.000 Rp 17.100.000 Rp 18.000.000
Jumlah Biaya Rp 16.200.000 Rp 17.100.000 Rp 18.000.000
Jumlah Unit Produksi (Roti) 1.200.000 1.200.000 1.200.000
Pool Rate 1 13,5 14,25 15
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Tabel 4.8
Elvina’s Bakery Banyuasin
Pool Rate Aktivitas Level Unit
Elemen Biaya
Cost Pool Overhead Pabrik 2019 2020 2021
(BOP)
Pool 2 Biaya Listrik Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000
Jumlah Biaya Rp 2.700.000 Rp 2.700.000 Rp 2.700.000
Jumlah Jam Inspeksi 2.400 2.400 2.400
Pool Rate 1 1.125 1.125 1.125
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Pool Rate aktivitas level batch pada Elvina’s Bakery Banyuasin dapat dilihat pada
tabel 4.9 dan tabel 4.10
Tabel 4.9
Elvina’s Bakery Banyuasin
Pool Rate Aktivitas Level Batch
Cost Elemen Biaya 2019 2020 2021
Pool Overhead Pabrik
(BOP)
Pool 3 Biaya Tenaga Kerja Rp246.000.000 Rp 246.000.000 Rp 246.000.000
Langsung
Biaya Penyusutan Rp 3.023.810 Rp 3.023.810 Rp 3.023.810
Mesin dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000
Mesin dan Peralatan
Jumlah Biaya 249.024.810 249.024.810 249.024.810
Jumlah Inspeksi 2.400 2.400 2.400
Pool Rate 3 103.760 103.760 103.760
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
49

Tabel 4.10
Elvina’s Bakery Banyuasin
Pool Rate Aktivitas Level Fasilitas
Elemen Biaya
Cost Pool Overhead Pabrik 2019 2020 2021
(BOP)
Pool 4 Biaya Transportasi Rp 105.000.000 Rp 105.000.000 Rp 105.000.000
Biaya Air Rp 3.600.000 Rp 3.600.000 Rp 3.600.000
Jumlah Biaya Rp 108.600.000 Rp 108.600.000 Rp 108.600.000
Jumlah Jam Inspeksi 2.400 2.400 2.400
Pool Rate 1 45.250 45.250 45.250
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

2. Tahap Kedua
Dalam menentukan harga pokok produksi berdasarkan activity based
costing system (ABC) adalah membebankan tarif kelompok berdasarkan
cost driver. Biaya untuk setiap kelompok biaya overhead pabrik ditelusuri
ke setiap produk. Pembebanan biaya overhead pabrik (BOP) dengan
activity based costing system (ABC) dapat dilihat pada tabel 4.11, tabel
4.12, dan tabel 4.13
Tabel 4.11
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) dengan Activity Based Costing Sytem
(ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin
Tahun 2019
Level
Cost Driver Proses Pembebanan Jumlah
Aktivitas
Unit Unit Produk (Roti) 13,5 x 1.200.000 Rp 16.200.000
Jam Inspeksi 1.125 x 2.400 jam Rp 2.700.000
Batch Jam Inspeksi 103.760 x 2.400 jam Rp 249.024.810
Fasilitas Jam Inspeksi 45.250 x 2.400 jam Rp 108.600.000
Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 376.524.930
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Tabel 4.12
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) dengan Activity Based Costing Sytem
(ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin
Tahun 2020
Level
Cost Driver Proses Pembebanan Jumlah
Aktivitas
Unit Unit Produk (Roti) 14,25 x 1.200.000 Rp 17.100.000
Jam Inspeksi 1.125 x 2.400 jam Rp 2.700.000
Batch Jam Inspeksi 103.760 x 2.400 jam Rp 249.024.810
Fasilitas Jam Inspeksi 45.250 x 2.400 jam Rp 108.600.000
Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 377.424.930
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Tabel 4.13
50

Pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) dengan Activity Based Costing Sytem
(ABC) pada Elvina’s Bakery Banyuasin
Tahun 2021
Level
Cost Driver Proses Pembebanan Jumlah
Aktivitas
Unit Unit Produk (Roti) 15 x 1.200.000 Rp 18.000.000
Jam Inspeksi 1.125 x 2.400 jam Rp 2.700.000
Batch Jam Inspeksi 103.760 x 2.400 jam Rp 249.024.810
Fasilitas Jam Inspeksi 45.250 x 2.400 jam Rp 108.600.000
Total Biaya Overhead Pabrik (BOP) Rp 378.324.930
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

4.2.4 Laporan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Metode Activity


Based Costing (ABC)
Berdasarkan hasil analisa penulis dari perhitungan sesunggunya
dengan menggunakan Activity Based Costing (ABC) maka disajikan harga
pokok produksi pada tahun 2019, 2020 dan 2021 dengan Activity Based
Costing (ABC) sebagai berikut:

Tabel 4.14

Elvina's Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2019
Cost Harga per
Keterangan Kebutuhan Total Biaya
Driver Kuantitas
Biaya Produksi        
Unit Level Activiti Costs        
Biaya Bahan Baku        
  Tepung Terigu Kg 24.000 Rp 10.000 Rp 240.000.000
  Susu Bubuk Ons 1.200 Rp 2.500 Rp 3.000.000
51

  Garam Halus Bks 1.200 Rp 1.000 Rp 1.200.000


  Gula Pasir Kg 7.200 Rp 11.000 Rp 79.200.000
  Mentega Kg 2.400 Rp 20.000 Rp 48.000.000
  Telur Butir 6.000 Rp 1.500 Rp 9.000.000
  Pengembang Makanan Ons 1.200 Rp 7.500 Rp 9.000.000
  Pelembut Makanan Ons 1.200 Rp 10.000 Rp 12.000.000
  Pengawet Makanan Ons 1.200 Rp 3.500 Rp 4.200.000
  Pewarna Makanan Botol 2.160 Rp 10.000 Rp 21.600.000
  Plastik Kemasan Bal 1.200 Rp 125.000 Rp 150.000.000
  Coklat Cair Kg 4.500 Rp 29.000 Rp 130.500.000
  Messes Kg 1.500 Rp 15.000 Rp 22.500.000
  Kelapa Parut Kg 3.000 Rp 6.000 Rp 18.000.000
Biaya Tenaga Kerja
       
Langsung
Upah Karyawan
  Jam 2.400 -  Rp 126.000.000
Produksi
Upah Karyawan
  Jam 2.400 -  Rp 120.000.000
Pemasaran/Kurir
Biaya Overhead Pabrik        
  Biaya Listrik Jam  - -  Rp 2.700.000
  Biaya Tabung Gas -  - -  Rp 16.200.000
Total Rp 1.013.100.000
Batch Related Activity Cost        
Biaya Penyusutan Mesin
  Jam 3 -  Rp 3.023.810
dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan
  Jam 3 -  Rp 1.000
Mesin dan Peralatan
Facility Sustaining Activity
       
Cost
  Biaya Air - -  -  Rp 3.600.000
  Biaya Transportasi - -  -  Rp 105.000.000
Total Rp 111.624.810
Harga Pokok Produksi Rp 1.124.724.810
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Tabel 4.15

Elvina's Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2020
Cost Harga per
Keterangan Kebutuhan Total Biaya
Driver Kuantitas
Biaya Produksi        
Unit Level Activiti Costs        
Biaya Bahan Baku        
  Tepung Terigu Kg 24.000 Rp 10.000 Rp 240.000.000
  Susu Bubuk Ons 1.200 Rp 2.500 Rp 3.000.000
52

  Garam Halus Bks 1.200 Rp 1.000 Rp 1.200.000


  Gula Pasir Kg 7.200 Rp 12.000 Rp 86.400.000
  Mentega Kg 2.400 Rp 24.000 Rp 57.600.000
  Telur Butir 6.000 Rp 1.700 Rp 10.200.000
  Pengembang Makanan Ons 1.200 Rp 7.800 Rp 9.360.000
  Pelembut Makanan Ons 1.200 Rp 10.200 Rp 12.240.000
  Pengawet Makanan Ons 1.200 Rp 3.500 Rp 4.200.000
  Pewarna Makanan Botol 2.160 Rp 10.000 Rp 21.600.000
  Plastik Kemasan Bal 1.200 Rp 125.000 Rp 150.000.000
  Coklat Cair Kg 4.500 Rp 29.000 Rp 130.500.000
  Messes Kg 1.500 Rp 17.000 Rp 25.500.000
  Kelapa Parut Kg 3.000 Rp 6.000 Rp 18.000.000
Biaya Tenaga Kerja
       
Langsung
Upah Karyawan
  Jam 2.400 - Rp 126.000.000
Produksi
Upah Karyawan
  Jam 2.400 - Rp 120.000.000
Pemasaran/Kurir
Biaya Overhead Pabrik        
  Biaya Listrik Jam - - Rp 2.700.000
  Biaya Tabung Gas - - - Rp 17.100.000
Total Rp 1.035.600.000
Batch Related Activity Cost        
Biaya Penyusutan Mesin
  Jam 3 - Rp 3.023.810
dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan
  Jam 3 - Rp 1.000
Mesin dan Peralatan
Facility Sustaining Activity
       
Cost
  Biaya Air - - - Rp 3.600.000
  Biaya Transportasi - - - Rp 105.000.000
Total Rp 111.624.810
Harga Pokok Produksi Rp 1.147.224.810
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Tabel 4.16

Elvina's Bakery Banyuasin


Laporan Harga Pokok Produksi Roti
Tahun 2021
Cost Harga per
Keterangan Kebutuhan Total Biaya
Driver Kuantitas
Biaya Produksi        
Unit Level Activiti Costs        
Biaya Bahan Baku        
  Tepung Terigu Kg 24.000 Rp 10.200 Rp 244.800.000
  Susu Bubuk Ons 1.200 Rp 2.700 Rp 3.240.000
53

  Garam Halus Bks 1.200 Rp 1.000 Rp 1.200.000


  Gula Pasir Kg 7.200 Rp 14.000 Rp 100.800.000
  Mentega Kg 2.400 Rp 24.000 Rp 57.600.000
  Telur Butir 6.000 Rp 1.700 Rp 10.200.000
  Pengembang Makanan Ons 1.200 Rp 7.800 Rp 9.360.000
  Pelembut Makanan Ons 1.200 Rp 10.200 Rp 12.240.000
  Pengawet Makanan Ons 1.200 Rp 3.700 Rp 4.440.000
  Pewarna Makanan Botol 2.160 Rp 10.000 Rp 21.600.000
  Plastik Kemasan Bal 1.200 Rp 125.000 Rp 150.000.000
  Coklat Cair Kg 4.500 Rp 29.400 Rp 132.300.000
  Messes Kg 1.500 Rp 17.000 Rp 25.500.000
  Kelapa Parut Kg 3.000 Rp 7.000 Rp 21.000.000
Biaya Tenaga Kerja
       
Langsung
Upah Karyawan
  Jam 2.400 - Rp 126.000.000
Produksi
Upah Karyawan
  Jam 2.400 - Rp 120.000.000
Pemasaran/Kurir
Biaya Overhead Pabrik        
  Biaya Listrik Jam - - Rp 2.700.000
  Biaya Tabung Gas - - - Rp 18.000.000
Total Rp 1.060.980.000
Batch Related Activity Cost        
Biaya Penyusutan Mesin
  Jam 3 - Rp 3.023.810
dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan
  Jam 3 - Rp 1.000
Mesin dan Peralatan
Facility Sustaining Activity
       
Cost
  Biaya Air - - - Rp 3.600.000
  Biaya Transportasi - - - Rp 105.000.000
Total Rp 111.624.810
Harga Pokok Produksi Rp 1.172.604.810
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022
Berdasarkan laporan harga pokok produksi roti Elvina’s Bakery Banyuasin
dalam pengolahan dan pendistribusian roti panggang pada tahun 2019, 2020 dan
2021 dapat dianalisis bahwa terdapat harga pada bahan baku dan biaya overhead
pabrik sesuai dengan harga pasar.
Perhitungan dengan menggunakan metode activity based costing (ABC)
pada tahun 2019, 2020, dan 2021 diketahui bahwa terdapat biaya yang belum
dibebankan dan tercatat secara langsung, serta terdapat pula biaya bahan baku yang
ternyata tidak digunakan secara keseluruhan, sehingga pembebanan biaya hanya di
54

bebankan pada total konsumsi yang digunakan saja. Dalam hal ini mempengaruhi
besar biaya yang keluar sebagai harga pokok produksi dalam pencatatannya. Biaya
yang belum masuk atau luput dari pencatatan adalah biaya penyusutan mesin dan
peralatan dan biaya pemeliharaan mesin dan peralatan. Kemudian konsumsi biaya
yang tidak seluruhnya dipakai adalah biaya pewarna makanan yang hanya di pakai
sebesar 90% pada bahan baku yang telah dibeli.

4.3 Analisis Perbandingan Penerapan Perhitungan Harga Pokok


Produksi Pendekatan Konvensional (Full Costing) dan Pendekatan
Activity Based Costing (ABC)
Berdasarkan hasil analisis data, bahwa dalam menentukan harga pokok
produksi dengan sistem activity based costing (ABC) dapat memberikan
informasi jumlah konsumsi yang digunakan dengan lebih cermat dan penentuan
harga pokok produksi yang lebih tinggi karena ada biaya yang signifikan luput
dari pencatatan selama masa produksi berlangsung serta terdapat biaya bahan
baku yang dipakai berdasarkan aktivitas kebutuhannya, sehingga dapat
membantu manajemen dalam melakukan pengambilan keputusan.
Kecermatan sistem ini membuat pembebanan biaya pada produk dapat
membantu manajemen juga dalam menentukan harga jual, dengan
demikian besarnya harga jual dapat menutupi sejumlah biaya yang
dikeluarkan serta dengan margin laba yang tetap menguntungkan
perusahaan. Lain halnya dengan sistem konvensional (full costing) semua
biaya produksi dihitung dengan cara mengakumulasikan semua biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi roti panggang tersebut kepada tiap unit
produksi.

Tabel 4.17
Elvina’s Bakery Banyuasin
Konsumsi Biaya Berdasarkan Aktivitas
Tahun 2019, 2020 dan 2021
Keterangan Pembebanan 2019 2020 2021
Biaya
Metode Konvensional (Full Costing)
Biaya Pewarna Makanan 100% Rp 24.000.000 Rp 24.000.000 Rp 24.000.000
Biaya Penyusutan Mesin - - - -
55

dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan - - - -
Mesin dan Peralatan
Total Rp 24.000.000 Rp24.000.000 Rp 24.000.000
Metode Activity Based Costing (ABC)
Biaya Pewarna Makanan 90% Rp 21.600.000 Rp 21.600.000 Rp 21.600.000
Biaya Penyusutan Mesin 3 Rp 3.023.810 Rp 3.023.810 Rp 3.023.810
dan Peralatan
Biaya Pemeliharaan 3 Rp 1.000 Rp 1.000 Rp 1.000
Mesin dan Peralatan
Total Rp 24.624.810 Rp24.624.810 Rp 24.624.810
Sumber: Diolah dari data Elvina’s Bakery Banyuasin, 2022

Ket: 100% Biaya Pewarna Makanan = 1.200.000 roti dengan 2.400 btl
90% Biaya Pewarna Makanan = 1.200.000 roti dengan 90% x 2.400 =
2.160 btl
Untuk biaya penyusutan dan pemeliharaan mesin dan peralatan ada pada tabel 4.3
dan 4.4
Berdasarkan perhitungan pada pembahasan lengkap di 4.2 dapat dlihat
perbandingan harga pokok produksi pada roti panggang antara sistem konvensional (full
costing) dengan sistem activity based costing (ABC). Perbandingan dapat dilihat pada
tabel 4.18
Tabel 4.18
Elvina’s Bakery Banyuasin
Perbandingan Harga Pokok Produksi dengan Metode Konvensional (Full Costing)
dan Metode Activity Based Costing (ABC)
Keterangan 2019 2020 2021

Sistem Konvensional (Full Costing) Rp 1.124.100.000 Rp 1.146.600.000 Rp 1.171.980.000


Sistem Activity Based Costing Rp 1.124.724.810 Rp 1.147.224.810 Rp 1.172.604.810
(ABC)
Selisih Rp 624.810 Rp 624.810 Rp 624.810
Nilai Kondisi Undercost Undercost Undercost

Beradasarkan pada tabel 4.18 dapat dilihat bahwa terdapat selisih


harga pokok produksi roti panggang antara metode konvensional (full
costing) dan metode activity based costing (ABC) pada tahun 2019, 2020,
dan 2021 dengan jumlah selisih yang sama dikarenakan terdapat biaya
konsumsi yang tidak seluruhnya terpakai yaitu sebesar 90% dari
pembelian konsumsi dan biaya penyusutan mesin dan peralatan serta biaya
56

pemeliharaan mesin dan peralatan dengan nominal yang sama tidak masuk
ke dalam pencatatan wajib harga pokok produksi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis pada bab IV dengan memperhitungkan
dan membandingkan data yang ada maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Perusahaan melakukan pembebanan seluruh biaya pengeluaran ke setiap
unit produk dan belum mengkalifikasikan jenis pengeluara biaya
berdasarkan pembebanan aktivitas dalam menentukan harga pokok
produksi sehingga biaya yang dikeluarkan lebih kecil.
b. Penerapan perhitungan harga pokok produksi dengan sistem activity based
costing (ABC) pada perusahaan, dapat mengalokasikan biaya berdasarkan
aktivitas secara tepat karena setiap produk dibebankan menggunakan
pemicu biaya (cost driver), sehingga tidak akan memicu pembebanan
biaya pada produk yang lebih kecil (undercosting) atau yang lebih besar
(overcosting) yang akan berpengaruh pada laba perusahaan.
c. Perbandingan penerapan perhitungan harga pokok produksi antara metode
konvensional (full costing) dengan metode activity based costing (ABC)
diketahui terdapat selisih biaya pengeluaran yang disebabkan oleh
pembebanan seluruh biaya kedalam setiap unit produk sehigga dalam
perhitungan harga pokok produksi perusahaan lebih efektif dalam
pengambilan keputusan maupun perhitungan laba perusahaan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis
memberikan saran yang dapat dijadikan masukan bagi perusahaan, sebagai
berikut:
a. Pihak Elvina’s Bakery Banyuasin sebaiknya memperhitungkan
perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode activity
based costing (ABC), dengan tetap mempertimbangkan faktor-faktor

56
57

eksternal yang lain seperti tarif pesaing dan kemampuan masyarakat yang
dapat mempengaruhi dalam penetapan harga pokok produksi.
b. Pimpinan Elvina’s Bakery Banyuasin diharapkan dapat mengetahui
informasi pembebanan biaya berdasarkan aktivitas dalam menentukan
harga pokok produksi dengan menggunakan metode activity based costing
(ABC) agar efektivitas pembebanan biaya lebih akurat dalam
menenentukan perhitungan laba perusahaan dan keputusan manajemen.
c. Pihak manajemen sebaiknya mengevaluasi perbandingan antara
perhitungan harga pokok produksi metode konvensional (full costing)
dengan metode activity based costing (ABC) agar dapat menentukan
perhitungan pembebanan biaya yang sesungguhya.

Anda mungkin juga menyukai